KEBERLANJUTAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERPIPAAN DI PERDESAAN ALI MASDUQI 35 3 2 PROMOTOR: Prof. Ir. Noor Endah, MSc., PhD. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, MSc., PhD. Prof. Ir. Wahyono Hadi, MSc., PhD. PROGRAM DOKTOR BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN DAN REKAYASA SUMBER AIR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2
Publikasi Disertasi. Capaian pelayanan air bersih perdesaan sesuai Millennium Development Goals studi kasus di wilayah DAS Brantas, Jurnal Purifikasi (ISSN 4-3465), Vol. 8, No. 2, Desember 27, 2. Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Brantas Bagian Hilir, Seminar Nasional Pascasarjana VIII ITS, Surabaya (ISBN 978-979-96565-4-4), 3 Agustus 28 3. Sustainability of water supply systems for poor communities, International Seminar on Sustainable Urban Development Trisakti University, Jakarta (ISBN 978-979-999-3-4), 2-2 August 28 4. Teknologi penyediaan air bersih perdesaan: studi kasus di Kabupaten Mojokerto, Seminar Nasional Teknik Sipil V 29, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS (ISBN 978-979-99327-4-7), Februari 29 5. Prediction of rural water supply systems sustainability using a mathematical model, Jurnal Purifikasi (ISSN 4-3465) Vol., No. 2, Desember 29 6. Structural equation modeling as a tool for assessment of rural water supply systems sustainability, Water Science & Technology (ISSN 273-223), (dalam proses, telah direview dan revisi) 22 February 2 2
Definisi Keberlanjutan: keberfungsian suatu sistem pada saat ini dan yang akan datang dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan teknologi (ASCE, 998) Sistem penyediaan air bersih: satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air bersih yang mencakup unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan (PP No. 6 Tahun 25) Perdesaan: wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No. 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang) 22 February 2 3
Latar Belakang Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 24 tentang Sumber Daya Air) Fakta: tidak semua warga negara dapat menikmati pelayanan air bersih, 42,42% rumah tangga di perdesaan mempunyai akses terhadap air bersih dan dengan sistem perpipaan 6,7% (Susenas, 28) Pemerintah akan meningkatkan pelayanan air bersih bagi masyarakat miskin di perdesaan Perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi problem solving pada pembangunan air bersih perdesaan di masa yang akan datang 22 February 2 4
Kontribusi Penelitian Pengembangan konsep pembangunan prasarana dan sarana air bersih di perdesaan. Pengembangan keilmuan bidang sumberdaya air, khususnya penyediaan air bersih dengan pendekatan interdisiplin ilmu. 22 February 2 5
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 28) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Penelitian ini: Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 6
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 28) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Penelitian ini: Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 7
Kendala tercapainya State of the Art Carter dkk. (999) memaparkan Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan problem yang dihadapi negara (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) berkembang Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) Mwanza (23) menyatakan bahwa bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan permasalahan air bersih dan sanitasi kemampuan, teknologi, dan masalah sosial mencakup akses, ketersediaan dan Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan keterjangkauan, alokasi, peningkatan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan kemampuan, teknologi, dan masalah Upaya mencapai sosial Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan Carter dkk. (999) dan Brikké dan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Bredero (23) Proyek berbasis mengidentifikasi masyarakat biasanya memerlukan eksternal lebih satuan rendah biaya (Satterthwaite dan biaya dkk., 25) penyebab ketidak Mencakup faktor sumber berlanjutan air, teknologi, kualitas, perilaku manusia institusi, keuangan, (Pushpangadan dan Murugan, 28) dan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan Penelitian ini: air bersih perdesaan Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 8
