Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

HALAMAN PENGESAHAN...

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia sangat menentukan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/KPTS/KN.110/K/02/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

PEMERINTAH KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Transkripsi:

Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Pada Gapoktan Di Kabupaten Tabanan : Studi Gapoktan Aseman III di Desa Megati. Nama : Gede Crisna Wijaya NIM : 1306105100 Abstrak Kabupaten Tabanan mendapat julukan sebagai lumbung padinya Bali, namun masyarakat Tabanan yang mayoritas penduduknya adalah petani masih ada yang di kategorikan sebagai penduduk miskin. Guna memperbaiki tingkat kesejahteraan petani dan mengembangkan sektor pertanian perlu dilakukan pemberdayaan petani melalui Program LDPM yang diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup petani dan mengembangkan sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis efektivitas program LDPM dilihat dari indikator input, proses, output, dan manfaat, 2) menganalisis kondisi kesejahteraan petani setelah program LDPM terlaksana yang diukur dari indikator tingkat pendapatan, tingkat harga jual gabah, tingkat ketersediaan cadangan pangan, serta rasa aman dari sisi ekonomi, 3) menganalisis kelemahan-kelemahan Program LDPM. Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Aseman III di Desa Megati Kabupaten Tabanan. Obyek penelitian ini meliputi efektivitas Program LDPM, kesejahteraan petani, dan kelemahan Program LDPM. Sampel penelitian ini berjumlah 156 responden dengan teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling. Penelitian ini bersifat komparatif dengan metode penelitian observasi, wawancara terstruktur, dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif guna melihat kecenderungan persepsi responden dan uji statistik inferensia yaitu uji beda dan uji wilcoxon untuk menganalisis perbedaan kesejahteraan sebelum dan sesudah Program LDPM terlaksana. Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan bahwa tingkat keberhasilan program LDPM dilihat dari variabel input, variabel proses, dan variabel output di Gapoktan Aseman III tergolong efektif. Kesejahteraan petani meningkat setelah program LDPM terlaksana. Dari hasil yang diperoleh, diharapkan program pemberdayaan sejenis ini dapat dilakukan secara berkelanjutan karena terlaksananya Program LDPM mampu memberdayakan petani sehingga memberikan manfaat salah satunya peningkatan kesejahteraan petani. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 12 1.4 Kegunaan Penelitian... 13 1.5 Sistematika Penelitian 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan teori dan Konsep... 15 2.1.1 Konsep Pembangunan Pertanian... 15 2.1.2 Konsep Kelompok Tani... 17 2.1.3 Konsep Gapoktan... 18 2.1.4 Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat... 19 2.1.5 Kaitan antara Pembangunan Pertanian dengan Pembangunan Ekonomi... 21 2.1.6 Konsep Modal... 23 2.1.7 Teori Kesejahteraan... 25 2.1.8 Konsep Pendapatan... 27 2.1.9 Konsep Efektivitas... 30 2.1.10 Konsep Pemberdayaan... 32 2.2 Hipotesis Penelitian... 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 37 3.2 Lokasi Penelitian... 37 3.3 Obyek Penelitian... 38 3.4 Identifikasi Variabel... 38 3.5 Definisi Operasional Variabel... 39 3.6 Jenis dan Sumber Data... 44 3.6.1 Jenis data... 44 3.6.2 Sumber data... 44 vii

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 45 3.8 Metode Pengumpulan Data... 47 3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian...... 48 3.10 Teknik Analisis Data...... 49 3.10.1 Efektivitas... 49 3.10.2 Uji Beda... 50 3.10.3 Analisis Deskriptif... 53 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... 54 4.2 Gambaran Umum Program LDPM... 57 4.3 Karakteristik Responden... 59 4.3.1 Umur dan jenis kelamin... 60 4.3.2 Tingkat pendidikan... 61 4.4 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian... 63 4.4.1 Hasil Uji Validitas... 64 4.4.2 Hasil Uji Realibilitas. 66 4.5 Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian... 67 4.5.1 Analisis Efektivitas Program LDPM... 67 4.5.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan... 91 4.5.3 Analisis Kelemahan Program LDPM..... 95 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 98 5.2 Saran... 98 DAFTAR RUJUKAN... 100 LAMPIRAN LAMPIRAN...... 106 viii

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Bali Tahun 2009-2013... 5 1.2 Data Luas Sawah, Luas Panen Dan Produksi Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali Tahun 2013... 10 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel POKTAN pada GAPOKTAN Aseman III di Desa Megati... 47 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Banjar/Dusun... 55 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 56 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan... 56 4.4 Jumlah Responden Penerima Bansos melalui Program LDPM Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin... 60 4.5 Jumlah Responden Penerima Bansos melalui Program LDPM Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62 4.6 Hasil Uji Validitas... 65 4.7 Hasil Uji Realibilitas... 66 4.8 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Input... 68 4.9 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Proses... 74 4.10 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Output... 80 4.11 Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Manfaat... 86 ix

