ANALISIS PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA PRODI FISIKA FMIPA UNIMED PADA MATERI VEKTOR. Winsyahputra Ritonga. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KOGNITIF MAHASISWA JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR II

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

BAB 2 ANALISIS VEKTOR

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Pengantar Teknologi dan Aplikasi Elektromagnetik. Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

BESARAN VEKTOR B A B B A B

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar

BAB III METODE PENELITIAN

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

BESARAN SKALAR DAN VEKTOR. Besaran Skalar. Besaran Vektor. Sifat besaran fisis : Skalar Vektor

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH VEKTOR. Di Susun Oleh : Kelas : X MIPA III Kelompok : V Adisti Amelia J.M.L

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Bahan Ajar FISIKA SEKOLAH. Besaran fisika dan pengukurannya. Oleh : Sutrisno

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

terlatih dalam konsistensi dan keteraturan pola pikir dan prilaku terampil dalam membuat konstruksi ilmiah maupun konstruksi geometri.

Pengantar KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK MATERI I ANALISIS VEKTOR DAN SISTEM KOORDINAT

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

Vektor di Bidang dan di Ruang

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

STUDI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL VEKTOR DI SMA NEGERI 1 INDERALAYA

VEKTOR. Notasi Vektor. Panjang Vektor. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor (,, ) (,, ) di atas dapat dinyatakan dengan: Matriks = Maka = =

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

BAB II BESARAN VEKTOR

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Diferensial Vektor. (Pertemuan II) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Halimah Wahyuningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VEKTOR YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM KONTEKS YANG BERBEDA PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

ULANGAN TENGAH SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MATA PELAJARAN : FISIKA : LINTAS FISIKA : SENIN, 7 OKTOBER 2013 ;120 MENIT

BAB III METODE PENELITIAN

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/ Materi Aktivitas Pembelajaran

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara

STUDI BUKU PEGANGAN DALAM KAITANNYA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA DI KECAMATAN BARUS

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

SILABUS FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Saeful Karim, Masrudin

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memiliki definisi yang sangat kompleks. Tidak ada

Bab 1 : Skalar dan Vektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 ANALISA SKALAR DANVEKTOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

Modul 6 berisi pengertian integral garis (kurva), sifat-sifat dan penerapannya. Pengintegralan sepanjang kurva, kita harus memperhatikan arah kurva,

A n a l i s i s K e s u l i t a n S i s w a S M A d a l a m Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Pokok Bahasan Peluang

SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI-112 Nama Mata Kuliah : Fisika Industri Jumlah SKS : 3 Semester :

BAB III METODE PENELITIAN

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Bab 3 Medan Listrik. A. Pendahuluan

III. METODE PENELITIAN. variabel yang akan diamati yaitu kemampuan berpikir dan tingkat penguasaan

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R

Kata. Kunci. E ureka Jika kalian mempunyai rekaman terjadinya tsunami, tontonlah bersama teman-teman kalian. Kemudian, jawablah pertanyaanpertanyaan

DAFTAR ISI BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BILANGAN PECAHAN KELAS VIII SMP 19 MANOKWARI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGAJARAN HASIL KALI TITIK DAN HASIL KALI SILANG PADA VEKTOR SERTA BEBERAPA PENGEMBANGANNYA. Suwandi 1.

Transkripsi:

191 ANALISIS PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA PRODI FISIKA FMIPA UNIMED PADA MATERI VEKTOR Winsyahputra Ritonga Abstrak Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan analisis penguasaan konsep dan miskonsepsi mahasiswa pada topik vektor setelah mengikuti mengikuti perkuliahan mata kuliah gelombang. Subjek penelitian sebanyak 46 orang mahasiswa program studi fisika semester III pada Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014-2015. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen tes essay sebanyak 5 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,52% mahasiswa yang memiliki penguasaan konsep vektor dengan sangat baik, sebesar 8,70 % mahasiswa yang memiliki penguasaan konsep vektor dengan baik dan 34,78 % mahasiswa yang memiliki penguasaan konsep vektor dengan cukup baik. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa 95,65 % mahasiswa telah menguasi tentang konsep penjumlahan dua vektor, 93,48 % mahasiswa telah menguasi tentang konsep perkalian titik dua vektor, 84,78 % mahasiswa telah menguasi tentang konsep arah resultan perkalian titik dua vektor, 82,61 % mahasiswa telah menguasi tentang konsep perkalian silang dua vektor. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain 1) Pemahaman mahasiswa terhadap konsep vektor sudah baik, 2) Letak kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan vektor sebagian besar terletak pada kesalahan tentang konsep penentuan arah resultan dari perkalian vektor. Baik itu perkalian titik maupun perkalian silang dua buah vektor. Kata kunci: Penguasaan Konsep, Vektor PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat. Perkembangan iptek ini pada hakekatnya untuk menjawab perkembangan dan kebutuhan kehidupan manusia. Berbagai komponen sederhana maupun elektronik telah berhasil dirancang untuk memudahkan pekerjaan manusia. Penemuan dan keberhasilan yang diraih manusia, tidak lepas atau bahkan sangat bergantung dari keberadaan ilmu pengetahuan. Perkembangan iptek secara tidak langsung sangat dipengaruhi oleh perkembangan kajian ilmu Fisika. Dengan memanfaatkan teori, hukum, prinsip dan kajian fisika, manusia dapat menjelaskan dan mendefinisikan berbagai gejala alam, bahkan dapat memperkirakan gejala alam yang akan terjadi. Sebagai contoh, masalah perahu yang akan menyeberangi sungai. Jika air sungai tenang, dan arusnya berjalan lambat, perahu dapat dengan mudah menyeberangi sungai. Tetapi, jika arusnya deras, maka perahu akan hanyut. Sepintas, masalah ini adalah masalah yang sepele. Namun, dengan fisika, hal ini dapat ditelaah, dan menjadi dasar pemikiran Winstahputra Ritonga adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas negeri Medan

pemecahan masalah-masalah lainnya (Rahgunastra, 2012). Dengan menerapkan konsep vektor, penyelesaian permasalahan fisika di atas akan sangat mudah dipahami. Kamajaya (2007:50) menyatakan bahwa vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah. Vektor dapat menyederhanakan dan memecahkan masalah seperti masalah perahu di atas. Jika dimisalkan posisi perahu semula adalah A, dan tujuannya adalah B, perahu yang semula arahnya dari A ke B akan tiba di seberang sungai tidak di tujuan sebenarnya, misalnya C. Akan tetapi, dengan mengerti vektor, dapat ditemukan solusi agar perahu tetap tiba di B, yakni dengan mengarahkan perahu ke hulu untuk mengimbangi aliran sungai. Vektor merupakan pengetahuan yang sangat penting, dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Rahgunastra, 2012). Beberapa konsep vektor yang dipelajari dalam silabus prodi fisika antara lain perbedaan vektor komponen dan vektor satuan, menentukan vektor resultan, menentukan hasil kali vektor. Pembelajaran teori vektor selalu diawali dengan mendiskusi tentang perbedaan besaran skalar dan besaran vektor. Besaran Skalar adalah besaran yang memiliki besar namun tidak memiliki arah. Sedangkan besaran Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah (Kamajaya,2007:50). Perbedaan dua besaran di atas secara sederhana dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, panjang sebuah batang kayu adalah 5 m. Hal ini tentunya sudah cukup menggambarkan apapun tentang besi. Tidak perlu lagi mengetahui arah untuk mengetahui panjang batang kayu. Panjang cukup dinyatakan dengan angka dan satuan. Besaran inilah yang dimaksud dengan besaran skalar. Berbeda halnya dengan contoh berikut ini. Sepeda motor berubah posisi sejauh 2 kilometer. Pernyataan ini belum cukup untuk menjelaskan perubahan posisi dari sepeda motor. Kemana sepeda motor akan berubah posisi akan menjadi pertanyaan beriktunya. Materi selanjutnya dalam konsep vektor adalah berkaitan dengan vektor komponen dan vektor satuan. Setiap vektor dapat diuraikan menjadi 2 vektor yang saling tegak lurus (Kanginan, 2002:77). Pada koordinat kartesian, vektor dapat diuraikan ke arah sumbu x, sumbu y dan sumbu z jika 3 dimensi. Vektor-vektor hasil penguraian inilah yang disebut dengan vektor komponen. Vektor yang terletak di sumbu x, disebut dengan vektor komponen sumbu x, dan vektor yang terletak di sumbu y disebut dengan vektor komponen sumbu y. Besar dari vektor 192

