BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BAGAN PERAHU (CUNGKIL) DI PPP LEMPASING, BANDAR LAMPUNG

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

4 HASIL. Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar. 1)

KAPAL IKAN PURSE SEINE

VIII. ANALISIS FINANSIAL

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Adawyah, R. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANGKAP JARING RAMPUS DI PPN KARANGANTU PROVINSI BANTEN YOHAN JIMMY RONALDO

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

METODE PENANGKAPAN IKAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

ANALISIS EFISIENSI USAHA PENANGKAPAN NELAYAN JARING ARAD DI TPI ROBAN KABUPATEN BATANG

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Unit Penangkapan Jaring Rajungan dan Pengoperasiannya Jaring rajungan yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat mempunyai kontruksi jaring yang terdiri dari tali ris atas, tali ris bawah, tali pelampung, pemberat, badan jaring dan tali tambahan untuk pelampung tanda dan pemberat tambahan. Gambar jaring dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Kontruksi Jaring Rajungan A. Tali Ris Atas Tali ris atas yang digunakan terbuat dari bahan PE multifilament berdiameter 1 mm dan tali ris ini berfungsi sebagai tempat pengikat pelampung. B. Tali Ris Bawah Tali ris bawah selain berfungsi sebagai tali yang mengikat badan jaring di bagian bawah, juga berfungsi sebagai tempat memasang pemberat. Tali ris bawah terbuat dari bahan PE multifilament berdiameter 1 mm. 45

46 C. Tali pelampung Tali pelampung berfungsi untuk melekatkan pelampung pada tali ris atas. Tali pelampung ini terentang sempura sepanjang badan jaring pada tiap-tiap piece jaring. Bahan tali pelampung ini terbuat dari bahan PE multifilament yang berdiameter 1,5 mm. D. Pemberat Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan jaring. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berbentuk silinder berdiameter luar 0,7 cm dan panjang 0,9 cm. E. Badan Jaring Badan jaring terbuat dari bahan nylon PA monofilament berwarna putih transparan dengan nomor 25 dan diameter 0,25 mm. Besar mata jaring (mesh size) 4 inchi atau 10 cm. Ukuran panjang total mencapai 50 m dan tinggi jaring 0,6 m untuk satu unit. Jumlah mata jaring arah mendatar (mesh length) 1.316 mata dan jumlah mata jaring arah tegak (mesh depth) 8 mata. F. Pelampung Pelampung yang dipasang pada tali pelampung terbuat dari bahan karet sendal jepit berbentuk bulat dengan panjang 3 cm, lebar 3 cm. Jarak antar pelampung 420 cm dengan jumlah pelampung satu unit 13 buah. Pelampung tambahan atau yang biasa disebut pelampung tanda digunakan dari bahan gabus yang diikatkan dengan kayu, batu dan diberi bendera sebagai tanda yang dipasang pada ujung jaring.

47 G. Tali pemberat Tali pemberat berfungsi untuk melekatkan pemberat pada tali ris bawah. Bahan tali pemberat terbuat dari bahan PE multifilament yang berdiameter 1,5 mm. Kapal yang digunakan pada saat operasi penangkapan rajungan memiliki ukuran panjang 10,4 m, lebar 1,7 m, dalam 0,8 m. Kapal digerakkan dengan menggunakan kapal motor dengan kekuatan 24 PK. Gambar kapal dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Kapal Jaring Rajungan Nelayan yang menangkap rajungan menggunakan jaring rajungan di Teluk Banten berjumlah 37 orang, dan dibagi menjadi dua kelompok nelayan yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik yaitu nelayan yang mempunyai kapal, sedangkan nelayan buruh yaitu nelayan yang tidak mempunyai kapal dan hasil tangkapan biasanya dijual kepada nelayan pemilik.

48 Pengoperasian jaring rajungan dalam satu kali penangkapan (trip) meliputi persiapan jaring, perjalanan ke fishing ground, penebaran jaring (setting), dan kembali ke darat. Pada sore hari kembali menarik jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengukuran terhadap rajungan. Operasi penangkapan rajungan dimulai dengan penebaran jaring (setting). Perahu diberangkatkan dari pantai pada pukul 04.00 WIB. Jarak antara pantai dengan fishing ground yaitu 3,2 mil (satu stengah jam sampai dua jam perjalanan). Setelah sampai di daerah penangkapan sekitar pukul 06.00 WIB, kemudian dilakukan penebaran jaring selama kurang lebih 30 menit. Jaring dipasang dengan posisi terentang memotong arus perairan. Pada bagian ujung bawah jaring dipasang jangkar berupa batu dan pada bagian atas jaring disambung tali selambar untuk diikatkan oleh pelampung dengan tanda berupa bendera. Setelah jaring terpasang, sekitar pukul 06.30 WIB perahu kembali pulang. Pada sore harinya dilakukan penarikan jaring (hauling). Perahu berangkat pada pukul 15.00 WIB dan sampai di tempat penebaran jaring pada pukul 17.00 dilakukan pengangkatan jaring dan penanganan terhadap hasil tangkapan. 5.1.1 Komposisi dan Distribusi Hasil Tangkapan Jaring Rajungan Jenis hasil tangkapan Jaring Rajungan di Teluk Banten antara lain : rajungan dan jenis ikan lainnya. Jumlah dan Jenis Hasil Tangkapan Bulanan tahun 2014-2015 disampaikan pada Tabel 5.1 berikut ini :