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Kuesioner Penelitian... 106 2. Rekapitulasi Data Identitas Responden... 111 3. Rekapitulasi Tabulasi Data... 116 4. Uji Validitas Instrumen Penelitian... 121 5. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 126 6. Deskripsi jawaban responden..... 132 7. Frekuensi Jawaban Responden... 130 8. Uji Normalitas... 137 9. Uji Beda... 138 x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah. Indonesia memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini tidak membuat Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk miskin yang rendah. Kemiskinan di Indonesia masih belum dapat teratasi karena sumber daya manusia yang rendah. Menurut BPS (2015) tercatat sebanyak 28.513.570 jiwa jumlah penduduk miskin yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Data ini terdiri atas perkotaan dan pedesaan, dimana jumlah penduduk miskin di pedesaan sebanyak 17.893.710 jiwa lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan yang hanya sebanyak 10.619.860 jiwa. Masyarakat pedesaan yang cenderung memiliki pendidikan yang rendah belum mampu meningkatkan kehidupannya sehingga semakin banyak masyarakat desa yang melakukan urbanisasi ke kota. Tidak adanya pilihan bagi masyarakat desa mengharuskan untuk memilih antara tinggal di desa dengan menjadi petani atau melakukan urbanisasi ke kota. Menurut Bryld (2016) masyarakat yang tinggal di desa, dalam periode waktu tertentu mungkin berada di perkotaan untuk mendapatkan penghasilan, namun menurut Waston (2013) sebagian besar masyarakat yang memilih melakukan urbanisasi ke kota kurang keterampilan untuk membuka usaha, sehingga banyak dari masyarakat tersebut yang menjadi penduduk miskin di kota. 1

Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah yang harus diprioritaskan untuk dapat diselesaikan dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Masyarakat pedesaan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani ratarata memiliki penghasilan rendah, maka diidentikkan dengan kemiskinan. Hal serupa dinyatakan oleh Zanzes dkk (2015) bahwa masalah kemiskinan selalu terkait dengan pekerjaan di bidang pertanian untuk daerah pedesaan dan sektor informal di daerah perkotaan. Langkah untuk mencapai kesejahteraan petani, telah difokuskan pula beberapa aktivitas yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani (Syahyuti, 2007). Menurut Dahlan (2003) pertanian akan tetap penting meskipun kontribusinya menurun terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembentukan lembaga sosial tani di desa seperti kelompok tani menjadi sesuatu hal yang penting untuk dipertimbangkan, diikuti dengan kebijakan pemerintah yang akan digulirkan untuk pemberdayaan petani serta memfasilitasi usaha tani. Indonesia yang merupakan negara agraris dan memiliki sumber daya alam yang melimpah seharusnya dapat memanfaatkannya dengan baik agar masyarakat yang berprofesi sebagai petani memiliki penghasilan yang lebih baik. Menurut Departemen Pertanian (2009), sektor pertanian mempunyai peran yang cukup signifikan dalam perekonomian nasional, antara lain berupa kontribusi dalam pembentukan PDB, penyediaan pangan dan pakan, penyediaan sumber devisa, penyediaan bahan baku 2

industri, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, perbaikan pendapatan masyarakat, dan sumber bioenergi. Salah satu peran sektor pertanian sebagai pemenuhan kebutuhan pokok atau pangan, maka semakin bertambahnya penduduk secara otomatis akan menjadikan konsumsi pangan juga akan meningkat sehingga dapat meningkatkan perekonomian bagi petani. Sektor pertanian umumnya merupakan sektor yang dapat ditangkap untuk investasi (Winters, 1998). Umumnya para petani berkeinginan untuk dapat meningkatkan produksi pertaniannya, akan tetapi banyak masalah yang timbul sehingga para petani sulit untuk mencapai hal tersebut. Menurut Hakim (2008), beberapa masalah pertanian yang dimaksud adalah: pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi pertanian baik harga produksi, harga faktor produksi maupun pasar dan peluang pasar. Ketiga, petani memiliki kendala atas sumber daya manusia yang dimiliki. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Faktor-faktor yang menyebabkan kesejahteraan petani kecil mungkin karakteristik daerah, nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat, rumah tangga, dan individu (Saragih et al, 2016). Rendahnya pendapatan petani disebabkan karena tidak stabilnya hasil panen yang diperoleh petani. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, iklim, serta adanya praktek ijon dan oknum tengkulak yang membeli hasil panen petani dengan biaya yang relatif murah merupakan faktor utama tidak stabilnya hasil panen. 3

