BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Jenis Panelis. Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Panelis. Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Deskripsi Penilaian Responden Terhadap Brownies Kukus

BAB IV ANALISA DATA. Sumber : Canteen (2014) Gambar 4.1 Logo Canteen

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian Hasil Jadi Oatmeal

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

Bab V ANALISA. V.1 Analisis waktu pengocokan telur (whipping time)

ANALISIS HARAPAN DAN PERSEPSI PELANGGAN TERHADAP KUALITAS YAMAHA MIO PADA SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN. Jenis Kelamin : a. pria b.

KUISIONER. Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Rumah Makan Joglo Manis Ponorogo).

Lama Usaha (tahun) Pendidikan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

STATISTIKA DESKRIPTIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

Jamhari Hadipurwanta. Kata kunci: perubahan, pengetahuan, bimbingan teknis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai cara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A SKALA KEMATANGAN EMOSI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

Pembahasan. 4.1 Uji Validitas

BAB IV ANALISIS DATA

Lampiran 1. Hasil print out SPSS proses pelanggan memesan DO

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

KUESIONER HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI PENARI BALI REMAJA DI KABUPATEN GIANYAR

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY PRODUK JILBAB MEREK RABBANI DENGAN MEREK ZOYA PADA KONSUMEN DI UNIVERSITAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Karakteristik Berdasarkan Responden

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1 Hasil Kuesioner. Public Relations. membantu anda dalam menentukan jenis cetakan yang akan anda pilih?

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN ANALISIS. untuk mengukur apa yang hendak di ukur secara tepat. Sebelum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

UJI KESUKAAN HASIL JADI KUE PANDAN KUKUS MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA

Petunjuk dalam Pengisian Kuesioner. Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu, Saudara/Saudari.

BAB IV HASIL PENELITIAN. untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS KORELASI ANTARA NILAI BTQ DENGAN PRESTASI BELAJAR MAPEL PAI DI SD KANDANG PANJANG 01 PEKALONGAN

KEPERCAYAAN DIRI. Corrected Item-Total Correlation

Lainnya 5. Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa TNI/POLRI Pegawai Swasta

BAB V ANALISA. Pada penelitian yang dilakukan di restoran Nasi Uduk Kebon Kacang Hj.

Lampiran PEDOMAN KUESIONER PT.X

UJI ORGANOLEPTIK HASIL JADI OATMEAL COOKIES MENGGUNAKAN GULA PASIR DAN MADU KELENGKENG

LAMPIRAN. Lembar observasi (pretest)

BAB IV ANALISA DATA. ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Validitas adalah ketepatan atau

BAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG

BAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dalam anggota Jakarta Islamic Index (JII). variabel harga saham dan volume perdagangan saham.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden digunakan untuk menggambarkan keadaan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN. Pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini hanya semata-mata untuk keperluan

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

BAB IV ANALISIS DATA. menggunakan program SPSS, penulis membuat hipotesis sebagaimana yang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Contoh Analisis Data Korelasi Kecerdasan Emosi terhadap Stress Kerja 1. Sebaran Data Kecerdasan Emosi Hasil Skoring Kuesioner

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar minyak kemangi. Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN. Bersama ini saya memohon kesediaan Ibu untuk membantu saya dalam pengisian dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER. Hubungan Antara Role Stressor dan Komitmen Organisasi. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Karyawan PT XYZ

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner Penelitian. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara terhadap

KUESIONER PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

KUESIONER. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. Yang bertanda tangan dibawah ini. N a m a : Tohirin. N I M : /Akt

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Formulir Isian Pembinaan UMK (Usaha Mikro dan Kecil)

LAMPIRAN A: HASIL PENGUJIAN ALAT UKUR A.1. Hasil Uji Coba Inventori Kepuasan kerja. Reliabilitas Kepuasan Kerja. Reliability Statistics.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Validitas & Reliabilitas (Sert)

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Untuk memperoleh data dalam pengujian ini, penulis telah membagikan

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4. 1 Panelis 4.1.1 Jumlah Panelis Jenis Panelis 35 5 30 P anelis Ahli Panelis Terlatih Panelis Tidak Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Panelis Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013 Pada penelitian penulis yang berjudul Uji Organoleptik Hasil Jadi Oatmeal Cookies Menggunakan Gula Pasir dan Madu Kelengkeng, jumlah panelis yang di gunakan sebagai sample oleh penulis adalah 70 orang, yang terdiri dari 5 panelis ahli, 30 panelis terlatih dan 35 panelis tidak terlatih. Panel ahli/expert adalah dosen Binus University yang memiliki pengalaman di bidang kuliner, serta pastry chef dan sous chef di hotel bintang 5 di Jakarta. Panel terlatih adalah mahasiswa jurusan HM 2013 dan 2014 yang mendapat kelas kuliner, mahasiswa jurusan HM 2014 & HM 2013 yang melakukan job training di pastry atau 77

