ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

Transkripsi

1 ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir. Nyoman Parining, M.Rur. Simantri merupakan salah satu strategi dalam upaya mempercepat adopsi teknologi pertanian dengan mengintegrasikan sektor pertanian dengan sektor pendukung sesuai dengan potensi masing-masing wilayah. Simantri muali dikembangkan pada tahun Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan dampak dari program Simantri 245 Banteng Rene Renon terhadap Subak Renon. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan lokasi subak yang berada di wilayah perkotaan. Keberadaan simantri di subak ini tidak berjalan dengan baik. Subak Renon yang berdekatan dengan beberapa simantri lainnya yang sudah mampu memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk. Sampel penelitian diambil 30 dari 102 anggota subak dengan menggunakan teknik pengambilan random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dampak program Simantri 245 terhadap Subak Renon dalam hal peningkatan intensitas tanam, perkembangan kelembagaan pendukung kegiatan pertanian, peningkatan pendapatan petani, luas lahan organik, tercipta dan berkembangnya pertanian organik dan infrastruktur di kawasan suabak renon. Sehingga kegiatan Simantri 245 Banteng Rene Renon dinonaktivkan. Saran yang dapat diberikan penulis terkait dengan penelitian ini adalah pemerintah diharapkan mengaktivkan kembali Simantri 245 Banteng Rene Renon dan pemerintah provinsi dan kota diharapkan memberikan bantuan penyuluh yang kompeten dan bantuan dana sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap Subak Renon. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN i SAMPUL DALEM... ii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iii ABSTRACT.. iv ABSTRAK... v RINGKASAN... vi HALAMAN PERSETUJUAN... ix TIM PENGUJI. x RIWAYAT HIDUP.. xi KATA PENGANTAR. xii DAFTAR ISI xiv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xviii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Subak Pengertian Kelompok Simantri Kerangka Pemikiran.. 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian Variabel dan Pengukuran Penelitian Batasan Operasional Variabel Analisis Data.. 38 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Denpasar Gambaran Umum Kelurahan Renon Gambaran Umum Subak Renon. 46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Usaha Simantri Karakteristik Responden ` 5.3 Dampak Program Simantri Terhadap Subak Renon. 58 VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Saran

3 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 74

4 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bali memiliki bentang wilayah seluas 5.632,86 km2 atau 0,19% dari luas wilayah Indonesia. Jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 3,9 juta jiwa. Sektor pertanian di Bali merupakan sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintah dan BPS Provinsi Bali (2014), pada tahun 2013 sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali, yaitu sebesar 16,82%, sektor pariwisata sebesar 29,89%, dan sisanya disumbangkan oleh sektor lainnya. Proporsi sawah di Denpasar didominasi oleh kawasan Denpasar Selatan sebesar 34,38% dari keseluruhan sawah yang masih aktif di Kota Denpasar. Denpasar Barat, yang berbatasan dengan Kabupaten Badung, memiliki proporsi sawah paling sempit sebesar 9,71%. Denpasar Utara dan Denpasar Timur proporsi sawahnya hampir sama yaitu 28,48% dan 27,43%. Alih fungsi lahan yang berakibat pada berkurangnya luas sawah terjadi di hampir semua kecamatan di Denpasar dengan laju yang cukup pesat. Masing-masing kecamatan memiliki kecepatan pengurangan luas lahan yang berbeda antara dua periode yang berbeda. Kegiatan pertanian lahan basah (persawahan) di Kota Denpasar dikelola subak. Subak yang sehari-hari terus berjalan dengan prinsip-prinsip adat dan budaya tanpa ada sentuhan teknologi terbarukan mencoba bertahan di tengah proses alih fungsi lahan sawah. Berdasarkan kesepakan Bupati dan Walikota se 1

5 2 Provinsi Bali jumlah subak ditetapkan sebanyak buah Namun jumlah ini menjadi buah tahun Hal ini menunjukkan bahwa selama 13 tahun 1993 s.d 2006 terdapat penurunan jumlah sebanyak delapan buah yang terjadi di Kota Denpasar dari 45 buah menjadi 37 buah atau 17,78% dengan luas areal mencapai 597 ha. Menurut data Dinas Kebudayaan Provinsi Bali pada tahun 2014 jumlah subak buah subak. Rincian tentang jumlah subak di Bali dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 1.1. Kawasan Kota Denpasar sangat sarat dengan berbagai pusat pertumbuhan, seperti pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan pariwisata yang mengakibatkan alih fungsi lahan yang menggerus eksistensi subak. Tabel 1.1 Data Subak Dan Subak Abian Per Kabupaten/Kota, 2014 No Kabupaten/Kota Subak Subak Abian Jumlah 1 Karangasem Klungkung Bangli Gianyar Badung Denpasar Tabanan Buleleng Jembrana JUMLAH Sumber : Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (Data Bali Membangun, 2014). Dari data Tabel 1.1 tampaknya organisasi subak tidak bisa mengendalikan alih fungsi lahan sawah. Banyaknya permasalahan yang di hadapi petani serta melonjaknya harga tanah membuat petani lebih memilih menjual lahan sawahnya dari pada menggarapnya.

6 3 Kurangnya akses terhadap sumber permodalan, teknologi, dan pasar juga menjadi masalah. Selain alih fungsi lahan yang mulai terjadi di pedesaan, kondisi dan permasalahan yang bersifat khusus dalam pengembangan usaha pertanian antara lain sebagai berikut; (1). Pemanfaatan lahan untuk kegiatan usahatani belum optimal; (2). Kegiatan usahatani belum dilaksanakan secara intensif sehingga produktivitas masih relatif rendah (belum optimal sesuai potensi hasil); (3). Keterbatasan kemampuan SDM karena belum intensifnya pembinaan dan pendampingan; (4). Budidaya ternak serta pemberian pakan belum proporsional sehingga produksi ternak belum optimal; (5). Limbah ternak (padat dan cair) belum dikelola dan diproses dengan baik untuk pupuk yang bermutu dan juga untuk biogas; dan (6). Limbah tanaman yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak juga belum dikelola dan diproses dengan baik menjadi pakan bermutu dan tahan simpan untuk kebutuhan pada musim kemarau (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2010). Dari kondisi permasalahan pertanian di atas, pemerintah Provinsi Bali mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah melalui program sistem pertanian terintegrasi (simantri). Perkembangan jumlah lokasi simantri jilid I periode 2008 s.d 2013 telah mencapai lebih dari 400 lokasi dari gapoktan simantri yang ditargetkan hingga proses implementasi kebijakan program simantri jilid II periode kepemimpinan Gubernur Bali 2013 s.d 2018 di sembilan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Bali. Jumlah dana bantuan yang disalurkan selama periode 2009 s.d 2013 mencapai lebih dari Rp 80 miliar yang berasal dari APBD Provinsi Bali dan CSR (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, ). Perkembangan simantri di Bali meningkat,

7 4 karena adanya dukungan dari masyarakat sendiri, dengan adanya simantri memberikan peluang bagi poktan untuk lebih produktif. Program simantri terus berkembang dari tahun ke tahun karena dapat meningkatkan lapangan kerja baru di pedesaan, melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Sasaran akhir program simantri adalah tercipta petani yang tangguh dan mandiri melalui tumbuhnya usahatani produktif. Simantri diarahkan pada model percontohan dengan dana kurang lebih Rp dalam bentuk bantuan sosial di setiap lokasi simantri. Alokasi dana sebagian besar untuk pengembangan komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan intensifikasi perkebunan sesuai potensi wilayah, kemudian pengembangan ternak sapi atau kambing dan kandang koloni, bangunan instalasi biogas dilengkapi dengan kompor gas (kompor untuk biogas), bangunan instalasi biourin, bangunan pengolah kompos dan pengolah pakan, serta pengembangan tanaman kehutanan sesuai kondisi dan potensi masing-masing wilayah. Sebagian kecil dana dimanfaatkan untuk pengadaan benih atau bibit tanaman pangan, perkebunan serta pada beberapa lokasi yang memiliki potensi perikanan, dana juga dimanfaatkan untuk pembuatan kolam dan pembelian benih ikan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2013 dalam Anugrah dkk, 2014). Simantri merupakan salah satu kegiatan unggulan pemerintah provinsi dengan tujuannya adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Simantri mengintegrasikan kegiatan

8 5 sektor pertanian dengan sektor pendukungnya baik secara vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan berorientasi untuk menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan pertanian tekno ekologis. Subak merupakan budaya agraris yang sudah dijalankan oleh masyarakat petani Bali sejak dulu dan sudah menjadi warisan budaya dunia. Alasan simantri tidak di bawah naungan subak karena wilayah subak bisa lintas desa, kecamatan, bahkan kabupaten. Subak adalah organisasi otonom sedangkan simantri dibawah naungan gapoktan yang dibentuk oleh pemerintah sendiri dan di atur langsung oleh pemerintah. Menurut peraturan Mentri Pertanian Nomer 82/Permentan/OT.140/8/2013 gapoktan berkedudukan di desa. Subak adalah organisasi petani yang mandiri dalam menjalankan tugas, fungsi dan perannya sesuai dengan awig-awig dan Tri Hita Karana (THK) sebagai filosopi dalam menjalankan aktivitasnya. Sedangakan simantri adalah organisasi petani yang dibentuk di bawah naungan pemerintah Provinsi Bali dengan syarat dan peraturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Simantri akan membawa dampak bagi organisasi yang telah ada salah satunya subak. Simantri 245 Banteng Rene Renon yang berdekatan dengan Subak Renon telah mampu mengolah limbah menjadi pupuk organik, tetapi kondisi saat ini telah dinonaktivkan. Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam mengenai dampak simantri terhadap subak.

9 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahn yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apa dampak program Simantri 245 Banteng Rene terhadap Subak Renon? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan menganalisis dan mendeskripsikan dampak program Simantri 245 Banteng Rene terhadap Subak Renon? 1.4 Manfaat Penelitian berikut. Manfaat yang ingin di peroleh dari dari penelitian ini adalah sebagai 1. Sebagai informasi bagi petani terhadap keberadaan dan kegiatan simantri. 2. Sebagai informasi bagi subak terhadap keberadaan dan kegiatan simantri. 3. Sebagai informasi bagi poktan dalam penyesuan diri terhadap keberadaan subak. 4. Sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah dampak program Simantri 245 Banteng Rene terhadap Subak Renon dengan menggunakan analisis deskriptif. Dampak program Simantri 245 Banteng Rene yang akan diteliti di Subak Renon

10 7 diantaranya dampak terhadap peningkatan luas tanam, berkembangnya kelembangaan, peningkatan pendapatan petani, luas lahan organik, tercipta dan berkembangnya pertanian organik, berkembangnya infrastruktur di sekitar subak, konflik kepentingan air dan konflik pola tanam.