Permasalahan yang dihadapi dalam permodalan pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit, serta birokrasi yang tidak kalah rumitnya. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan perbankan dan non perbankan memiliki standar khusus dalam penilaian usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani. Secara umum, usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan kredit masih terbatas untuk usaha produksi. Menurut Browning (2016) petani diharapkan memiliki kontribusi hasil pertanian kepada pemerintah, namun produksi terbatas oleh masalah seperti tanaman hancur akibat cuaca buruk dan lain sebagainya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Li Genpan (2009) yang menyatakan bahwa produksi pertanian dibatasi oleh perubahan iklim alam dan cuaca. Semakin sempitnya lahan pertanian menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor beras. Semakin meningkatnya alih fungi lahan pertanian juga memengaruhi produktivitas petani di Indonesia (Adnyani dkk, 2016). Tahun 1986 Indonesia menjadi negara swasembada pangan karena berhasil menemukan dan memakai bibit unggul. Hal ini tidak berlangsung lama karena dari tahun ke tahun produksi pertanian mulai menurun yang disebabkan oleh alih fungsi lahan. Seluruh daerah di Indonesia mengalami masalah di bidang pertanian tidak terkecuali Bali yang sebagian penduduknya mengandalkan sektor pariwisata (Agus, 2015). Bali juga termasuk provinsi dengan masyarakat berlatar belakang pertanian, namun sektor pariwisata yang dianggap lebih menjanjikan menjadikan banyak masyarakat Bali 4

yang mengalihfungsikan lahan pertanian menjadi bangunan-bangunan hotel, restaurant maupun yang lainnya (Sriartha, 2015). Hal ini menyebabkan dari tahun ke tahun luas lahan pertanian mengalami kecenderungan yang semakin menurun. Berdasarkan Tabel 1.1 luas panen mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh musim paceklik atau iklim yang berubah-ubah sehingga seringkali luas panen mengalami fluktuasi yang bahkan turun (Peter, 2012). Rata-rata produksi mengalami fluktuasi namun dapat meningkat sejak tahun 2012. Hal ini karena para petani sudah mulai mengubah pola-pola pertanian dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam penggunaan bibit unggul, pengelolaan tanah, penggunaan pupuk, penggunaan saranasarana produksi pertanian serta pengaturan waktu panen sehingga produksi yang dihasilkan juga dapat meningkat. Tabel 1.1 Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Bali Tahun 2009-2013 Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) 2009 150 283 878.764 58.47 2010 152 190 869.160 57.11 2011 152 585 858.316 56.25 2012 149 000 865.554 58.09 2013 149 832 880.982 58.80 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014 Banyaknya masalah yang dihadapi petani mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah sejak tahun 2005. Berbagai kebijakan mulai dibuat guna mengatasi 5

masalah petani serta mengurangi petani yang menjual lahannya. Langkah untuk mencapai kesejahteraan petani, telah difokuskan pula beberapa aktivitas yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani (Syahyuti, 2007). Langkah yang ditempuh adalah melalui pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di pedesaan. Menurut Karodia et al (2003) dalam rangka untuk mengatasi masalah pertanian maka pertama-tama harus diakui bahwa kebijakan adalah instrumen penting dan vital, yang digunakan dalam menganalisis tujuan dan sasaran. Setiap panen raya padi, di beberapa sentra produksi seringkali para petani menjerit karena harga gabah anjlok, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Walaupun Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG) sudah ditugaskan untuk membeli beras dengan harga sesuai HPP, namun pada periode panen raya tersebut, apalagi bila diperparah oleh musim hujan yang tinggi, jeritan tersebut akan kerap terdengar dan ramai diberitakan media massa, karena BULOG tidak mampu menangani seluruh wilayah yang sedang panen secara serentak (Badan Ketahanan Pangan, 2013). Peningkatan produktivitas pertanian harus menjadi prioritas untuk mencapai perbaikan hasil yang berkelanjutan dan melibatkan peningkatan teknologi pertanian serta manajemen termasuk perbaikan perairan tanah dan pengelolaan pasca panen (Al-Haboby et al, 2016). Kementerian Pertanian memandang hal tersebut sebagai suatu permasalahan serius yang harus ditangani 6

