BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. B. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan perijinan dengan dosen yang bersangkutan. Perijinan meliputi ijin pengambilan data, kelas, dan waktu. Penelitian ini mengambil data dari mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2010 sebagai responden untuk uji instrumen dan mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012 sebagai responden dalam obyek penelitian. Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu pengambilan data untuk uji coba instrumen dan pengambilan data untuk penelitian. Pengambilan data untuk penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 April 2013 pada jam 10.30 WIB dengan jumlah responden 64 mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012, sedangkan pengambilan data untuk uji coba instrumen dilakukan pada 80 responden mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2010. C. Hasil uji coba instrumen Uji coba instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, yaitu angket kemandirian belajar matematika mahasiswa dan pola asuh demokratis orang tua. Pengujian instrumen ini tidak digunakan sebagai try out terpakai, sehingga tidak langsung diujikan kepada obyek penelitian. Uji coba dilaksanakan satu kali pada mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2010 di dua kelas, yaitu kelas pertama di laksanakan pada hari Selasa, 9 April 2013 jam 13.30 WIB dengan jumlah mahasiswa 34 dan kelas kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 19
20 2013 jam 14.30 WIB dengan jumlah mahasiswa 46, sehingga terdapat 80 responden yang digunakan untuk uji coba instrumen. Hasil pengumpulan data untuk uji coba instrumen dari 80 responden tidak dapat digunakan semua, karena terdapat 3 mahasiswa yang tidak mengisi angket secara lengkap, sehingga dianggap gugur dan hanya terdapat 77 responden. Angket kemandirian belajar matematika mahasiswa terdiri dari 21 item. Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment dengan α = 5% dan n = 77, maka diperoleh nilai r tabel = 0,224. Hasil validitas item dapat terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Validitas Angket Kemandirian Belajar Matematika Mahasiswa No. No. r Item xy Keterangan Item r xy Keterangan 1 0,66 Valid 12 0,60 Valid 2 0,52 Valid 13 0,47 Valid 3 0,56 Valid 14 0,65 Valid 4 0,52 Valid 15 0,62 Valid 5 0,51 Valid 16 0,70 Valid 6 0,66 Valid 17 0,60 Valid 7 0,65 Valid 18 0,55 Valid 8 0,72 Valid 19 0,44 Valid 9 0,68 Valid 20 0,66 Valid 10 0,64 Valid 21 0,16 Tidak valid 11 0,48 Valid Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh 1 item yang tidak valid yaitu item nomor 21 dengan nilai r xy = 0,16. Item tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan untuk pengumpulan data. Lebih lanjut, karena ada item yang dibuang, maka kisi-kisi angket kemandirian belajar matematika mahasiswa berubah. Berikut ini adalah Tabel 4.2 kisi-kisi angket kemandirian belajar matematika setelah diuji validitasnya. Tabel 4.2. Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika Mahasiswa setelah Validitas Aspek No. Item Jumlah Fav Unfav Item Tanggung jawab 2, 6, 7, 9 5, 15, 17 7 Tegas 1, 10, 12, 16, 8, 20 6 Memburu minat baru dalam belajar 4, 14, 18, 19 3, 11, 13 7
21 Berdasarkan Tabel 4.2, jumlah item dalam aspek tanggung jawab dan aspek memburu minat baru dalam belajar tidak mengalami perubahan. Jumlah item aspek tegas tersisa 6 item yang semuanya termasuk dalam item favourable. Uji reliabilitas instrumen dianalisis menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan SPSS. Hasil perhitungan reliabilitas angket kemandirian belajar matematika mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Koefisien Reliabilitas Kemandirian Belajar Matematika Mahasiswa Cronbach's Alpha N of Items.903 20 Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada Tabel 4.3, koefisien reliabilitas kemandirian belajar matematika mahasiswa adalah 0.903. Berdasarkan Tabel 3.3, tingkat reliabilitas angket kemandirian belajar matematika mahasiswa termasuk dalam kategori sangat reliabel. Angket pola asuh demokratis orang tua terdiri dari 23 item. Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment dengan α = 5% dan n = 77, maka diperoleh nilai r tabel = 0,227. Berikut adalah hasil validitas instrument pola asuh demokratis orang tua pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Validitas Angket Pola Asuh Demokratis Orang Tua No. No. r Item xy Keterangan Item r xy Keterangan 1 0,77 Valid 13 0,73 Valid 2 0,45 Valid 14 0,75 Valid 3 0,59 Valid 15 0,36 Valid 4 0,69 Valid 16 0,60 Valid 5 0,56 Valid 17 0,39 Valid 6 0,34 Valid 18 0,45 Valid 7 0,68 Valid 19 0,76 Valid 8 0,38 Valid 20 0,70 Valid 9 0,59 Valid 21 0,66 Valid 10 0,75 Valid 22 0,49 Valid 11 0,64 Valid 23 0,44 Valid 12 0,63 Valid Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat semua nilai r xy dari setiap item lebih dari 0,224, sehingga semua item dari angket pola asuh demokratis orang tua
22 valid dan dapat digunakan untuk penelitian. Lebih lanjut, karena semua item dari pola asuh demokratis orang tua valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data, maka kisi-kisi angket tidak berubah. Uji reliabilitas instrumen dianalisis menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan SPSS. Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pola asuh demokratis orang tua dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Koefisien Reliabilitas Pola Asuh Demokratis Orang Tua Cronbach's Alpha N of Items 0.908 23 Berdasarkan pada Tabel 4.5, koefisien reliabilitas untuk angket pola asuh demokratis orang tua adalah 0,908. Tingkat reliabilitas untuk angket pola asuh demokratis orang tua termasuk dalam kategori sangat reliabel. Berdasarkan hasil uji coba dan analisis uji validitas dan reliabilitas kedua angket, maka item yang dapat digunakan adalah 20 item untuk angket kemandirian belajar matematika mahasiswa dan 23 item untuk angket pola asuh demokratis orang tua. Item-item dari kedua angket tersebut akan digunakan dalam penelitian ini. D. Analisis Deskriptif Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu kemandirian belajar matematika mahasiswa sebagai variabel terikat dan pola asuh demokratis sebagai variabel bebas. Berdasarkan hasil pengambilan data, skor dari masing-masing responden dan variabel dapat dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan skor kemandirian belajar matematika mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012, diperoleh skor terendah dan tertinggi berturut-turut adalah 49 dan 91. Rata-rata kemandirian belajar matematika mahasiswa adalah 72,1 dan simpangan baku sebesar 8,76. Kemandirian belajar matematika mahasiswa kemudian digolongkan menjadi tiga, yaitu golongan tinggi, sedang, dan rendah. Distribusi frekuensi kemandirian belajar matematika mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4.6.
23 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Matematika Mahasiswa Kriteria Interval Frekuensi % Tinggi 74 100 31 48,44 Sedang 47 73 33 51,56 Rendah 20 46 - - Jumlah 64 100 Berdasarkan penggolongan pada Tabel 4.6, jumlah mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar matematika sedang dan tinggi relatif sama. Terdapat 31 mahasiswa yang masuk dalam kategori mempunyai kemandirian belajar matematika tinggi atau sebesar 48,44%, dan 33 mahasiswa atau 51,56% masuk dalam kategori sedang, dengan demikian tidak ada mahasiswa yang masuk dalam kategori rendah pada kemandirian belajar matematika mahasiswa. Variabel pola asuh demokratis orang tua memperoleh skor terendah 64 dan tertinggi 112. Rata-rata pola asuh demokratis orang tua adalah sebesar 89,42 dan simpangan baku sebesar 11,85. Lebih lanjut, pola asuh demokratis orang tua juga dibagi menjadi tiga golongan. Distribusi frekuensi pola asuh demokratis orang tua dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Kriteria Interval Frekuensi % Tinggi 85 115 43 67,12 Sedang 54 84 21 32,81 Rendah 23 53 - - Jumlah 64 100 Berdasarkan Tabel 4.7, mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012 Universitas Kristen Satya Wacana cenderung mendapatkan pola asuh demokratis orang tua yang tergolong tinggi. Terdapat 43 mahasiswa atau sebesar 67,12% termasuk dalam golongan tinggi, golongan sedang terdapat 21 mahasiswa atau 32,81%, dan tidak ada mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis orang tua yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan penggolongan data, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012 mempunyai kemandirian belajar matematika yang tergolong tinggi dan sedang hampir sama, yaitu 31 dan 33. Berbeda dengan pola asuh demokratis orang tua, sebagian besar mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012
24 mendapatkan pola asuh demokratis orang tua yang tinggi, yaitu 43 mahasiswa, sedangkan 21 mahasiswa termasuk yang mendapatkan pola asuh demokratis orang tua dalam kategori sedang. E. Uji Prasyarat Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data dan uji linieritas. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorof Smirnov Test dan uji linieritas menggunakan uji ANOVA dengan menggunakan SPSS For Windows versi 17.0. Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh nilai signifikasi 0,200 untuk kemandirian belajar matematika mahasiswa dan pola asuh demokratis orang tua. Nilai signifikasi tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. Lebih lanjut, berdasarkan hasil uji linieritas diperoleh nilai signifikansi 0,734, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang linier. Hasil kedua uji telah memenuhi syarat, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson Product Moment. F. Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai signifikansi 0,055. Nilai signifikan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan kemandirian belajar matematika. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis yang tinggi belum tentu akan memiliki kemandirian belajar matematika yang tinggi pula, sebaliknya mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis yang rendah, belum tentu memiliki kemandirian belajar matematika yang tinggi. G. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, diperoleh rata-rata dari kemandirian belajar matematika mahasiswa adalah 72,1 dan simpangan baku 8,76. Lebih lanjut, kemandirian belajar matematika mahasiswa digolongkan menjadi tiga, yaitu golongan tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan penggolongan tersebut, terdapat 31 mahasiswa yang masuk dalam kategori mempunyai kemandirian belajar matematika tinggi atau sebesar 48,44%, dan
25 33 mahasiswa atau 51,56% masuk dalam kategori sedang, dengan demikian, maka tidak ada mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang masuk dalam kategori kemandirian belajar matematika yang rendah. Berdasarkan penggolongan tersebut, rata-rata kemandirian belajar matematika mahasiswa masuk dalam kategori sedang. Hal ini wajar, karena 51,56% mahasiswa memiliki kemandirian belajar matematika yang tergolong sedang. Rata-rata pola asuh demokratis orang tua adalah sebesar 89,42 dan simpangan baku sebesar 11,85. Lebih lanjut, pola asuh demokratis digolongkan menjadi tiga. Golongan tinggi terdapat 43 mahasiswa atau sebesar 67,12% dan golongan sedang terdapat 21 mahasiswa atau 32,81%. Berdasarkan penggolongan tersebut, rata-rata pola asuh demokratis orang tua masuk dalam kategori tinggi, sebesar 67,12% mahasiswa mendapatkan pola asuh demokratis yang tergolong tinggi. Analisis korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment, karena data yang diolah keduanya berdistribusi normal dengan nilai signifikansi 0,200, dan kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang positif siginifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan kemandirian belajar matematika. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis yang tinggi belum tentu akan memiliki kemandirian belajar matematika yang tinggi pula, sebaliknya mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis yang rendah, belum tentu memiliki kemandirian belajar matematika yang tinggi. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Astuti (2005) yang mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis orang tua cukup berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan Starr (2011) yang melakukan penelitian di Amerika Serikat, menyatakan bahwa pola asuh demokratis orang tua tidak menjadi faktor penentu kemandirian belajar matematika mahasiswa. Lebih lanjut, Studenska (2012) juga mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis orang tua bukan menjadi faktor penentu dalam kemandirian belajar, namun faktor dari dalam diri atau sifat dari diri sendiri yang lebih berpengaruh kuat. Mahasiswa merupakan pelajar yang dianggap mampu untuk mandiri dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar dalam perkuliahan menuntut mahasiswa untuk aktif dalam mencari sumber belajar, mengatur waktu untuk
26 belajar, dan beberapa kegiatan belajar lain yang harus diatur secara mandiri. Oleh karena itu kemandirian belajar sangat diperlukan bagi seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Matematika. Kemandirian belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kematangan usia, jenis kelamin, kecerdasan, dan gen atau keturunan orang tua (Asrori, 2002 dan Thoha dalam Astuti, 2005). Menurut Basri (1995), Asrori (2002), dan Thoha (dalam Astuti, 2005), dan lingkungan keluarga, masyarakat, dan sistem pendidikan di sekolah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam membentuk kemandirian. Aktivitas pendidikan dalam keluarga, cara hidup orang tua, dan cara orang tua mengasuh dan mendidik anak merupakan faktor eksternal dari lingkungan keluarga. Faktor eksternal dari lingkungan keluarga ini, khususnya cara orang tua mengasuh dan mendidik anak yang disebut sebagai pola asuh demokratis orang tua telah digunakan sebagai variabel penelitian ini dan dihubungkan dengan kemandirian belajar matematika mahasiswa, keduanya tidak berhubungan positif signifikan. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengontrolan terhadap faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kemandirian belajar matematika. Faktor-faktor tersebut antara lain jenis pola asuh selain pola asuh demokratis, jenis kelamin, kecerdasan, dan lingkungan masyarakat. Lebih lanjut, tidak adanya pengontrolan pada usia responden juga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa pada angkatan 2012 berusia sama. Hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah pengisian angket pola asuh demokratis orang tua yang tidak diisi langsung oleh orang tua mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2012, namun langsung diisi oleh mahasiswa itu sendiri.