78 kuliner, mahasiswa HM 2016 dan 2015 yang mengambil kuliner sebagai fokusnya, sedangkan panel tidak terlatih adalah dosen yang tidak mengerti tentang pastry atau kuliner, mahasiswa HM yang tidak memiliki pengetahuan tentang kuliner serta HM 2015 dan 2016 yang mengambil fokus service. 4.1.2 Penilaian Panelis Pada bagian ini, penulis ingin menjabarkan hasil kuesioner yang di dapat dari masing masing tipe panelis terhadap penilaian mereka dalam uji organoleptik kedua porduk, yaitu produk A dan produk B. Pada bagian bagian selanjutnya, oatmeal cookies yang menggunakan 100% pemanis gula pasir akan disebut dengan produk A, sedangkan oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu kelengkeng 50 % dan gula pasir 50% akan disebut dengan produk B. Uji organoleptik meliputi bentuk atau tampilan, tekstur, warna, aroma dan cita rasa kedua produk. Adapun kriteria penilaian organoleptik yang dilampirkan penulis dalam kuesioner, dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini Tabel 4.1 Kriteria Uji Organoleptik dalam Kuesioner Penilian Aroma Rasa Warna Bentuk Tekstur 5 Sangat harum Sangat enak Sangat terang Sangat bagus Renyah 4 Harum Enak Terang Bagus Cukup renyah 3 Netral Netral Netral Netral Netral

2 Tidak harum Tidak enak Pucat Tidak bagus Tidak renyah 79 1 Sangat tidak harum Sangat tidak enak Sangat pucat Sangat tidak bagus Sangat tidak renyah Sumber : Penulis 4.1.2.1 Penilaian Panel Ahli Tabel 4.2 Penilaian Panelis Ahli Terhadap Produk A 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 1 1 2 1 5 Tekstur 3 2 5 Warna 1 3 1 5 Aroma 3 1 1 5 Cita Rasa 2 3 5 Sumber : Penulis Berdasarkan hasil tabel 4.2 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis ahli mengenai produk A. Dari segi bentuk, tekstur, dan warna mayoritas panelis ahli memberikan jawaban 4 yaitu bentuk yang bagus, bertekstur cukup renyah serta memiliki warna yang terang. Sedangkan dari segi aroma, panelis ahli banyak memberi nilai pada produk A 3 yaitu cukup netral. Dan dari cita rasa, mayoritas panelis ahli memberikan jawaban 4 yaitu memiliki cita rasa yang enak.

80 Tabel 4.3 Penilaian Panelis Ahli Terhadap Produk B 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 2 2 1 5 Tekstur 1 1 1 2 5 Warna 1 1 3 5 Aroma 3 1 1 5 Cita Rasa 1 1 3 5 Sumber : penulis Berdasarkan hasil tabel 4.3 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis ahli mengenai produk B. Dari segi bentuk, panelis ahli mayoritas menjawab bentuk produk A tidak bagus hingga bagus. Sedangkan dari segi tekstur, warna dan cita rasa, panelis ahli banyak memberikan jawaban 4 yaitu produk B memiliki tekstur yang cukup renyah, berwarna terang dan rasa yang enak. Dari segi aroma, panelis ahli memberikan variasi jawaban, namun mayoritas memberikan jawaban 3 yaitu netral. 4.1.2.2 Penilaian Panel Terlatih Tabel 4.4 Penilaian Panelis Terlatih Terhadap Produk A 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 3 9 13 5 30 Tekstur 3 18 9 30 Warna 1 9 14 6 30

81 Aroma 10 16 4 30 Cita Rasa 7 16 7 30 Sumber : penulis Berdasarkan hasil tabel 4.4 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis terlatih mengenai produk A. Dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, cita rasa mayoritas panelis terlatih memberikan nilai 4 yang berarti produk A memiliki bentuk yang bagus, tekstur yang cukup renyah, memiliki warna yang terang, aroma yang harum dan cita rasa yang enak. Tabel 4.5 Penilaian Panelis Terlatih Terhadap Produk B 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 3 10 11 6 30 Tekstur 1 4 4 14 7 30 Warna 3 12 8 7 30 Aroma 7 8 15 30 Cita Rasa 3 2 9 16 30 Sumber : penulis Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis terlatih mengenai produk B. Dari segi bentuk dan tekstur, panelis terlatih memberikan nilai 4, yaitu bentuk yang bagus dan tekstur yang cukup renyah. Sedangkan dari segi warna, panelis terlatih memilih nilai 3 yaitu netral. Dan dari segi aroma juga

82 cita rasa, panelis terlatih memilih nilai 5 yaitu aroma yang sangat harum dan cita rasa yang sangat enak 4.1.2.3 Penilaian Panel Tidak Terlatih Tabel 4.6 Penilaian Panelis Tidak Terlatih Terhadap Produk A 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 1 9 20 5 35 Tekstur 1 21 13 35 Warna 13 16 6 35 Aroma 7 19 9 35 Cita Rasa 4 19 12 35 Sumber : penulis Berdasarkan hasil tabel 4.6 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis tidak terlatih mengenai produk A. Dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, cita rasa mayoritas panelis tidak terlatih memberikan nilai 4 yang berarti produk A memiliki bentuk yang bagus, tekstur yang cukup renyah, memiliki warna yang terang, aroma yang harum dan cita rasa yang enak. Tabel 4.7 Penilaian Panelis Tidak Terlatih Terhadap Produk B 1 2 3 4 5 Frekuensi Jumlah Bentuk 1 4 28 2 35

83 Tekstur 3 16 15 1 35 Warna 5 19 11 35 Aroma 3 19 12 35 Cita Rasa 1 7 14 13 35 Sumber : penulis Berdasarkan hasil tabel 4.7 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner menurut panelis tidak terlatih mengenai produk B. Dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, cita rasa mayoritas panelis tidak terlatih memberikan nilai 4 yang berarti produk B memiliki bentuk yang bagus, tekstur yang cukup renyah, memiliki warna yang terang, aroma yang harum dan cita rasa yang enak. 4.2 Analisis Konsistensi Berat Oatmeal Cookies Pada penelitian ini, penulis melakukan tiga kali pengulangan pada produk A dan produk B, untuk mendapatkan konsistensi pada kedua produk, dalam hal ini konsistensi yang dilihat adalah dalam segi berat (gram). Konsistensi berat dalam kedua produk oatmeal cookies dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9 di bawah ini. Tabel 4.8 Konsistensi Berat Produk A Ulangan Berat cookies sebelum dipanggang Berat cookies setelah dipanggang A1 277gram (55x @5 gr) 277gram (55x @5 gr) A2 282 gram (56x@5 gr) 282 gram (56x@5 gr)

84 Sumber : Penulis A3 278 gram (55x@5gr) 278 gram (55x@5gr) Tabel 4.9 Konsistensi Berat Produk B Ulangan Berat cookies sebelum dipanggang Berat cookies setelah dipanggang A1 288 gram (27 x @5 gr) 288 gram (27 x @5 gr) A2 302 gram (60x@5 gr) 302 gram (60x@5 gr) A3 289 gram (58x@5gr) 289 gram (58x@5gr) Sumber : Penulis Berdasarkan tabel 4.8 dan 4.9, terdapat sedikit perbedaan berat dalam setiap pengulangan oatmeal cookies, begitu juga perbedaan berat pada setiap perlakuan. Perlakuan pada produk B memiliki massa cookies yang lebih berat dibandingkan dengan produk A karena penggunaan madu pada produk B, dimana madu memiliki sifat higroskopis yaitu menahan dan mengikat cairan. (Faridah, dkk.2008) Faktor lainnya yang mempengaruhi berat cookies sebelum dipanggang adalah proses penimbangan bahan baku pembuatan harus akurat dan tepat, proses pengadukan adonan.

85 4.3 Uji Validitas dan Uji Reabilitas 4.3.1 Uji Validitas Seperti yang sudah dibahas pada Bab sebelumnya, uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah item yang ada dikuesioner sudah sesuai untuk digunakan untuk mengumpulkan data untuk rumusan permasalahan. Bila pada bab 3 uji validitas hanya dilakukan pada jawaban 30 panelis sebagai tahap pertama, sedangkan pada bab ini uji validitas dilakukan pada keseluruhan jawaban total panelis. Uji validitas dilakukan menggunakan alat bantu SPSS versi 20 dan menggunakan metode Pearson. Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut a. Jika r hitung > r tabel, maka item pernyataan itu valid b. Jika r hitung < r tabel, maka item pernyataan itu tidak valid Nilai hitung didapat dari tabel r (Korelasi Pearson), yaitu dengan n = 70 karena jumlah sampel yang digunakan adalah 70, dengan pengujian two tailed adalah 0,235. Adapun hasil uji validitas yang penulis lakukan ditunjukkan pada tabel berikut ini Tabel 4.10 Hasil Output Validitas Produk A Correlations Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Skortotal Pearson Correlation 1,368 **,163,356 **,275 *,689 ** Item1 Sig. (2-tailed),002,179,002,021,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,368 ** 1,453 **,088,393 **,731 ** Item2 Sig. (2-tailed),002,000,470,001,000 N 70 70 70 70 70 70

86 Pearson Correlation,163,453 ** 1,018,220,583 ** Item3 Sig. (2-tailed),179,000,881,067,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,356 **,088,018 1,257 *,520 ** Item4 Sig. (2-tailed),002,470,881,032,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,275 *,393 **,220,257 * 1,666 ** Item5 Sig. (2-tailed),021,001,067,032,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,689 **,731 **,583 **,520 **,666 ** 1 Skortotal Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000 N 70 70 70 70 70 70 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 4.11 Uji Validitas Produk A Pernyataan r hitung Keterangan Item 1 0.689 Valid Item 2 0.731 Valid Item 3 0.583 Valid Item 4 0.520 Valid Item 5 0.666 Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

