NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH Oleh : RIRIN KARINA RINA MULYATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

2 PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH Ririn Karina Rina Mulyati INTISARI Tujuan penelitian ini ada dua yaitu ingin mengetahui apakah ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan dengan kelekatan remaja pada ayah dan yang kedua adalah berapa besar pengaruh peran ayah secara keseluruhan terhadap tingkat kelekatan remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara peran ayah dalam pengasuhan dengan kelekatan remaja pada ayah. Responden dalam penelitian ini adalah 65 orang siswa-siswi SMU N I Pakem yang berusia tahun dengan komposisi 32,31% laki-laki dan 67,69% perempuan dimana 3,08% sudah tidak memiliki ayah dan 96,92% masih memiliki ayah. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat kelekatan remaja terhadap ayah adalah Skala Kelekatan Remaja pada Ayah yang terdiri dari 47 item yang disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada teori kelekatan yang dikemukakan oleh Bowlby (Santrock, 2002), Ainsworth (Helmi, 2004), Field (Lee, 2006), Papalia (Barualogo, 2004) dan Pendry (2006) yang terdiri dari aspek hubungan yang penuh afeksi, hubungan aktif, hubungan yang reciprocal, sumber rasa aman, sumber untuk meredakan kecemasan. Sementara data mengenai peran ayah diungkap dengan Skala Peran Ayah dalam Pengasuhan yang mengacu pada delapan bentuk peran ayah yang dikemukakan oleh Halle (2006) yaitu economic provider, friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource yang terdiri dari 53 aitem. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dan analisis tambahan menggunakan Analisis Regresi. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows Hasilnya menunjukkan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara peran ayah dalam pengasuhan dan kelekatan remaja pada ayah (r = 0,72; p = 0,00). Peran ayah secara keseluruhan memberikan pengaruh sebesar 61,4% terhadap tingkat kelekatan remaja terhadap ayah, sementara peran ayah yang paling signifikan terhadap kelekatan hanya peran ayah sebagai caregiver dengan memberikan sumbangan sebesar 48,9%. Kata kunci : Kelekatan Remaja pada Ayah, Peran ayah dalam Pengasuhan

3 PENGANTAR Latar Belakang Permasalahan Masa remaja adalah masa transisi yang penuh dengan gejolak. Gejolak ini bisa memberikan dampak yang negatif dan juga dampak yang positif. Namun begitu gejolak yang muncul pada masa transisi ini dapat dilalui oleh remaja dengan mulus. Salah satu faktor yang bisa membantu memuluskan masa transisi remaja adalah adanya figur yang bisa dipercaya dan bisa diandalkan oleh remaja saat mereka berada pada situasi yang menekan. Figur ini bisa siapa saja, tetapi umumnya orang yang memiliki hubungan secara langsung dengan remaja. Jika remaja memiliki seseorang yang mampu memberikan rasa aman yang dibutuhkan saat mereka mengalami masalah, maka mereka akan lebih mudah dalam menghadapi masa transisi ini karena ikatan yang terjalin dengan mereka memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan di sepanjang masa kehidupan dengan adanya dukungan emosional dan kedekatan yang bersifat terus menerus (Buist et al, 2004). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh hubungan kelekatan antara remaja dengan orangtua. Greenberger & Mc Laughlin (1998), Lapsley et al (1995), Armsden & Greenberg (1987), Greenberg (1983), Kobak & Scerery (1998) dan Lapsley (1980) dalam Samuolis et al (2001), memaparkan bahwa hubungan kelekatan remaja pada orangtua merupakan faktor penentu bagi remaja untuk membentuk strategi coping dalam mengatasi masalah dan penentu tingkat tinggi rendahnya self esteem, penentu bagi tingkat penyesuaian akademi dan emosional di kampus, kesejahteraan psikologis, tingkat kepuasan hidup, tingkat resiliansi ego dan penentu bagi perkembangan identitas. Dari hasil penelitian Wilkinson (2004) ditemukan bahwa hubungan kelekatan juga berpengaruh