dengan suatu upaya terobosan, karena persoalan tersebut mempunyai multi-dampak, yaitu pendapatan usaha tani anjlok, insentif berusaha tani padi musim berikutnya menurun, dan bila persoalan ini meluas maka akan menambah jumlah rumah tangga miskin dan mengganggu upaya pencapaian ketahanan pangan. Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompok tani, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan jagung di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian cq Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Disain utama ditujukan untuk menghadirkan lembaga ekonomi petani yang mampu berperan sebagai pembeli gabah minimal pada tingkat HPP dan dapat mengelola gabah tersebut, yaitu menyimpan dengan baik, mengolah menjadi beras dan memasarkan pada saat harga cukup tinggi sehingga dapat memperoleh keuntungan yang optimal. Selain itu, untuk tujuan ketahanan pangan, lembaga ini harus mampu mengelola cadangan pangan secara berkelanjutan, yaitu menyalurkan beras bagi anggota yang memerlukan saat paceklik dan menerima pengembalian plus jasa pengelolaannya saat panen raya. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan Dana Bantuan Sosial dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Gapoktan dalam rangka memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. 7

Penguatan-LDPM bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan: (1) kemampuan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), (2) unit usaha distribusi dan pengolahan hasil pertanian dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan strategis, (3) kemampuan unit usaha distribusi pemasaran Gapoktan dan memperluas jejaring pemasaran dengan mitra di luar wilayahnya, dan (4) unit cadangan pangan dengan tersedianya gudang Gapoktan untuk menyimpan gabah/beras dalam rangka memenuhi kebutuhan anggotanya (Badan Ketahanan Pangan, 2013). Gapoktan atau gabungan kelompok tani adalah organisasi yang akan mendukung kelembagaan petani, sehingga pembinaan pemerintah terhadap petani akan dapat difokuskan pada Gapoktan. Gapoktan menjadi penghubung antara petani satu desa dengan lembaga-lembaga yang ada diluarnya. Gapoktan diharapkan mampu menggerakan kegiatan agribisnis terutama pada usaha distribusi atau pemasaran, atau unit pengolahan hasil untuk dapat melakukan pembelian-penjualan gabah, beras maupun jagung dari anggotanya pada saat panen raya dengan harga serendahrendahnya sesuai HPP untuk gabah atau beras. Dengan kegiatan pembelian-penjualan yang dilakukan oleh unit usaha distribusi atau pemasaran dan pengolahan hasil minimal petani pada saat panen raya dapat menerima harga yang layak dibandingkan dengan harus menjual kepada pemasok beras di daerahnya. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Gapoktan juga didorong agar mampu menyisihkan hasil produknya untuk dapat disimpan sebagai cadangan pangan yang dapat digunakan oleh anggotanya pada saat musim paceklik atau tidak ada panen. 8

Penyaluran Dana Bantuan Sosial dan pemberian pendampingan dan pembinaan secara berjenjang diharap dapat memberikan dampak antara lain terwujudnya stabilisasi harga pangan terutama di tingkat petani anggota Gapoktan dan terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani melalui peningkatan pendapatan dan peningkatan akses pangan anggota Gapoktan. Peningkatan peran Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan juga merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap program swasembada padi dan jagung melalui upaya pengembangan agribisnis padi dan jagung. Bali juga merupakan daerah yang mendapat bantuan dan sudah mulai terbentuk Gapoktan di berbagai daerah. Masyarakat yang sebagian besar menjadi petani mulai mendapat bantuan dana guna mengembangkan usahanya. Pemberian dana yang dilakukan oleh pemerintah juga perlu dilakukan identifikasi. Program LDPM ini perlu diidentifikasi karena selain untuk mengevaluasi pelaksanaan program tersebut juga dapat mengetahui persepsi atau anggapan masyarakat petani pada umumnya yaitu masyarakat petani mempersepsikan bahwa LDPM sebagai dana bantuan dari pemerintah sehingga masyarakat menganggap tidak perlu mengembalikan dana tersebut. Partisipasi petani yang tergabung dalam wadah Gapoktan menjadi penting posisinya dalam kegiatan Penguatan-LDPM karena keterlibatan aktif dan kerjasama yang dilakukan baik dengan sesama anggota maupun pengurus Gapoktan akan menentukan kinerja efektivitas Gapoktan itu sendiri (Sandyatma dan Hariadi, 2012). 9

Identifikasi yang dimaksud dengan cara mengevaluasi penelitian atas pelaksanaan program guna mengetahui efektivitas pelaksanaan program tersebut. Penelitian juga berguna untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan program dan kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian Program LDPM sehingga dapat dievaluasi dan dibenahi untuk program selanjutnya. Dengan demikian akan dapat dihindari resiko-resiko yang mungkin terjadi pada program pemerintah demi terwujudnya stabilitas harga dan ketahanan pangan sehingga diharapkan dalam jangka panjang pelaksanaan Program LDPM mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Studi terhadap evaluasi pelaksanaan Program LDPM difokuskan di Kabupaten Tabanan. Salah satu dasar perkembangan Kabupaten Tabanan dipilih sebagai tempat studi karena Kabupaten Tabanan memiliki luas lahan terbesar. Hal ini didukung dengan luas panen yang paling tinggi, sehingga hasil produksi yang dihasilkan paling tinggi dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya (Tabel 1.2). Tabel 1.2 Data Luas Sawah, Luas Panen Dan Produksi Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 Kabupaten/ Kota Lahan Sawah Luas Panen (ha) Produksi (ton) Jembrana 1.270 9.269 56.494 Tabanan 2.396 41.611 233.681 Badung 1.899 17.442 112.705 Gianyar 2.139 31.090 184.592 Klungkung 1.097 5.478 29.401 Bangli 399 5.401 27.317 Karangasem 604 12.505 74.687 Buleleng 779 22.804 135.905 Denpasar 1.813 4.232 26.200 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014 10

Kabupaten Tabanan memiliki kelembagaan Gapoktan tanaman pangan yang tersebar di setiap desa, namun hanya beberapa Gapoktan yang terpilih sebagai penerima bantuan Program LDPM. Hal ini disebabkan oleh persyaratan sebagai penerima bantuan Program LDPM belum terpenuhi oleh sebagian besar Gapoktan. Salah satu Gapoktan yang menerima bantuan Program LDPM tersebut adalah Gapoktan Aseman III yang terletak di Desa Megati Kecamatan Selemadeg Timur. Pemilihan Gapoktan Aseman III sebagai objek penelitian disebabkan oleh Gapoktan Aseman III memiliki data yang lengkap dibandingkan dengan Gapoktan lainnya sehingga nantinya diharapkan akan dapat menunjang penelitian. Sejak diberikannya bantuan program LDPM, anggota Gapoktan Aseman III sudah tidak kesulitan lagi dalam menjual hasil panen karena akan dibeli serendahnya sesuai HPP yang dikeluarkan pemerintah, namun banyak dari anggota Gapoktan yang menjual keseluruhan hasil panen sehingga tidak ada yang digunakan sebagai cadangan pangan untuk rumah tangga. Hal ini yang menjadikan Gapoktan Aseman III menarik untuk diteliti karena belum terwujudnya tujuan program LDPM yang kedua yaitu tercapainya cadangan pangan untuk rumah tangga anggota Gapoktan. Selain itu, pemberian bantuan ini tidak turut serta mengurangi kemiskinan pada anggota Gapoktan, sehingga masih adanya anggota Gapoktan yang tergolong miskin. 11

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana efektivitas Program LDPM pada Gapoktan Aseman III yang dilihat dari indikator tingkat perkembangan usaha pertanian, perkembangan kelembagaan Gapoktan, dan perkembangan kewirausahaan petani? 2) Bagaimana kondisi kesejahteraan petani pada Gapoktan Aseman III setelah terlaksananya Program LDPM? 3) Bagaimana kelemahan yang terdapat pada Program LDPM dalam upaya pemberdayaan petani di Gapoktan Aseman III? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah di atas dapat dijabarkan beberapa tujuan penelitian yaitu, untuk: 1) Menganalisis efektivitas Program LDPM pada Gapoktan Aseman III yang dilihat dari indikator tingkat perkembangan usaha pertanian, perkembangan kelembagaan Gapoktan, dan perkembangan kewirausahaan petani. 2) Menganalisis kondisi kesejahteraan petani pada Gapoktan Aseman III setelah terlaksananya Program LDPM. 3) Menganalisis kelemahan yang terdapat pada Program LDPM dalam upaya pemberdayaan petani di Gapoktan Aseman III. 12

1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan konsep-konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan, selain itu diharapkan bermanfaat, membuktikan teori serta memperkaya ragam penelitian, sehingga dapat menambah referensi selanjutnya. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para pengambil kebijakan, hubungannya berkaitan dengan distribusi pangan bagi masyarakat di daerah pedesaan yang hidupnya masih tergantung pada sektor pertanian. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. 13

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab II meliputi uraian tentang kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai konsep pembangunan pertanian, konsep kelompok tani, konsep gapoktan, konsep Program LDPM, kaitan pembangunan pertanian dengan pembangunan ekonomi, konsep modal, teori kesejahteraan, konsep pendapatan, konsep efektivitas, konsep pemberdayaan, serta rumusan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Pada Bab III diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV : Data Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan gambaran umum daerah penelitian, karakteristik responden, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Pada bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan. 14