BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB III LANDASAN TEORI

PRESENTASI TUGAS AKHIR

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNSIGNALIZED INTERSECTION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB III LANDASAN TEORI. yang mempegaruhi simpang tak bersinyal adalah sebagai berikut.

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

ANALISIS KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL LAMPU LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN PASIR PUTIH JALAN KAHARUDDIN NASUTION KOTA PEKANBARU

EVALUASI KINERJA SIMPANG PATUNG NGURAH RAI (SIMPANG JALAN I GUSTI NGURAH RAI JALAN AIRPORT NGURAH RAI)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB III LANDASAN TEORI

langsung. Survei dilakukan dengan pengukuran lebar pendekat masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sebenarnya, atau merupakan suatu penjabaran yang sudah dikaji.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Simpang Jalan Tak Bersinyal

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN ARUS LALU LINTAS ( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso JL. Kalilarangan Surakarta ) Naskah Publikasi

Dari gambar 4.1 maka didapat lebar pendekat sebagai berikut;

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

WEAVING SECTION. Definisi dan Istilah 5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

MANAJEMEN LALU LINTAS PADA

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

ANALISIS KINERJA PERSIMPANGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus : Persimpangan Jalan Sisingamangaraja Dengan Jalan Ujong Beurasok - Meulaboh)

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 7 (Tujuh)

BAB III LANDASAN TEORI

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI

Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, banyak mengalami perkembangan yang pesat di segala bidang. Salah satunya adalah perkembangan di bidang perdagangan. Segala macam bentuk perdagangan terjadi di Surabaya, termasuk juga perdagangan hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan berkembangnya perdagangan di kota Surabaya maka secara otomatis banyak dijumpai bangunan berupa pasar, baik itu pasar besar maupun pasar kecil. Kondisi pasar di Surabaya saat ini pada umumnya masih bisa dibilang kurang layak baik ditinjau dari segi fisik, kebersihan maupun penataannya. Hal tersebut kebanyakan terjadi pada pasar yang menjual buahbuahan dan sayur. Selain mayoritas kondisinya yang kurang layak, pasar buah-buahan dan sayur yang ada di Surabaya lokasinya juga masih terpisah-pisah. Pemerintah kota Surabaya kemudian merencanakan pembangunan Pasar Induk baru yang berada di wilayah Tambak Osowilangun. Lokasi tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain : - Lahan yang tersedia cukup luas yaitu sekitar 6 hektar; - Lokasinya dekat dengan Terminal Bus Antar Kota Tambak Osowilangun; - Akses jalannya bagus; - Tidak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak; - Dekat dengan akses tol. (Sumber : http://www.surabayapost.co.id) Dengan dibangunnya Pasar Induk di wilayah Tambak Osowilangun ini diharapkan pasar buahbuahan dan sayur yang ada di kota Surabaya dapat tersentralisasi. Namun di lain pihak pembangunan Pasar Induk Osowilangun ini diperkirakan akan berdampak terhadap lalu lintas di beberapa ruas jalan dan persimpangan di sekitar kawasan Pasar Induk Osowilangun. Perubahan dan intensitas aktivitas penggunaan lahan tentu akan membawa perubahan peningkatan volume lalu lintas. Perubahan penggunaan lahan ini apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan ketidak seimbangan. Ketidakseimbangan dapat terjadi antara jumlah lalu lintas yang dibangkitkan (generated traffic) dengan kapasitas jalan di sekitarnya atau kapasitas sistem lalu lintas jalan pada umumnya. Selain itu, akan ada dampak langsung akibat keluar masuknya kendaraan pada kawasan Pasar Induk Osowilangun. Jika hal ini terjadi tentunya akan menimbulkan berbagai masalah lalu lintas. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu untuk dilakukan suatu Kajian Manajemen Lalu-Lintas sebagai upaya pengendalian dampak lalu lintas. 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja persimpangan di sekitar lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dioperasikan? 2. Berapa besar tarikan yang terjadi akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS)? 3. Bagaimana kinerja persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi? 4. Bagaimana manajemen lalu lintas pada persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi apabila DS > 0,75? 1.3. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui kinerja persimpangan disekitar lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dioperasikan. 2. Mengetahui besarnya tarikan lalu lintas yang terjadi akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS). 1