49 Tabel 5.1 Jumlah dan Jenis Hasil Tangkapan Bulanan Jaring Rajungan Jenis Hasil Tangkapan Bulan Rajungan (kg) Jenis lain (kg) Jumlah (kg) Agustus 2014 154 176 330 September 2014 112 149 261 Oktober 2014 143 138 281 Nopember 2014 120 114 234 Desember 2014 118 127 245 Januari 2015 45 72 117 Februari 2015 78 61 139 Maret 2015 39 45 84 April 2015 59 53 112 Mei 2015 47 74 121 Juni 2015 68 82 150 Juli 2015 91 156 247 Jumlah (kg) 1074 1247 2321 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Angkat Tahun 2014-2015 Jumlah dan jenis hasil tangkapan bulanan diperoleh rajungan sebanyak 1074 kg dan ikan lainnya sebanyak 1247 kg. Jenis ikan lain dari hasil tangkapan jaring rajungan adalah campuran jenis ikan hasil tangkapan yang berjumlah sedikit, seperti kerang darah, ikan tapi-tapi (Drepane punctata), ikan sebelah (Psettodes erumei), ikan tetengkek (Megalaspis cordyla), Kepiting bakau (Scylla serrata). Jenis-jenis hasil tangkapan jaring rajungan selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 3. Rantai pemasaran ikan hasil tangkapan jaring rajungan dipegang oleh bandar penampung yang bertugas untuk melakukan sortasi terhadap hasil tangkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar untuk kemudian disalurkan pada para pengecer, pedagang dari luar kota, konsumen atau pengolah produk hasil tangkapan (pembuat ikan asin).

50 Pengolah ikan hasil hasil tangkapan jaring rajungan adalah para pengrajin pengolah ikan yang mengolah ikan hasil tangkapan jaring rajungan menjadi ikan asin yang bertempat tinggal di sekitar PPN Karangantu. Produk usaha ini selanjutnya dipasarkan disekitar lokasi penampungan atau pasar-pasar di luar lokasi penangkapan. 5.1.2 Keragaan Unit Penangkapan Jaring Rajungan Keragaan usaha unit penangkapan jaring rajungan di desa Karangantu dapat dipaparkan melalui sumber dan besarnya modal serta distribusi pendapatan. 5.1.2.1 Sumber dan Besarnya Modal Sumber modal yang digunakan dalam usaha penangkapan dengan jaring rajungan berasal dari nelayan pemilik, dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Sumber dan Besarnya Modal Jaring Rajungan A B Investasi 1. Alat Tangkap (u.e : 2 tahun) 2.500.000 2. Kapal (u.e : 10 tahun) 60.000.000 3. Mesin tempel 24 PK (u.e : 5 tahun) 6.000.000 Jumlah Investasi 68.500.000 Biaya Tetap 1. Penyusutan Alat Tangkap (nilai sisa : Rp 0,00) 1.250.000 2. Penyusutan Kapal (nilai sisa : Rp 5000.000 5.500.000 3. Penyusutan Mesin Tempel 24 PK (nilai sisa : Rp 700.000) 1.060.000 4. Perijinan (PAS KAPAL) (u.e : 1 tahun) 60.000 5. Perawatan kapal 300.000 6. Perawatan mesin 300.000 Jumlah Biaya Tetap 8.470.000

51 C Biaya Variabel 1. Konsumsi 2 orang x 360 hari x Rp 10.000 7.200.000 2. Retribusi 2,5 % x Rp Total Revenue 2.073.525 3. Balok Es 5 buah @ 10000 x 360 18.000.000 4. Solar 10 liter @ 6400 x 360 24.480.000 Jumlah 51.753.525 5. Upah Tenaga Kerja 50% x (Rp Total Revenue - Rp Total variabel cost) 15.593.738 Jumlah Biaya Tidak Tetap + Upah Tenaga Kerja 67.347.263 Jumlah Biaya (Biaya variabel + biaya biaya tetap) 75.817.263 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Rajungan Tahun 2014-2015 dan Data Olahan (2015) Pendapatan yang diperoleh nelayan dan pemilik melalui sistim bagi hasil. Nelayan pemilik dan nelayan buruh mendapatkan masing-masing sebanyak 50% pada setiap kali penjualan hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional. Berdasarkan analisis usaha setiap tahunnya, besar modal yang dibutuhkan untuk usaha unit penangkapan dengan jaring rajungan memerlukan biaya tetap sebesar Rp. 8.470.000,00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 67.347.263 per tahun. Investasi terbesar digunakan untuk pembelian kapal sebesar Rp 60.000.000,00 dengan jumlah total investasi Rp. 68.500.000. Biaya tidak tetap terbesar digunakan untuk pembelian solar sebesar Rp 24.480.000,00 per tahun. Nelayan Jaring Rajungan memperoleh seluruh modalnya dari nelayan pemilik. Secara rinci analisis usaha penangkapan Jaring Rajungan dipaparkan pada Lampiran 6.

52 5.1.2.2 Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan bagi nelayan jaring rajungan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi usaha unit penangkapan jaring rajungan terhadap nilai total penangkapan yang diperoleh. Nilai pendapatan yang diperoleh nelayan jaring rajungan bergantung pada jumlah biaya yang dikeluarkan, dan harga serta jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Pendapatan Jaring Rajungan Penerimaan Musim Puncak : (Juli - Desember; 151 trip) Rajungan : 738 kg x Rp. 80.000,00 59.040.000 Jenis lain : 860 kg x Rp. 3.000,00 2.580.000 Jumlah 61.620.000 Musim Biasa : (Januari - Juni; 140 trip) Rajungan : 336 kg x Rp. 60.000,00 20.160.000 Jenis lain : 387 kg x Rp. 3.000,00 1.161.000 Jumlah 21.321.000 Jumlah Penerimaan (Total Revenue) 82.941.000 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Rajungan Tahun 2014-2015 dan Data Olahan Dari tabel di atas terlihat bahwa harga jual hasil tangkapan per tahun sebesar Rp. 82.941.000. Biaya tidak tetap sebesar Rp.67.347.263 dan upah yang diperoleh nelayan jaring rajungan sebesar Rp. 15.593.738 per orang per tahun (dilihat pada tabel 5.2). 5.2 Unit Penangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) dan Pengoperasiannya Jaring angkat (Stick-Held Dip Net) yang dioperasikan oleh nelayan Teluk Banten terdiri atas waring yang dibentuk menjadi kantong berbentuk kubus, pipa

53 besi, bambu, tali temali, lampu dan kapal bermesin. Unit penangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) yang terdapat di Desa Karangantu dapat dilihat pada Gambar 5.3. Bagian waring berbentuk kantong kubus tanpa sisi atas dengan ukuran panjang 10 m, lebar 10 m dan dalam 3 m. Kedalaman yang dibentuk oleh waring tersebut bertujuan untuk menghambat atau menghadang arah pergerakan ikan lari dari area penangkapan. Gambar 5.3. Unit Penangkapan Jaring Angkat (Stick-Heldd Dip Net) Konstruksi waring tersebut dapat menghambat pergerakan ikan yang cenderung menghindari waring menuju ke arah kedalaman perairan pada saat waring dinaikan ke permukaan air. Bagian waring terbuat dari bahan polyamide monofilament berwarna hitam dengan mesh size berkisar antara 0,2 cm 0,6 cm. Agar waring dapat terbentang dengan baik, maka dibentuk kerangka yang

54 terbuat dari bambu yang berlubang atau pipa besi pada bagian atas waring dekat permukaan air. Penaikan dan penurunan waring bertumpu pada bambu anjungan yang memiliki diameter antara 10 cm 12 cm serta panjang lebih kurang 10 m. Bambu anjungan tersebut ditegakkan pada bagian haluan dan buritan kapal dengan sudut lebih kurang 60 dari permukaan air laut ke arah bagian kiri kapal. Bambu anjungan sebagai tiang utama di dalam pengoperasian Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) dilapisi cat dengan tujuan meningkatkan ketahanan sehingga lebih tahan lama. Bingkai waring dari bambu berdiameter berkisar 8 cm 10 cm dan panjang masing-masing 9 m dimaksudkan agar jaring dapat terentang dengan baik. Bingkai bambu juga dilengkapi dengan bingkai besi berdiameter lebih kurang 6,35 cm. Ujung pada bambu waga diberi lubang untuk mengkaitkan tali agar dapat menghubungkan bambu dengan pipa besi. Pipa besi berfungsi sebagai pembuka mulut waring dan pemberat agar bambu waga dapat tenggelam. Pengoperasian Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) dimulai dengan menyalakan lampu sebagai lampu cahaya penarik bagi ikan (light fishing) pada bambu penyangga. Diameter bambu penyangga petromaks berkisar 8 cm 10 cm dan panjang 10 m. Bambu penyangga berfungsi untuk menempatkan lampu agar tepat berada di tengah kantung waring. Lampu yang digunakan saat operasi penangkapan ikan berjumlah 12 buah. Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) menggunakan kapal bermesin dengan ukuran p x l x d : 13m x 2,5m x 1,2 m. Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net)

55 mempunyai kemampuan untuk berpindah daerah penangkapann menggunakan mesin berkekuatan 30 PK dan terletak pada badan kapal bagian dalam ruang mesin atau inboard Persiapan operasi penangkapan dilakukan sebelum menujuu fishing ground, antara lain mempersiapkan perbekalan berupa makanan dan bahan bakar, serta memeriksa kondisi waring, lampu, keranjang dan mesin kapal. Jumlah perbekalan yang dipersiapkan sesuai dengan lama perjalanan pulang pergi menuju fishing ground. Waktu yang diperlukan untuk mencapai fishing ground berkisar antar 3 4 jam perjalanan. Jangkar segera diturunkan setibanya kapal di fishing ground dan dipastikan kapal tidak terbawa arus. Kegiatan penangkapan dilakukan setibanya kapal di lokasi penangkapan pada saat matahari mulai terbenam, selanjutnya lampu dinyalakan. Setelah ikan terkumpul cukup banyak di bawah lampu, perlahan-lahan waring diturunkan. Pada saat waring diturunkan nelayan tetap memperhatikan keberadaan ikan, kemudian waring dibiarkan sampai diperkirakan ikan terkumpul kembali dan lampu segera dikeluarkan dari palkah dan ditempatkan kembali di lambung kiri kapal di daerah tangkapan (catchable area). (Gambar 5.4). Gambar 5.4. Lampu pada Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net)

56 Penarikan waring dilakukan oleh seorang nelayan secara perlahan. Saat waring sudah mendekati permukaan, lalu pengangkatan waring dipercepat agar ikan yang berada di daerah tangkapan (catchable area) tidak dapat meloloskan diri. Ikan yang berada di kantong waring diambil menggunakan serok, dimasukkan ke dalam keranjang dan dilakukan sortasi (Gambar 5.5). Ikan hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) dapat dilihat pada Lampiran 8. Gambar 5.5 Proses Penyerokan dan Sortasi Hasil Tangkapan 5.2.1. Komposisi dan Distribusi Hasil Tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) Jenis ikan hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) di Desa Karangantu antara lain teri, (Stolephorus spp.), cumi-cumi (Loligo sp.) dan lemuru (Sardinella longiceps). Hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) tahun 2014-2015 disampaikan pada tabel 5.4 berikut ini :

57 Tabel 5.4. Jumlah dan Jenis Hasil Tangkapan Bulanan Jaring Angkat Jenis Hasil Tangkapan Bulan Jenis lain Jumlah Cumi (kg) Teri (kg) Lemuru (kg) (kg) Agustus 2014 492 872 203 46 1613 September 2014 383 679 256 21 1339 Oktober 2014 199 317 164 24 704 Nopember 2014 96 263 75 11 445 Desember 2014 79 68 25 8 180 Januari 2015 89 115 68 28 300 Februari 2015 94 132 81 31 338 Maret 2015 146 176 93 42 457 April 2015 225 429 198 32 884 Mei 2015 465 2107 298 77 2947 Juni 2015 654 3947 329 82 5012 Juli 2015 823 3985 610 91 5509 Jumlah (kg) 3745 13090 2400 493 19728 Prosentase% 18,983171 66,35239 12,16545012 2,498986212 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Angkat Tahun 2014-2015 Di tabel 5.4 terlihat hasil tangkapan didominasi oleh teri (Stolephorus spp.) sebanyak 66,35%, cumi-cumi (Loligo sp.) sebanyak 18,98%, lemuru (Sardinella longiceps) sebanyak 12,16% dan jenis ikan lain yang dicampurkan sebanyak 2,49 %. Saluran pasar hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) secara spesifik hampir sama dengan saluran pasar hasil tangkapan Jaring Rajungan. Posisi tawar produsen atau nelayan cenderung dikuasai oleh tengkulak yang berperan sebagai bandar atau penampung hasil tangkapan. Berikut gambar proses jual beli hasil tangkapan (Gambar 5.6).

58 Gambar 5.6. Proses Jual Beli Hasil Tangkapan Jaring Angkat Hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) disalurkan kepada pedagang besar luar kota untuk kemudian didistribusikan ke pengecer di Serang dan pengecer di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Gambar 5.5. memperlihatkan adanya keterlibatan pedagang besar luar kota yang membeli hasil tangkapan dari komoditas yang tidak dapat diserap oleh pengecer lokal maupun konsumen pengolah. Hasil tangkapan yang diserap pedagang besar luar kota adalah jenis cumi-cumi (Loligo sp.), sedangkan untuk jenis hasil tangkapan teri (Stolephorus spp.) dan lemuru (Sardinella longiceps) pada umumnya mampu diserap oleh pengecer lokal maupun konsumen pengolah untuk dipasarkan ke konsumen. Pedagang besar luar kota menampung ikan hasil tangkapan untuk kepentingan konsumen di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan kota-kota di sekitar Serang. Pengecer lokal menampung ikan hasil tangkapan untuk kepentingan konsumen yang datang ke lokasi Tempat Pendaratan Ikan (TPI) maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar sekitar lokasi Tempat Pendaratan Ikan

59 (TPI). Gambaran umum tentang saluran pemasaran hasil tangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) dapat dilihat pada Gambar 5.7. Nelayan Bandar / Tengkulak Pedagang Besar Luar Kota Pengecer di Srg Pengecer di DKI Konsumen Konsumen Pengecer Pengolah Ikan Konsumen Gambar 5.7. Saluran Pemasaran Hasil Tangkapan Jaring Angkat 5.2.2. Keragaan Usaha Penangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) Keragaan usaha penangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) di Desa Karangantu dapat dipaparkan dengan berapa besarnya modal, bersumber darimana modal tersebut serta distribusi pendapatan. 5.2.2.1 Sumber dan Besarnya Modal Sumber modal dalam usaha penangkapan ikan menggunakan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) berasal dari pemilik, dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Sumber dan Besarnya Modal Jaring Angkat A Investasi 1. Kapal (u.e. : 10 tahun) Rp. 200.000.000 2. Mesin induk 30 PK (u.e. : 5 tahun) Rp. 20.000.000 3. Mesin generator 8 PK (u.e : 5 tahun) Rp. 7.000.000 4. Alat tangkap (u.e. : 5 tahun) Rp. 4.000.000 5. Lampu merkuri 12 buah x 400 watt (u.e: 2 tahun) Rp. 7.200.000 6. Serok 1 buah (u.e : 2 tahun) Rp. 25.000 Jumlah Investasi Rp. 238.225.000

60 B C Biaya Tetap 1. Penyusutan kapal (nilai sisa : Rp 12.000.000,00) Rp. 18.800.000 2. Penyusutan mesin induk (nilai sisa : Rp. Rp 5.000.000,00) 3.000.000 3. Penyusutan mesin generator (nilai sisa : Rp. Rp 3.500.000,00) 700.000 4. Penyusutan alat tangkap (nilai sisa : Rp. Rp 300.000,00) 740.000 5. Penyusutan lampu merkuri (nilai sisa : Rp 0,00) Rp. 3.600.000 6. Penyusutan serok (nilai sisa : Rp 0,00) Rp. 12.500 7. Perizinan SIUP (Surat Ijin Usaha Perikanan) u.e. : Rp. 3 tahun 500.000 8. Perawatan kapal Rp. 500.000 9. Perawatan mesin Rp. 500.000 Jumlah Biaya Tetap Rp. 28.352.500 Biaya Variabel Biaya Operasional 1. Solar mesin induk 36 liter x 291 trip x Rp. Rp 6.400,00... 67.046.400 2. Solar mesin generator 19 liter x 291 trip x Rp. Rp 6.400,00... 35.385.600 3. Pelumas mesin induk 1,8 liter x 291 trip x Rp. Rp 20.000,00... 10.476.000 4. Pelumas mesin generator 1 liter x 291 trip x Rp. Rp 20.000,00.... 5.820.000 5. Balok Es 8 buah x @ 10000 x 291 trip.. Rp. 23.280.000 6. Konsumsi 3 orang x 291 trip Rp. 10000... Rp. 8.730.000 7. Retribusi 2,5 % x Rp Total Revenue. Rp. 8.865.394 Jumlah Biaya Variabel Rp. 159.603.394 8. Upah Tenaga Kerja 50% x (Rp Total Revenue - Rp Rp. Total biaya variabel).. 97.506.178 Jumlah Biaya Tidak Tetap + Upah Tenaga Rp. Kerja... 257.109.572 Jumlah Biaya... Rp. 285.462.072 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Angkat Tahun 2014-2015 dan Data Olahan Pendapatan diperoleh melalui sistim bagi hasil antara nelayan dan pemilik, yaitu dengan cara pemotongan sebanyak 50 % pada setiap kali penjualan hasil tangkapan, setelah dikurangi biaya operasional. Modal yang dibutuhkan dalam usaha penangkapan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) di Desa

61 Karangantu diperlukan biaya tetap sebesar Rp 28.352.500,00 per tahun dan biaya tidak tetap sebesar Rp 257.109.572,00 per tahun. Investasi terbesar digunakan untuk pembelian kapal sebesar Rp 200.000.000,00 dengan jumlah total investasi Rp. 238.225.000. Biaya tidak tetap terbesar digunakan untuk pembelian solar mesin induk dan mesin generator sebesar Rp 102.432.000 dalam 291 trip. Nelayan Jaring Angkat (Stick-Held Dip Net) memperoleh seluruh modalnya dari nelayan pemilik. Secara rinci analisis usaha penangkapan Jaring Angkat (Stick- Held Dip Net) dipaparkan pada Lampiran 10. 5.2.2.2 Distribusi Pendapatan Besarnya nilai pendapatan yang diperoleh nelayan Jaring Angkat (Stick- Held Dip Net) bergantung pada jumlah biaya yang dikeluarkan, serta harga dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Pendapatan Jaring Angkat Penerimaan Musim Puncak : (April - Juli; 103 trip) Cumi : 2.167 kg x Rp 35.000,00 Rp. 66.635.250 Teri : 10.468 kg x Rp 15.000,00 Rp. 157.020.000 Lemuru : 1.435 kg x Rp 7.500,00 Rp. 10.762.500 Jenis lain : 282 kg x Rp 2.000,00 Rp. 564.000 Jumlah 234.981.750 Musim Biasa : (Agustus - Maret; 188 trip) Cumi : 1.578 kg x Rp 40.000,00 Rp. 63.120.000 Teri : 2.622 Kg x Rp 18.000,00 Rp. 47.196.000 Lemuru : 965 Kg x Rp 9.000,00 Rp. 8.685.000 Jenis lain : 211 kg x Rp 3.000,00 Rp. 633.000 Jumlah 119.634.000 Jumlah Penerimaan (Total Revenue) 354.615.750 Sumber : Catatan Nelayan Jaring Angkat Tahun 2014-2015 dan Data Olahan