State of the Art Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 28) Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan Pembangunan (Hosain AMPL di perdesaan dkk., pada 999; Katz dan Sara, 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) 998). Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). UNDP-World Bank, 998) Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, lingkungan, dan Teknis, masyarakat, hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) lingkungan, dan Organisasi masyarakat, kemampuan hukum dan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kelembagaan kemampuan membayar (Brikké dan biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Bredero, 23) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air Organisasi masyarakat, kemampuan (Hoko dan Hertle, 26) Model penyediaan yang berhubungan air bersih: dengan mengoperasikan dan merawat Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) fasilitas, kemampuan Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, membayar 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai biaya/tarif pelayanan lebih air bersih tinggi, dan sanitasi dan adanya (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan dukungan (Musonda, teknologi (Galvis, 23) 24) penyediaan air bersih Kriteria : Pelibatan masyarakat Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan dan kondisi (Rietveld dkk., 29) peningkatan kemampuan pengelola air Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator (Hoko dan Hertle, 26) Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Penelitian ini: Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 9
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Upaya mencapai Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara Mempertimbangkan aspek sosial, berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi kesehatan, teknologi, ekonomi, mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah finansial, institusional, dan lingkungan sosial Carter dkk. (999) dan Brikké Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan (Parr dan Shaw, Davis dan Iyer 99) (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan Pendekatan dorongan-kebutuhan air bersih perdesaan membuat masyarakat memiliki Upaya mencapai willingness to invest (Sutton, 24) Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, finansial, institusional, teknologi, ekonomi, (Parr dan Shaw, 99) dan lingkungan Proyek berbasis Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat masyarakat memiliki biasanya willingness to invest Sutton (24) memerlukan satuan biaya dan biaya Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan eksternal lebih biaya (Satterthwaite dan dkk., 25) eksternal lebih rendah (Satterthwaite Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, perilaku manusia institusi, keuangan, (Pushpangadan dan dan Murugan, 28) dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, Penelitian dan ini: Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator perilaku manusia Lokasi: (Pushpangadan dan Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Murugan, 28) Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 28) Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Model sanitasi berbiaya rendah pada Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model pembelajaran tim sebagai Model konsep untuk pemilihan teknologi (Galvis, 23) penyediaan air bersih strategi mencapai Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas pelayanan air dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis bersih dan Brikké (995), dan Stalker sanitasi (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) (Tarquino, mengemukakan indikator Model konsep Penelitian ini: untuk pemilihan Variabel: Lokasi: Penelitian teknologi dilakukan di penyediaan air bersih Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Jawa Timur (Indonesia) Masyarakat Keberlanjutan (Galvis, 23) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Bhandari Penelitian dan ini: Grant (27) Variabel: Lokasi: Perencanaan Penelitian dilakukan di mengemukakan Pengelolaan Jawa Timur (Indonesia) indikator Keandalan Masyarakat Sistem Keberlanjutan Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, Kriteria kesehatan, teknologi, ekonomi, : finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat Ketersediaan, memiliki kapasitas, kontinyuitas willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Mencakup faktor sumber air, teknologi, Kriteria : kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas Murugan, 28) dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké Davis dan Brikké (995), Stalker Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator (2), Iyer, dkk. (26), dan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 2
State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 97 2, tidak berkelanjutan (Bappenas, 23a; Bappenas, 23b) Kendala tercapainya Carter dkk. (999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang Mwanza (23) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial Carter dkk. (999) dan Brikké dan Bredero (23) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan Davis dan Iyer (22) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 999; Katz dan Sara, 998). Partisipasi masyarakat (Kaliba, 22; UNDP-World Bank, 998) Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 23) Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 24) Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 26) Upaya mencapai Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 99) Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (24) Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 25) Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 28) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 24) Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2) Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2) Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 23) Kriteria : Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 29) Davis dan Brikké (995), Stalker (2), Iyer, dkk. (26), dan Bhandari dan Grant (27) mengemukakan indikator Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia) Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Penelitian ini: Variabel: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada 22 February 2 3
LATAR BELAKANG GAP ANALYSIS Kajian Pustaka dan Identifikasi Masalah Peraturan dan Kajian Pustaka: Issu global tentang penyediaan air bersih dan sanitasi è Target MDG. UU 7/24 tentang Sumber Daya Air. PP 6/25 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Kebijakan pembangunan sektor air bersih (RPJM Nasional, RPJM Jawa Timur). Aspek teknis, pembiayaan, sosial, dan institusi pada penyediaan air bersih. RUMUSAN Sustainability pada proyek air bersih perdesaan. Indikator keberhasilan pembangunan air bersih. MASALAH DAN TUJUAN Rancangan Disertasi Latar Belakang Gap Mengapa pembangunan air bersih di perdesaan kurang berkelanjutan? Bagaimana menjamin pembangunan air bersih di perdesaan di masa yang akan datang? Realitas: Sekitar,3 milyar penduduk dunia ketiga tidak mendapatkan akses terhadap kecukupan air bersih. Hambatan pencapaian sasaran MDG di negara berkembang disebabkan aspek politis, finansial, institusional, dan teknis. Tingkat kemiskinan di Indonesia dan Jawa Timur cukup tinggi capaian pelayanan air bersih perdesaan masih rendah. PDAM belum menjangkau pelayanan di perdesaan. Pengalaman pembangunan sarana dan prasarana air minum di Indonesia di perdesaan banyak yang mengalami kegagalan dan tidak berlanjut. Tujuan : Mendapatkan fakta tentang variabel penentu sistem penyediaan air bersih perdesaan Tujuan 2: Menyusun model sistem penyediaan air bersih menuju pelayanan air bersih perdesaan yang berkelanjutan Pustaka pendukung: o Tools untuk analisis data (Structural equation modeling) Hasil : Akan diperoleh variabel yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan pembangunan air bersih dengan indikator. Hasil ini akan digunakan untuk mendukung penyusunan model pemilihan sistem penyediaan air bersih Penentuan indikator penting yang mempengaruhi pemilihan sistem Hasil 2: Akan diperoleh model kualitatif yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan tentang sistem penyediaan air bersih agar proyek air bersih perdesaan di masa yang akan datang lebih sustainable. Diharapkan model ini dapat diaplikasikan di daerah perdesaan lain Data: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan Sortir dan kategorisasi data Tabulasi Analisis teknis (ketersediaan sumber air, kebutuhan air, kualitas air, dll) Uji validitas dan reliabilitas Analisis penentuan indeks tiap variabel Analisis hubungan antara variabel independen dan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) METODA 22 February 2 4 Pengumpulan Data Analisis Data Pembahasan dan Kesimpulan HASIL
DAS Brantas LOKASI STUDI Lokasi studi: 24 desa di 9 kabupaten (Malang (6 desa), Blitar (3 desa), Trenggalek (2 desa), Tulungagung (2 desa), Kediri (2 desa), Nganjuk (2 desa), Jombang ( desa), Mojokerto (5 desa), Sidoarjo ( desa)) 5 55 6 65 7 75 8 85 9 57 6 63 66 69 93 93 U B T 925 925 S 92 92 Surabaya Sidoarjo Nganjuk Jombang Mojokerto 95 95 Kediri Tulungagung 9 Malang 9 Blitar Trenggalek 95 95 5 5 Kilometers 5 55 6 65 7 75 8 85 9 Mojorejo 98 Kebonagung 98 Jombang Nganjuk Mojokerto Purwojati Bleberan Kesemen Surabaya Sidoarjo Balongtani U Genjeng 95 Ngembat 95 B T Joho Bukur S Desa sampel Kabupaten W onorejo Kediri Donowarih Pandantoyo Petungsewu 92 Botoputih 92 Sukodono Parang Argo Trenggalek Babadan Tepas Tulungagung Blitar Sumbersuko Malang Pagedangan Dawuhan 99 99 Gemaharjo Binangun 2 3 Kilometer 57 6 63 66 69 22 February 2 5
Pembangunan Model
Model Teoritis e Sumber e2 Teknologi e3 Investasi Perencanaan e4 Bahan e8 e9 e Pengoperasian Keuangan Lembaga Pengelolaan r Keandalan Kuantitas Kontinyuitas e5 e6 e5 Operator Kualitas e7 e6 e Suku Cadang e7 Biaya Operasi Pihak Luar e2 e3 e4 Kemauan Kebutuhan Partisipasi Dukungan Masyarakat Keberlanjutan r2 Kepuasan Keuntungan Pengembangan e8 e9 e2 22 February 2 7
Pembangunan Model Berbasis Data Konfirmasi model menggunakan structural equation modeling 22 February 2 8
Persamaan Model Persamaan spesifikasi model pengukuran: X = x x + (dari variabel eksogen) Y = y + (dari variabel endogen) Persamaan struktural = B + x + ρ δ δ 2 δ 3 δ 4 δ 5 δ 6 δ 7 δ 8 X X 2 X 3 x X λ η 4 λ 4 γ 2 λ 5 x λ 2 2 Y 2 X 5 Y 3 X 6 X 7 X 8 λ 3 λ 2 λ λ 6 λ 8 λ 7 δ 9 x 3 γ 3 γ X 9 γ 4 ρ β λ ρ 2 η 2 Y λ 3 λ 4 λ 5 ε ε 2 ε 3 Y 4 Y 5 Y 6 ε 4 ε 5 ε 6 B* *( \ ( X )) x 22 February 2 9
Bentuk Persamaan 22 February 2 2 6 5 4 3 2 Y Y Y Y Y Y Y,659,47,625,36,582,993 2 x,5,58,54,,22, 2 asumsi x 2,948 x,3,2,53,679,37,69,,2,56,27,2,46,22,653,722,942,658,774,37,863,723 9 8 7 6 5 4 3 2 \ X X X X X X X X X,,
Indeks Keberlanjutan Indeks adalah angka yang menyatakan jumlah nilai dari tiga indikator, yaitu kepuasan pengguna, keuntungan finansial, dan kemungkinan pengembangan sistem 22 February 2 2
Indeks Keberlanjutan Klasifikasi : Keberlanjutan rendah, bila indeks lebih kebil dari,32 Keberlanjutan sedang, bila indeks =,32,94 Keberlanjutan tinggi, bila indeks lebih besar dari,94 22 February 2 22
Metodologi Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih RENCANA PROYEK PENYEDIAAN AIR BERSIH INVENTARISASI DATA LAPANGAN DIPERLUKAN INTERVENSI UNTUK PENINGKATAN INDEKS KEBERLANJUTAN ANALISIS DATA DAN SCORING INPUT DATA KE DALAM MODEL RUNNING MODEL Keberlanjutan Tinggi KESIMPULAN Keberlanjutan Rendah EVALUASI Keberlanjutan Sedang RENCANA PROYEK DILAKSANAKAN REKOMENDASI Ya KEBERLANJUTAN MUNGKIN DITINGKATKAN? Tidak 22 February 2 EVALUASI KEMBALI VARIABEL YANG 23 MENYEBABKAN KEBERLANJUTAN TIDAK MENINGKAT
.75.5.25.25.5.25.5.5.75 Indeks Keberlanjutan =.325 Kesimpulan: KEBERLANJUTAN RENDAH EVALUASI KEMBALI AGAR KEBERLANJUTAN DAPAT DITINGKATKAN ================================== ANALISIS PENINGKATAN KEBERLANJUTAN ================================== INDEKS KEBERLANJUTAN BERAT UNTUK DITINGKATKAN PERLU DIKAJI KEMBALI TERHADAP VARIABEL YANG MENYEBABKAN KEBERLANJUTAN RENDAH LAKUKAN INTERVENSI AGAR INDEKS KEBERLANJUTAN DAPAT DITINGKATKAN. BENTUK INTERVENSI ADALAH: - (X3): Pengusulan permintaan dana kepada pemerintah atau donor ATAU pengajuan dana tambahan atau dana dari masyarakat - (X4): Pemilihan alternatif sarana air bersih yang relatif lebih mudah pengoperasian & pemeliharaan - (X6): Pelatihan teknis kepada warga yang berpotensi 22 February 2 24
Temuan Penting: Penutup.Keberlanjutan sistem penyediaan air bersih perpipaan di perdesaan dipengaruhi oleh SEMBILAN variabel yang tercakup dalam MODEL KEBERLANJUTAN 2.Tingkat dikelompokkan ke dalam TIGA kategori sesuai nilai INDEKS KEBERLANJUTAN RENDAH, SEDANG, dan TINGGI 3.Berdasarkan model dan indeks disusun METODOLOGI PEMBANGUNAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 22 February 2 25
Harapan: Penutup Semoga hasil penelitian ini mampu memberikan sedikit sumbangan pada pembangunan sistem penyediaan air bersih di Indonesia. dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, mengapakah mereka tiada beriman? Semoga niat baik ini karena Allah untuk kesejahteraan umat manusia. 22 February 2 26 END
Cuplikan FOTO SARANA AIR BERSIH PERDESAAN 22 February 2 27
22 February 2 28