3. Mengetahui kinerja persimpangan disekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi. 4. Mengetahui manajemen lalu lintas pada persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi apabila DS > 0,75. 1.4. Batasan Masalah Dalam penulisan Tugas Akhir ini waktu dan biaya yang disediakan cukup terbatas, sehingga perlu dijelaskan mengenai batasan masalah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini agar pembahasan materi lebih terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Perhitungan Lalu Lintas hanya dilakukan di lokasi studi. 2. Metode perhitungan yang dipakai, mengacu pada MKJI 1997. 3. Data lalu lintas yang digunakan adalah data primer. 1.5. Lokasi Studi Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, lokasi studi yang ditinjau adalah daerah Tambak Osowilangun dan sekitarnya. Lokasi studi dapat dilihat pada gambar 1.1. Simpang Romokalisari Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Simpang Margomulyo Gambar 1.1. Lokasi Studi Sumber : http://www.googleearth.com 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Tak Bersinyal Metoda dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model berhenti/beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di kebanyakan negara Barat, yang menjadikan penggunaan Metoda manual kapasitas dari negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari perilaku lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku "tidak menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik. Ukuran-ukuran kinerja berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan geometri, lingkungan dan lalu-lintas dengan metoda yang diuraikan dalam bab ini - Kapasitas - Derajat kejenuhan - Tundaan - Peluang antrian Karena metoda yang diuraikan dalam manual ini berdasarkan empiris, hasilnya sebaiknya selalu diperiksa dengan penilaian teknik lalu-lintas yang baik. Hal ini sangat penting khususnya apabila metoda digunakan di luar batas nilai variasi dari variabel dalam data empiris. Batas nilai ini ditunjukkan pada Tabel 2.1. Penggunaan data tersebut akan menyebabkan kesalahan perkiraan kapasitas yang biasanya kurang dari ± 20%. Tabel 2.1. Batas nilai variasi dalam data empiris untuk variabel-variabel masukan (berdasarkan dalam kendaraan) 4 lengan 3 lengan Variabel Rata Rata Min Maks Min -rata -rata Maks Lebar Masuk 3.5 5.4 9.1 3.5 4.9 7 Rasio belok-kiri 0.1 0.17 0.29 0.06 0.26 0.5 Rasio belok-kanan 0 0.13 0.26 0.09 0.29 0.51 Rasio arus jalan simpang 0.27 0.38 0.5 0.15 0.29 0.41 %-kend ringan 29 56 75 34 56 78 %- kend berat 1 3 7 1 5 10 %-sepeda motor 19 33 67 15 32 54 Rasio Kend.tak bermotor 0.01 0.08 0.22 0.01 0.07 0.25 Sumber : MKJI 1997 Kapasitas Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (C o ) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas. Bentuk model kapasitas ditunjukkan pada persamaan berikut C = C o F W F M F CS F RSU F LT F RT F MI Variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan menggunakan model tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.2. 3

Tabel 2.2. Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas Tipe variabel Uraian variabel dan nama masukan Geometri Tipe Simpang IT Faktor model Lebar rata-rata pendekat W1 F W Tipe median Jalan utama M F M Lingkungan Kelas Ukuran kota CS F CS Tipe lingkungan jalan RE Hambatan samping SF Rasio kendaraan tak bermotor P UM F RSU Lalu lintas Rasio belok-kiri P LT F LT Rasio belok-kanan P RT F RT Sumber : MKJI 1997 Rasio arus jalan minor Q MI /Q TOT F MI Derajat kejenuhan Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang (DS), dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: DS = Qsmp / C dimana: DS = Derajat Kejenuhan Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut: Qsmp = Qkend Fsmp Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut: Fsmp = (emplv LV%+empHV HV%+empMC MC%)/100 dimana emplv, LV%, emphv, HV%, empmc dan MC% adalah emp dan komposisi lalu lintas untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda motor C = Kapasitas (smp/jam) Tundaan simpang (D) Tundaan simpang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. D = DG + DT I Dimana : D = Tundaan simpang (det/smp) DG = Tundaan geometrik simpang (det/smp) DT I = Tundaan lalu lintas simpang (det/smp) 2.2. Simpang Bersinyal Kapasitas Kapasitas suatu pendekat pada simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut. C = S g/c Dimana: C = Kapasitas (smp/jam) S = Arus Jenuh, yaitu arus berangkat rata rata dari antrian dalam pendekat selama sinyal hijau (smp/jam hijau = smp per-jam hijau). g = Waktu hijau (det). c = Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap (yaitu antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama). 4