4 dalam menuntun remaja untuk mengevaluasi atribusi-atribusinya dan bernilai lebih tinggi. Hubungan kelekatan remaja bisa terbentuk pada siapa saja yang memenuhi kebutuhan mereka secara fisik dan emosional yang telah dimulai sejak bayi. Figur ini bisa salah satu dari kedua orangtua, kedua orangtua, kakek dan nenek ataupun pengasuh bayi. Mengacu pada teori-teori yang telah banyak ditemukan, figur lekat khususnya bagi masa-masa perkembangan anak adalah ibu. Freud (Santrock, 2002) memaparkan bahwa anak akan semakin dekat dengan orang atau benda yang dapat memberi kepuasan oral. Kepuasan oral ini tentu saja dipenuhi oleh ibu, karena ketika seorang individu berada pada usia bayi dan balita, ibu memenuhi kebutuhan akan rasa lapar melalui ASI. Di sepanjang tahap perkembangan dalam kehidupan, ibu diyakini sebagai figur yang hadir pada saat rasa lapar atau pada saat kebutuhan akan rasa nyaman muncul (Lefrancois, 1977). Sutton (1973) dan Helmi (2004), menambahkan bahwa kehadiran ibu pada saat rasa lapar dan saat kebutuhan akan rasa aman muncul, membuat ibu nantinya diasosiasikan dengan perasaan yang baik, sebagai stimulus yang menyenangkan dan sebagai dasar terbentuknya rasa aman. Keadaan ini kemudian menjadi dasar terbentuknya kelekatan antara individu dan ibu. Merujuk pada teori dan fakta di atas, adalah hal yang sewajarnya terjadi apabila remaja lekat dengan ibunya. Namun dari hasil observasi singkat yang peneliti lakukan di Yogyakarta, Jambi dan Jember, yang kemudian diperkuat dengan wawancara sederhana yang telah dilakukan peneliti baik secara langsung maupun melalui alat telekomunikasi (telephone) terlihat bahwa mereka lebih lekat dengan ayahnya dari pada dengan ibunya. Melalui wawancara yang dilakukan pada tiga subjek yang berusia 17, 19 dan 20 tahun, dapat disimpulkan bahwa remaja-remaja

5 tersebut lekat dengan ayah yang memiliki karakter mudah untuk diajak bertukar pikiran, mudah untuk diajak berkomunikasi, lebih penyabar, suportif dalam memenuhi kebutuhan, paham akan kelebihan dan kekurangan, membantu mengatasi masalah serta memiliki waktu yang lebih banyak untuk dihabiskan dengan mereka. Hasil wawancara yang kemudian dijadikan sebagai asumsi awal ini, menjembatani beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kelekatan pada ayah bagi perkembangan remaja. Dari penelitian yang dilakukan oleh Gelb (2002), Samuolis et al (2001) dan Nur (2005), diperoleh fakta bahwa ayah memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan remaja. Remaja yang lekat dengan ayah memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk berempati, mampu untuk melakukan penyesuaian diri, dan kelekatan tersebut dapat dijadikan prediktor bagi remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya ataupun hubungan yang akan terjalin nantinya. Di sisi lain kurang dan hilangnya kelekatan pada ayah akan memunculkan banyak dampak negatif bagi perkembangan. Dagun (2002), Nur (2005) dan Page & Bretherton (2006), melaporkan bahwa remaja yang tidak memiliki kelekatan dengan ayahnya, pada anak laki-laki akam mengakibatkan kaburnya ciri maskulinitas sedangan pada anak permpuan mengakibatkan longgarnya dalam aktivitas seksual dan remaja cenderung memiliki kemampuan sosial yang rendah. Lee (2005) menambahkan bahwa tidak adanya kelekatan dengan ayah menjadi faktor pendorong bagi anak untuk melakukan tindakan kriminalitas. Hal ini tentu saja bisa dihindari jika anak mendapatkan peranan dari ayah dalam pengasuhan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, beberapa karakter ayah yang telah diungkapkan merupakan ciri-ciri dari peran-peran yang dimainkan oleh ayah. Menurut Halle (2006), ayah menjalankan delapan bentuk peran

6 dalam pengasuhan yaitu peran sebagai economic provider, friend & playmate, caregiver, teacher & role model, monitor & disiplinarian, protector, advocate dan yan terakhir peran sebagai resource. Karakter ayah yang penyabar, merupakan ciri dari peran ayah sebagai caregiver, karakter ayah yang suportif dalam memenuhi kebutuhan merupakan ciri dari peran ayah sebagai economic provider dan karakter ayah yang memiliki waktu yang lebih banyak untuk dihabiskan bersama anaknya adalah ciri dari peran ayah sebagai friend and playmate. Kelekatan menurut Bee (1975) terbentuk dari empat faktor, yaitu (a). Temperamen, (b). Responsivitas figur lekat, (c). Kasih sayang dan (d). Peran figur lekat. Peran figur lekat adalah peran yang dijalankan oleh seorang individu selama proses tumbuh dan berkembanganya anak atau selama proses pengasuhan yang dimulai ketika individu tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sampai individu tersebut mampu berdiri sendiri. Seorang ayah dapat dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak ketika ayah berinteraksi untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber dayanya, baik fisik, kognisi dan afeksinya (Andayani & Koentjoro, 2004). Selama masa pengasuhan, ayah menjalankan salah satu, atau beberapa dari bentuk peran ayah dan melalui peran yang akan dimainkan oleh ayah inilah kemudian akan menjadi dasar terbentuknya kelekatan remaja dengan ayah. Mengacu pada teori dan fakta-fakta yang telah diungkapkan diatas, maka timbul pertanyaan apakah ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan terhadap kelekatan remaja pada ayah

7 METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah murid SMU N I Pakem yang duduk di bangku kelas dua yang berjumlah 65 murid dengan rentang usia tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala. Skala merupakan konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian inidividu. Jawaban pada skala psikologi merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang bersangkutan. Terdapat dua macam alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: A. Skala Kelekatan Remaja pada Ayah Skala ini bertujuan untuk mengungkap kelekatan remaja pada ayah. Skala ini disusun dengan berdasarkan aspek-aspek dari kelekatan yang disusun oleh peneliti berdasarkan dari beberapa teori kelekatan yang ada, meliputi: (1). Hubungan yang penuh afeksi, (2). Hubungan aktif, (3). Hubungan yang reciprocal, (4). Sumber rasa aman dan (5). Sumber untuk meredakan kecemasan. Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek pada setiap aitem yang dijawab. Pilihan jawaban diskor dengan menggunakan range nilai dari 1 sampai dengan 6, dengan pilihan jawaban, sering sampai tidak pernah. Pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan sering, maka skor akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya, pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan tidak pernah, maka skor akan semakin rendah. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala kelekatan remaja pada ayah, maka kelekatan remaja pada ayah semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala kelekatan remaja pada ayah, maka kelekatan remaja pada ayah semakin rendah.

8 B. Skala Peran Ayah dalam Pengasuhan Skala yang akan digunakan untuk mengungkap peran ayah dalam pengasuhan, disusun berdasarkan bentuk-bentuk peran yang dimainkan ayah dalam pengasuhan, yang terdiri dari delapan bentuk peran, yaitu: (1). Economic provider, (2). Friend and playmate, (3). Caregiver, (4). Teacher and role model, (5). Monitor and disciplinarian, (6). Protector, (7). Advocate, (8). Resource. Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek pada setiap aitem yang dijawab. Pilihan jawaban diskor dengan menggunakan range nilai dari 1 sampai dengan 6, dengan pilihan jawaban, sering sampai tidak pernah. Pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan sering, maka skor akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya, pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan tidak pernah, maka skor akan semakin rendah. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala peran ayah dalam pengasuhan, maka peran ayah dalam pengasuhan makin tinggi (ayah sangat berperan). Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala peran ayah dalam pengasuhan, maka peran ayah dalam pengasuhan semakin rendah (ayah kurang atau tidak berperan). Total skor yang diperoleh akan dianalisis untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil penelitian yang mana sebelum dianalisis masih berupa data kasar. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah teknik statistik korelasi Product Moment. Teknik ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara variabel tergantung dengan variabel bebas. Proses analisis akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for Windows 12.0.