87 Berdasarkan tabel 4.11 di atas, yaitu hasil pengolahan data untuk uji validitas terhadap produk A secara total dengan menggunakan jawaban dari 70 panelis, maka dapat dikatakan bahwa 5 item pernyataan yang digunakan penulis di kuesioner valid atau sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, karena r hitung > r tabel. Tabel 4.12 Hasil Output Validitas Produk B Correlations Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Skortotal Pearson Correlation 1,302 *,270 *,415 **,376 **,676 ** Item1 Sig. (2-tailed),011,024,000,001,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,302 * 1,285 *,350 **,562 **,760 ** Item2 Sig. (2-tailed),011,017,003,000,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,270 *,285 * 1,109,276 *,579 ** Item3 Sig. (2-tailed),024,017,369,021,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,415 **,350 **,109 1,296 *,610 ** Item4 Sig. (2-tailed),000,003,369,013,000 N 70 70 70 70 70 70 Pearson Correlation,376 **,562 **,276 *,296 * 1,759 ** Item5 Sig. (2-tailed),001,000,021,013,000 N 70 70 70 70 70 70 Skortotal Pearson Correlation,676 **,760 **,579 **,610 **,759 ** 1

88 Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000 N 70 70 70 70 70 70 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tabel 4.13 Uji Validitas Produk B Pernyataan r hitung Keterangan Item 1 0.676 Valid Item 2 0.760 Valid Item 3 0.579 Valid Item 4 0.610 Valid Item 5 0.759 Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013 Berdasarkan tabel 4.13 di atas, yaitu hasil pengolahan data untuk uji validitas terhadap produk B dengan menggunakan jawaban dari 70 panelis, maka dapat dikatakan bahwa 5 item pernyataan yang digunakan penulis di kuesioner valid atau sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, karena r hitung > r tabel 4.3.2 Uji Reabilitas Setelah item kuesioner diuji validitasnya, langkah selanjutnya adalah uji reabilitas. Seperti yang sudah dibahas pada Bab sebelumnya, uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat yang kita gunakan untuk mengukur apa yang ingin kita

89 ukur akan menghasilkan data yang konstan, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Pada tahap ini, uji reabilitas dilakukan untuk item kuesioner hasil jawaban dari 70 panelis. Uji Reabilitas dilakukan menggunakan alat bantu SPSS versi 20 dan menggunakan metode Cronbach s Alpha. Dasar pengambilan keputusan dalam uji reabilitas ini adalah: - Cronbach s alpha<0,6 = reabilitas buruk - Cronbach s alpha 0,6 0,79 = reabilitas diterima - Cronbach s alpha >0,8 = reabilitas baik (Priyatno, 2013) Tabel 4.14 Hasil Output Reabilitas Produk A Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,640 5 Tabel 4.15 Hasil Uji Reabilitas Variabel Produk A Variabel Cronbach s Alpha Keterangan Produk A 0.640 Reliabel Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013 Berdasarkan hasil reabilitas di atas terhadap pernyataan produk A yang dilakukan melalui jawaban 70 panelis, maka item kuesioner yang mewakili produk A dinyatakan reliable karena nilai cronbach s alpha > 0.6, dengan reabilitas diterima.

90 Tabel 4.16 Hasil Output Reabilitas Produk B Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,707 5 Tabel 4.17 Hasil Uji Reabilitas Variabel Produk B Variabel Cronbach s Alpha Keterangan Produk B 0.707 Reliabel Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013 Berdasarkan hasil reabilitas di atas terhadap pernyataan produk B dengan menggunakan jawaban dari 70 panelis, maka item kuesioner yang mewakili produk B dinyatakan reliable karena nilai cronbach s alpha > 0.6, dengan reabilitas diterima. 4.4 Analisis Deskriptif 4.4.1 Analisis Deskriptif Frekuensi Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang analisa penulis yang menggunakan metode deskriptif frekuensi terhadap data primer yang di dapat dari panelis. Data primer tersebut diolah menggunakan SPSS versi 20, untuk menghitung frekuensi data pada masing masing variabel penelitian yaitu produk A dan produk B.

91 4.4.1.1 Analisis Deskriptif Frekuensi Produk A a. Frekuensi Bentuk Produk A Tabel 4.18 Tabel Frekuensi Bentuk Produk Bentuk Produk A Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak bagus 5 7,1 7,1 7,1 Netral 19 27,1 27,1 34,3 Valid Bagus 35 50,0 50,0 84,3 Sangat bagus 11 15,7 15,7 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.18 hasil output frekuensi terhadap produk A di atas, dapat dilihat mayoritas panelis menilai bahwa produk A memiliki bentuk yang bagus, dengan frekuensi jawaban 48,6% dari total 70 panelis. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi bentuk produk A dalam bentuk pie chart. Frekuensi Bentuk Produk A 7.10% 15.70% 50.00% 27% Tidak Bagus Netral Bagus Sangat Bagus Gambar 4.2 Pie Chart Frekuensi Bentuk Produk A Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

92 b. Frekuensi Tekstur Produk A Tabel 4.19 Tabel Frekuensi Tekstur Produk A Tekstur Produk A Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Netral 4 5,7 5,7 5,7 Valid Cukup renyah 42 60,0 60,0 65,7 Renyah 24 34,3 34,3 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.19 hasil output frekuensi terhadap tekstur produk A di atas, dapat dilihat mayoritas panelis menjawab tekstur produk A cukup renyah dengan frekuensi jawaban 61,4 %. Pada produk A yang menggunakan 100% gula sebagai pemanis memiliki tekstur yang cukup renyah, karena penggunaan gula pasir sebagai pemanis itu sendiri berfungsi untuk memberikan tekstur renyah pada cookies. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi tekstur produk A dalam bentuk pie chart. Frekuensi Tekstur Produk A 34.30% 6% 60.00% Netral Cukup Renyah Gambar 4.3 Pie Chart Frekuensi Tekstur Produk A Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

93 c. Frekuensi Warna Produk A Tabel 4.20 Tabel Frekuensi Warna Produk A Warna Produk A Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak bagus 1 1,4 1,4 1,4 Netral 23 32,9 32,9 34,3 Valid Terang 33 47,1 47,1 81,4 Sangat terang 13 18,6 18,6 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.20 hasil output frekuensi terhadap warna produk A di atas, dapat dilihat mayoritas panelis, yaitu sebesar 50% panelis menilai warna produk A adalah terang. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi warna produk A dalam bentuk pie chart. Frekuensi Warna Produk A 1.40% 18.60% 47% 32.90% Pucat Netral Terang Sangat Terang Gambar 4.4 Pie Chart Frekuensi Warna Produk A Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

94 d. Frekuensi Aroma Produk A Tabel 4.21 Tabel Frekuensi Aroma Produk A Aroma Produk A Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Netral 20 28,6 28,6 28,6 Valid Harum 36 51,4 51,4 80,0 Sangat Harum 14 20,0 20,0 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.21 hasil output frekuensi terhadap aroma produk A di atas, sebesar 54,3% atau lebih dari setengah dari jumlah total panelis menilai bahwa aroma produk A harum. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi aroma produk A dalam bentuk pie chart Frekuensi Aroma Produk A 20.00% 51.40% 28.60% Netral Harum Sangat Harum Gambar 4.5 Pie Chart Frekuensi Aroma Produk A Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

95 e. Frekuensi Cita Rasa Produk A Tabel 4.22 Tabel Frekuensi Cita Rasa Produk A Cita Rasa Produk A Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Netral 13 18,6 18,6 18,6 Valid Enak 38 54,3 54,3 72,9 Sangat enak 19 27,1 27,1 100,0 Total 70 100,0 100,0 Dari tabel 4.22 di atas, penulis menyimpulkan bahwa produk A memiliki cita rasa yang enak, berdasarkan penilaian 54,3% panelis. Penilaian cita rasa berbeda-beda setiap individu, karena setiap orang memiliki persepsi berbeda beda terhadap suatu objek. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi cita rasa produk A dalam bentuk pie chart Frekuensi Cita Rasa Produk A 27.10% 18.60% 54.30% Netral Enak Sangat Enak Gambar 4.6 Pie Chart Frekuensi Cita Rasa Produk A Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

96 4.4.1.2 Analisis Deskriptif Frekuensi Produk B a. Frekuensi Bentuk Produk B Tabel 4.23 Tabel Frekuensi Bentuk Produk B Bentuk Produk B Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak bagus 6 8,6 8,6 8,6 Netral 17 24,3 24,3 32,9 Valid Bagus 39 55,7 55,7 88,6 Sangat bagus 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.23 hasil output frekuensi terhadap bentuk produk B di atas, dapat dilihat mayoritas panelis, yaitu sebesar 54,3% panelis menilai produk B memiliki bentuk yang bagus. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi bentuk produk B dalam bentuk pie chart Frekuensi Bentuk Produk B 8.60% 11.40% 24.30% 55.70% Tidak Bagus Netral Bagus Sangat Bagus Gambar 4.7 Pie Chart Frekuensi Bentuk Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

97 b. Frekuensi Tekstur Produk B Tabel 4.24 Tabel Frekuensi Tekstur Produk B Tekstur Produk B Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Sangat tidak renyah 2 2,9 2,9 2,9 Tidak renyah 8 11,4 11,4 14,3 Valid Netral 21 30,0 30,0 44,3 Cukup renyah 31 44,3 44,3 88,6 Renyah 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0 Dari tabel 4.24 hasil output frekuensi terhadap bentuk produk B di atas, dapat dilihat penilaian panelis untuk tekstur B, yaitu sebanyak 42,9% dari total panelis menjawab produk B memiliki tekstur yang cukup renyah. Penggunaan madu sebagai gula pasir akan memberikan tekstur yang lebih kenyal pada adonan. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi tekstur produk B dalam bentuk pie chart Frekuensi Tekstur Produk B 2.90% 11.40% 11.40% 30.00% 44.30% Sangat Tidak Renyah Tidak Renyah Netral Cukup Renyah Renyah Gambar 4.8 Pie Chart Frekuensi Tekstur Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

98 c. Frekuensi Warna Produk B Tabel 4.25 Tabel Frekuensi Warna Produk B Warna Produk B Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pucat 4 5,7 5,7 5,7 Netral 18 25,7 25,7 31,4 Valid Terang 30 42,9 42,9 74,3 Sangat Terang 18 25,7 25,7 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.25 di atas, dapat dilihat mayoritas panelis yaitu sebesar 42,9% panelis menilai bahwa warna produk B terang. Hal itu disebabkan oleh penggunaan madu sebagai subtitusi gula sebesar 50%, dimana madu sudah memiliki warna tersendiri sebelum dicampur ke dalam adonan, sehingga mempengaruhi warna akhir produk itu sendiri. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi warna produk B dalam bentuk pie chart Frekuensi Warna Produk B 5.70% 25.70% 25.70% 42.90% Pucat Netral Terang Sangat Terang Gambar 4.9 Pie Chart Frekuensi Warna Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

99 d. Frekuensi Aroma Produk B Tabel 4.26 Tabel Frekuensi Aroma Produk B Aroma Produk B Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Netral 13 18,6 18,6 18,6 Valid Harum 28 40,0 40,0 58,6 Sangat Harum 29 41,4 41,4 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.26 di atas, dapat dilihat 41,4% dari total panelis menilai bahwa aroma produk B sangat harum. Madu memiliki sifat yang higrokopis, dimana penggunaan madu pada produk B menimbulkan aroma pada produk akhir, yaitu hasil oatmeal cookies. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi aroma produk B dalam bentuk pie chart Frekuensi Aroma Produk B 41.40% 18.60% 40% Netral Harum Sangat Harum Gambar 4.10 Pie Chart Frekuensi Aroma Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

100 e. Frekuensi Cita Rasa Produk B Tabel 4.27 Tabel Frekuensi Cita Rasa Produk B Cita Rasa Produk B Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak enak 5 7,1 7,1 7,1 Netral 10 14,3 14,3 21,4 Valid Enak 26 37,1 37,1 58,6 Sangat enak 29 41,4 41,4 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.27 hasil output frekuensi terhadap cita rasa produk B di atas, dapat dilihat mayoritas panelis yaitu sebesar 41,4% menilai bahwa produk B memiliki cita rasa yang sangat enak. Produk B memiliki rasa yang berbeda, karena manis yang disebabkan madu memiliki rasa yang khas dan berbeda dengan pemanis lainnya, sesuai dengan sifat madu yang higroskopis. Berikut ini penulis akan menggambarkan frekuensi cita rasa produk B dalam bentuk pie chart Frekuensi Cita Rasa Produk B 41.40% 7.10% 14.30% 37.10% Tidak Enak Netral Enak Sangat Enak Gambar 4.11 Pie Chart Frekuensi Cita Rasa Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

101 4.4.2 Analisis Deskriptif Statistik Tabel 4.28 Tabel Analisa Descrpitive Stastic Descriptive Statistics N Minimum Maximum Std. Deviation Bentuk Produk A 70 2 5,811 Bentuk Produk B 70 2 5,787 Tekstur Produk A 70 3 5,568 Tekstur Produk B 70 1 5,944 Warna Produk A 70 2 5,742 Warna Produk B 70 2 5,860 Aroma Produk A 70 3 5,697 Aroma Produk B 70 3 5,745 Rasa Produk A 70 3 5,676 Rasa Produk B 70 2 5,916 Valid N (listwise) 70 Melalui tabel 4.28 di atas, dapat diketahui data variabel produk A dan produk B. N atau jumlah data yang digunakan penulis adalah 70 orang, sesuai dengan jumlah panelis dalam penelitian ini. Untuk bentuk produk A dan produk B, nilai minimum yang diberikan oleh panelis adalah 2, nilai maximum adalah 5 dan nilai standard deviasi adalah 0,811 dan 0,787. Dalam segi tekstur produk A, nilai minimum yang diberikan panelis adalah 3, nilai maximum 5 dan standard deviasi 0,568. Sedangkan pada tekstur

102 produk B, nilai minimum yang diberikan panelis adalah 1, dengan nilai maximum adalah 5, dan nilai standard deviasinya adalah 0,944. Untuk warna Produk A dan Produk B, nilai minimum yang diberikan panelis adalah 2, nilai maximum adalah 5 dan standard deviasi adalah 0,742 dan 0,860. Dalam segi aroma, baik produk A dan produk B, panelis memberikan nilai minimum adalah 3, nilai maximum 5, dan standard deviasi 0,697 dan 0,745. Untuk cita rasa Produk A, nilai minimum hasil olah kuesioner adalah 3, maximum 5, dengan standard deviasi 0,676. Sedangkan untuk cita rasa produk B, nilai minimum yang diberikan panelis adalah 2, nilai maximum 5 dan standard deviasi 0,916. 4.5 Analisa Uji Organoleptik Terhadap Produk A & Produk B Dalam uji organoleptik di penelitian penulis yang berjudul Uji Organoleptik Hasil Jadi Oatmeal Cookies Menggunakan Gula Pasir dan Madu Kelengkeng, ada 5 aspek yang menjadi parameter pengukuran, yaitu bentuk atau tampilan cookies, tekstur cookies, warna cookies, aroma cookies dan cita rasa cookies pada produk A dan produk B. Pengujian organoleptik dilakukan dengan uji pasangan, dimana penulis menyajikan dua sampel oatmeal cookies bersamaan dengan kode yang berbeda, yaitu dilambangkan dengan produk A dan produk B. Pada bagian bagian selanjutnya, oatmeal cookies yang menggunakan 100% pemanis gula pasir akan disebut dengan produk A, sedangkan oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu kelengkeng 50 % dan gula pasir 50% akan disebut dengan produk B. Data yang didapat penulis merupakan data primer melalui kuesioner, data ini kemudian diolah penulis untuk menjawab hipotesis penulis tentang apakah ada perbedaan organoleptik antara produk A dan B. Penulis melakukan analisa data primer

103 tersebut menggunakan alat bantu SPSS versi dengan metode paired sample t-test yang digunakan untuk menguji kedua sample yang berhubungan. Adapun kriteria pengambilan keputusan dari uji organoleptik baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma dan cita rasa dengan menggunakan metode paired sample t-test, adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil t hitung o H 0 diterima jika t tabel t hitung t tabel o H 0 ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel Berdasarkan signifikansi o H 0 diterima jika signifikansi > 0,05 o H 0 ditolak jika signifikansi < 0,05 (Priyatno, 2013) 4.5.1 Analisa Perbandingan Bentuk Produk A & Produk B Pada analisa perbandingan bentuk pada produk A & produk B, hipotesis yang ingin diuji oleh penulis adalah: Hipotesis 1: H 0 : Tidak ada perbedaan terhadap bentuk pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula H 1 : Ada perbedaan terhadap bentuk pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula

104 Tabel 4.29 Hasil Output T-test Bentuk Produk A & B Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2- Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of tailed) Deviation Mean the Difference Lower Upper Pair 1 Bentuk Produk A - Bentuk Produk B,043,770,092 -,141,226,466 69,643 Berdasarkan tabel 4.29 hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 0,466, sedangkan tabel distribusi t dicari pada α=5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 70-1 = 69. Dengan pengujian dua sisi (siginifikansi = 0.025) maka diperoleh hasil untuk t tabel adalah +1,995/-1,995. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan penilaian para panelis dinyatakan tidak ada perbedaan bentuk antara produk A dengan produk B, karena hasil t hitung < t tabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka H 0 diterima. 4.5.2 Analisa Perbandingan Tekstur Produk A & Produk B Pada analisa perbandingan tekstur pada produk A & produk B, hipotesis yang ingin diuji oleh penulis adalah: Hipotesis 2: H 0 : Tidak ada perbedaan terhadap tekstur pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula

H 1 : Ada perbedaan terhadap tekstur pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula 105 Tabel 4.30 Hasil Output T-test Tekstur Produk A & B Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2- Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of tailed) Deviation Mean the Difference Lower Upper Pair 1 Tekstur A - Tekstur B,786 1,128,135,517 1,055 5,828 69,000 Berdasarkan tabel 4.30 hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 5,828, sedangkan t tabel adalah -1,995/+1,995, dengan menggunakan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) dengan df = 69. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil penilaian para panelis dinyatakan ada perbedaan tekstur antara produk A dengan produk B, karena hasil t hitung > t tabel dan nilai signifikansi < 0,05, maka H 0 ditolak. 4.5.3 Analisa Perbandingan Warna Produk A & Produk B Pada analisa perbandingan warna pada produk A & produk B, hipotesis yang ingin diuji oleh penulis adalah: Hipotesis 3: H 0 : Tidak ada perbedaan terhadap warna pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula

106 H 1 : Ada perbedaan terhadap warna pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula Tabel 4.31 Hasil Output T-test Warna Produk A & B Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2- Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of tailed) Deviation Mean the Difference Lower Upper Pair 1 Warna Produk A - Warna Produk B -,057,883,106 -,268,153 -,542 69,590 Berdasarkan tabel 4.31 hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah -,542, sedangkan t tabel adalah -1,995 /+1,995, dengan menggunakan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) dengan df = 69. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan penilaian para panelis dinyatakan tidak ada perbedaan warna antara produk A dengan produk B, karena hasil t hitung < t tabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka H 0 diterima. 4.5.4 Analisa Perbandingan Aroma Produk A & Produk B Pada analisa perbandingan aroma pada produk A & produk B, hipotesis yang ingin diuji oleh penulis adalah: Hipotesis 4: H 0 : Tidak ada perbedaan terhadap aroma pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula

H 1 : Ada perbedaan terhadap aroma pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula 107 Tabel 4.32 Hasil Output T-test Aroma Produk A & B Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2- Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of tailed) Deviation Mean the Difference Lower Upper Pair 1 Aroma Produk A - Aroma Produk B -,314,941,112 -,539 -,090-2,795 69,007 Berdasarkan tabel 4.32 hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah -2,795, sedangkan t tabel adalah -1,995/+1,995, dengan menggunakan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) dengan df = 69. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil total penilaian panelis dinyatakan ada perbedaan aroma antara produk A dengan produk B, karena hasil -t hitung < -t tabel dan nilai signifikansi < 0,05, maka H 0 ditolak. 4.5.5 Analisa Perbandingan Cita Rasa Produk A & Produk B Pada analisa perbandingan cita rasa pada produk A & produk B, hipotesis yang ingin diuji oleh penulis adalah:

108 Hipotesis 5: H 0 : Tidak ada perbedaan terhadap cita rasa pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula H 1 : Ada perbedaan terhadap cita rasa pada oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu 50% sebagai subtitusi gula Tabel 4.33 Hasil Output T-test Cita Rasa Produk A & B Paired Samples Test Paired Differences T df Sig. (2- Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the tailed) Deviation Mean Difference Lower Upper Pair 1 Cita Rasa A - Cita Rasa B -,043 1,209,145 -,331,245 -,297 69,768 Berdasarkan tabel 4.33 hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah -0,297, sedangkan t tabel adalah -1,995 /-1,995, dengan menggunakan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) dengan df = 69. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil penilaian para panelis dinyatakan tidak ada perbedaan cita rasa antara produk A dengan produk B, karena hasil t hitung < t tabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka H 0 diterima.

109 4.6 Uji Perbandingan Rata rata (Mean) Pada Oatmeal Cookies Tabel 4.34 Hasil Output Mean Produk A Statistics Bentuk A Tekstur A Warna A Aroma A Cita Rasa A N Valid 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 Mean 3,74 4,29 3,83 3,91 4,09 Tabel 4.35 Hasil Output Mean Produk B Statistics Bentuk B Tekstur B Warna B Aroma B Cita Rasa B N Valid 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 Mean 3,70 3,50 3,89 4,23 4,13 Melalui tabel 4.34 dan 4.35 hasil output perbandingan rata rata (mean) Produk A dan B, penulis ingin membandingkan kedua produk tersebut dari mean masing masing produk. Mean yang dibandingkan merupakan seluruh aspek organoleptik yaitu bentuk, tekstur, warna, aroma dan cita rasa. Dari segi bentuk, Produk A memiliki mean 3,74, sedangkan Produk B memiliki nilai mean yang lebih rendah yaitu 3,70. Untuk

110 tekstur, Produk A memiliki mean yang lebih tinggi dari B yaitu 4,29 sedangkan Produk B hanya 3,50. Jadi, dapat dikatakan bahwa dari segi bentuk dan tesktur, panelis lebih memilih produk A, yaitu oatmeal cookies yang menggunakan 100% gula pasir. Hal itu dikarenakan, oatmeal cookies yang menggunakan gula pasir memiliki tekstur yang lebih renyah di bandingkan produk B. Dalam segi warna, aroma dan cita rasa, Produk B lebih dipilih oleh panelis dibandingkan dengan Produk A, dengan nilai mean 3,89, 4,23 dan 4,13. Panelis lebih memilih produk B dari segi warna, aroma dan cita rasa karena dari hasil pengamatan penulis, produk B memiliki warna yang lebih terang yang disebabkan oleh warna madu itu sendiri, yang sudah memiliki warna berbeda dengan gula pasir yang hanya berwarna putih. Dari segi aroma sendiri, Produk B memiliki aroma khas dari madu sehingga panelis memberikan nilai lebih baik terhadap produk B dibandingan dengan produk A. Bila dilihat dari cita rasa, produk B memiliki rasa manis khas yang berbeda dengan rasa manis pada umumnya. Rasa manis tersebut didapatkan dari madu kelengkeng yang memiliki rasa manis yang legit dan sulit di dapat dari pemanis lainnya. Dari penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa panelis lebih memilih produk A dari segi bentuk dan tekstur, sedangkan panelis lebih memilih produk B dari segi warna, aroma dan cita rasa.

111 4.5 4 3.5 Bentuk 3 2.5 Tekstur 2 1.5 Warna 1 0.5 0 Produk A Produk B Aroma Cita Rasa Gambar 4.12 Diagram Mean Produk A & Produk B Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013 Tabel 4.36 Tabel Perbandingan Mean Produk A dan Produk B Organoleptik Produk A Produk B Bentuk 3,74 3,70 Tekstur 4,29 3,50 Warna 3,83 3,89 Aroma 3,91 4,23 Cita Rasa 4,09 4,13 Total Mean 3,972 3,89 Sumber : Penulis Tabel 4.36 di atas merupakan hasil mean total dari seluruh aspek penilaian organoleptik kedua produk yaitu produk A dan Produk B. Dimana produk A adalah

112 oatmeal cookies yang menggunakan pemanis gula pasir 100%, dan produk B adalah oatmeal cookies yang menggunakan proporsi madu kelengkeng 50% dan gula pasir 50%. Berdasarkan penjelasan di atas, meskipun masyarakat menyukai produk B dari warna, aroma dan cita rasa, namun secara keseluruhan masyarakat lebih tertarik dengan produk A dibandingkan produk B. Hal tersebut didukung pada tabel 4.34 yang menunjukan bahwa produk A memiliki nilai mean lebih tinggi 0.082 dibandingkan dengan produk B maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Dimana pada hipotesis H 0 dinyatakan bahwa masyarakat kurang tertarik dengan oatmeal cookies yang menggunakan proporsi 50% madu.