UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERAN AYAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

KEGIATAN MEMBACA BUKU CERITA DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN LITERASI DASAR ANAK USIA DINI NASKAH PUBLIKASI. Surakarta

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

BAB II LANDASAN TEORITIS

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GENAP 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dukungan dan perhatian yang lebih dari orang di sekitar guna membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Febi Rosalia Indah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya. resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

PERAN AYAH DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. sifatnya androgini, yakni baik ayah maupun ibu memiliki peran dengan fungsi

Transkripsi:

KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Muthmainnah Ibrahim F100110086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Muthmainnah Ibrahim F.100110086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

ABSTRAKSI KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA Muthmainnah Ibrahim Taufik Muwtchi_dankim@yahoo.co.id Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kelekatanremaja putri dengan ayahnya. Informan dalam penelitian ini di pilih secara purposive sampling. Adapun informan adalah remaja putri berjumlah 5 orang yang memiliki rentang usia 16-19 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Remaja putri menjadikan ayah sebagai figur kelekatan, dan kelekatan ini telah terjalin sejak masih kecil. Ayah sebagai figur lekat digambarkan sebagai sosok yang positif, yang baik, pengertian, mampu memberikan pengarahan-pengarahan yang positif dan tidak menghakimi serta mampu memenuhi keinginan dari remaja putri tersebut. Hal ini pula yang menjadikan komunikasi antara remaja putri dengan ayah baik, ayah menjadi tempat remaja untuk bercerita dan berkeluh kesah baik mengenai hal-hal terkait pendidikan hingga mengenai lawan jenis. Walaupun demikian, remaja putri belum bisa secara leluasa menggunakan haknya dalam mengambil keputusan, terlebih mengenai pendidikan. Ayah masih menjadi sosok pengambil keputusan utama. Hasil penelitian didapatkan bahwa remaja putri selain aktif dengan kegiatan sekolah, remaja juga aktif diluar kegiatan sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler dan les. Kata kunci: Kelekatan, Remaja Putri, Ayah. v

PENDAHULUAN Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama dan terus menerus. Kelekatan yang terjalin dengan baik sedari kecil akan berdampak baik pula kepada anak dimasa depannya, baik dalam kompetensi sosial, emosional maupun kognitifnya. Semakin baik kelekatan yang terjalin dimasa kecil, maka akan semakin baik pula hubungan anak dengan orang lain di masa depan. Sebagian besar anak telah membentuk kelekatan dengan pengasuh utama (primary care giver), ibu menjadi figur utama dalam menjalin kelekatan dengan anak pada usia sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya pada orang lain (Sutcliffe, 2002). Karena ibu lebih banyak meluangkan waktu dalam memberikan pengasuhan kepada anak mulai dari menyusui, memberi makan, sampai dengan memandikan dan mengganti popok. Dalam ilmu Psikologi, masih sangat jarang mengulas tentang peran vii 1 keayahan (fatherhood).hal inimenyebabkan peran dari ayah sendiri seolah terpinggirkan, dan lebih mengutamakan peran dari ibu. Dalamkeluarga, ayah cenderung di pandang sebagai sosok pencari nafkah, sementara ibu perannya lebihkepada pengasuhan anak. Seorang anak seharusnya bukan hanya memiliki kelekatan denganseorang ibu, akan tetapi dengan ayahnya juga. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,telah ditemukan bahwa seorang ayah lebih mungkin mendorong dalam pengambilan resiko dan eksplorasi pada anaknya dibandingkan seorang ibu. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa, seorang ayah memiliki pengaruh yang signifikanterhadappengembangan identitas pada kedua putra dan putrinya. Levine (dalam Gallo,2004) menjelaskan bahwa, apabila seorang ibu yang memuji anak perempuannya maka hanya dipandang sebagai pemandu sorak, akan tetapi bila seorang ayah yang memuji, maka ayah tersebut menganugrahkan identitas kepada anak perempuannya. Studi yang

melibatkan lebih dari 2700 remaja berusia 14-18 tahun juga menunjukkan bahwa remaja yang merasakan ketertarikan dan keterlibatan yang tinggi dari ayah mereka dalam urusan sekolah, memiliki sikap lebih positif terhadap sekolah dan guru-guru mereka daripada yang tidak (Flouri et al. 2007). Namun pada kenyataannya, saat ini remaja, terlebih remaja putri lebih sering berbagi cerita dan meminta saran dengan teman-teman disekitarnya dari pada menceritakannya pada orang tua.penelitian yang dilakukan oleh Steinberg (dalam Santrock, 2004) meyakini bahwa seringkali mengakibatkan terlepasnya ikatan orang tua dengan anak-anak mereka ketika mereka menapaki masa remaja. Remaja akan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya dari pada dengan orang tua. Sangat penting bagi seorang remaja putri, untuk memiliki kelekatan dengan ayahnya. Tidak banyak yang tahu bahwa kehangatan dari pihak ayah diprediksikandapatmeningkat perkembangan kognitif, emosional, dan sosial jangka panjang yang baik kepada anak (Berk, 2012). Peran ayah seperti tersebut sedikit banyak mendorong anak untuk membuka pintu kesuksesannya. Ayah mendorong anak untuk tumbuh mandiri, percaya diri, berprestasi, bercita-cita tinggi dan seterusnya. (Papalia dkk, 2008). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka muncul pertanyaan penelitian, Bagaimana kelekatan remaja antara remaja putri dengan ayahnya?. Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kelekatan Remaja Putri Dengan Ayahnya. Pengertian Kelekatan Istilah Kelekatan untuk pertama kalinya dikemukakan olehseorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby (Puspitadesi, 2013).Dia meyakini bahwa kelekatan adalah ikatan afeksional kekal yang memiliki suatu fungsi bioligis vital yang sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup dan bahwa hubungan antara seseorang viii 2

yang akan digunakannya untukmengeksplorasi dan mengusai dunia.kemudian formulasi yang lebihlengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969. Ainsworth mengungkapkan kelekatan sebagai suatu ikatan emosional antara anak dengan figure kelekatannya, seperti orang tua (Puspitadesi, 2013). Pengertian Remaja Putri Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.adapun Anna Freud (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahanperubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita merekadimana pembentukan citacita merupakan proses orientasi masa depan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, informan dipilih sebanyak 5 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteriaktiteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu: (1). Remaja putri berusia 16 19 tahun, (2). Memiliki kelekatan dengan ayah, (3). Tinggal di Surakarta. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode wawancara. Sementara untuk analisis data Creswell (2013) menyatakan ada 6 tahapan yaitu : Mengolah data, Membaca keseluruhan data, Mencoding data, Kategorisasi data, Mendeskripsikan dan menyajikan kategorisasi dalam bentuk deskripsi dan yang terakhir Menginterpretasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis terhadap 5 orang informan didapatkan bahwa remaja putri memiliki kedekatan yang ix 3

lebih kuat dengan ayah dibandingkan dengan ibu dan sudah terjalin sejak kecil. Dalam penelitian ini informan mengungkapkan bahwa lebih merasa nyaman berada didekat ayah dibandingkan ibu. Komunikasi yang terjalin antara ayah dan remaja putri pun baik. Informan menyatakan bahwa berkomunikasi dengan ayah tidak hanya bertemu dan bertatap muka tapi bisa lewat telepon. Karena komunikasi yang terjalin dengan baik ini, menyebabkan remaja terbuka dan mau menceritakan segala hal kepada ayah, mulai dari masalah sekolah hingga terkait teman lawan jenis yang dekat dengan remaja pun tak luput diceritakan kepada ayah. Informan mengungkapkan bahwa perasaan seperti sedih, khawatir, dan rindu merupakan emosi yang dirasakan saat berada jauh dengan ayah. Berdasarkan penuturan informan, bahwa ayah menerapkan aturan-aturan yang seperti waktu belajar, waktu bermain, pekerjaan dalam rumah, serta jam pulang malam. Hal ini disambut dengan positif oleh informan karenamerasa bahwa aturan tersebut baik untuk diri si remaja. Kedekatan yang terjalin ini menjadikan remaja juga terbuka terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar jam sekolah, seperti les dan kegiatan ekstrakurikuler, informan menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang diikuti ini mendapat respon yang positif dari ayah. Akan tetapi dalam proses pengambilan keputusan, informan mengatakan bahwa ayah lah yang menjadi pihak yang mengambil keputusan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan penelitian yang dilakukan terhadap lima orang remaja putri, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Remaja putri menjadikan ayah sebagai figur kelekatan, dan kelekatan ini telah terjalin sejak masih kecil. Ayah sebagai figur lekat digambarkan sebagai sosok yang positif, yang baik, pengertian, mampu memberikan pengarahan-pengarahan yang positif dan tidak menghakimi serta mampu memenuhi keinginan dari remaja putri tersebut. Hal ini 4 x

pula yang menjadikan komunikasi antara remaja putri dengan ayah baik, ayah menjadi tempat remaja untuk bercerita dan berkeluh kesah baik mengenai hal-hal terkait pendidikan. hingga mengenai lawan jenis. Walaupun demikian, remaja putri belum bisa secara leluasa menggunakan haknya dalam mengambil keputusan, terlebih mengenai pendidikan. Ayah masih menjadi sosok pengambil keputusan utama. Hasil penelitian didapatkan bahwa remaja putri selain aktif dengan kegiatan sekolah, remaja juga aktif diluar kegiatan sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler dan les. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran antara lain: 1. Kepada informan penelitian ini kerena akan banyak manfaat yang akan didapatkan oleh remaja putrid itu sendiri baik dalam hal kognitif, sosial maupun emosional. 2. Komunikasi yang terjalin antara ayah dan remaja putri hendaknya di pertahankan bahkan ditingkatkan. Selain itu sebagai orang tua terlebih ayah disarankann dalam memberikan nasihat kepada remaja putri agar hendaknya menggunakan tutur kata yang lembut namun tetap tegas agar remaja putri tidak merasa dihakimi. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi sehingga dapat lebih memperdalam lagi tema terkait kelekatan remaja putri dengan ayah. disarankan agar kelekatan yang telah terjalin ini tetap dipertahankan sampai dewasa bahkan memasuki lanjut usia. 5 xi

DAFTAR PUSTAKA Bee, H. (2000). The Developing Child. Massachusetts: Allyn Bacon. Berk, L. E. (2012). Development Trought The Lifespam; Dari prenatal sampai Remaja (Transisi Menjelang dewasa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Creswell, J. W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Flouri, E. (2007). Fathering andd adolencets' psychological adjusment: the role of fathers' involvement, residence and biology status. Journal Compilation Child: Care, Health, and Develompment. 34, 152-161. Gallo, E. (2004). Fathers, Children and Money. In Journal of Financial Planning, 3. 3-5. Helmi, A. F. (2004). Model Teoritik Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon Emosi, dan Perilaku Marah. Buletin Psikologi, 2. 92-104. Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2008). Human Development (terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Group Puspitadesi, D. I., Yuliadi, S., dan Nugroho, A. A (2013). Hubungan antara Figur Kelekatan Orang Tua dan Kontrol Diri dengan perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 4. Santrock, J. W. (2004). Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Sutcliffe, J., (2002). Baby Bonding, Membentuk Ikatan Batin dengan Bayi. Jakarta: Taramedia & Restu Agung Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2001). Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika 6 xii