HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA AREA TERBATAS DI PT. PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) KOTA BITUNG Gabriela Vania Samahati*, Odi R. Pinontoan*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Kelelahan kerja merupakan keadaan lelah yang dialami pekerja ditandai dengan adanya penurunan produktivitas kerja. Terdapat beberapa faktor-faktor penyebab kelelahan kerja diantaranya dapat disebabkan oleh shift kerja dan beban kerja. Salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat risiko kelelahan yang tinggi adalah pekerjaan di bidang penyediaan minyak dan gas karena merupakan industri yang proses kerjanya berlangsung secara terus-menerus selama 24 jam. Hasil survei didapatkan adaya risiko shift kerja dan beban kerja yang dapat menyebabkan kelelahan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara shift kerja dan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Juli 2017. Populasi dan sampel penelitian diambil dengan menggunakan total sampling sebanyak 63 responden. Instrumen yang digunakan adalah waktu reaksi, lembar isian data dan kuesioner NASA-TLX. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Spearman dengan tingkat signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja (p = 0,000; r = -.453). Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja (p = 0,000; r = -.566). Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, Beban Kerja ABSTRACT Work fatigue is the condition of tiredness which is experienced by the employees as it can be seen from the descent of productivity in working. There are many factors of work fatigue such as shift work and workload. One of the works that has high risk of the fatigue is working in providing oil and gasses. It is because the industry has to operate 24 hours non-stop. From the result of survey, shift work and workload can cause work fatigue. The research aimed to find out the relation between shift work and workload with work fatigue on employees limited area in fuel oil station of PT. Pertamina Bitung. The type of the research was survey analysis with cross sectional design. The research was conducted in March July 2017. The population and sample were taken by using sampling total of 63 respondents. The instrument was reaction timer, the sheet and NASA- TLX. Bivariate analysis used Spearman statistic test with the level of significance was α = 0,05. This research showed that there was significance relation between shift work and work fatigue (p = 0,000; r = -.453). There was significant relation between workload and work fatigue (p = 0,000; r = -.566). There was relation between shift work and work fatigue. There was relation between workload and work fatigue. Keywords: Work Fatigue, Shift Work, Workload 1
PENDAHULUAN Penyebab tingginya angka kecelakaan kerja salah satunya disebabkan oleh faktor kelelahan yang memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Maurits, 2012). Kelelahan kerja merupakan keadaan lelah yang dialami pekerja ditandai dengan adanya penurunan produktivitas kerja. Pekerjaan di bidang penyediaan minyak dan gas merupakan salah satu industri yang memiliki tingkat risiko kelelahan yang tinggi karena merupakan industri yang proses kerjanya berlangsung secara terusmenerus selama 24 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Chan (2011) di China tentang Fatigue: The Most Critical Accident Risk in Oil and Gas Construction mengemukakan sebanyak 226 responden (78%) mengalami kelelahan sedangkan 64 responden (22%) tidak mengalami kelelahan. Kelelahan dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor salah satunya akibat dari shift kerja dan beban kerja. Penerapan shift kerja dapat berdampak buruk pada kelelahan kerja apabila tidak diperhatikan secara serius. Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sudana (2009) tentang kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift pagi dan shift malam menggunakan 24 responden terdapat sebanyak 22 responden (91,7%) mengalami kelelahan dalam kategori lelah sedangkan 2 responden (8,3%) dalam kategori kurang lelah. Melalui perkembangan teknologi dan mesin, tuntutan produktivitas kerja di bidang industri dan gas meningkat sehingga beban kerja yang dihadapi pun akan semakin tinggi. Beban kerja yang tinggi secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya kelelahan pada pekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Maulina (2011) tentang Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta, didapatkan ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja dengan nilai p = 0,000. PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar (BBM) Kota Bitung merupakan industri penyalur minyak dan gas yang beroperasi selama 24 jam setiap hari. Proses kerja pada area terbatas terbagi dalam pola 3 rotasi shift kerja yaitu shift pagi pukul 07:00-15:00 WITA, shift siang pukul 15:00-23:00 WITA dan shift malam pukul 23:00-07:00 WITA selama 6 hari kerja sehingga pekerja melakukan pekerjaan >40 jam/minggu yang dapat menimbulkan risiko terjadinya kelelahan kerja. Pekerja area terbatas memiliki beban kerja yang tinggi karena mereka bertanggungjawab penuh terhadap keadaan di lapangan dan semua mesin yang ada serta melakukan inspeksi secara terus-menerus terhadap risiko 2
terjadinya kecelakaan kerja. Kinerja penyaluran minyak dan gas yang dilakukan selama 24 jam setiap hari menyebabkan tingginya beban kerja yang dihadapi oleh pekerja area terbatas sehingga dapat memicu terjadinya kelelahan kerja. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Penelitian dilaksanakan di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung pada bulan Maret Juli 2017. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung berjumlah 63 orang dan sampel diambil secara total sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar isian data, alat ukur reaction timer dan kuesioner NASA-TLX. Teknik pengumpulan data dengan data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan Uji Spearman dengan batas kesuksesan (alpha) = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden No. Karakteristik Responden n % 1. Jenis Laki-laki 63 100,0 Kelamin Perempuan 0 0 2. Usia 25 40 43 68,3 (Tahun) >40 20 31,7 3. Pendidikan SMA 51 81,0 Terakhir D3 5 7,9 4. Masa Kerja (Tahun) S1 7 11,1 1 5 29 46,0 6 10 13 20,6 >10 21 33,3 5. Lama Kerja 8 60 95,2 (Jam) 12 3 4,8 6. Indikator Beban Kerja BebanMental 7 11,1 Beban Fisik 2 3,2 Beban Waktu 6 9,5 Performansi Kerja Tingkat Frustasi Usaha Fisik & Mental 30 47,6 3 4,8 15 23,8 Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh responden berjenis kelamin laki-laki (100%). Usia responden paling banyak adalah kelompok usia 25-40 tahun sebanyak 43 responden (68,3%). Pendidikan terakhir responden paling banyak adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak 51 responden (81,0%). Masa kerja responden paling banyak adalah 1-5 tahun sebanyak 29 responden (46,0%). Lama kerja didapatkan 60 responden (95,2%) bekerja selama 8 jam/hari. 3
Indikator pengukuran beban kerja menghasilkan paling banyak beban kerja dalam tuntutan performansi kerja sebanyak 30 responden (47,6%). 2. Analisis Univariat Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja n % Ringan 20 31,7 Sedang 21 33,3 Berat 22 34,9 Total 63 100 Data dari tabel 2 menunjukkan bahwa kelelahan kerja yang paling banyak dialami para pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung adalah kelelahan berat sebanyak 22 responden (34,9%). Sedangkan kelelahan sedang berjumlah 21 responden (33,3%) dan paling sedikit adalah kelelahan ringan berjumlah 20 responden (31,7%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Shift Kerja Shift Kerja n % Pagi 21 33,3 Siang 21 33,3 Malam 21 33,3 Total 63 100 Data dari tabel 3 menunjukkan bahwa shift kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung memiliki jumlah responden untuk shift pagi, sore dan malam masing-masing 21 responden dengan persentase masing-masing 33,3%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Beban Kerja n % Rendah 18 28,6 Sedang 21 33,3 Tinggi 24 38,1 Total 63 100 Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa beban kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung yang paling banyak adalah beban kerja tinggi dengan jumlah 24 responden (38,1%). Sedangkan beban kerja sedang berjumlah 21 responden (33,3%) dan yang paling sedikit adalah beban kerja rendah berjumlah 18 responden (28,6%). 4
3. Analisis Bivariat Tabel 5. Hubungan Antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja Shift Kerja Ringan Sedang Berat Total n % n % n % N % Pagi 3 14,3 5 23,8 13 61,9 21 33,3 Siang 5 23,8 10 47,6 6 28,6 21 33,3 Malam 12 57,1 6 28,6 3 14,3 21 33,3 Total 20 31,7 21 33,3 22 34,9 63 100 p-value 0,000-0,453 r Data dari tabel 5 menunjukkan bahwa nilai N dalam penelitian ini adalah 63 dan memiliki nilai p = 0,000 < a = 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. Diperoleh nilai r sebesar -0,453 dimana berarti terdapat kekuatan hubungan yang sedang antara shift kerja dengan kelelahan kerja. Dilihat dari data yang ada kelelahan paling banyak diperoleh di shift kerja adalah kelelahan berat. Kelelahan berat banyak terdapat di shift pagi, hasil penelitian bertolak belakang dengan teori yang mengemukakan bahwa tingkat kelelahan kerja paling tinggi terjadi pada shift malam karena hanya memiliki waktu istirahat yang lebih sedikit dibandingkan shift pagi dan siang (Pulat, 2002). Penelitian ini menunjukkan hasil kelelahan berat banyak ditemukan pada shift pagi disebabkan oleh kegiatan penimbunan BBM dari kapal ke tanki timbun sampai proses penyaluran BBM ke truk-truk tangki yang akan disalurkan ke SPBU untuk memenuhi permintaan kebutuhan konsumen intensitasnya lebih banyak dilakukan pada pagi sampai siang hari. Hal ini dikarenakan saat pagi sampai sore hari jumlah kendaraan meningkat dibandingkan dengan malam hari sampai dini hari aktivitas manusia dalam berkendara cenderung menurun dan biasanya digunakan untuk beristirahat. Penelitian yang mendukung hasil ini adalah penelitian dari Wahyuni, Ma rufi dan Sujoso (2015) dimana kelelahan tertinggi terjadi pada shift I dan shift II. Hal ini disebabkan karena tingkat kerapatan kendaraan yang melakukan pengisian bahan bakar cenderung meningkat pada shift I dan II dibandingkan dengan shift III di malam hari. Semakin banyak kendaraan yang melakukan pengisian bahan bakar maka 5
semakin cepat operator mengalami kelelahan. Pemberlakuan waktu kerja pada shift kerja di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung pun juga menjadi penyebab terjadinya kelelahan kerja karena pekerja area terbatas yang bekerja sudah melebihi waktu kerja normal dengan bekerja selama 6 hari/minggu yang diterapkan dalam bentuk sistem 3 shift yaitu shift pagi, siang, malam dan masing-masing shift memiliki waktu kerja 8 jam/hari sehingga jam kerjanya sudah memasuki 48 jam kerja/hari dan pada hari ke-6 tetap memberlakukan waktu kerja selama 8 jam. Penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian dari Apriliani (2014) bahwa terdapat hubungan shift kerja dengan tingkat kelelahan operator produksi di PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu dengan nilai signifikan0,021. Tabel 6. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja Beban Kerja Ringan Sedang Berat Total n % n % n % N % Rendah 13 72,2 4 23,8 1 5,6 18 28,6 Sedang 4 19,0 11 47,6 6 28,6 21 33,3 Tinggi 3 12,5 6 28,6 15 62,5 24 38,1 Total 20 31,7 21 33,3 22 34,9 63 100 p-value r 0,000 0,566 Data dari tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah data atau nilai N dalam penelitian ini adalah 63 dan memiliki nilai p = 0,000 < a = 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu terdapat hubungan signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. Diperoleh nilai r sebesar 0,566 dimana berarti terdapat kekuatan hubungan yang kuat antara beban kerja dan kelelahan kerja. Data yang didapatkan bahwa beban kerja yang paling banyak menyebabkan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas adalah beban kerja yang tinggi dengan kategori kelelahan kerja berat. Indikator beban kerja yang didapatkan paling banyak responden mengalami beban kerja pada performansi kerjanya. Pekerja area terbatas merasa terbebani menyangkut performansi kerja disebabkan karena pekerja dituntut bekerja secara cepat, 6
bertanggung jawab, menggunakan fisik dan mental juga dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam keberlangsungan proses penyaluran BBM. Apabila performansi kerja menurun maka proses penyaluran BBM pun akan terganggu sedangkan perusahaan harus memenuhi target kebutuhan konsumen tepat waktu selama 24 jam. Oleh karena itu, tuntutan performansi kerja dirasakan menjadi beban kerja yang paling tinggi bagi responden. Beban kerja tinggi dalam hal performansi kerja tersebut akan mempengaruhi kelelahan kerja dari pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. Seseorang akan menerima beban kerja dari aktivitas pekerjaan yang dilakukannya, ketika waktu kerja bertambah maka beban kerja pun akan bertambah karena beban kerja tersebut dapat melebihi batas kemampuan seseorang dalam bekerja yang menimbulkan kelelahan kerja (Suma mur, 2009). Waktu istirahat yang belum teratur melihat perusahaan tergolong dalam jenis pekerjaan yang bekerja secara terus-menerus dan tidak dapat ditinggalkan, maka pekerja area terbatas secara bergantian mengambil waktu istirahat sehingga waktu istirahat tidak mencapai 1 jam/orang sehingga performansi kerja pun sangat dituntut dalam hal ini. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diperoleh semakin tinggi beban kerja maka kelelahan kerja akan semakin berat. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian dari Maulina (2011) tentang Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta bahwa didapatkan ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja dengan nilai p = 0,000. Penelitian yang dihasilkan Jannah (2014) diperoleh p value sebesar 0,033 < p (0,05) dimana terdapat hubungan signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian cutting PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo. KESIMPULAN 1. Distribusi frekuensi kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung paling banyak adalah kelelahan berat. 2. Distribusi frekuensi shift kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung terdapat 21 responden di masingmasing shift pagi, siang dan malam. 3. Distribusi frekuensi beban kerja pada pekerja area terbatas di PT. 7
Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung paling banyak adalah beban kerja tinggi. 4. Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. 5. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja area terbatas di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. SARAN 1. Memiliki waktu istirahat yang cukup sebelum dan setelah bekerja serta mengkonsumsi makanan bergizi agar tidak mudah mengalami kelelahan kerja. 2. Memberlakukan waktu kerja dalam 1 minggu pada pekerja area terbatas maksimal 40 jam/minggu dan pada hari ke-6 hanya bekerja selama 5 jam. 3. Memberikan jam istirahat yang terstruktur sehingga pekerja area terbatas dapat beristirahat dengan cukup pada jam istirahat untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja. 4. Memperhatikan beban kerja pekerja area terbatas dengan menambah jumlah pekerja terutama pada shift pagi. 5. Memberikan edukasi dalam bentuk seminar/penyuluhan dan pelatihan kepada pekerja area terbatas mengenai ruang lingkup kelelahan kerja. 6. Melakukan pengawasan dan evaluasi dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama karena faktor kelelahan kerja di PT. Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung. DAFTAR PUSTAKA Apriliani, S., 2014. Hubungan Shift Kerja dengan Tingkat Kelelahan Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra. (http://ejournal.unwir.ac.id/jurnal. php.pdf). Diakses pada tanggal 25 Maret 2017 Chan, M., 2011. Fatigue: The Most Critical Accident Risk in Oil and Gas Construction. Jurnal Civil Engineering The University of Sydney. Sydney. Australia. 29,341 353. (http://www.tandfonline.com/doi/a bs/). Diakses pada tanggal 10 Juni 2017 8
Hariyati, M., 2011. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. Skripsi Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (http://eprints.uns.ac.id/8474/1/19 3101411201107131.pdf). Diakses pada tanggal 23 Maret 2017 Jannah, N., 2014. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Bagian Cutting PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta.(http://eprints.ums.ac.id/ 30981/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf).Diakses pada tanggal 28 April Maurits, L.S.K, 2012. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Amara Books Pulat, M.B., 2002. The Fundamental Ergonomics. Prentice Hall, Inc. A. Simon & Schuster Company Englewood Cliffs. New Jersey Rusindiyanto, Maisaroh dan Pailan. 2016. Pengukuran Beban Kerja Karyawan Bagian Produksi dengan Metode NASA-TLX di PT. Cat Tunggal Djaja Indah. Jurnal Program Studi Teknik Industri FTI UPN Veteran. Jawa Timur.(http://eprints.upnjatim.ac.i d/7101/1/2._rusindiyanto.pdf). Diakses pada tanggal 27 April 2017 pkl.16:29. Sudana, 2009. Perbedaan Kelelahan Kerja pada Operator SPBU antara Shift Pagi dan Shift Malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa Tahun 2009. Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. (http://repository.usu.ac.id/handle/ 123456789/25191). Diakses pada tanggal 25 Mei 2017. Suma mur, P.K., 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto Tarwaka, 2014. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Revisi Edisi II. Surakarta : Harapan Press Wahyuni, D.S., Ma rufi, I., dan Sujoso, A.D.P., 2015. Kelelahan Kerja antara Shift I, Shift II, dan Shift III pada Operator Pompa Bensin (Studi pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di Kabupaten Jember). Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasJember.(http://repositor 9
y.unej.ac.id/handle/123456789/69 004/pdf). Diakses pada tanggal 31 Maret 2017 10