Arus jenuh ( S ) dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar ( So ) yaitu arus jenuh pada keadaan standar, dengan faktor penyesuaian ( F ) untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dari suatu kumpulan kondisi kondisi (ideal) yang telah ditetapkan sebelumnya S = So F1 F2 F3 F4. Fn Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat ( We ) : So = 600 We Waktu Siklus Waktu siklus ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : c = (1,5 x LTI + 5) / (1 - FR crit ) Dimana : c = Waktu siklus sinyal (detik) LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik) FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S) FR crit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal. Σ (FR crit ) = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut. Persamaan berikut adalah persamaan untuk menghitung waktu hijau gi = (c - LTI) x FRcrit, / Σ(FRCrit) Dimana : gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (detik) c = Waktu siklus sinyal (detik) LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik) Frcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal. Σ (FRcrit) = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan diperoleh sebagai: DS = Q/C = (Q c) / (S g) Dimana : DS = Derajat Kejenuhan Q = Volume Lalu Lintas C = Kapasitas Lalu Lintas S = Arus Jenuh c = Waktu Siklus Sinyal g = Tampilan waktu hijau Tundaan Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal : 1. TUNDAAN LALU LINTAS (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang. 2. TUNDAAN GEOMETRI (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan / atau terhenti karena lampu merah. Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai : Dj = DTj + DGj Dimana: Dj = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp) 5

DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp) Tundaan lalu lintas rata rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut (didasarkan pada Akcelik 1988) : DT = c x 2 0,5 x ( 1 GR) NQ1 x + ( 1 GR x DS) C 3600 Dimana: DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp) GR = Rasio hijau (g/c) DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas (smp/jam) NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh faktorfaktor "luar" seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir, pengaturan oleh polisi secara manual dsb. Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut : DGj = (1-Psv) P T 6 + (Psv 4) Dimana: DGj = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp) Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat P T = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti dan 4 detik untuk yang berhenti didasarkan anggapan anggapan sebagai berikut : 1) kecepatan = 40 km/jam; 2) kecepatan belok tidak berhenti = 10 km/jam; 3) percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det 2. kendaraan berhenti melambat untuk meminimumkan tundaan, sehingga menimbulkan hanya tundaan percepatan. 2.3. Analisa Bangkitan Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup: lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Bangkitan dan tarikan pergerakan terlihat secara diagram pada gambar 2.1. dibawah(wells, 1975). 6

i d pergerakan yang berasal dari zona i pergerakan yang menuju ke zona d Gambar 2.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan Akibat adanya pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya, volume lalu lintas yang ada saat ini akan mengalami pertambahan yang signifikan. Jumlah arus lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya disebut sebagai tarikan, yang dihitung dengan perumusan : Bangkitan (smp/jam) = tingkat bangkitan x luas bangkitan Tarikan (smp/jam) = tingkat tarikan x luas bangkitan (Tamin, 2000). 7

BAB III METODOLOGI 3.1. Identifikasi Masalah Tahap ini mempelajari tentang latar belakang pengambilan judul, bagaimana mengidentifikasikan permasalahan yang timbul dan merumuskannya menjadi suatu tujuan yang harus diselesaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk mempermudah pembahasan dan agar tidak menyimpang terlalu jauh maka diberikan suatu batasan studi, dimana didalamnya memuat hal hal yang harus dikerjakan dan hal hal yang tidak perlu dikerjakan dalam studi, serta asumsi asumsi yang diambil untuk mempermudah penyelesaian studi ini. 3.2. Studi Pustaka Tahap ini dilakukan untuk mengetahui lebih banyak mengenai masalah masalah yang dihadapi sehingga nantinya dalam memecahkan masalah tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Literatur yang dipelajari atau distudi adalah buku buku atau referensi lain yang mengungkapkan teori teori mengenai : a. Simpang Tidak Bersinyal. b. Peramalan Model Bangkitan Perjalanan. 3.3. Survey Pendahuluan Langkah awal sebelum melakukan studi ini adalah melakukan tinjauan awal terhadap kondisi di wilayah lokasi studi yang dipilih untuk menghindari ketidak sesuaian antara tujuan awal dan pengetahuan penulis terhadap kondisi obyek studi yang sebenarnya di lapangan. 3.3.1. Lokasi Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya Pasar Induk Osowilangun (PIOS) terletak diantara persimpangan Margomulyo dan persimpangan Romokalisari tepatnya di jalan Tambak Osowilangun, ini berarti keberadaannya akan merubah arus lalu lintas yang selama ini ada sehingga mempengaruhi kinerja persimpangan yang ada terutama persimpangan Margomulyo dan persimpangan Romokalisari. 3.3.2. Lokasi persimpangan Persimpangan yang ada di lokasi studi merupakan simpang empat (simpang Romokalisari), dan simpang tiga (simpang Margomulyo). Lokasi Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dan lokasi persimpangan dapat dilihat pada gambar 1.1. 3.4. Pengumpulan Data Data yang diperlukan terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Data Primer Volume lalu lintas simpang Margomulyo. Volume lalu lintas simpang Romokalisari. Volume parkir Pasar Mangga Dua. Volume parkir Pasar Peneleh. Volume parkir Pasar Keputran. Survey wawancara Survey wawancara ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kendaraan yang akan melewati pintu keluar tol Margomulyo dan Romokalisari. Survey wawancara dilakukan di dua lokasi yaitu : Pasar Peneleh dan Pasar Keputran. Alasan dipilihnya kedua pasar tersebut sebagai lokasi survey wawancara karena nanti seluruh pedagang yang ada di Pasar 8