9 HASIL PENELITIAN berikut: Dari data subjek penelitian di SMU N I Pakem ini diperoleh gambaran sebagai Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Murid Prosentase 1 15 tahun 2 3,08% 2 16 tahun 39 60% 3 17 tahun 24 36,92% Total % Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Murid Prosentase 1 Perempuan 44 67,69% 2 Laki-laki 21 32,31% Total % Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Urutan Kelahiran No. Urutan Kelahiran Jumlah Murid Prosentase 1 Lahir pertama 27 41,54% 2 Lahir kedua 15 23,08% 3 Lahir setelah kedua sebelum bungsu 5 7,69% 4 Bungsu 18 27,69% Total % Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Saudara Kandung No. Jumlah Saudara Jumlah Murid Prosentase 1 Tunggal 3 4,61% 2 Saudara 1orang 23 35,38% 3 Saudara 2orang 25 38,46% 4 Saudara lebih dari ,54% Total % Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Ayah No. Status Ayah Jumlah Murid Prosentase 1 Kandung 62 95,38% 2 Tiri 1 3,08% 3 Almarhum 2 1,54% Total %

10 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ayah No. Pekerjaan Ayah Jumlah Murid Prosentase 1 PNS 19 29,23% 2 Swasta 15 23,08% 3 Petani 13 20% 4 Buruh 2 3,08 5 Wiraswasta 11 16,92% 6 Militer 3 4,61% 7 Tidak Bekerja (Alm.) 2 3,08% Total % Deskripsi Data Penelitian Kelekatan Remaja pada Ayah dan Peran Ayah dalam Pengasuhan Variabel Skor yang dimungkinkan (Hipotetik) Skor yang diperoleh (Empirik) Min Max Mean SD Min Max Mean SD Kelekatan ,5 39, ,98 37,956 Peran Ayah ,5 44, ,72 34,003 Distribusi Skor Kelekatan Remaja pada Ayah dari Subjek Penelitian No. Kategorisasi Norma Jumlah Presentase 1 Sangat Tinggi x < 94 3 orang 4,61% 2 Tinggi 94 = x = orang 55,38% 3 Sedang 141 < x = orang 24,61% 4 Rendah 188 < x = orang 15,38% 5 Sangat Rendah X > 235-0% Distribusi Skor Tingkat Peran Ayah dalam Pengasuhan No. Kategorisasi Norma Jumlah Presentase 1 Sangat Tinggi x < orang 16,92% 2 Tinggi 106 = x = orang 58,46% 3 Sedang 159 < x = orang 20% 4 Rendah 212 < x = orang 4,61% 5 Sangat Rendah X > 265-0% A. Uji Hipotesis 1. Hipotesis Mayor Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat siginifikant antara kelekatan dengan peran ayah dalam pengasuhan dengan nilai r = 0,725 dengan harga p = 0,000 (p<0,05).

11 2. Hipotesis Minor Dari kedelapan hipotesis minor, hasil analisis menunjukkan hanya peran ayah sebagai economic provider yang tidak memiliki hubungan terhadap kelekatan dengan nilai r = 0,127 dengan harga p = 0,157 (p>0,05). B. Analisis Tambahan 1. Sumbangan peran ayah dalam pengasuhan dalam membentuk kelekatan remaja dengan ayah Dari kedelapan bentuk peran ayah, yaitu: Economic Provider, Friend and Playmate, Caregiver, Teacher and Role Model, Monitor and Diciplinarian, Protector, Advocate dan Resource hanya peran ayah sebagai Caregiver yang dapat dijadikan prediktor dengan nilai p = 0,000 dan sumbangan kepada kelekatan sebesar 48,9%. 2. Perbedaan kelekatan berdasarkan jenis kelamin Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jenis kelamin dengan nilai t = - 0,568 dengan harga p = 0,286 (p>0,05). 3. Perbedaan kelekatan berdasarkan jumlah saudara Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jumlah saudara dengan nilai F hitung = 0,224 dengan harga p = 0,880 (p>0,05). 4. Perbedaan kelekatan berdasarkan urutan kelahiran Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan urutan kelahiran dengan nilai F hitung = 1,143 dengan harga p = 0,339 (p>0,05). 5. Perbedaan kelekatan berdasarkan pekerjaan ayah Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jenis pekerjaan ayah dengan nilai F hitung = 0,915 dengan harga p = 0,491 (p>0,05).

12 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan terhadap kelekatan remaja pada ayah. Berdasarkan analisis product moment yang dilakukan, penelitian ini membuktikan bahwa remaja yang menjadi subjek penelitian ini memiliki kelekatan yang erat dengan ayah mereka di mana remaja menilai ayah mereka memiliki peran yang cukup kuat dalam kehidupan mereka. Peran ayah memiliki pengaruh yang besar dalam proses terbentuknya kelekatan remaja pada ayah dimana semakin berperannya ayah dalam pengasuhan, maka semakin lekat remaja dengan ayah, demikian pula sebaliknya jika ayah kurang ataupun tidak berperan dalam pengasuhan, maka tentu saja remaja menjadi kurang ataupun tidak lekat sama sekali dengan ayah. Menurut Bowlby (Santrock, 2002) kelekatan adalah relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik, dimana figur sosial yang dimaksud adalah individu dan figur lekat dan fenomenanya adalah ikatan diantara mereka. Dari definisi ini terlihat dengan jelas bahwa proses kelekatan akan terjadi apabila adanya figur lekat atau pengasuh dan individu yang melakukan perilaku lekat, yang mana kedua individu ini nantinya akan membentuk suatu ikatan. Ikatan kelekatan dapat terjalin apabila antara ayah dan remaja benar-benar merasakan kehadiran satu sama lain, saling berinteraksi untuk mempertahankan hubungan tersebut agar dapat berlangsung terus-menerus dengan penuh afeksi, sehingga memunculkan kedekatan yang terpelihara, yang kemudian ayah akan menjadi sumber rasa aman dan sumber untuk meredakan kecemasan.

13 Saat seorang remaja masih berada pada masa anak-anak, remaja belum mempunyai kemampuan untuk mengatasi bahaya, memenuhi kebutuhankebutuhannya baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis dan tidak mempunyai kemampuan untuk meregulasi emosi mereka, keadaan inilah yang kemudian menuntut adanya seorang figur lekat dalam membantu remaja mengatasi hal-hal tersebut (Egeland & Erickson, 1999). Saat kebutuhan akan hadirnya figur lekat ini ditanggapi oleh pengasuh secara responsif dan sensitif, individu mulai mempercayakan tanggung jawab kepada pengasuh (Sroufe, 1996). Tuntutan akan adanya seorang figur lekat ini kemudian dipenuhi ayah dengan menjalankan kedelapan perannya, yaitu: economic provider, friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource (Halle, 2006). Melalui peran-peran yang dimainkan oleh ayah inilah yang kemudian membentuk kelekatan antara remaja dengan ayah. Dari hasil analisis statisik untuk menguji ketujuh hipotesis minor, didapat bahwa peran ayah friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource memiliki pengaruh terhadap kelekatan. Terbentuknya kelekatan ketika ayah menjalankan ketujuh bentuk peran ini, dikarenakan peran-peran ini menurut, Halle (2006) memasukkan unsur afeksi dan terpenuhinya syarat utama dari kelekatan yaitu interaksi antara anak dan ayah. Peran ayah sebagai economic provider terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap kelekatan. Andayani (Andayani & Koentjoro, 2004) melaporkan bahwa ayah cenderung mengambil jarak dengan anaknya. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya ayah menjadi tulang punggung keluarga dari segi materi. Ketika ayah bekerja, maka ayah tidak ada di samping anak untuk melihat apa yang terjadi pada anak. Ayah juga tidak memasukkan aspek emosi dalam menjalankan perannya

14 sebagai economic provider ini, yang mana hal ini sangat bertolak belakang dengan salah satu aspek terbentuknya kelekatan, yaitu adanya hubungan yang penuh afeksi. Membuktikan lebih jauh bentuk peran ayah yang mana yang memiliki sumbangan terhadap kelekatan, maka peneliti melakukan analisis tambahan dan diperoleh hasil bahwa apabila kedelapan bentuk peran ayah dilakukan oleh seorang ayah secara bersama-sama maka remaja akan menjalin kelekatan yang lekat pada ayahnya. Apabila dlihat lebih rinci peran ayah yang mana yang bisa dijadikan prediktor bagi kelekatan, maka didapat hasil yang mengejutkan bahwa hanya peran ayah sebagai caregiver saja yang memiliki sumbangan bagi kelekatan, dimana hanya berperan sebagai caregiver saja ayah mampu untuk menciptakan kelekatan dengan anaknya. Peran ayah sebagai caregiver (Halle, 2006) adalah peran dimana ayah bisa dan sering menyediakan banyak bentuk afeksi dan kenyaman untuk anaknya, hangat dan nurture dan perhatian. Apabila ayah menjalankan peranya ini tentu saja remaja akan lekat dengan ayah. Hal ini diperjelas melalui penelitian Schaffer & Emerson (Sutton, 1973), dimana ditemukan bahwa semakin sering individu diperhatikan, semakin tinggi kelekatannya pada orang yang pada dasarnya tidak memuaskan kebutuhan dasar mereka untuk makan dan kenyamanan, tetapi mengganti kebutuhan tersebut dengan stimulus untuk berbicara, tersenyum, mengajari dan bermain bersama mereka. Analisis tambahan untuk fakor jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan tingkat kelekatan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Hal ini diakibatkan jumlah responden yang hanya berjumlah 65 orang dan tidak seimbang antara jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dimana lebih banyak jumlah responden perempuan, sehingga peneliti menyadari keterbatasan ini dalam perolehan hasil analisis data.

15 Pada faktor jumlah saudara dan faktor urutan kelahiran juga tidak ada perbedaan tingkat kelekatan. Kelekatan terbentuk dari dari empat hal, yaitu: temperamen individu, responsivitas figur lekat, caregiver love dan peran figur lekat (Bee, 1975). Hal ini menunjukkan bahwa urutan kelahiran dan jumlah saudara dari individu yang mengalami kelekatan bukanlah hal yang sangat penting dan mendasar yang dapat mempengaruhi kelekatan, karena pada dasarnya empat hal di ataslah faktor penentu dari terbentuknya kelekatan. Pada faktor pekerjaan ayah juga tidak menunjukkan ada perbedaan tingkat kelekatan. Seorang anak akan lekat dengan ayahnya tanpa melihat jenis pekerjaan apa yang dijalankan ayahnya tetapi melihat peran ayah yang mana yang dimainkan selama masa tumbuh dan kembangnya seorang anak menuju remaja. Saat seorang ayah menjalankan peran sebagai economic provider hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa remaja tidak lekat dengan ayah yang menjalankan peran tersebut, hal ini disebabkan karena peran tersebut tidak memasukkan aspek emosi didalamnya, sehingga jenis pekerjaan tidak bisa dijadikan salah satu faktor penentu kelekatan remaja pada ayah. KESIMPULAN Remaja yang menjadi subjek pada penelitian ini memiliki kelekatan yang tingi terhadap ayah mereka, karena tingginya peran ayah mereka dalam pengasuhan. Semakin tinggi peran yang dimainkan ayah dalam pengasuhan maka semakin tinggi pula kelekatan remaja pada ayah. Remaja lekat dengan ayah ketika ayah menjalankan perannya sebagai caregiver dan remaja tidak lekat dengan ayah yang menjalankan perannya sebagai economic provider.

16 A. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Ayah dari Subjek Penelitian Mengingat kelekatan memiliki pengaruh yang sangat positif bagi perkembangan remaja baik secara kognitif, sosial, emosi, fisik dan intelektual, maka ada baiknya ayah menjalankan perannya dalam pengasuhan selama masa tumbuh dan kembang remaja agar dampak negatif dari tidak hadirnya figur lekat dapat dicegah. Mengingat ayah adalah tulang punggung keluarga, yang tidak dapat meninggalkan tugasnya sebagai pencari nafkah keluarga atau peran sebagai economic provider, maka ada baiknya ayah tidak menjalankan hanya satu peran tersebut, tetapi juga menyeimbangkannya dengan peran sebagai caregiver yang mana peran ini nantinya mampu menciptakan kelekatan karena peran ini sangat mengutamakan terjalinnya interaksi yang penuh dengan afeksi 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dan ingin meneliti lebih jauh tentang kelekatan remaja pada ayah, dapat memperhatikan faktor lain yang dapat dihubungkan dengan kelekatan antara lain temperamen, kasih sayang, dan responsivitas dari figur lekat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini, yakni: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat peran ayah pada remaja kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA Telah disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih S. Psi., M. si) HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode statistika. Pendekatan kuantitatif dilakukan dalam rangka pengujian

BAB III METODE PENELITIAN. metode statistika. Pendekatan kuantitatif dilakukan dalam rangka pengujian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang akan diolah dengan metode statistika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia karena banyak perubahan-perubahan yang dialami di dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metoda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG A. Pendahuluan Leli Nailul Muna (11410015) Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah & Penelitian. Penelitian ini penulis lakukan pada remaja di SMK-SMTI Yogyakarta yang terletak di Jalan Kusumanegara

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG Sariyati Idni Ridho Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. Fenomena yang telah dilakukan oleh Triana, 2010, yaitu tentang keluarga

semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. Fenomena yang telah dilakukan oleh Triana, 2010, yaitu tentang keluarga A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang tidak akan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Oleh : ASRI HANDAYANI HEPI WAHYUNINGSIH PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Muthmainnah Ibrahim F100110086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 47 BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisis Data 1. Uji Asumsi Uji asumsi merupakan uji data pertama yang dilakukan sebelum menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud

BAB III METODE PENELITIAN. terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang di gunakan Metode peneletian adalah cara dan prosedur yang sitematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. sifatnya androgini, yakni baik ayah maupun ibu memiliki peran dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. sifatnya androgini, yakni baik ayah maupun ibu memiliki peran dengan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pada saat ini, perubahan sosial, ekonomi serta budaya memberikan pengaruh pada masyarakat dalam mempersepsi peran serta figur ayah dalam pengasuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase.

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase. 42 BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada sub-bab ini dibahas mengenai gambaran subjek penelitian meliputi jumlah dan presentase berdasarkan jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan terhadap 60 anak-anak pra-sekolah usia 3-6 tahun. Subjek terdiri dari dua populasi yang masing-masing terdiri dari 30 anak. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak akhir dimulai pada umur 7-12 tahun. Ada beberapa sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan usia tidak rapih, karena anak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas hidup anak yang diwakili oleh dimensi pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan cerminan kualitas bangsa dan peradaban dunia. Pertumbuhan anak, dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Dari jumlah 76 sampel yang layak di analisis dari nilai beda minimal 3 pada tiap pola asuh berjumlah 62. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 5). Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 5). Gambar 3.1. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada probabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Karena angka tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dan menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA Leli Nailul Muna Elok Halimatus Sakdiyah Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci