STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM DI KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM DI KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Aten Djou, Wahyono Hadi, Endah Angreni Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya ABSTRAK Kondisi pelayanan penyediaan air minum di Kecamatan Tapa sampai saat ini baru mecapai target 21 % penduduk terlayani, jadi masih rendah dibandingkan dengan standart pelayanan kota kecil menurut standart nasional. Namun dari segi ketersediaan sumber air baku yang mempunyai debit 2000 liter/detik dan jaringan distribusi yang mempunyai panjang pipa meter sangat potensial untuk dikembangankan, demikian pula dengan keinginan dari non pelanggan untuk menjadi pelanggan cukup tinggi yaitu berdasarkan Real Demand Survey (RDS) diperoleh hasil 58 % berkeinginan menjadi pelanggan BPAM. Dengan dilakukannya penelitian ini yang membahas aspek teknis, finasial dan kelembagaan. Hasil pembahasan terhadap kondisi eksisting sistim penyediaan air minum oleh BPAM Unit Tapa diperoleh kesimpulan bahwa penurunan kualitas air pada musim hujan disebabkan oleh karena disain penangkap air saluran penangkapnya berada pada level air terbawah sehingga pada musim hujan air yang masuk ke bak pengolahan lebih banyak mengadung Lumpur, dan kondisi sistim jaringan distibusi saat ini masih memungkinkan untuk pengembangan, dari segi finansial kondisi keuangan BPAM cukup sehat karena tidak mempunyai utang jangka panjang dari evaluasi dua tahun terakhir mempunyai keuntungan walaupun hanya sedikit, dan dari segi kelembagaan karena masih berbentuk badan maka sistim tata kerjanya belum sesuai dengan tupoksinya Berdasarkan evaluasi maka dilakukan perhitungan proyeksi pengembangan usaha yang didasarkan atas hasil Real Demand Survey (RDS) dan program pemerintah dalam Millennium Development Goals (MDG), untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun kedepan yaitu sampai tahun 2015 dengan jumlah penduduk Kecamatan Tapa yang terlayani BPAM mencapai 47,57% untuk target RDS dan 61 % untuk target MDG. Dari kedua pendekatan tersebut untuk target RDS dilakukan dengan memaksimalkan jaringan distribusi yang ada dengan total biaya yang dibutuhkan adalah Rp ,- dengan hasil penilaian kelayakan investasi menunjukkan IRR = % (>12%), NPV = Rp ,72 (NPV +) dan PI = 1,18 (>1), sedangkan berdasarkan target MDG dilakukan penambahan pompa intake, penambahan jaringan distirbusi dengan total biaya yang dibutuhkan adalah Rp ,- dengan hasil penilaian kelayakan investasi menunjukkan IRR = % (>12%), NPV = Rp ,03 (NPV +) dan PI = 1,29 (>1). Dengan kedua metode tersebut menunjukkan bahwa investasi ini layak dan menguntungkan BPAM maupun pemerintah daerah. Dan untuk kelembagaan perlu di dibentuk suatu struktur organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan mempertimbangkan prinsip efesiensi dan efektifitasnya Kata kunci : strategi pengembangan, air minum, Kecamatan Tapa

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan air bersih menjadi isu utama pada setiap daerah khususnya bagi daerah yang baru dimekarkan, terutama ketika menghadapi musin kemarau. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang semakin mendesak tersebut, maka pemerintah Kabupaten Bone Bolango bertekad terus meningkatkan program pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih. Sehingga harapan akan kebutuhan serta meningkatkan jangkauan pelayanan yang lebih luas akan terwujud. Penyediaan air bersih di Kabupaten Bone Bolango untuk wilayah Ibukota Kecamatan Suwawa dan Kabila dilayani oleh PDAM Kota Gorontalo dengan 550 sambungan, dan untuk Kecamatan Tapa dengan 356 sambungan dan Bone Pantai dengan 93 sambungan dilayani oleh BPAM Kabupaten Bone Bolango. Untuk daerah Kecamatan Persiapan masih dalam usulan program pengembangan. Jadi dengan kata lain bahwa cakupan pelayanan air bersih sangat terbatas (belum dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat) baik diperkotaan maupun di perdesaan. Karena dari 4 Kecamatan ditambah dengan 6 Kecamatan persiapan yang baru di bentuk, maka yang terlayani baru 4 kecamatan. Dan apabila diperhitungkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah jiwa atau KK (Kabupaten Bone Bolango dalam Angka 2004) dengan jumlah yang terlayani hanya 999 sambungan atau hanya 3,32 % untuk skala Kapubaten. Perumusan Masalah 1. Kapasitas sumber yang ada saat ini yaitu berasal dari sungai Bolango yang mempunyai debit air yang cukup besar yaitu ± 2000 liter/detik dan kapasitas produksi hanya sebesar 10 liter/detik sangatlah kecil dibandingkan dengan potensi ketersediaan air bakunya dan dengan sendirinya tidak dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih pada areal pelayanan. 2. Bagaimana tahapan-tahapan pengembangan sistim penyediaan air bersih selama 5 tahun kedepan? 3. Dengan kapasitas sumber yang ada saat ini, apakah masih bisa dilakukan pengembangan area pelayanan dengan memperhatikan rencana pengembangan kota dan pertambahan penduduk, serta memperkirakan kebutuhan peningkatan kapasitas produksi dan pelayanan air bersih untuk masa 10 tahun ke depan?. 4. Bagaimana strategi Pengembangan lembaga BPAM Kabupaten Bone Bolango Unit Tapa dalam memenuhi penyediaan Air Minum di Kecamatan Tapa?. Tujuan Penelitian 1. Tersusunnya perumusan permasalahan teknis sistem pengelolaan air, menyangkut pengoptimalan kapasitas terpasang yang ada, dan meningkatan kapasitas produksi airnya sesuai dengan rencana pengembangannya. 2. Merumuskan tahapan-tahapan pengembangan (action plan) sistem penyediaan air bersih dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan serta menghitung jumlah biaya yang diperlukan dalam setiap tahapan rencana pengembangan tersebut. 3. Memprediksi pengembangan pelayanan (master plan) untuk jangka waktu 10 (Sepuluh) tahun kedepan. 4. Strategi yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan BPAM Kabupaten Bone Bolango Unit Tapa ditinjau dari aspek teknis, financial, dan kelembagaan. D-1-2

3 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang ada saat ini pada sistem distribusi air minum pada IKK BPAM Unit Tapa. 2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dalam rangka peningkatan pelayanan dan rencana pengembangan jaringan pada IKK BPAM Unit Tapa untuk lima tahun ke depan 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bone Bolango diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam hal pengembangan IKK lainnya yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan dalam Penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup tertentu, dengan harapan dapat memberikan hasil dan arah yang jelas sesuai dengan permasalahan yang ada serta tujuan yang ingin dicapai. - Wilayah Studi daerah dalam lingkup area pelayanan BPAM Kabupaten Bone Bolango Unit Tapa meliputi 9 (Sembilan) Desa di Kecamatan Tapa. - Lingkup Aspek Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari : aspek Teknis, aspek Finansial, dan aspek Kelembagaan METODOLOGI PENELITIAN Menetapan ide studi dan judul penelitian berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di lokasi penelitian. Perumusan masalah yang akan diteliti serta tujuan dan manfaat serta batasan ruang lingkup dari penelitian ini. Tinjauan Pustaka (Stud i Literatur) Dilakukan untuk mendapatkan teori-teori yang mendasari ruang lingkup penelitian, serta memperoleh prosedur penelitian yang menjadi acuan dalam kegiatan evaluasi dan rencana pengembangan. Pengumpulan Data Sekunder Berupa Data dari instansi terkait yang relevan dengan arah penelitian berupa data-data kependudukan, kondisi sosial ekonomi, topografi, luas wilayah, fasilitas dan utilitas yang tersedia pada areal penelitian. Data jumlah pelanggan BPAM, rekening pelanggan, kondisi intake dan bak pengolahan, peta jaringan distribusi, kapasitas produksi, distribusi dan penjualan, neraca dan kondisi keuangan perusahaan, serta struktur dan kondisi kelembagaan, Pengumpulan Data Primer Dengan menggunakan metode survey ( Real Demand Survey) terhadap kebutuhan pemakaian pelanggan maupun non pelanggan BPAM guna mengetahui tingkat permintaan masyarakat yang berfungsi dalam rencana pengembangan. Melakukan pendataan dan wawancara ke karyawan menyangkut sistem pengaliran, pengolahan, jaringan distribusi, kondisi pompa, reservoir dan alat pendukung lainnya yang memerlukan perbaikan dan penggantian. Pengolahan dan Analisa Data Evaluasi serta pengembangan 10 tahun kedepan Sistem Penyediaan Air Minum menyangkut aspek Teknis, aspek Finansial dan aspek Kelembagaan. Sebagai akhir dari pembahasan yaitu kesimpulan dan saran bagi pengembangan BPAM unit Tapa dalam hal penyediaan air minum bagi masyarakatnya. D-1-3

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai aspek teknis sistem distribusi air bersih di BPAM Unit Tapa telah dilakukan evaluasi dengan kesimpulan sebagai berikut : Kapasitas reservoir sebesar 46 m3 masih memenuhi untuk kebutuhan eksisting saat ini, dimana berdasarkan stardart PU Cipta Karya tahun 1998, diperoleh volume reservoir 35,64 m3, tetapi untuk pengembangan perlu ada penambahan kapasitas disesuaikan dengan pertambahan kebutuhan pemakaian air bersih. Dengan belum dipasangnya meter induk baik pada jaringan transmisi ataupun pada jaringan distribusi, menyebabkan ketidakakuratan dalam perhitungan jumlah air yang diproduksi maupun yang di distribusi. Walaupun berdasarkan perhitungan antara jumlah air yang di produksi dan jumlah air yang terjual tingkat kebocoran hanya kecil yaitu sebesar 6,81 %. Tetapi demi keakuratan dan memudahkan dalam pengontrolan maka kebutuhan akan meter induk tersebut tetap di anggap perlu. Kecepatan aliran yang berada dibawah standart minimum yang di tetapkan karena sitim jaringan distribusi adalah Sistim Cabang yang mempunyai akhir sambungan, juga disebabkan oleh masih sedikitnya cakupan pelanggan menyebabkan debit yang di salurkan masih terlalu kecil dibandingkan dengan ketersediaan jaringan yang ada. Menyangkut kondisi saluran penangkap air perlu diadakan desain ulang yaitu dengan memasang 2 saluran (pipa) tambahan disesuaikan dengan level air yang ada, sehingga kendala menyangkut kekeruhan dan berpasir dapat di minimalkan. Untuk meningkatkan kualitas air bersih yang sampai ke pelanggan disamping berbaikan pangkap air pada intake juga dilakukan perbaikan pada bak SPL yaitu dengan melakukan penggantian terhadap material penyaring airnnya dan menambahkan bak pembubuh klor yada SPL tersebut dan membuatkan saluran pipa penguras lumpur. Serta penggantian Gate Valve karena kondisinya udah rusak dan tidak berfungsi lagi. Beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam sistem distribusi air BPAM Unit Tapa adalah : Untuk mengontrol jumlah produksi maupun jumlah pemakaian air yang terdistribusi maka perlu memasang meter induk pada pipa transmisi yaitu sesudah pompa intake dan pada pipa distribusi utama yaitu pada awal pipa setelah reservoir. Pemasang pipa tambahan pada penangkap air baku ke pompa intake dengan diameter 150 mm sepanjang 20 meter dengan dilengkapi screen pada unjung pipa penangkap. Rehabilitasi bangunan SPL. Adapun besar biaya yang diperlukan dalam menanggulangi permasalah dalam kondisi eksiting memerlukan dana sebesar Rp (Tujuh Puluh Juta Empat Ratus Enam Puluh Dua Ribu Rupiah). Sebagai bahan analisis aspek kelembagaan, perhitungan dan penilaian Kinerja BPAM Unit Tapa seluruhnya mengacu kepada Kepmendagri No.47 Tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999 tentang pedoman penilaian kinerja Perusahaan daerah air minum. Penilaian kinerja dimaksudkan adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat secara kualitas dan kuantitas yang dikelola oleh BPAM setempat. Untuk tingkat keberhasilan pengelolaan BPAM dilihat selama kurun waktu satu tahun. Indikator atau tolok ukur tingkat keberhasilan dilihat dari tiga aspek. Yaitu aspek keuangan, aspek operasional, aspek administrasi. D-1-4

5 Hasil penilaian atas prestasi kinerja BPAM dijadikan dasar dalam menentukan penggolongan tingkat keberhasilan. Penggolongan tingkat keberhasilan telah diatur dalam Kepmendagri yaitu sebagai berikut : a) Baik sekali, bila memperoleh nilai kinerja diatas 75 ; b) Baik, bila memperoleh nilai kinerja diatas 60 sampai 75 ; c) Cukup, bila memperoleh nilai kinerja diatas 45 sampai 60 ; d) Kurang, bila memperoleh nilai kinerja diatas 30 sampai 45; e) Tidak baik, bila memperoleh nilai kinerja kurang dari < atau = 30. Berdasarkan penilaian kinerja BPAM Unit Tapa diatas, didapat hasil dengan nilai 57,37. Tingkat keberhasilan masuk level atau golongan cukup, karena berkisar pada rentang antara 45 sampai 60. KESIMPULAN 1. Kondisi eksisting yang ada kapasitas reservoirnya masih mencukupi, perlu pemasangan meter induk, perbaikan SPL yang ada dan penambahan jumlah pelanggan. 2. Dalam melakukan pengembangan untuk 10 tahun mendatang dilakukan dua pendekatan target pelayanan yaitu pertama dengan pendekatan berdasarkan survey kebutuhan nyata masrarakat yang belum berlangganan air bersih yaitu 47,57 % masyarakat terlayani hingga tahun Kedua berdasarkan target Milennium Development Goals (MDG) nasional yaitu 61 % masyarakat terlayani hingga tahun Berdasarkan target RDS diperlukan penambahan 2 unit reservoir dengan kapasitas total sebesar 244 m 3, penambahan pipa distribusi sepanjang m dan penambahan pipa transmisi sepanjang m. 4. Berdasarkan target MDG diperlukan penambahan satu buah pompa intake dengan kapasitas 5 liter/detik dan head 60 meter, 2 unit reservoir dengan kapasitas total sebesar 323 m 3, penambahan pipa distribusi sepanjang m dan penambahan pipa transmisi sepanjang m. 5. Biaya perbaikan dan biaya pengembangan jaringan distribusi BPAM Unit Tapa dengan target RDS memerlukan dana investasi sebesar Rp ,00 (Satu Milyar Delapan Ratus Lima Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah). Berdasarkan analisa kelayakan proyek diperoleh nilai IRR sebesar 15,13 % (lebih b esar dari 12 %), NPV sebesar Rp ,72 (NPV Positif), nilai PI sebesar 1,18 (lebih besar dari 1), dan akan mengalami Break Event Point (BEP) pada saat PPDF 8,5 tahun. 6. Biaya perbaikan dan biaya pengembangan jaringan distribusi BPAM Unit Tapa dengan target MDG memerlukan dana investasi sebesar Rp ,00 (Dua Milyar Empat Ratus Juta Sembilan Ratus Tiga Ribu Rupiah). Berdasarkan analisa kelayakan proyek diperoleh nilai IRR sebesar 16,90 % (lebih besar dari 12 %), NPV sebesar Rp ,03(NPV Positif), nilai PI sebesar 1,29 (lebih besar dari 1), dan akan mengalami Break Event Point (BEP) pada saat PPDF 8,5 tahun. 7. Rencana strategis diperlukan untuk mendukung tercapainya target pelayanan sehingga diperlukan beberapa program yang harus dijalankan yaitu membuat action plan untuk tujuan jangka pendek 5 tahun kedepan, program penyusunan master plan air bersih, peningkatan kualitas air dengan perbaikan bangunan intake dan bak D-1-5

6 pengolahan, lebih giat melakukan sosialisasi akan pentingnya penggunaan air yang bersih dan sehat dengan melibatkan semua unsur terkait sehingga dapat meningkatkan jumlah pelanggan air bersih BPAM. DAFTAR PUSTAKA Al Layla, M.A., Ahmad S. and Middlebrooks, E.J. (1978), Water Supply Engineering Design, Ann Arbor Science, Michigan, U.S.A. BPS (2004), Kecamatan Tapa Dalam Angka 2003, Bappeda Kabupaten Bone Bolango & Biro Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. Consuelo, S.G.; Ochave, J.A.; Punsalan, T.G. Regala, B.P.; Uriarte G.G. (1984), Pengantar Metode Penelitian, Universitas Indonesia, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya (1998), Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Volume V. Harlan, R.L.; Kolm K.E.; Gutentag, E.D. (1989), Water Well Design and Construction, Elsevier Science Publishing Company Inc, New York, USA. Kantor Menteri Lingkungan Hidup, (1997), Angenda 21 Indonesia : Strategi Nasional Untuk Pembangunan Perkelanjutan, Jakarta. Linsey, R.K.; Franzini, J.B.; Sasongko, D. (1996), (Terjemahan), Erlangga, Jakarta. Teknik Sumber Daya Air Mangkudiharjo, S, (1985), Penyediaan Air Bersih I Dasar-dasar Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Air, Teknik Penyehatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Mangkudiharjo, S, (1985), Penyediaan Air Bersih II Dasar-dasar Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Air, Teknik Penyehatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Mays, L.W. (1999), Water Distribution System Handbook, Mc Grow Hill, New York, U.S.A. Metodologi Penelitian, (2003), Bahan Kuliah Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Teknik Lingkungan FTSP, ITS Surabaya Razif, M. (1985), Bangunan Pengolah Air Minum, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya. Roosman, L.A. (2000), Epanet 2 User Manual, Water Supply and Water Resources Division, National Risk Management Research Laboratory, Cincinnati, OH. D-1-6