Peneleh dan Pasar Keputran akan direlokasi ke Pasar Induk Osowilangun Surabaya (PIOS). b. Data Sekunder Denah Pasar Induk Osowilangun (PIOS) didapat dari Konsultan. Jumlah kendaraan bermotor (MC, LV, dan HV) didapatkan dari Biro Pusat Statistik kota Surabaya. Data bangunan analogi : 1. Pasar Mangga Dua; 2. Pasar Peneleh; 3. Pasar Keputran. 3.5. Evaluasi Kondisi Eksisting Pada tahap ini dianalisa kondisi lalu lintas sebelum adanya pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dengan mengacu pada data data yang didapat. Perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu merubah data volume lalu lintas yang masih dalam satuan kendaraan menjadi satuan mobil penumpang (smp), dengan cara mengalikan dengan faktor ekivalen mobil penumpang (emp) yaitu untuk HV adalah 1.3, LV adalah 1, dan emp untuk MC adalah 0.25. Kemudian yang harus dilakukan adalah mencari peak hour volume (smp/jam), jika hasilnya sudah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data (kend/jam) tersebut ke dalam sofware KAJI. Evaluasi ini nantinya akan memperlihatkan kinerja persimpangan Margomulyo dan persimpangan Romokalisari pada saat ini (existing). 3.6. Perkiraan Penambahan Beban Disini dihitung perkiraan penambahan beban lalu lintas yang akan terjadi setelah adanya Pasar Induk Osowilangun (PIOS). Langkah yang dilakukan adalah terlebih dahulu mencari model tarikan perjalanan yang terjadi pada pasar Mangga Dua, pasar Peneleh dan pasar Keputran. Setelah itu dihitung besarnya tarikan perjalanan yang akan terjadi di Pasar Induk Osowilangun (PIOS), besarnya volume perjalanan ini nantinya akan ditambahkan pada volume lalu lintas pada saat Pasar Induk Osowilangun (PIOS) mulai beroperasi. Volume lalu lintas saat Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dibuka merupakan hasil perkalian antara faktor pertumbuhan lalu lintas dengan volume lalu lintas kondisi eksisting. 3.7. Perhitungan Kinerja Persimpangan Pada tahap ini dianalisa kondisi lalu lintas yaitu kinerja persimpangan Margomulyo dan persimpangan Romokalisari setelah adanya penambahan volume lalu lintas akibat tarikan perjalanan. Kinerja ruas jalan dan persimpangan dianggap baik jika derajat kejenuhan (DS) < 0,75. 3.8. Manajemen Lalu Lintas Dari hasil analisa kinerja lalu lintas dapat diketahui : 1. DS < 0,75 hal ini berarti persimpangan yang ditinjau tidak terpengaruh oleh pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dan tidak perlu diberikan alternatif perbaikan. 2. DS > 0,75 maka diperlukan suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya atau solusi yang diambil dalam rangka mengatasi dampak akibat pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) seperti perencanaan rambu rambu lalu lintas dan perbaikan geometrik jalan. 3.9. Kesimpulan Tahap ini berisi kesimpulan dari setiap langkah yang diambil. Tahapan metodologi secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. 9

Identifikasi Masalah Studi Pustaka Survai Pendahuluan Pengumpulan Data : Primer : 1. Volume lalu lintas; 2. Volume parkir; 3. Survey wawancara. Sekunder : 1. Denah Pasar Induk Osowilangun (PIOS), 2. Jumlah kendaraan bermotor, 3. Bangunan Analogi: - Pasar Mangga Dua - Pasar Peneleh - Pasar Keputran Evaluasi dan Manajemen Lalu Lintas Kondisi Eksisting Perkiraan Penambahan Beban Lalu Lintas Kinerja Persimpangan DS < 0,75 Tidak Manajemen Lalu Lintas Ya Kesimpulan Gambar 3.1. Bagan alir metodologi 10

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Analisa Kondisi Eksisting 4.1.1 Kondisi geometrik Lokasi Pasar Induk Osowilangun (PIOS) berada di kelurahan Tambak Osowilangun kecamatan Benowo tepatnya di Jl. Raya Osowilangun no. 236. Keberadaan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) diperkirakan akan berpengaruh terhadap kinerja persimpangan disekitarnya yaitu : 1. Persimpangan Jl. Raya Greges Jl. Margomulyo; 2. Persimpangan Jl. Raya Osowilangun Jl. Romokalisari Akses Tol Gresik (Romokalisari). Kondisi geometrik kedua persimpangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Simpang Jl. Raya Greges Jl. Margomulyo Jumlah lengan = 3 lengan Tipe lingkungan jalan = komersial Kelas hambatan samping = rendah Lebar pendekat : Jalan minor Jalan Margomulyo (W A ) = 12.00 m Jalan utama Jalan Raya Greges (Timur) (W B ) = 3.75 m Jalan Raya Greges (Barat) (W D ) = 20.00 m 2. Simpang Jl. Raya Osowilangun Jl. Romokalisari Akses Tol Gresik Jumlah lengan = 4 lengan Tipe lingkungan jalan = pemukiman Kelas hambatan samping = tinggi Lebar pendekat Jalan minor Jalan Romokalisari (Utara) (W A ) = 15.50 m Akses Tol (W C ) = 11.50 m Jalan utama Jalan Raya Osowilangun (W B ) = 13.50 m Jalan Romokalisari (Barat) (W D ) = 10.00 m 4.1.2 Analisa Derajat Kejenuhan (DS) Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kinerja persimpangan di lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi. Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) menggunakan program bantu KAJI. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.3. Tabel 4.1. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Pagi Nama Volume Derajat Kapasitas No Simpang lalu lintas Kejenuhan (smp/jam) (smp/jam) (DS) 1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 7698 5234 1.47 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari - Akses Tol 5681 7598 0.75 Sumber : Hasil Analisa 11

Tabel 4.2. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Siang Nama Volume Derajat Kapasitas No Simpang lalu lintas Kejenuhan (smp/jam) (smp/jam) (DS) 1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 4176 5459 0.77 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari - Akses Tol 3870 7226 0.54 Sumber : Hasil Analisa Tabel 4.3. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Sore Nama Volume Derajat Kapasitas No Simpang lalu lintas Kejenuhan (smp/jam) (smp/jam) (DS) 1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 4176 5459 0.77 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari - Akses Tol 3870 7226 0.54 Sumber : Hasil Analisa 4.2. Manajemen Lalu Lintas Kondisi Eksisting Mengacu pada hasil analisa kondisi eksisting seperti yang tersaji pada Tabel 4.1 s/d 4.3 maka dilakukan manajemen lalu lintas berupa perencanaan simpang bersinyal. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5. Tabel 4.4. Analisa simpang bersinyal Margomulyo kondisi eksisting Jumlah Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Periode Pendekat Nama Jalan Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1769 0,709 6,85 25 11219 Pagi Timur (GRT) Jl. Greges Timur 1130 0 0 0 0 9,78 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1122 0,197 9,19 13 13998 Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1303 0,548 4,50 15 7177 Siang Timur (GRT) Jl. Greges Timur 950 0 0 0 0 9,03 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 799 0,147 6,39 9 9406 Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1724 0,771 7,96 28 13389 Sore Timur (GRT) Jl. Greges Timur 1557 0 0 0 0 9,92 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1086 0,213 8,87 12 14070 ` Sumber : Hasil Analisa 12

Tabel 4.5. Analisa simpang bersinyal Margomulyo kondisi eksisting Jumlah Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Periode Pendekat Nama Jalan Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1442 0,419 6,26 20 10741 Pagi Selatan (TOL) Akses Tol 651 0,072 0,88 3 1582 12,64 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 738 0,521 8,76 24 14307 Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1235 0,470 7,13 22 12086 Siang Selatan (TOL) Akses Tol 545 0,073 0,89 3 1602 13,22 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 622 0,415 6,76 18 11023 Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1641 0,751 13,30 40 23304 Sore Selatan (TOL) Akses Tol 523 0,048 0,58 3 1044 13,47 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 829 0,561 9,62 26 15781 ` Sumber : Hasil Analisa 4.3. Analisa Peramalan Lalu Lintas Dengan Adanya Pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) 4.3.1. Bangkitan perjalanan Setelah terbangun dan dioperasikannya PIOS maka akan menimbulkan tarikan maupun bangkitan kendaraan. Dengan munculnya bangkitan perjalanan tersebut tentunya volume lalu lintas yang ada saat ini akan bertambah dan selanjutnya menjadi beban lalu lintas tambahan pada persimpangan di wilayah studi. Model atau teknik asumsi yang digunakan sebagai penentu besarnya bangkitan dari Pasar Induk Osowilangun (PIOS) adalah dengan metode perbandingan dari Pasar Mangga Dua, Pasar Keputran dan Pasar Peneleh. Selanjutnya tahapan analisa untuk menentukan prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat Pasar Induk Osowilangun (PIOS) adalah dengan pengumpulan data kendaraan yang menuju dan meninggalkan (masuk keluar) bangunan pembanding, sebagaimana Tabel 4.6 s/d Tabel 4.8. Kendaraan Keluar Kendaraan Masuk No Waktu Pasar Mangga Dua Pasar Mangga Dua LV (kend/jam) MC Truk Total LV (kend/jam) MC Truk Total Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) Pribadi Pick up (kend/jam) (ken d/jam) (smp/jam) 1 21.00 22.00 14 5 49 0 44 20 8 54 0 55 2 22.00 23.00 25 10 88 1 80 36 11 94 0 94 3 23.00 00.00 31 11 97 0 91 15 12 121 0 88 4 00.00 01.00 29 22 109 0 106 29 33 145 1 136 5 01.00 02.00 26 30 112 0 112 31 50 239 0 201 6 02.00 03.00 24 19 140 0 113 22 8 99 0 80 7 03.00 04.00 4 2 81 0 47 0 1 59 0 31 8 04.00 05.00 1 2 60 0 33 3 0 48 0 27 9 05.00 06.00 3 1 39 0 24 1 0 43 0 23 Sumber : hasil survey Tabel 4.6. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Mangga Dua 13

Kendaraan Keluar Kendaraan Masuk No Waktu Pasar Keputran Pasar Keputran LV (kend/jam) MC Truk Total LV (kend/jam) MC Truk Total Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) 1 17.00 18.00 0 1 7 0 5 0 5 12 0 11 2 18.00 19.00 1 4 10 0 10 2 10 22 1 24 3 20.00 21.00 4 7 13 0 18 6 12 37 1 38 4 21.00 22.00 4 6 37 2 31 5 17 64 2 57 5 22.00 23.00 5 11 87 1 61 4 21 89 1 71 6 23.00 00.00 4 13 96 2 68 3 37 108 0 94 7 00.00 01.00 2 21 107 0 77 0 40 110 0 95 8 01.00 02.00 0 29 146 0 102 0 29 244 0 151 9 02.00 03.00 0 44 146 0 117 0 3 131 0 69 10 03.00 04.00 0 22 91 0 68 0 0 50 0 25 11 04.00 05.00 0 9 83 0 51 2 0 24 0 14 12 05.00 06.00 2 0 74 0 39 0 0 0 0 0 Sumber : hasil survey Tabel 4.7. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Keputran Kendaraan Keluar Kendaraan Masuk No Waktu Pasar Peneleh Pasar Peneleh LV (kend/jam) MC Truk Total LV (kend/jam) MC Truk Total Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) 1 17.00 18.00 0 1 1 0 2 0 4 5 2 9 2 18.00 19.00 0 3 5 0 6 2 6 10 0 13 3 20.00 21.00 5 5 10 1 16 14 5 18 1 29 4 21.00 22.00 10 3 20 1 24 13 4 18 1 27 5 22.00 23.00 11 6 24 1 30 8 6 23 1 27 6 23.00 00.00 7 9 29 1 32 2 11 33 0 30 7 00.00 01.00 4 9 28 1 28 0 10 35 0 28 8 01.00 02.00 0 8 29 1 24 0 10 30 0 25 9 02.00 03.00 0 8 31 0 24 0 8 26 0 21 10 03.00 04.00 0 4 22 0 15 0 0 17 0 9 11 04.00 05.00 0 5 15 0 13 0 0 0 0 0 12 05.00 06.00 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0 Sumber : hasil survey Tabel 4.8. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Peneleh 4.3.1.1. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk keluar pada Pasar Mangga Dua Dari tabel 4.6 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Mangga Dua. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 01.00 s/d 02.00, yaitu sebesar 201 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 02.00 s/d 03.00, yaitu sebesar 113 smp/jam. Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Mangga Dua) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama. Selain itu jumlah kendaraan keluar maupun masuk juga dianggap sama besarnya, hal ini digunakan sebagai faktor keamanan dan diambil angka yang paling besar atau maksimum (ekstrim). Dari data-data tersebut diatas yang digunakan sebagai perhitungan prediksi bangkitan perjalanan adalah sebesar 136 smp/jam. Tabel 4.9 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS). 14

Tabel 4.9. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Mangga Dua Nama Gedung Luas Efektif Bangkitan Perjalanan Pasar Mangga Dua 7,500.00 m² 201 smp/jam = 0.027 (smp/jam)/m² PIOS Bangkitan Akibat P asar Induk Osow ilangun (PIOS) Sumber : hasil survey 12,719.09 m² 0.027 x 12719.09 = 341 smp/jam 341 smp/jam 4.3.1.2. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk keluar pada Pasar Keputran Dari tabel 4.7 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Keputran. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 01.00 s/d 02.00, yaitu sebesar 151 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 02.00 s/d 03.00, yaitu sebesar 117 smp/jam. Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Keputran) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama. Selain itu jumlah kendaraan keluar maupun masuk juga dianggap sama besarnya, hal ini digunakan sebagai faktor keamanan dan diambil angka yang paling besar atau maksimum (ekstrim). Dari data-data tersebut diatas yang digunakan sebagai perhitungan prediksi bangkitan perjalanan adalah sebesar 112 smp/jam. Tabel 4.10 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS). Tabel 4.10. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Keputran Nama Gedung Luas Efektif Bangkitan Perjalanan Pasar Keputran 8,500.00 m² 151 smp/jam = 0.018 (smp/jam)/m² PIOS Sumber : hasil survey 12,719.09 m² 0.018 x 12719.09 = 226 smp/jam Bangkitan Akibat P asar Induk Osow ilangun (PIOS) 226 smp/jam 4.3.1.3. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk keluar pada Pasar Peneleh Dari tabel 4.8 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Peneleh. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 21.00 s/d 22.00, yaitu sebesar 30 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 00.00 s/d 01.00, yaitu sebesar 32 smp/jam. Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Peneleh) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama.tabel 4.11 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS). 15

Tabel 4.11. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Peneleh Nama Gedung Luas Efektif Bangkitan Perjalanan Pasar Peneleh 1,300.00 m² 32 smp/jam = 0.025 (smp/jam)/m² PIOS Bangkitan Akibat P asar Induk Osowilangun (PIOS) Sumber : hasil analisa 12,719.09 m² 0.025 x 12719.09 = 313 smp/jam 313 smp/jam 4.3.2. Pembebanan kawasan Tahapan ini merupakan kombinasi pembebanan dari volume lalu lintas hasil bangkitan dan volume lalu lintas. Pembebanan lalu lintas ini adalah dasar untuk mengestimasi apakah jaringan jalan dapat menampung tambahan lalu lintas akibat bangkitan oleh rumah sakit baru tersebut. Tahapan ini akan menunjukan hasil kinerja lalu lintas yaitu derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan serta volume kendaraan di tiap persimpangan yang ditinjau. Gambar 4.1 menunjukkan pergerakan kendaraan yang akan menuju dan meninggalkan pusat bangkitan (Pasar Induk Osowilangun). 3 2 1 R 7 6 PIOS 1 2 M 4 4 5 5 6 Gambar 4.1. Arah pergerakan kendaraan yang menuju dan meninggalkan PIOS 4.3.2.1. Perhitungan pembebanan akibat tarikan yang ditimbulkan oleh PIOS Dari data yang didapatkan pada saat survey wawancara kendaraan yang melalui pintu tol Margomulyo sebesar 77% sedangkan yang melalui pintu tol romokalisari sebesar 23%. 1. Pembebanan lalu lintas pergerakan M5 Puncak pagi Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 269 = 532 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 297 = 604 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam 16

Volume lalu lintas = 263 smp/jam = 263 + 259 = 522 smp/jam 2. Pembebanan lalu lintas pergerakan R5 Puncak pagi Besarnya pembebanan = 0,23 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 32 = 110 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 24 = 102 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 21 = 99 smp/jam 3. Pembebanan lalu lintas pergerakan R1 Puncak pagi Besarnya pembebanan = (287/(269+32+287)) x 341 smp/jam = 166 smp/jam Volume lalu lintas = 166 + 287 = 453 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = (330/(297+24+330))x 341 smp/jam = 173 smp/jam Volume lalu lintas = 173 + 330 = 503 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan = 227/(259+21+227))x 341 smp/jam = 153 smp/jam Volume lalu lintas = 153 + 227 = 380 smp/jam 4.3.2.2. Perhitungan pembebanan akibat bangkitan yang ditimbulkan oleh PIOS 1. Pembebanan lalu lintas pergerakan M1 Puncak pagi Besarnya pembebanan=(95/(95+287+13+147))x341 smp/jam = 60 smp/jam Volume lalu lintas = 166 + 60 = 226 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = (99/(99+130+21+301))x341 smp/jam = 61 smp/jam Volume lalu lintas = 61 + 99 = 160 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan=(88/(88+169+24+232))x341 smp/jam = 58 smp/jam Volume lalu lintas = 58 + 88 = 146 smp/jam 2. Pembebanan lalu lintas pergerakan M2 Puncak pagi Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 287 = 550 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam 17

