51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan 2. Variabel Bebas : a. Konflik Kerja b. Perilaku Kepemimpinan B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsepkonsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Koentjaraningrat dalam Siregar 2013). Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kinerja Karyawan Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai seorang karyawan dari aktivitas dan perilakunya yang diarahkan untuk melaksanakan tugas sesuai jabatan dan deskripsi kerja yang telah ditetapkan organisasi, dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kinerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala kinerja yang dimodifikasi dari 51
52 skala kinerja Setiawan (2012) berdasarkan teori aspek-aspek kinerja Siagian (1995) yaitu kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi. Semakin tinggi skor yang didapat subyek berarti bahwa kinerja subjek tersebut juga tinggi, sebaliknya apabila skor yang diperoleh semakin rendah berarti semakin rendah pula kinerjanya. 2. Konflik Kerja Konflik kerja merupakan kondisi saling bertentangan antara dua orang atau lebih, akibat perbedaan ide, saling menghalangi pencapaian tujuan atau untuk memperebutkan sumber daya yang langka. Pengukuran konflik kerja pada penelitian ini dengan menggunakan skala konflik kerja yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi konflik kerja menurut Jehn yang terdiri dari konflik tugas, konflik hubungan, dan konflik proses. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti bahwa konflik kerja yang terjadi semakin tinggi, dan sebaliknya, semakin rendah skor yang didapat maka konflik kerja yang terjadi semakin rendah pula. 3. Perilaku Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan merupakan suatu tindakan yang mempengaruhi dan mengarahkan sejumlah orang ataupun kelompok serta mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Pengukuran perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini dengan melakukan modifikasi Leader Behavior Description Questionnaire (LBDQ) milik Ohio State University. LBDQ terdiri dari dua aspek yaitu initiating structure dan consideration. Apabila
53 skor yang diperoleh subjek semakin tinggi berarti perilaku kepemimpinan yang ditunjukkan pemimpinnya semakin tinggi, sebaliknya apabila skor yang didapat semakin rendah berarti perilaku kepemimpinan yang ditunjukkan semakin rendah pula. C. Populasi, Sampel dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki dan dibatasi sejumlah penduduk atau individu tersebut paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2004). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di kantor pusat PT AG berjumlah 57 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan (Hadi, 2004). Sampel yang akan menjadi subjek penelitian ini adalah semua karyawan kantor pusat PT AG sejumlah 57 orang. Sedangkan subjek yang akan digunakan untuk try out alat ukur skala kinerja, skala konflik kerja dan skala perilaku kepemimpinan, menggunakan karyawan yang berada di kantor cabang PT AG berjumlah 35 orang.
54 3. Sampling Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling atau sampling sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Total sampling disebut juga sebagai sampling jenuh atau sampling sensus. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, baik melalui proses pengumpulan data primer maupun sekunder (Siregar, 2013). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari respon subjek penelitian melalui pernyataanpernyataan yang terdapat dalam skala kinerja karyawan, skala konflik kerja dan skala perilaku kepemimpinan. Sedangkan data sekunder berupa dokumen tentang PT AG sebagai data pendukung. Aitem-aitem skala kinerja karyawan, skala konflik kerja dan skala perilaku kepemimpinan yang peneliti buat dikelompokkan ke dalam pernyataan favourable dan unfavourable. Respon subjek akan diberikan bobot sebagai berikut: 1. Pernyataan Favourable Subjek mendapatkan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) atau Selalu (A). Skor 3 untuk jawaban Sesuai (S) atau Sering (B). Skor 2 untuk jawaban
55 Tidak Sesuai (TS) atau Jarang (C). Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) atau Tidak Pernah (D). 2. Pernyataan Unfavourable Subjek akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) atau Selalu (A). Skor 2 untuk jawaban Sesuai (S) atau Sering (B). Skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS) atau Jarang (C). Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) atau Tidak Pernah (D). Skala sikap yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: 1. Skala Kinerja Karyawan Skala yang digunakan merupakan modifikasi dari skala Setiawan (2012) yang didapat dari aspek kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi. Dalam penelitian ini menggunakan aspek kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi sesuai dengan teori Siagian (1995). Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan jenis data interval dan dengan sistem penilaian empat skala. Responden memilih satu dari empat jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk jawaban pernyataan favourable SS (4), S (3), TS (2), STS (1). Sedangakan skor jawaban pernyataan unfavourable SS (1), S (2), TS (3), STS (4). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi tingkat kinerjanya, dan semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah kinerja subjek tersebut.
56 Aspek 1) Kualitas Kerja 2) Ketepatan Waktu Tabel 2. Blue Print Skala Kinerja Karyawan Indikator a. Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. b. Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan. c. Tanggung jawab yang dimiliki. d. Kesesuaian hasil kerja dengan tujuan organisasi a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. b. Perencanaan dalam melakukan pekerjaan. c. Ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja 3) Inisiatif a. Pemberian ide/ gagasan dalam berorganisasi. b. Tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 4) Kemampuan a. Keterampilan yang dimiliki. b. Kemauan dan kemampuan memanfaatkan sumber daya atau potensi. 5) Komunikasi a. Komunikasi di organisasi. b. Relasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas. No. Aitem Favorable Unfavorable Jumlah 21 30 2 3 31, 36 3 1, 45 43 3 5 15, 18 3 12, 23 16, 38 4 10, 26 6, 20 4 8, 17 35 3 22, 27 32, 39 4 14 2, 24 3 34, 37 9, 41 4 7, 29, 42 13, 44 5 4, 25 33 3 19, 28 11, 40 4 Jumlah 23 22 45 f
57 2. Skala Konflik Kerja Skala konflik peran disusun berdasarkan dimensi-dimensi konflik kerja menurut Jehn yang terdiri dari konflik tugas, konflik hubungan dan konflik proses. Skala disusun dengan model Likert, dengan jenis data interval dan subjek memilih satu jawaban dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk jawaban favourable SS (4), S (3), TS (2), dan STS (1). Sedangkan untuk jawaban unfavourable SS (1), S (2), TS (3), dan STS (4). Data yang diperoleh berupa total skor. Semakin tinggi skor yang didapat maka konflik kerja yang ada tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang didapat maka konflik kerja yang ada berarti rendah. Tabel. 3 Blue Print Skala Konflik Kerja Aspek 1) Konflik Tugas 2) Konflik Hubungan 3) Konflik Proses Indikator a. Perbedaan pendapat tentang tugas ditempat kerja No. Aitem Favorable Unfavorable 3, 5, 21, 27 Jumlah f 13, 15 6 b. Perbedaan ide/pendapat. 1, 25 4, 8, 18 5 a. Ketegangan Hubungan 11, 12, 19 23 4 b. Kemarahan dan emosional a. Perbedaan pendapat tentang tanggung jawab dan siapa yang harus melakukan. b. Perbedaan pendapat tentang alokasi sumber daya. 14, 28 10, 20 4 9, 17 24, 29 4 7, 16 2, 6, 22, 26 6 Jumlah 15 14 29
58 3. Skala Perilaku Kepemimpinan Alat ukur perilaku kepemimpinan yang digunakan merupakan modifikasi dari Leader Behavior Description Questionnaire (LBDQ) yang dibuat oleh Ohio State University (1957). LBDQ terdiri dari dua aspek yaitu initiating structure dan consideration. Skala dimodifikasi dengan model Likert dan jenis data interval. Subjek akan memilih satu jawaban dari 4 pilihan jawaban yaitu Selalu (A), Sering (B), Jarang (C), Tidak Pernah (D). Skor untuk jawaban favourable A (4), B (3), C (2), D (1) dan untuk jawaban unfavourable A (1), B (2), C (3), D (4). Skala penelitian ini terdiri dari 35 pernyataan yang mengukur perilaku kepemimpinan dan 5 pernyataan yang sengaja dibuat untuk menyamarkan tujuan pengukuran. Sehingga skala yang akan diberikan pada subjek penelitian sejumlah 40 pernyataan. Data yang diperoleh berupa total skor yang menunjukan perilaku kepemimpinan tinggi bila didapatkan total skor yang tinggi, dan bila skor yang diperoleh rendah maka perilaku kepemimpinan juga rendah.
59 Tabel. 4 Blue Print Skala Perilaku Kepemimpinan Aspek 1) Initiating Structure 2) Considera Tion Indikator a. Memperhatikan kebutuhan bawahan b. Berusaha menciptakan suasana saling percaya dan saling menghargai c. Simpati terhadap perasaan bawahan d. Memiliki sikap bersahabat e. Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain No. Aitem Jumlah Favora Unfavor ble able F 13 12 2 3, 23 15, 36 4 8 6, 26 3 21, 28, 18, 31 4 31 34, 38 10, 20 4 a. Mengutamakan 9, 22 14 3 tercapainya tujuan dan produksi yang tinggi b. Mengutamakan 16 2, 4 3 penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan c. Banyak melakukan 27 5, 11 3 pengarahan d. Melaksanakan tugas 17, 29 7, 24 4 dengan prosedur kerja yang ketat e. Tegas dan melakukan 35, 39 30 3 pengawasan secara ketat f. Penilaian kerja semata-mata berdasarkan hasil kerja 32 33 2 Jumlah 17 18 35 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur Validitas atau kesahihan merupakan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013). Uji validitas pada
60 penelitian ini menggunakan validitas tampang, validitas isi, dan validitas konstruk. Validitas tampang dilakukan dengan penyusunan bentuk dan penampilan instrument yang sedemikian rupa sehingga memotivasi responden untuk mengisi. Validitas isi dilakukan melalui pendapat profesional (professional judgement) yaitu dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing Idan II, serta oleh reviewer I dan II. Validitas konstruk berkaitan dengan kesanggupan alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, dan alat ukur penelitian dikatakan valid bila nilai sig α (Siregar 2013). Penghitungan validitas alat ukur akan dibantu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 18 for Windows. 2. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013). Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas dengan rentang 0 sampai 1, semakin mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya. Pengukuran reliabilitas penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dan dikatakan reliabel bila koefisien reliabilitas (r xx ) > 0,6 (Siregar, 2013). Penghitungan reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini akan dibantu dengan menggunakan SPSS versi 18 for Windows.
61 F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Siregar, 2013). Analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan hipotesis pertama sedangkan hipotesis kedua dan ketiga, dibuktikan dengan menggunakan analisis korelasi parsial. yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel. Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu, yaitu: 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan terhadap serangkaian data untuk mengetahui populasi data terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorof-Smirnov dan dikatakan berdistribusi normal apabila taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%). b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui antara variabel tergantung dan variabel bebas mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan linier apabila taraf signifikansi (pada kolom linearity) kurang dari 0,05 atau 5% (Priyatno, 2010). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas
62 Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui hubungan linear antara varibel independen dalam model regresi. Data dapat diolah apabila uji multikolinearitas menunjukkan nilai di bawah 10 pada Variance Inflation Factor ( VIF < 10) dan nilai Tolerance lebih dari 0,1 (Priyatno, 2012). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan model regresi. Uji heteroskedastisitas terpenuhi apabila tidak ada heteroskedastisitas di dalam data tersebut, yaitu dengan melihat pola pada diagram Scatterplot. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan uji model regresi linier yang memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain. Syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi, ditunjukkan oleh angka D-W di antara -2 sampai +2 (Santoso, 2000). Uji asumsi dasar dilakukan sebagai prasyarat analisa korelasi parsial, sedangkan uji asumsi klasik dilakukan sebagai persyaratan menggunakan analisa regresi linier berganda. Perhitungan analisa data penelitian tersebut akan dibantu dengan menggunakan SPSS versi 18 for windows.