Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6 Indonesia rullips@pwk.its.ac.id Abstrak Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu daerah yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI. Indikasi ketertinggalan ini dapat dilihat dari berbagai permasalahan yang ada dari segi sosial, lingkungan, dan ekonomi. Berdasarkan RPJMN -, pembangunan daerah tertinggal diarahkan untuk melakukan percepatan pembangunan dengan meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur dan pelayanan dasar. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar yang dianut dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk menilai keberlanjutan pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai daerah tertinggal sebagai upaya mengejar ketertinggalan yang Kata Kunci Ekonomi, Daerah tertinggal, Infrastruktur, Lingkungan, Pembangunan berkelanjutan, sosial I. PENDAHULUAN Kabupaten Bangkalan adalah salah satu daerah tertinggal yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal RI Nomor: 6/PER/M-PDT/I/ tentang Rencana Strategis Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal tahun -. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah, kegiatan ekonomi yang belum berkembang, rendahnya pelayanan prasarana dan sarana, serta kondisi lingkungan yang rawan terjadi bencana merupakan indikator - indikator yang menjadikan Kabupaten Bangkalan sebagai salah satu daerah tertinggal menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI. Kualitas sumberdaya manusia secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana IPM Kabupaten Bangkalan pada tahun adalah sebesar 65,. berada di urutan lima terbawah IPM kabupaten/kota se-jawa Timur []. Kegiatan ekonomi Kabupaten Bangkalan secara keseluruhan dapat dilihat dari kondisi ekonomi makro yaitu Produk Domestik Regional Bruto. Pada tahun PDRB Kabupaten Bangkalan adalah sebesar.557 (miliar rupiah) dan berada pada peringkat ke-5 dari 8 kab/kota di Provinsi Jawa Timur []. Rendahnya perekonomian di Kabupaten Bangkalan juga dicerminkan dari besarnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bangkalan. Pada tahun, 6,% penduduk Kabupaten Bangkalan tergolong dalam penduduk miskin []. Kondisi pelayanan infrastruktur di Kabupaten Bangkalan juga terbilang rendah. Dari 7 desa yang ada di Kabupaten Bangkalan, terdapat 68 desa yang memiliki fasilitas kesehatan dengan jarak lebih dari 5 km. Hal ini dapat disebabkan karena aksesibilitas yang tidak baik sehingga harus mencari jalan yang lebih jauh atau juga dapat disebabkan keterbatasan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Bangkalan. Kondisi lingkungan Kabupaten Bangkalan juga menjadi salah satu penyebab yang menjadikan Kabupaten Bangkalan menjadi daerah tertinggal. Kabupaten Bangkalan memiliki 9.78,79 ha lahan kritis atau sebesar,9% dari luas wilayah Kabupaten Bangkalan secara keseluruhan []. Hal ini menjadikan Kabupaten Bangkalan sulit dalam memproduksi hasil-hasil pertanian. Selain itu kondisi tanah di Kabupaten Bangkalan juga rawan terjadi tanah longsor. Hal ini dilihat dari peningkatan karakteristik Kabupaten Bangkalan dari segi bencana tanah longsor yaitu pada tahun 8 memiliki karakteristik,78% dan pada tahun menjadi,56% [] Pembangunan daerah tertinggal diarahkan untuk melakukan percepatan pembangunan dengan meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur dan pelayanan dasar []. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip dasar yang dianut dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang berjalan dengan memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang didukung oleh kekuatan suatu lembaga. Pembangunan daerah tertinggal memiliki keterkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dimana dalam melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal diperlukan program-program pembangunan dengan prinsip berkelanjutan []. Selain itu pilar-pilar pembangunan berkelanjutan dapat dijadikan sebagai acuan keberhasilan pada pembangunan daerah tertinggal jika pilar-pilar tersebut berjalan bersinergi dan berkesesuaian dengan segala sumberdaya yang ada di daerah tersebut [5]. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk menilai keberlanjutan pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai daerah tertinggal. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan variabel prioritas dalam merumuskan rekomendasi pembangunan yang tepat diterapkan di Kabupaten Bangkalan guna mengejar ketertinggalan yang

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) II. METODE PENELITIAN II. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivistik. Penelitian ini melihat suatu realitas yang dikendalikan oleh aturan atau mekanisme yang pasti. Sehingga segala sesuatu yang terjadi atau semua fenomena yang terjadi harus dibuktikan dengan data-data yang dapat dibuktikan. II. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey sekunder. Pengumpulan data sekunder adalah melakukan survey pada instansi-instansi terkait untuk memperoleh dokumen-dokumen yang memuat data-data yang dibutuhkan. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi instansi-instansi yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten Bangkalan untuk mengejar ketertinggalan yang dimiliki seperti Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bangkalan. Data yang digunakan pada penelitian adalah dokumen yang merepresentasikan kondisi eksisting pada tahun. II. Metode Analisa Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan skoring. Teknik skoring adalah metode pemberian skor pada masing-masing variabel sesuai parameter yang digunakan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai tingkatan atau status keberlanjutan, dengan menggunakan metode analisa yang berbeda para peneliti mengklasifikasikan tingkat keberlanjutan menjadi empat yaitu buruk (tidak berkelanjutan); kurang (kurang berkelanjutan); cukup (cukup berkelanjutan); dan baik (sangat berkelanjutan). Dengan mengadapatasi pada penelitian yang sudah dilakukan maka skor dan klasifikan keberlanjutan yang digunakan pada penelitian ini adalah: Tabel Skor dan Klasifikasi Keberlanjutan Pembangunan Skor Kategori buruk (tidak berkelanjutan) kurang (kurang berkelanjutan) cukup (cukup berkelanjutan) baik (sangat berkelanjutan) sumber: Hasil Adaptasi Nurmalina, 8 Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu positivistik maka parameter yang digunakan merupakan standar-standar nilai yang dapat diakui secara matematis. Standar nilai tersebut dijadikan landasan dalam pemberian skor pada masing-masing variabel. Skor atau bobot inilah yang digunakan untuk menentukan tingkat keberlajutan pembangunan di Kabupaten Bangkalan (lampiran). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan survei sekunder yang telah dilakukan maka diperoleh data-data terkait variabel penelitian. Nilai tersebut diberikan skor sesuai dengan standar masing-masing. Datadata yang digunakan untuk menilai pada penelitian ini adalah data tahun sehingga hasil yang nantinya dikeluarkan dari analisa ini adalah status keberlanjutan Kabupaten Bangkalan pada tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dengan parameter yang ditentukan maka hasil skor pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut. Indeks Pembangunan Manusia Proporsi penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Indeks gini Gambar Keberlanjutan Pembangunan Sosial Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak ada variabel yang menyandang status sangat berkelanjutan. Jumlah penduduk miskin merupakan variabel dengan nilai skor cukup atau berada pada status cukup berkelanjutan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bangkalan adalah sebesar 6% dari jumlah penduduk keseluruhan. Angka ini masih di atas standar yang ditetukan oleh pemerintah dimana pada suatu daerah hanya boleh terdapat 5%. Seperti yang telah banyak diperbincangkan bahwa ada banyak hal yang menjadi penyebab dan menjadi dampak dari kemiskinan. Seperti yang tertera pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Propenas menyebutkan bahwa penyebab kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) dan kemiskinan sementara (transient poverty). Kemiskinan kronis disebabkan oleh () sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif; () keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian; dan () rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat. Kemiskinan sementara disebabkan oleh () perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi; () perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan; dan () bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan. Banyaknya penyebab maupun dampak yang disebabkan oleh kemiskinan inilah sampai akhirnya banyak disebut dengan mata rantai kemiskinan. Masih tingginya jumlah penduduk miskin dari standar yang ditentukan mengindikasikan bahwa mata rantai kemiskinan masih sangat kuat keberadaannya di Kabupaten Bangkalan. Beberapa contoh mata rantai kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bangkalan adalah beban ketergantungan dan tingkat kematian bayi. Berdasarkan gambaran umum diketahui bahwa angka beban ketergantungan dan jumlah kematian bayi masih tergolong tinggi yaitu berada di kisaran angka 5. Hal ini berarti setiap orang penduduk produktif di Kabupaten Bangkalan harus menanggung beban 5 orang yang tidak produktif dan setiap kelahiran bayi terdapat 5 bayi yang meninggal. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Bangkalan berada pada status kurang berkelanjutan. Rendahnya IPM

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) mengindikasikan bahwa kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Bangkalan masih tergolong rendah. IPM mengandung tiga indeks pembangunan sosial sekaligus yaitu pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi. Berdasarkan nilai pada masing-masing komponen pendukung IPM diketahui kemampuan daya beli masyarakat masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang ada pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat 6% digunakan untuk konsumsi makanan. Dari segi pendidikan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bangkalan hanya berkisar 5-6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk hanya menamatkan sekolah sampai pada jenjang Sekolah Dasar. Pada segi kesehatan diketahui bahwa ratarata umur maksimal yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Bangkalan adalah sekitar 6 tahun. Hal ini masih belum memenuhi standar yang ditentukan yaitu angka harapan hidup di suatu daerah adalah 65 tahun. Masih rendahnya AHH masyarakat mengindikasikan bahwa Kabupaten Bangkalan belum memiliki pelayanan kesehatan yang baik untuk masyarakat. Indeks gini di Kabupaten Bangkalan tergolong cukup bagus yaitu berada pada status cukup berkelanjutan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bangkalan tergolong cukup rata. Tidak ada ketimpangan status sosial di masyarakat meskipun memang terjadi ketimpangan distribusi pelayanan infrastruktur pada beberapa kecamatan. Berdasarkan penjelasan dan gambar dapat diketahui bahwa kondisi sosial di Kabupaten Bangkalan masih belum merata. Ada variabel dengan status cukup berkelanjutan namun juga ada variabel yang masih tidak berkelanjutan. Hal mengakibatkan status keberlanjutan pembangunan pada aspek sosial di Kabupten Bangkalan adalah kurang berkelanjutan dengan nilai skor,6. Pendapatan Asli Daerah PDRB per kapita Laju pertumbuhan PDRB Jumlah penduduk yang bekerja Gambar Keberlanjutan Pembangunan Ekonomi Berdasarkan gambar diketahui bahwa laju pertumbuhan PDRB dan jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Bangkalan memiliki skor yang baik dan berada pada status sangat berkelanjutan. Laju pertumbuhan PDRB berada pada status sangat berkelanjutan disebabkan laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bangkalan dapat mencapai angka lebih dari 6% atau melebihi target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Begitu juga untuk jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan yang bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja mencapai 96% dari angkatan kerja yang ada. Angka ini melebihi standar yang ditetapkan pemerintah yaitu 9%. Berdasarkan gambaran umum diketahui bahwa mayoritas penduduk bekerja pada sektor primer yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian. Hal ini terlihat dari sektor lapangan usaha terbesar yang menyerap angkatan kerja mencapai 5% adalah sektor primer (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan). Pendapatan Asli Daerah dan PDRB per kapita di Kabupaten Bangkalan memiliki nilai skor dengan status tidak berkelanjutan. PAD yang dihasilkan oleh Kabupaten Bangkalan hanya menyumbangkan sekitar 6% dari APBD Kabupaten Bangkalan keselurahan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan di Kabupaten Bangkalan masih sangat bergantung pada pendanaan dari luar seperti sumbangan pemerintah pusat ataupun provinsi. Begitu juga dengan PDRB per kapita yang hanya mencapai % dari PDRB per kapita provinsi Jawa Timur. Berdasarkan penjelasan dan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada aspek ekonomi Kabupaten Bangkalan ternyata memiliki potensi yang sangat besar. Hal ini terlihat dari nilai laju pertumbuhan PDRB dan jumlah penduduk bekerja dengan kondisi sangat berkelanjutan. Meskipun hal tersebut masih belum dapat meningkatkan PDRB per kapita masyarakat dan tingkat kemandirian daerah yang masih tidak berkelanjutan. Ketimpangan nilai antar variabel ini akhirnya juga menjadikan aspek ekonomi Kabupaten Bangkalan menjadi kurang berkelanjutan dengan nilai,5. Indeks rawan bencana Luas hutan yang dapat dimanfaatkan Luas hutan yang dilindungi lahan kritis Gambar Keberlanjutan Pembangunan Lingkungan Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kekayaan hutan dan indeks rawan bencana di Kabupaten Bangkalan memiliki nilai skor yang buruk dan berada pada status tidak berkelanjutan. Status tidak berkelanjutan pada luas hutan yang dapat dimanfaatkan menunjukkan bahwa kekayaan hutan yang dimiliki Kabupaten Bangkalan hanyalah sedikit. Sehingga pemanfaatan dan pengelolaan harus sangat diperhatikan agar kelestarian sumberdaya hutan masih dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Indeks rawan bencana yang tidak berkelanjutan mengindikasikan banyaknya intensitas kejadian bencana dan besarnya kerugian yang telah disebabkan. Seperti yang telah dijelaskan pada gambaran umum bahwa kejadian bencana yang sering terjadi di Kabupaten Bangkalan adalah bencana banjir. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian yang disebabkan oleh banjir sangat besar sehingga bencana banjir ini tidak boleh dianggap remeh. Luas hutan yang dilindungi di Kabupaten Bangkalan berada pada nilai skor buruk dengan status tidak berkelanjutan. Hal ini disebabkan hutan yang berfungsi untuk menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan di Kabupaten Bangkalan hanya seluas,6% dari luas keseluruhan. Angka ini masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu %.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa kondisi aspek lingkungan di Kabupaten Bangkalan masih belum merata. Ada variabel dengan status cukup berkelanjutan namun ada juga variabel dengan status tidak berkelanjutan. Hal ini mengakibatkan secara keseluruhan nilai skor pada aspek lingkungan adalah,8 dengan status tidak berkelanjutan. Nilai SMP aksesibilitas ketersediaan fasilitas pendidikan dasar ketersediaan fasilitas kesehatan pengguna internet pengguna saluran telepon populasi yang mendapat air minum rumah tangga tanpa saluran listrik Gambar Keberlanjutan Pembangunan Infrastruktur Pada gambar di atas dapat dilihat persentase pengguna internet, pengguna saluran telepon, populasi yang mendapat air minum, dan nilai SPM aksesibilitas memiliki nilai buruk yaitu tidak berkelanjutan. Hal ini dikarenakan semua variabel tersebut masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Sedangkan variabel persentase rumah tangga tanpa saluran listrik, ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan berada pada status yang beragam. pengguna internet dan pengguna saluran di Kabupaten Bangkalan berada pada kisaran 5% - 7%. Angka ini masih jauh dari standar yang ditetapkan yaitu jumlah penduduk yang dapat mengakses saluran internet dan saluran telepon adalah %, untuk dapat mengentas suatu daerah dari status ketertinggalan yang populasi yang mendapat air minum di Kabupaten Bangkalan memiliki nilai skor buruk dengan status tidak berkelanjutan. Berdasarkan gambaran umum diketahui bahwa jumlah penduduk yang mendapat layanan air oleh saluran PDAM hanya sebesar 7%. Angka ini jauh dari SPM yang ditentukan yaitu 55%-75% penduduk yang terlayani oleh saluran air. Mayoritas penduduk di Kabupaten Bangkalan memenuhi kebutuhan air dengan menggunakan air sumur. Namun ada juga penduduk yang membeli air untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya. Hal ini disebabkan jauhnya lokasi dari sumber-sumber air dan bencana kekeringan yang sering kali datang. Ketersediaan jaringan jalan di Kabupaten Bangkalan juga masih minim. Dari 7 km rencana panjang jalan yang digunakan untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan lokal, masih 5 km atau % yang sudah terbangun. Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Bangkalan sudah memiliki nilai baaik dengan status sangat berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sekolah yang digunakan untuk melayani kebutuhan pendidikan dasar di Kabupaten Bangkalan sudah memenuhi SPM yang ditetapkan. Kondisi infratruktur di Kabupaten Bangkalan yang masih belum merata ini menyebabkan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bangkalan memiliki nilai, atau berada pada status kurang berkelanjutan. Infrastruktur Gambar 5 Keberlanjutan Pembangunan Masing-masing Berdasarkan gambar. dapat dilihat aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek infrastruktur di Kabupaten Bangkalan memiliki nilai-nilai yang tidak terpaut jauh yaitu berada di antara status kurang berkelanjutan dan cukup berkelanjutan. Namun untuk pembangunan pada aspek lingkungan memiliki nilai yang buruk dengan status tidak berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Bangkalan harus lebih memperhatikan aspek lingkungan. Pembangunan di Kabupaten Bangkalan harus lebih memperhatikan pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki, kemampuan daya dukung lingkungan, dan penangan bencana. Meskipun kekayaan sumberdaya hutan yang dimiliki sedikit namun jika dapat dikelola dengan baik dan didukung dengan penanganan masalah lingkungan dari segi lain tentu status keberlanjutan pada aspek lingkungan dapat lebih ditingkatkan lagi. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kabupaten Bangkalan merupakan daerah yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang dihadapi ternyata memiliki persamaan prinsip dengan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat keberlanjutan pembangunan di Kabupaten Bangkalan untuk mengejar ketertinggalan yang Berdasarkan hasil analisa dengan teknik skoring diketahui bahwa terjadi ketimpangan antara pembangunan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur terhadap pembangunan aspek lingkungan. Dimana pembangunan pada aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur berada pada status kurang berkelanjutan. Sedangkan pembangunan pada aspek lingkungan berada pada status tidak berkelanjutan. Hendaknya pemerintah memberikan perhatian yang sama pada pembangunan aspek lingkungan untuk menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan. V. LAMPIRAN Tabel Parameter Skor dan Klasifikasi No Variabel Parameter Sumber Sosial Proporsi penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Sosial.6..8 Lingkungan : % - 7% : 7% - % : % - % : %.5 Ekonomi Program kerja Bappenas target tahun 5

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) 5 Indeks gini : >,5 :,6,5 :,,5 : <, Indeks Pembangunan Manusia Ekonomi : < 5 : 5 66 : 67-8 : > 8 PDRB per kapita : % - % < : % - 66% < : 67% - 99% < : 5 Jumlah penduduk yang bekerja 6 Laju pertumbuhan PDRB 7 Pendapatan Asli Daerah Lingkungan 8 Luas hutan yang dapat dimanfaatkan 9 lahan kritis Luas hutan yang dilindungi Indeks rawan bencana Infrastruktur pengguna internet pengguna saluran telepon populasi yang mendapat air minum 5 rumah tangga tanpa saluran listrik 6 Jumlah fasilitas kesehatan : % : % - 6% : 6% - 9% : 9% : % : % - % : % - 5% : 6 : nilai minimum s.d nilai kuartil : nilai kuaril s.d nilai kuartil : nilai kuartil s.d nilai kuartil : nilai kuartil s.d nilai max. : < % : % - 9% : % - 9% : % : 76% - % : 5% - 75% : 6% - 5% : % - 5% : < % : % - 9% : % - 9% : % : skor 6-9 : 5 : skor 6 : skor 5 : < % : % - 9% : % - 9% : % : < % : % - 9% : % - 9% : % : < 55% : 55% - 6% : 65% - 7% : 75% : nilai kuartil s.d nilai max. : nilai kuartil s.d nilai kuartil : nilai kuaril s.d nilai kuartil : nilai minimum s.d nilai kuartil : % - % < SPM : % - 66% < SPM : 67% - 99% < SPM : SPM World bank United Nations Development Programme, Hasil Kajian, RPJMN tahun Target Bank Indonesia, Hasil Kajian, Nomor: 5/PRT/M/8 Hasil Kajian, Nomor: 5/PRT/M/8 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Nomor 6/PER/M- PDT/I/ Nomor 6/PER/M- PDT/I/ 5/KPTS/M/ Hasil Kajian, 5/KPTS/M/ 7 Jumlah fasilitas Pendidikan dasar 8 Nilai SPM aksesibilitas : % - % < SPM : % - 66% < SPM : 67% - 99% < SPM : SPM fasilitas : % : % - 66% : 67% - 99% : % DAFTAR PUSTAKA 5/KPTS/M/ /PRT/M/ [] Badan Pusat Statik Provinsi Jawa Timur. Indikator Sosial Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun. [] Badan Lingkungan Hidup. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bangkalan Tahun 9 [] RPJM Nasional [] Edy, Muhammad Lukman. 7. Menguak Ketertinggalan Meretas Jalan Baru [5] Hardi, Ode Sofyan.. Implementasi Model Pembangunan Perdesaan Dalam Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks No.357, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN- DPDTT. Daerah Tertinggal. Penetapan. Juknis. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-133 Kriteria Zona Industri Pendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban Naya Cinantya Drestalita dan Dian Rahmawati

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

Angka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun. Jumlah infrastruktur kesehatan per Persentase jumlah desa di suatu kabupaten

Angka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun. Jumlah infrastruktur kesehatan per Persentase jumlah desa di suatu kabupaten LAMPIRAN 11 Lampiran 1. Daftar Peubah Respon dan Peubah Penjelas Peubah Respon Status Ketertinggalan 1 = agak tertinggal Y 2 = tertinggal 3 = sangat tertinggal 4 = tertinggal sangat parah Peubah Penjelas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan C12 Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Otonomi daerah yang berarti bahwa daerah memiliki hak penuh dalam mengurus rumah tangganya sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan indikator dan faktor-faktor penyebab kemiskinan Mahasiswa mampu menyusun konsep penanggulangan masalah kemiskinan

Lebih terperinci

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-119 Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah Baiq Septi Maulida Sa ad dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini: Kepemilikan modal Kepemilikan lahan Sumber daya manusia Kekurangan gizi Pendidikan Pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-186 Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur menghasilkan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-255 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN )

LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN ) LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 2012 Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN 0015067310) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C -38 Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Ovi Resia Arianti Putri dan Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-87 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang Undang nomor 22 tahun 1999 dan telah direvisi menjadi Undang Undang nomor 32 tahun 2004 telah membawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak

Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak (S.4) PERBEDAAN KARAKTERISTIK KETERTINGGALAN DESA PERDESAAN DAN DESA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-157 Sistem Penyediaan Air Bersih Desa Metatu dan Desa Kalipadang Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Anisa Nanhidayah dan Alfan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P BAB VI P E N U T U P Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahun 2011 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci