BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur. Perusahaan yang terdaftar di BEI digunakan sebagai objek penelitian karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan (annual report) kepada pihak luar perusahaan sehingga memungkinkan data tersebut dapat diperoleh dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai dengan selesai. B. Desain Penelitian Desain penelitian yang di gunakan adalah penelitian kausal. Penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen). Penelitian kausal ini menguji secara mengenai prediksi kebangkrutan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak pada bidang manufaktur. Maksud peneliti mengadakan studi kausal adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Jadi jika variabel X dihilangkan atau diubah dalam cara tertentu, masalah variabel Y terpecahkan. Studi kasus kausal adalah studi dimana 43
44 peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. (Uma Sekaran, 2014). C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari opini audit going concern dalam penyampaian laporan keuangan sebagai variabel dependen dan beberapa variabel independen yaitu prediksi kebangkrutan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999:63). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan variabel dummy. Variabel dependen ini diukur berdasarkan penilaian auditor tentang terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis atau tidak. 2. Variabel Independen a. Prediksi Kebangkrutan Metode yang di gunakan adalah metode analisis multivariate. Dalam metode ini yang paling popular adalah model yang di kembangkan oleh Edward I Altman (1968) menggunakan metode analisis multivariate dengan pengolahan datanya. Dalam penelitian ini kondisi keuangan perusahaan diproksikan dengan
45 menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Z Score. Rumus yang digunakan adalah: Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 X1 = working capital / total asset X2 = retained earnings / total asset X3 = earnings before interest and taxes / total asset X4 = book value of equity / book value of debt X5 = sales / total asset Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori perusahaan yang akan di prediksi tidak bangkrut diberi nilai dummy 1 dan kategori perusahaan yang akan di prediksi bangkrut diberi nilai dummy 0. Dalam model hasil penelitan lanjutan ini Altman menggunakann titik cut off sebesar 2,99 dan menggunakan grey area zone (zona hijau/daerah rawan kemungkinan munculnya klasifikasi yang salah) sebesar 1,81. Nilai Z-Score akan menjelaskan kondisi keuangan suatu perusahaan manufaktur dan non manufaktur dengan tingkat kategori: 1. Untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 mengindikasikan perusahaaan akan mengalami kebangkrutan. 2. Untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99 mengindikasikan perusahaan berada di daerah kelabu (grey area). Dalam kondisi ini perusahaan akan mengalami masalah keuangan yang harus di tangani dengan penanganan manajemen yang tepat, kalau tidak akan mengalami kebangkrutan. Pada daerah abu-abu (grey area) ini perusahaan mempunyai kemungkinan
46 bangkrut dan mempuyai kemungkinan tidak bangkrut, tinggal bagaimana pihak manajemen mengambil tindakan. 3. Untuk nilai Z-Score lebih dari 2,99 mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat sehingga indikasi akan adanya kebangkrutan dimasa mendatang sangat kecil. b. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini Audit Tahun Sebelumnya. Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu, diberikan kode 1 apabila auditee menerima opini audit going concern, sedangkan apabila auditee menerima opini audit non going concern diberikan kode 0 (Ramadhany, 2004). Menurut Arens et al (2008 : 374) Opini audit terdiri dari lima jenis yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat ini dikeluarkan jika terdapat kelima kondisi berikut terpenuhi : a) Seluruh laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan saldo laba dan laporan aliran kas sudah sudah dimasukkan dalam laporan keuangan. b) Tiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan. c) Bukti yang tepat dan memadai telah diakumulasi dan auditor telah melakukan penugasan sesuai dengan cara yang membuat ia dapat memastikan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan sudah dipenuhi.
47 d) Laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Hal ini juga berarti pengungkapan yang dimasukkan dalam penjelasan tambahan dan bagian lain dalam laporan keuangan sudah memadai. e) Tidak ada keadaan yang memerlukan paragraf penjelasan tambahan atau modifikasi dalam laporan. 2. Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (Uqualified Opinion With Explanatory Language). Dalam kaadaan tertentu auditor menambahkan suatu paragraf penjelas dalam laporan audit meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Auditor merasa perlu untuk menambahkan informasi tambahan berupa paragraf penjelas atau modifikasi kata, jika terdapat situasi : a) Kurangnya penerapan konsisten atas prinsip akuntansi berlaku umum. b) Keraguan atas kelangsungan usaha perusahaan. c) Auditor menyetujui adanya perbedaan dengan prinsip yang wajib diterapkan. d) Penekanan atas suatu hal. e) Pelaporan yang melibatkan auditor lain. 3. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
48 Laporan opini dengan pengecualian adalah laporan yang dapat dihasilkan dari pembatasan ruang lingkup auditor atau tidak diterapkannya prinsip akuntansi berlaku umum. 4. Opini Tidak Wajar (Advers Opinion) Opini tidak wajar digunakan hanya jika auditor yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan secara material telah salah saji atau menyesatkan karena tidak dinyatakan dengan wajar sesuai posisi keuangan atau hasil operasi dan aliran kas sesuai GAAP. 5. Tidak Memberikan Opini (Disclaimer Opinion) Laporan dengan tidak memberikan opini diterbitkan bila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan keseluruhan dinyatakan dengan wajar. Perlunya menolak memberikan opini muncul bila terdapat pembatasan ruang lingkup luar biasa kepada auditor atau terdapat hubungan yang tidak independen sesuai kode etik antara auditor dan klien. Salah satu dari situasi seperti ini membuat auditor tidak dapat memberikan opini kepada laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor juga dapat memiliki opsi untuk menerbitkan tidak adanya opini atas terjadinya masalah kelangsungan usaha. Perbedaan antara tidak memberikan opini dan opini tidak wajar terletak pada kurangnya pengetahuan. Auditor harus memiliki cukup pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak dinyatakan dengan wajar untuk dapat menerbitkan opini tidak wajar. Baik tidak memberikan opini atau opini tidak wajar hanya digunakan pada kondisi yang sangat material.
49 c. Kualitas Auditor Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangannya, perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big four). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big four diberi nilai dummy 1 dan kategori perusahaan yang menggunakan jasa selain KAP yang berafiliasi dengan KAP Big four diberi nilai dummy 0. d. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh pihak / institusi diluar manajerial.kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Faizal, 2004). Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik. Variabel ini diukur dengan berapa besar saham yang dimiliki oleh publik pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Indonesia Capital Market Directory (ICMD) telah dinyatakan berapa besarnya kepemilikan oleh publik. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
50 Kepemilikan Institusional Jumlah Saham Institusional x 100 % Total Saham Beredar e. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen. Tingkat kepemilikan manajerial ini diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali dengan jumlah saham yang beredar (Pancawati, 2009). Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kepemilikan Manajerial Jumlah Saham Manajerial x 100 % Total Saham Beredar D. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia untuk periode waktu 2012, 2013, 2014. Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu industri yang berbeda antara suatu sektor dengan sektor industri yang lain, serta pengukuran going concern seharusnya diutamakan pada keputusan ekonomi dan tidak berdasarkan pertimbangan secara politis. Dipilihnya tahun 2012 2014 dalam hal ini penulis ingin menggali lebih dalam kecenderungan pemberian opini going concern untuk jangka waktu yang belum pernah diteliti sebelumnya.
51 Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2014. 2. Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan 2012 sampai dengan 2014. 3. Perusahaan yang mengalami rugi sekurang-kurang nya 2 periode laporan keuangan (2 tahun) secara berturut-turut pada periode 2012-2014. 4. Laporan tahunan disajikan dalam mata uang rupiah selama periode penelitian. No Kriteria Jumlah 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 137 tahun 2012-2014 2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan 14 tahunan secara lengkap tahun 2012-2014 3 Perusahaan yang tidak mengalami kerugian 2 107 tahun berturut-turut tahun 2012-2014 4 Laporan tahunan disajikan dalam mata uang 6 dollar selama periode penelitian tahun 2012-2014 Jumlah sampel 10
52 E. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012, 2013, 2014 yang telah dipublikasikan dan tersedia di www.idx.co.id. Data tersebut meliputi data laporan keuangan tahunan perusahaan, profil perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan, laporan auditor independen dan data penyampaian laporan keuangan perusahaan. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder dengan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara mencatat dari dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. G. Teknik Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudjan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilakan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dalam bantuan SPSS 21. Alasan menggunakan alat regresi logistik(logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy. Asumsi normal distribution tidak dapat terpenuhi karena variabel bebas
53 merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan variabel katagorial (non metrik). Hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Gujarati (2013) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedasity untuk masing-masing variabel independennya. H. Metode Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian dianalisis dengan statistik sebagai berikut : 1. Uji Regresi Logistik Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistic (logistic regression). Karena menurut (Ghozali 2005, h. 9) metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik seperti dalam penelitian ini. Logistic regression digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel prediksi kebangkrutan, kualitas audit, opini tahun audit tahun sebelumnya, dan kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern.
54 GCO = α + β1 ZS + β2 OAS+ β3 KA + β4 KI + β5 KM GCO = Opini going concern (variabel dummy, 1 untuk auditee dengan opini audit going cocern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO). α βi ZS = Konstanta = Koefisien regresi = Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan dua model prediksi kebangkrutan Altman Zscore untuk perusahaan manufaktur. OAS = Opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya (kategori 1 bila opini audit going concern (GCAO), 0 bila bukan (NGCAO). KA = Kualitas auditor yang diproksikan variabel dummy (1 untuk auditor yang tergabung skala besar (big 4) dan 0 untuk yang bukan (non big 4). KI KM = Kepemilikan Perusahaan Institusional = Kepemilikan Perusahaan Manajerial 2. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis Secara Parsiak (Uji t) Uji t di lakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen parsial.
55 Pengujian ini di lakukan uji dua arah dengan hipotesis: Ho : Tidak ada pengaruh signifikan dari variabel terhadap variabel dependen. H1 : Ada pengaruh signifikan dari variabel terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan : a) jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima b) jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak b. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersamasama atau simultan terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) menyatakan bahwa semua variabel independen yang di masukan dalam model tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen, sedangkan H1 menyatakan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai f di hitung lebih besar dari pada f table, maka Ho dapat di tolak dan H1 di terima. Sebaliknya jika f di hitung lebih kecil dari pada f table maka Ho di terima, H1 di tolak. Bila berdasarkan nilai profitabilitas, maka profitabilitas >0,05(<0,05), maka Ho di terima (di tolak). 3. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa uji statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
56 Ho : model yang di hipotesiskan fit dengan data H1 : model yang di hipotesiskan tidak fit dengan data Hipotesis ini tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang di gunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah profitabilatas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Pengujian hipotesis nol data alternatif dilakukan dengan cara L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan kata (Ghozali, 2011). 4. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox and Snell s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R 2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diimterprestasikan. Nagelkerke s R Square merupakan modifikasi dari koefesien Cox and Snell s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell s R 2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke s R 2 dapat diinterprestasikan seperti nilai R 2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali, 2011).
57 5. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai obsevasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghazali, 2011). 6. Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala kolerasi yang kuat diantara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matrik kolerasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya kolerasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen sama dengan nol (Ghazali, 2011).
58 7. Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukan kekuatan prediksi dari model regresi (Ghazali, 2011). Tahap ini dilakukan untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going cocern yang dilakukan oleh perusahaan.