62 Dari tabel di atas terlihat bahwa harga jual hasil tangkapan per tahun sebesar Rp 354.615.750,00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp 257.109.572,00 per tahun. Upah tenaga kerja sebesar Rp 97.506.178,00 per tahun untuk 3 orang Anak Buah Kapal (ABK) atau Rp 32.502.059,00 per orang per tahun (dilihat pada tabel 5.5). 5.3 Usaha Pengenalan Alat Tangkap Alternatif (Jaring Angkat) di Pelabuhan Pantai Karangantu Usaha pengenalan suatu alat tangkap bukanlah hal yang mudah dan dapat diterima begitu saja oleh nelayan setempat, melainkan memerlukan beberapa tahap pengkajian menyangkut aspek teknik, finansial, sosial dan peluang pengembangan alat tangkap tersebut. 5.3.1 Aspek Teknik Prinsip utama teknik penangkapan jaring angkat tidak jauh berbeda dengan penangkapan jaring rajungan, yaitu dioperasikan pada malam hari dan one day fishing tetapi perbedaannya yaitu jaring rajungan bersifat stationer (menetap dalam satu waktu) dan jaring angkat bersifat mobile (bisa berpindah-pindah). Hasil penangkapan untuk jaring rajungan berfokus terhadap hasil tangkapan rajungan, untuk jaring angkat berfokus terhadap penangkapan ikan teri, cumi dan lemuru. 5.3.2 Aspek Finansial Penerimaan dihitung berdasarkan produksi total hasil tangkapan, yaitu dengan cara menghitung jumlah produksi setiap trip pada musim-musim tertentu

63 selama satu tahun. Musim puncak untuk pengoperasian jaring angkat berada pada bulan April sampai Juli, berlangsung 103 trip. Musim biasa berada pada bulan Agustus sampai Maret berlangsung selama 188 trip. Sehingga usaha penangkapan jaring angkat berlangsung 291 trip. Berbeda dengan unit penangkapan jaring angkat, musim penangkapan jaring rajungan berada pada bulan Juli sampai Desember (merupakan musim puncak) dan berlangsung 151 trip. Musim biasa berada pada bulan Januari sampai Juni berlangsung selama 140 trip. Sehingga usaha penangkapan jaring rajungan berlangsung 291 trip. 5.3.2.1 Analisis Kriteria Investasi Untuk melakukan analisis finansial, penyusunan cashflow pada usaha penangkapan jaring rajungan dan jaring angkat sangatlah diperlukan. Beberapa hasil yang diperoleh dari penyusunan cash flow antara lain : 1. Net benefit tanpa proyek dengan keadaan semula yaitu unit penangkapan jaring rajungan sebesar Rp 7.123.737,00. 2. Nilai hasil tangkapan pada tahun ke 1 sampai tahun ke 10 diperkirakan tetap yaitu sejumlah Rp. 354.615.750,00. 3. Pada akhir tahun ke-6 diperoleh nilai sisa sebesar Rp.8.800.000,00. Terdiri dari nilai sisa mesin induk Rp 5.000.000,00, mesin generator Rp 3.500.000,00, dan alat tangkap Rp 300.000,00. Pada akhir proyek diperoleh nilai sisa sebesar Rp 20.800.000,00 terdiri atas nilai sisa kapal sebesar Rp 12.000.000, mesin induk Rp 5.000.000,00, mesin generator Rp 3.500.000,00, dan alat tangkap Rp 300.000,00.

64 4. Pada tahun ke-6 dilakukan pembeliaan mesin induk baru seharga Rp 20.000.000,00, mesin generator Rp 7.000.000,00, alat tangkap 4.000.000,00. 5. Setiap awal tahun dilakukan perawatan kapal dan mesin sebesar Rp 500.000 untuk masing-masing perawatan. 6. Upah nelayan diperkirakan tetap dari tahun ke 1 sampai dengan tahun ke 10 7. Sumber dana berasal dari pinjaman Bank untuk penggantian jaring rajungan sebesar Rp 169.725.000, dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 12,5%. Arus masuk pada cashflow terdiri atas dua unsur, yaitu nilai dari hasil tangkapan dan nilai sisa. Nilai yang diperoleh dari hasil tangkapan jaring angkat diperkirakan sebesar Rp. 354.615.750 (Lampiran 10). Nilai sisa merupakan nilai dari alat pada akhir umur ekonomisnya. Arus keluar pada cashflow terdiri atas investasi dan biaya operasional. Investasi terdiri atas kapal, mesin-mesin, alat tangkap, lampu dan serok. Biaya operasional terdiri atas solar, pelumas, balok es, konsumsi, retribusi, dan upah nelayan. Lampiran 12 memperlihatkan perkiraan biaya operasional jaring angkat sebagai alternatif pengganti jaring rajungan di Teluk Banten, Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Kota Serang Provinsi Banten. 5.3.2.2 Tingkat Kelayakan Finansial Usaha Untuk melakukan pengenalan alat tangkap alternatif di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Kota Serang Provinsi Banten, terlebih dahulu harus diketahui besarnya biaya yang diperlukan untuk satu unit jaring angkat.

65 Tabel 5.7. Perbandingan Komponen Investasi Jaring Angkat dan Jaring Rajungan No Jenis Investasi Jaring Angkat Jaring Rajungan Jumlah Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp) 1 Kapal 1 unit 200.000.000,00 1 unit 60.000.000,00 2 Mesin induk 1 unit 20.000.000,00 - - 3 Mesin generator 1 unit 7.000.000,00 - - 4 Mesin temple - - 1 unit 6.000.000,00 5 Alat tangkap 1 unit 4.000.000,00 1 unit 2.500.000,00 6 Lampu merkuri @400 watt 12 buah 7.200.000,00 - - 7 Serok 1 buah 25.000,00 - - J u mlah 238.225.000,00 68.500.000,00 Sumber : Hasil wawancara dengan nelayan (2015) Ditabel 5.7 terlihat Investasi yang dibutuhkan untuk satu unit jaring angkat adalah sebesar Rp 238.225.000,00, yaitu untuk pembelian kapal, mesin induk, mesin generator, alat tangkap, lampu merkuri, dan alat serok. Sementara investasi untuk unit penangkapan jaring rajungan di Teluk Banten hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 68.500.000,00 atau 22 % dari keseluruhan investasi untuk unit penangkapan jaring rajungan. Keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan jaring angkat per tahun adalah sebesar Rp 69.153.678,00, angka tersebut diperoleh dari total revenue dikurangi total biaya investasi jaring angkat (perhitungan selengkapnya ada di lampiran 10), sedangkan keuntungan dari unit penangkapan jaring rajungan per tahun sebesar Rp 7.123.738,00 angka tersebut diperoleh dari total revenue dikurangi total biaya investasi jaring angkat (perhitungan selengkapnya ada di lampiran 6). Dengan demikian keuntungan yang diperoleh dari unit usaha

66 penangkapan jaring angkat per tahun hamper 9,7 kali dari keuntungan yang diperoleh unit penangkapan jaring angkat. Perbandingan investasi antara jaring angkat dan jaring rajungan dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Analisis Usaha Penangkapan Jaring Angkat dan Jaring Rajungan No Jenis Investasi Jenis Usaha Jaring Angkat Jaring Rajungan 1 Investasi (Rp) 238.225.000,00 68.500.000,00 2 Penerimaan (Rp) 354.615.750,00 82.941.000,00 3 Total Biaya (Rp) 285.462.072,00,00 75.817.263 4 Pendapatan Usaha per orang 32.502.059 5.197.912,50 per tahun (Rp) 5 B-C Rasio 1,2 1,1 Sumber : Diolah dari data primer Pendapatan Nelayan untuk unit penangkapan jaring angkat rata-rata per tahun per orang adalah Rp 32.502.059,00 atau 6 kali dari pendapatan yang diperoleh nelayan jaring rajungan yaitu hanya sebesar Rp 5.197.912,50 per tahun. Apabila dibandingkan keuntungan usaha penangkapan jaring rajungan dan jaring angkat ataupun pendapatan yang diperoleh oleh nelayan per tahun, maka unit penangkapan jaring angkat memberikan keuntungan yang lebih tinggi. Analisis usaha dari unit penangkapan jaring angkat dan jaring rajungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 6 dan 10. Penilaian terhadap kelayakan finansial usaha unit penangkapan jaring angkat menggunakan berbagai kriteria investasi, yaitu NPV, Net B/C Rasio, IRR, dan Payback Period. Perhitungan nilai kriteria investasi usaha penangkapan jaring angkat menggunakan arus pengeluaran dan penerimaan yang diukur dengan nilai

67 sekarang, yaitu dengan cara mendiskontokan penerimaan dan pengeluaran dengan menggunakan discount rate 12,5%. Angka 12,5% diperoleh dari angka kredit konsumsi non kpr yang diberikan oleh Bank BRI. Dua skenario pembiayaan yang dianalisis yaitu modal yang berasal dari modal sendiri (sebelum pembiayaan) dan modal yang berasal dari bank dan modal sendiri (setelah pembiayaan). Nilai-nilai kriteria investasi yang diperoleh sebelum dan sesudah pembiayaan dari unit penangkapan jaring angkat yang digunakan sebagai alternatif pengganti jaring rajungan disajikan ditabel 5.9 Tabel 5.9. Kriteria Investasi Sebelum dan Sesudah Pembiayaan pada Unit Penangkapan Jaring Angkat. No Kriteria Investasi Sebelum Pembiayaan Setelah Pembiayaan 1 NPV 123,448.721,84 96.770.546,77 2 Net B/C 1,50 2,28 3 Payback Period 1,93 2,46 4 IRR 13,73 13,01 Sumber : Diolah dari data primer Nilai NPV yang diperoleh apabila menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri (sebelum pembiayaan) adalah sebesar Rp 123.448.721,84, berarti jumlah net benefit yang diproleh dari unit penangkapan jaring angkat selama umur proyek 10 tahun apabila dihitung dari nilai saat ini Rp 123.448.721,84. Apabila modal berasal dari bank dan modal sendiri (setelah pembiayaan) NPV bernilai Rp 96.770.546,77 berarti jumlah net benefit yang diperoleh dari unit penangkapan jaring angkat selama umur proyek 10 tahun apabila dihitung dari nilai saat ini Rp 96.770.546,77.

68 Nilai Net B/C sebesar 1,5 (sebelum pembiayaan) dan 2,35 (setelah pembiayaan). Hal ini menandakan bahwa penerimaan lebih besar dari pengeluaran. Payback Period sebesar 1,93 tahun (sebelum pembiayaan) yang berarti investasi dapat kembali dalam jangka waktu 1,93 tahun. Payback Period sebesar 2,46 tahun (setelah pembiayaan) yang berarti investasi dapat kembali dalam jangka waktu 2,46 tahun. IRR 13,73% (sebelum pembiayaan) dan 13,01 (setelah pembiayaan). Pada tingkat interest rate 13,73% usaha penangkapan jaring angkat memberikan keuntungan sebesar 13,73% dari investasi yang ditanam. Nilai IRR 13,01 berarti usaha unit penangkapan jaring angkat memberikan keuntungan internal sebesar 13,01% dari nilai investasi yang ditanam. Analisis break even point pada usaha penangkapan jaring rajungan dan jaring angkat adalah perkiraan hasil tangkapan minimal yang dinyatakan jumlah tangkapan minimal yang harus diperoleh setiap tahun pada tingkat titik dimana tidak untung dan tidak rugi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai break event point unit penangkapan jaring rajungan terdapat pada titik total penerimaan dari hasil tangkapan sebesar Rp 42.680.588,24 atau terdapat pada titik produksi minimal 1194,37 kg (lampiran 7). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai break event point unit penangkapan jaring angkat terdapat pada titik total penerimaan dari hasil tangkapan sebesar Rp 101.901.624 atau terdapat pada titik produksi minimal 5.669 kg (lampiran 11).

69 Kriteria investasi suatu proyek layak untuk dilaksanakan apabila nilai NPV 0, Net B/C 1 dan IRR interest rate. Berdasarkan perhitungan NPV, Net B/C, IRR yang diperoleh dari unit penangkapan jaring angkat yang direncanakan untuk menggantikan jaring rajungan yang beroperasi di Teluk Banten, maka baik pada alternatif skenario sebelum pembiayaan dan setelah pembiayaan dapat disimpulkan bahwa unit penangkapan jaring angkat layak untuk dilakukan. 5.3.2.3 Analisis Sensitivitas Dampak dari perubahan-perubahan terhadap kelangsungan proyek sehingga dapat dianggap layak atau tidak, dilihat melalui analisis sensitivitas. Didalam tesis ini perubahan yang terjadi tersebut diasumsikan akibat dari naiknya harga rata-rata solar. Fluktuasi harga pasar bahan bakar solar selama bulan Desember 2014 s.d Juli 2015 dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak (Solar) Selama Bulan Des 2014 s.d Juli 2015 No Bulan Harga 1 Desember 2014 7500 2 Januari 2015 6400 3 Februari 2015 6400 4 Maret 2015 6900 5 April 2015 6900 6 Mei 2015 6400 7 Juni 2015 6400 8 Juli 2015 6400 Jumlah 53300 Harga rata-rata/bulan 7614 Prosentase kenaikan 15,95% Sumber : Media Online Wikipedia

70 Kenaikkan harga rata-rata solar didasarkan pada fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) solar sebesar 15,95% selama bulan Desember 2014 s.d Juli 2015. Akibat fluktuasi harga BBM solar cenderung mengalami kenaikan 15,95%, akan terjadi kenaikan biaya operasional (lampiran 16). Dari keadaan tersebut kriteria investasi yang diperoleh sebelum dan sesudah pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.11. Tabel 5.11. Kriteria Investasi Sebelum dan Sesudah Pembiayaan pada Unit Penangkapan jaring angkat setelah kenaikan BBM No Kriteria Investasi Sebelum Pembiayaan Setelah Pembiayaan 1 NPV 60.797.166,09 34.118.991,02 2 Net B/C 1,25 1,45 3 Payback Period 3,92 6,98 4 IRR 13,68 13,93 Sumber : Diolah dari data primer Nilai NPV yang diperoleh apabila menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri (sebelum pembiayaan) adalah sebesar Rp 60.797.166,09, berarti jumlah net benefit yang diproleh dari unit penangkapan jaring angkat selama umur proyek 10 tahun apabila dihitung dari nilai saat ini Rp 60.797.166,09. Apabila modal berasal dari bank dan modal sendiri (setelah pembiayaan) NPV bernilai Rp 34.118.991,02 berarti jumlah net benefit yang diperoleh dari unit penangkapan jaring angkat selama umur proyek 10 tahun apabila dihitung dari nilai saat ini Rp 34.118.991,02.

71 Net B/C sebesar 1,25 (sebelum pembiayaan) dan 1,45 (setelah pembiayaan). Hal ini menandakan bahwa penerimaan lebih besar dari pengeluaran. Payback Period sebesar 3,92 tahun (sebelum pembiayaan) yang berarti investasi dapat kembali dalam jangka waktu 3,92 tahun. Payback Period sebesar 6,98 tahun (setelah pembiayaan) yang berarti investasi dapat kembali dalam jangka waktu 6,98 tahun. IRR 13,68 % (sebelum pembiayaan) dan 13,93 % (setelah pembiayaan). Pada tingkat interest rate 13,68 % usaha penangkapan jaring angkat memberikan keuntungan sebesar 13,68 % dari investasi yang ditanam. Nilai IRR 13,93 % berarti usaha unit penangkapan jaring angkat memberikan keuntungan internal sebesar 13,93 % dari nilai investasi yang ditanam. Kriteria investasi suatu proyek layak untuk dilaksanakan apabila nilai NPV 0, Net B/C 1 dan IRR interest rate. Berdasarkan perhitungan NPV, Net B/C, IRR yang diperoleh pada skenario sebelum pembiayaan apabila terjadi kenaikan bahan bakar solar sebesar 15,95 %, maka baik pada skenario sebelum pembiayaan dan setelah pembiayaan apabila terjadi kenaikan harga BBM solar dapat disimpulkan bahwa unit penangkapan jaring angkat untuk mengganti jaring rajungan secara finansial layak untuk dilakukan.