Volume lalu lintas = 263 + 130 = 393 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 169 = 432 smp/jam 3. Pembebanan lalu lintas pergerakan R6 Puncak pagi Besarnya pembebanan = 0,23 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 13 = 91 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 21 = 99 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam Volume lalu lintas = 78 + 24 = 102 smp/jam 4. Pembebanan lalu lintas pergerakan R7 Puncak pagi Besarnya pembebanan=(147/(95+287+13+147))x341 smp/jam = 93 smp/jam Volume lalu lintas = 93 + 147 = 240 smp/jam Puncak siang Besarnya pembebanan=(301/(99+130+21+301))x341 smp/jam = 186 smp/jam Volume lalu lintas = 186 + 301 = 487 smp/jam Puncak sore Besarnya pembebanan=(232/(88+169+24+232))x341 smp/jam = 154 smp/jam Volume lalu lintas = 154 + 232 = 386 smp/jam 4.3.4. Analisa simpang bersinyal setelah beroperasinya PIOS Analisa simpang bersinyal setelah beroperasinya PIOS dihitung dengan menggunakan program bantu KAJI. Hasil perhitungannya ditabelkan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 Jumlah Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Periode Pendekat Nama Jalan Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 2032 0,709 6,85 25 11219 Pagi Timur (GRT) Jl. Greges Timur 1130 0 0 0 0 9,78 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1516 0,197 9,19 13 13998 Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1610 0,548 4,50 15 7177 Siang Timur (GRT) Jl. Greges Timur 950 0 0 0 0 9,03 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1123 0,147 6,39 9 9406 Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1987 0,771 7,96 28 13389 Sore Timur (GRT) Jl. Greges Timur 1557 0 0 0 0 9,92 B Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1407 0,213 8,87 12 14070 ` Sumber : hasil analisa Tabel 4.12 Analisa simpang Margomulyo setelah PIOS beroperasi 18

Jumlah Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Periode Pendekat Nama Jalan Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1919 0,419 6,26 20 10741 Pagi Selatan (TOL) Akses Tol 870 0,072 0,88 3 1582 12,64 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1077 0,521 8,76 24 14307 Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1688 0,470 7,13 22 12086 Siang Selatan (TOL) Akses Tol 741 0,073 0,89 3 1602 13,22 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1022 0,415 6,76 18 11023 Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 2145 0,751 13,30 40 23304 Sore Selatan (TOL) Akses Tol 692 0,048 0,58 3 1044 13,47 B Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1231 0,561 9,62 26 15781 ` Sumber : hasil analisa Tabel 4.13 Analisa simpang Romokalisari setelah PIOS beroperasi 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa dan perhitungan menggunakan program KAJI maka dalam Tugas Akhir ini dapat disimpulkan : 1. Pada kondisi sebelum dioperasikannya PIOS didapatkan kinerja simpang sebagai berikut : a. Simpang Margomulyo Periode puncak pagi DS = 1,47 Periode puncak Siang DS = 0,77 Periode puncak sore DS = 1,65 b. Simpang Romokalisari Periode puncak pagi DS = 0,75 Periode puncak Siang DS = 0,54 Periode puncak sore DS = 0,85 2. Dari perhitungan bangkitan dengan metode perbandingan didapatkan bangkitan sebesar 341 smp/jam 3. Pada kondisi sebelum dioperasikannya PIOS didapatkan kinerja simpang sebagai berikut untuk a. Simpang Margomulyo Periode puncak pagi Tingkat Pelayanan B Periode puncak Siang Tingkat Pelayanan B Periode puncak sore Tingkat Pelayanan B b. Simpang Romokalisari Periode puncak pagi Tingkat Pelayanan B Periode puncak Siang Tingkat Pelayanan B Periode puncak sore Tingkat Pelayanan B 5.2. Saran Dalam perhitungan kinerja ruas jalan dan persimpangan, hendaknyatidak membahas hanya pada satu kegiatan saja tetapi pada beberapa kegiatan yang berada disekitar persimpangan jalan tersebut. 20

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta, 1997. 2. Tamin,O.Z, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, ITB, Bandung, 2000. 3. Wells, G.R, Comprehensive Transport Planning, Charles Griffin, London, 1975. 21