komponen tergntung dari vektor bersangkutan, tetapi arahnya selalu diketahui dan konstan. Vektor satuan (unit vector) adalah vektor yang besarnya satu satuan (Istiyono, 2004:32). Vektor satuan berfungsi untuk menyatakan arah dari vektor dalam ruang, dimana vektor satuan arahnya sejajar sumbu koordinat, dan pertambahannya juga sejajar sumbu koordinat. Dalam koordinat kartesian xyz, vektor satuan biasanya dilambangkan dengan vektor satuan i untuk sumbu x positif, vektor satuan j untuk sumbu y positif dan vektor satuan k, untuk 3 dimensi. Menentukan vektor resultan dari penjumlahan dua buah vektor merupakan materi selanjutnya dalam konsep vektor. Untuk menentukan vektor resultan, terdapat 2 metode, yakni metode grafis dan metode analitis. Metode grafis dapat dibagi menjadi 3 metode yakni metode segitiga, metode jajar genjang dan metode polygon. Metode analitis juga dapat dibagi menjadi 3, yakni metode sinus, metode kosinus dan metode vektor komponen. Metode vektor yang lazim digunakan adalah metode jajar genjang untuk menentukan resultan 2 buah vektor dan metode vektor komponen untuk menentukan resultan banyak vektor. Perkalian Vektor merupakan materi selanjutnya dalam konsep vektor. Materi juga akan dibahas tentang arah resultannya. Dalam mempelajari konsep perkalian vektor diperkuliah ketelitian dan keuletan. Perkalian vektor ada 2 jenis, yaitu perkalian silang (cross product) dan perkalian titik ( dot produk). Dalam perkalian silang Hasil perkalian silang vektor A dan vektor B menghasikan vektor C (Kamajaya, 2007:62). Vektor C yang dihasilkkan selalu tegak lurus bidang yang dibentuk oleh vektor A dan vektor B, sehingga vektor C tegak lurus dengan vektor A dan juga dengan vektor C. Arah vektor C adalah mengikuti putaran sekrup, dimana jika A diputar ke arah B, maka hasil kali vektornya ke arah atas. Sebaliknya, jika B diputar ke arah A, atau B x A,maka hasil kali vektornya C ke arah bawah. Jadi hasil dan arah dari perkalian vektor A x B dengan B x A tidak sama. Dalam pembelajaran fisika, konsep vektor merupakan kemampuan prasyarat untuk mengikuti perkuliahan beberapa mata kuliah yang lain. Hal ini disebabkan banyak konsep fisika dalam bidang kajian lain bisa dipahami apabila telah menguasi konsep vektor. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pemahaman konsep mahasiswa terhadap konsep vektor sebagai masukan dalam memperbaiki perkuliahan konsep vektor. 193

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang banyak digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Sedangkan, Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Penelitian dilaksanakan pada mahasiswa Program Studi Fisika semester III Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014-2015 sesudah mengikuti mata kuliah gelombang materi vektor dengan jumlah subjek sebesar 46 mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini 194 adalah tes tertulis (tes diagnostik) berupa tes essay sebanyak 5 soal. Materi soal berkaitan dengan konsep vektor yaitu penjumlahan vektor, perkalian vektor dan arah resultan perkalian vektor. Penskoran tes essai dilakukan dengan metode analisa dimana jawaban dianalisa menjadi beberapa elemen yang terpisah dan untuk tiap item ditetapkan skor tertentu. Jawaban mahasiswa akan dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan skor yang diperolehnya. Jawabannya diskor dengan menggunakan pedoman penskoran yang dimodifikasi berdasarkan tahapan-tahapan pemecahan masalah yang ditemukan oleh Dianne M. Bunce dan Heikkeinen ( dalam Tanjung, 2003). Skor maksimum tiap soal adalah 20. Tingkat penguasaan konsep mahasiswa akan dikelompokkan berdasarkan konsep penilaian yang berlaku di Unimed. Tingkat dengan baik jika mahasiswa memperoleh nilai diatas 80 (B). Pengelompokan nilai mahasiswa dikelompokkan seperti tabel berikut: Tabel 1. Pengelompokan nilai mahasiswa No Rentang Nilai Huruf 1 90-100 A 2 80-89 B 3 70-79 C 4 0-69 E Keterangan: A = Sangat Kompeten B = Kompeten C = Cukup Kompeten D = Tidak Kompeten

Data yang diperoleh dari hasil tes dianalisa secara kuantitatif, kemudiaan menafsirkan jawaban yang dilakukan mahasiswa. Hubungan antara persentase kesalahan dengan tafsiran dinyatakan pada tabel 2 dibawah ini (Subino, 1987). Tabel 2. Tafsiran persentase kesalahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata nilai hasil belajar mahasiswa pada materi vektor No Nomor Soal/Nilai Jumlah Kod e 1 2 3 4 5 A H 1 20 20 20 10 20 90 A 2 20 10 20 20 0 70 C 3 20 20 15 15 0 70 C 4 20 20 10 20 0 70 C 5 20 20 20 15 20 95 A 6 20 20 10 10 10 70 C 7 20 20 20 10 20 90 A 8 20 20 20 20 20 100 A 9 20 20 20 20 20 100 A 10 20 20 20 10 5 75 C 11 20 20 15 20 20 95 A 12 20 20 20 10 20 90 A 13 20 10 20 20 0 70 C 14 20 20 20 20 20 100 A 15 20 20 10 20 0 70 C 16 20 20 20 10 0 70 C 17 20 20 20 20 20 100 A 18 20 20 20 20 20 100 A 19 25 25 25 15 10 100 A 20 20 20 20 20 20 100 A 21 20 20 20 20 20 100 A 22 20 10 20 20 0 70 C 23 5 20 20 20 10 75 C 24 20 20 20 10 0 70 C 25 20 20 20 20 20 100 A 26 20 20 20 20 20 100 A 27 20 20 20 20 20 100 A % Kesalahan Tafsiran 0 Tidak 1 25 Sebagian kecil 26 49 Hampir separuh 50 separuhnya 51 75 Sebagian besar 76 99 Hampir seluruhnya 100 Seluruhnya 28 20 20 20 20 20 100 A 29 0 20 20 20 20 80 B 30 20 20 10 20 20 90 A 31 20 20 20 20 20 100 A 32 20 20 20 20 20 100 A 33 20 20 20 20 20 100 A 34 20 20 20 20 20 100 A 35 20 20 10 0 20 70 C 36 20 20 10 20 0 70 C 37 20 20 10 20 0 70 C 38 20 20 20 20 20 100 A 39 20 20 20 20 20 100 A 40 20 20 20 0 20 80 B 41 20 20 15 20 0 75 C 42 20 20 20 20 20 100 A 43 20 20 0 20 20 80 B 44 20 20 15 0 20 75 C 45 20 20 15 15 20 90 A 46 20 20 20 0 20 80 B JUMLAH 4000 RERATA 86,96 Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa rata-rata nilai capaian mahasiswa prodi fisika pada materi vektor adalah 86,96. Nilai ini dikategorikan Kompeten (Baik). nilai ini menunjukkan secara umum mahasiswa prodi fisika Unimed telah menguasi konsep-konsep vektor dengan baik. 195

Dari data diatas terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa telah memperoleh nilai diatas 80. Ini menunjukkan bahwa sebahagian besar mahasiswa telah menguasi konsep vektor. Hasil yang diperoleh mahasiswa tentunya sudah cukup menggembirakan. Tetapi dari data diatas diperoleh informasi masih terdapat beberapa mahasiswa yang memperoleh nilai minimal lulus yaitu 70 (C). Ini tentunya akan menjadi perhatian dalam perkuliahan selanjutnya. Gambaran nilai diatas merupakan rata-rata dari keseluruhan nilai mahasiswa. Secara khusus, dibawah ini disajikan tabel rekapitulasi hasil belajar mahasiswa tentang materi vektor sebagai berikut. Tabel 2. Rekapitulasi nilai mahasiswa pada materi vektor Nilai Rentang Huruf Jumlah Persentase 90 100 A 26 56,52 80 89 B 4 8,70 70 79 C 16 34,78 0 69 D 0 0 Jumlah 46 100 Berdasarkan tabel 2 diatas terlihat bahwa 26 orang mahasiswa (56,52 %) memperoleh nilai A (nilai 90). Selanjutnya terdapat 4 orang mahasiswa (8,70 %) memperoleh nilai B (nilai 80 90). Kedua kelompok nilai ini merupakan kategori kompeten/baik. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa prodi pendidikan fisika (65,22%) telah 196 menguasai dengan baik materi vektor. Tetapi dari tabel 2 diatas juga diperoleh informasi, masih terdapat 16 orang mahasiswa (34,78) yang memperoleh nilai C ( nilai kompeten. 70-79) dalam kategori cukup Untuk meninjau tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi vektor dianalisis dengan melihat kemampuan mahasiswa untuk setiap butir soal. Tingkat kemampuan mahasiswa untuk setiap butir soal digambarkan pada tebel berikut. Tabel 3. Persentase kemampuan mahasiswa berdasarkan soal. No. Jawaban Soal % Benar % Salah 1 95,65 4,35 2 93,48 6,52 3 84,78 15,22 4 82,61 17,39 5 71,74 28,26 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dianaliasis hasil belajar siswa berdasarkan masing-masing soal sebagai berikut. 1. Soal nomor 1 merupakan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan dua buah vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 95,65 % menjawab dengan benar permasalah ini. Sementara terdapat 4,35 % mahasiswa yang menjawab salah permasalahan ini. Sebagaian besar

kesalahan mahasiswa terletak pada kesalahan melihat tanda + (positif) atau tanda (negatif) pada vektor posisi, sehingga hasil akhir menjadi salah. Berdasarkan data diatas diperoleh informasi bahwa hampir seluruhnya mahasiswa mampu menjawab permasalahan penjumlahan dua buah vektor. 2. Soal nomor 2 merupakan permasalahan tentang perkalian titik (dot) dari dua buah vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 93,48 % menjawab dengan benar permasalah ini. Sementara terdapat 6,52 % mahasiswa yang menjawab salah permasalahan ini. Sebagaian besar kesalahan mahasiswa terletak pada kesalahan pada konsep perkalian titik vektor. Mahasiswa masih memberikan jawaban dalam bentuk vektor. Padahal pada konsep perkalian titik vektor, hasil dari perkalian titik dari kedua vektor adalah skalar. Berdasarkan data diatas diperoleh informasi bahwa hampir seluruhnya mahasiswa mampu menjawab permasalahan penjumlahan dua buah vektor. 3. Soal nomor 3 merupakan permasalahan yang berkaitan dengan arah resultan dari dua buah vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 84,78 % mahasiswa menjawab dengan benar permasalah ini. Sementara terdapat 15,22 % mahasiswa yang menjawab salah permasalahan ini. Sebagaian besar kesalahan mahasiswa terletak pada kesalahan menentukan besar vektor posisi, sehingga hasil akhir menjadi salah. Berdasarkan data diatas diperoleh informasi bahwa hampir seluruhnya mahasiswa mampu menjawab permasalahan penjumlahan dua buah vektor. 4. Soal nomor 4 merupakan permasalahan tentang perkalian silang (cross) dari dua buah vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 82,61 % menjawab dengan benar permasalah ini. Sementara terdapat 17,39 % mahasiswa yang menjawab salah permasalahan ini. Sebagaian besar kesalahan mahasiswa terletak pada kesalahan pada konsep perkalian silang vektor. Mahasiswa masih memberikan jawaban yang sama seperti perkalian titik vektor. Padahal pada konsep perkalian silang, hasil dari perkalian silang dari kedua vektor adalah vektor. Berdasarkan data diatas diperoleh informasi bahwa hampir seluruhnya mahasiswa mampu 197

menjawab permasalahan penjumlahan dua buah vektor. 5. Soal nomor 5 merupakan permasalahan tentang arah resultan dari perkalian silang (cross) dari dua buah vektor posisi pada sumbu x, y, dan z. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 71,74 % menjawab dengan benar permasalah ini. Sementara terdapat 28,26 % mahasiswa yang menjawab salah permasalahan ini. Sebagaian besar kesalahan mahasiswa terletak pada konsep arah resultan dari perkalian silang dua buah vektor. Berdasarkan data diatas diperoleh informasi bahwa sebagian besar mahasiswa mampu menjawab permasalahan penjumlahan dua buah vektor. Dari hasil penelitian terlihat bahwa hampir seluruhnya mahasiswa bisa menyelesaikan masalah tentang penjumlahan dua buah vektor. Persentase mahasiswa yang menguasai tentang perkalian titik dua vektor lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase mahasiswa yang menguasi penjumlahan dua vektor. Demikian halnya persentase mahasiswa yang menguasai konsep perkalian silang dua vektor lebih kecil jika dibandingkan persentase mahasiswa yang menguasai konsep perkalian titil dua vektor. Persentase tingkat penguasaan mahasiswa terhadap konsep vektor sangat berkaitan dengan tingkat kesukaran materi perkuliahan. Materi penjumlahan dua vektor tergolong materi yang masih mudah dipahami mahasiswa. Sedangkan materi tentang perkalian silang dua vektor termasuk materi yang sulit dipahami pada perkuliahan vektor. Letak kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalah vektor sangat bervariasi. Dalam penyelesaian masalah penjumlahan vektor, kesalahan mahasiswa terletak pada kekurang telitian mahasiswa dalam melihat tanda plus (+) atau minus (-) dari nilai vektor. Sementara pada penyelesaian perkalian titik dua vektor, kesalahan mahasiswa terletak pada pemahaman konsep perkalian titik vektor, dimana mahasiswa menuliskan hasil perkalian titik dua vektor dalam bentuk besaran vektor. Padahal seharusnya hasil perkalian titik dua vektor merupakan besaran skalar. Berkaitan dengan penentuan arah resultan hasil perkalian dua vektor, letak kesalahan mahasiswa terletak pada masih lemahnya pemahaman mahasiswa terhadap konsep penyelesaiannya. 198

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman mahasiswa terhadap konsep vektor sudah baik. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian mahasiswa sebesar 86,96 yang masuk pada kategori kompeten (Baik). 2. Letak kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan permaslahan vektor sebagian besar terletak pada kesalahan tentang konsep penentuan arah resultan dari perkalian vektor. Baik itu perkalian titik maupun perkalian silang dua buah vektor. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian serta kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kepada pengajar materi vektor, untuk melihat tingkat pemahaman mahasiswa terhadap konsep vektor, diharapkan hendaknya melihat proses perhitungannya dan konsep apa yang harus digunakan dalam menjawab permasalahan yang diajukan dengan banyak memberikan latihan mengenai pemecahan masalah. Selain itu, Temuan miskonsepsi pada konsep vektor menjadi rekomendasi dalam memilih strategi yang tepat untuk mengatasinya pada saat perkuliahan. 2. Pada dasarnya, konsep vektor sangat berguna dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Tetapi terkadang peserta didik tidak memahami makna mengapa mempelajari vektor sehingga menganggap mempelajarinya merupakan sebuah kesia-siaan. Untuk itu bagi pengajar fisika diharapkan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya belajar konsep vektor. Selain itu juga diperlukan penerapan pembelajaran konstekstual sehingga bisa menjelaskan bagaimana aplikasi dari vektor ini dalam kehidupan manusia. 199

DAFTAR PUSTAKA Halliday, D, Resnick, R, & Walker, J. (2011) Prinsciples of Physics, 9 th Edition. New York : John Wiley & Sons. Istiyono, Edi ( 2004). Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Intan Pariwara Kanginan, Marthen. (2002). Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga Kamajaya (2007). Cerdas Belajar Fisika.Bandung : Grafindo Media Pratama Rahgunastra I Nyoman, (2012) http://www.sharinganswers.blogspo t.com. Subino, (1987), Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran, Jakarta, Depdikbud. Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitattif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Syaodih Nana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Tanjung R. (2003). Diagnosis kesalahan Siswa SMU dalam Memecahkan Soal-Soal Fluida Tak Bergerak dengan Pendekatan Pemecahan Masalah di SMUN 1 Medan, Laporan Penelitian FMIPA Unimed, tidak diterbitkan. 200