PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO
|
|
- Sucianty Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP ITS ABSTRAK Pemerintah berencana membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kecamatan Sidoarjo untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan memanfaatkan lahan milik Pemkab Sidoarjo. Untuk mengetahui kelayakan investasi pembangunan rumah susun perlu ditentukan harga sewa sarusun (satuan rumah susun). Ada beberapa analisa dalam menentukan harga sewa, salah satunya adalah analisa WTP (Willingness To Pay). Studi ini bertujuan untuk menentukan harga sewa rumah susun tipe 1 di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo berdasarkan WTP. Metode yang digunakan adalah survei langsung menggunakan kuisioner kepada masyarakat yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo yang belum mempunyai rumah. Langkah pertama adalah menentukan minat pasar rumah susun dan langkah berikutnya menentukan harga sewa rumah susun berdasarkan kemauan responden dengan analisa WTP. Dari 00 responden yang disurvei, 11 responden berpenghasilan Rp sampai Rp dan berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 1. Hasil analisa WTP menunjukkan harga sewa rumah susun sebesar Rp Kata kunci: Harga sewa rumah susun, Willingness to pay 1. PENDAHULUAN Perkembangan Kabupaten Sidoarjo tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kota metropolitan Surabaya. Sebagai wilayah hinterlandnya, terdapat interaksi yang sangat kuat terutama pada masalah ekonomi, sosial, kependudukan dan tenaga kerja, permukiman, industri serta prasarana perkotaan. Sebagai daerah urban, terdapat tingkat mobilitas yang tinggi diantara kedua wilayah ini. Penduduk Sidoarjo dapat dengan mudah bekerja di Surabaya, demikian pula sebaliknya. Sehingga perkembangan daerah -daerah permukiman baru di Sidoarjo sangatlah pesat. Berkembangnya daerah industri di Sidoarjo juga mempertinggi tingkat mobilitas penduduk di kedua wilayah ini. Dalam kurun waktu yang sama, pertambahan penduduk di Kabupaten Sidoarjo lebih tinggi dibandingkan pertambahan penduduk Kota Surabaya. Angka pertumbuhan penduduk Kota Surabaya adalah 1 % per tahun, sementara Kabupaten Sidoarjo 1,4 % per tahun. Salah satu faktor terjadinya fenomena ini adalah dampak dari efek melimpah spill over effect kota metropolitan Surabaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin tinggi kebutuhan rumah di Kabupaten Sidoarjo. Sementara itu ketersediaan lahan untuk perumahan semakin terbatas menyebabkan semakin mahalnya harga jual tanah dan rumah sehingga sulit untuk dijangkau terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan, maka pemerintah berencana membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di Kecamatan Sidoarjo. Untuk mengetahui kelayakan investasi pembangunan rumah susun tersebut perlu ISBN No D-69
2 Dyah Purnamasari, Retno Indryani ditentukan harga sewa sarusun (satuan rumah susun). Ada beberapa analisa dalam menentukan harga sewa, salah satunya adalah analisa WTP (Willingness To Pay). Studi ini bertujuan untuk menentukan harga sewa rumah susun tipe 1 di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo berdasarkan WTP. Langkah pertama adalah menentukan minat pasar rumah susun dan angkah berikutnya menentukan harga sewa rumah susun berdasarkan kemauan responden dengan analisa WTP. KAJIAN PUSTAKA.1. Pengertian Rumah Susun Menurut Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 1 rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Sedangkan satuan rumah susun (sarusun) menurut Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum Berdasarkan kelompok sasarannya, rumah susun sederhana dikategorikan dalam dua jenis yaitu rumah susun sederhana untuk dimiliki dan rumah susun sederhana sewa. Selanjutnya rumah susun sederhana sewa dibagi dalam dua kategori yaitu tanpa subsidi dan dengan subsidi. Masing-masing kategori mempunyai sasaran prioritas sebagai berikut : 1. Rumah susun sederhana milik : diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu untuk membeli (tunai atau dengan KPR) unit rumah susun. Intervensi pemerintah dalam batas memberi insentif kemudahan perijinan dan petunjuk teknis, karena pembangunannya menunjang kebijakan pemerintah;. Rumah susun sederhana sewa tanpa subsidi, diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu, tetapi memilih untuk tinggal di rumah sewa (karena tinggal untuk sementara atau alasan lainnya); 3. Rumah susun sederhana sewa bersubsidi a. Subsidi terbatas, diprioritaskan bagi kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah yang mampu membayar meskipun terbatas. Intervensi pemerintah dapat dilakukan dalam penyediaan tanah, pembiayaan, pembangunan, maupun pengelolaannya, namun tetap diperhitungkan pengembalian dananya, agar dapat bergulir untuk proyek selanjutnya. b. Subsidi penuh, diprioritaskan bagi kelompok yang kemampuan ekonomisnya sangat terbatas, hanya mampu membayar sewa untuk menutup ongkos operasi dan pemeliharaan rutin saja. Intervensi pemerintah dilakukan dengan memberi subsidi pembangunan (tanah, bangunan, prasarana dan sarana dasar lingkungan) sepenuhnya... Willingness To Pay (WTP) Untuk suatu produk atau jasa tertentu, penetapan harga atau tarifnya harus disesuaikan dengan permintaan masyarakat. Salah satu metode untuk mengukur keinginan / permintaan masyarakat adalah dengan survey WTP (willingness to pay). Survei WTP dilakukan dengan mendata tingkat kemauan berbelanja pada harga tertentu untuk suatu produk atau jasa tertentu. Studi tentang WTP (willingness to pay) merupakan survei rumah tangga yang cukup sederhana, dimana anggota keluarga diberikan daftar pertanyaan terstruktur yang dirancang untuk mengukur jumlah pembayaran maksimum yang bersedia dibayar (willingness to pay) untuk suatu barang atau jasa tertentu. WTP didefinisikan sebagai suatu jumlah maksimum dari uang yang mungkin dibayarkan oleh seseorang ISBN No D-70
3 Penentuan Harga Sewa Rumah Susun Berdasarkan Analisa WTP (Willingness To Pay) Di Kecamatan Sidoarjo sesuai dengan perubahan kegunaan / manfaat yang dirasakan. Studi WTP disebut juga sebagai penelitian contingent valuation (Rheingans, 004) karena responden ditanya tentang apa yang akan responden lakukan dalam suatu keadaan yang dihipotesakan / digambarkan kepadanya. WTP harga sewa dapat digunakan untuk mengestimasi pendapatan yang paling optimal dari besarnya jumlah uang yang mau dibayarkan berdasarkan data frekwensi kumulatif atas pembayaran maksimum yang willingness to pay untuk produk/jasa tertentu. Dengan membuat plot antara frekwensi kumulatif WTP dengan jumlah pendapatan, akan diketahui pendapatan maksimal yang akan diperoleh. (Altaf, 199). 3. METODA PENELITIAN 3.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam studi ini merupakan data primer yaitu kuesioner kepada kelompok sasaran penghuni rumah susun yang meliputi : karyawan swasta yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo dan belum mempunyai rumah. 3.. Sampel Penentuan Jumlah Sampel Untuk memperoleh informasi yang diperlukan perlu diidentifikasi populasi dan sampel penelitian. Oleh karena tujuan dari pengumpulan ini untuk mengetahui minat pasar dan harga sewa rumah susun maka populasi yang akan diteliti adalah karyawan swasta yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo dan belum mempunyai rumah. Sampel adalah sebagian populasi yang dapat menggambarkan sifat populasi bersangkutan. Sementara karena sifat populasinya tidak diketahui / tidak terbatas, untuk mendapatkan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian, digunakan rumus Bernoulli (Cochran, 1977): ( Z a / ) pq n =... (1) d Di mana: n = ukuran sampel α = taraf signifikan /taraf kepercayaan p = Persentase responden yang persepsinya tinggi q = Persentase responden yang persepsinya rendah Z = nilai distribusi normal d = tingkat kesalahan (ketidaktelitian) Jika diketahui tingkat kepercayaan terhadap sampel yang diambil dari populasi adalah 95 % atau α = 0,05. Nilai distribusi normal Z α / adalah 1,96. Nilai p dan q diasumsikan = 0,5 dan persentase tingkat kesalahan diambil sebanyak 10 %, maka sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut : (1,96) (0,5)(0,5) n = = 96,04 97 (0,1) Artinya bahwa sampel minimal yang harus diambil adalah paling sedikit 97 responden. Jumlah sampel yang diambil lebih dari itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 00 responden Teknik Pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam studi ini memakai convenience sampling. Convenience Sampling atau Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya atau ciricirinya. Teknik ini dipergunakan untuk menentukan responden konsumen yang jumlahnya tidak diketahui Metoda Analisa Untuk mengetahui minat pasar dan harga sewa rumah susun menggunakan metoda sebagai berikut : (1) Penentuan minat pasar dengan Analisa deskriptif. Analisa tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat untuk tinggal di rumah susun pada lokasi terpilih. () Penentuan harga sewa dengan Analisa WTP (willingness to pay) Untuk mengetahui besarnya kemauan konsumen rusunawa dalam membayar harga sewa dilakukan dengan survei WTP. ISBN No D-71
4 Dyah Purnamasari, Retno Indryani a. Analisa WTP dilakukan untuk mengetahui apakah responden mau membayar sejumlah uang sebagai pembayaran sewa suatu hunian berdasarkan suatu gambaran situasi hunian yang diberikan kepada responden. b. Analisa statistika deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi frekwensi dan distribusi frekwensi kumulatif dari WTP responden. Data hasil survei digunakan untuk mengestimasi WTP responden dalam membayar harga sewa untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal berdasarkan besarnya penghasilan keluarga. c. Harga sewa ditentukan berdasarkan estimasi total pendapatan hasil sewa yang paling maksimal. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Dari hasil penyebaran kuisioner, maka diketahui profil responden seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. Profil Responden NO KETERANGAN JML % 1 Usia : tahun tahun tahun Jenis Kelamin : - Laki-laki - Perempuan 3 Status Perkawinan : - Kawin - Belum Kawin 4 Pendidikan : - Tamat SD - SMP - SMU - Perguruan Tinggi 5 Jumlah Anggota keluarga : - < > ,5% 51,5% 10% 68% 3% 67% 33% 1% 4% 5% 43% 33% 35,5% 31% 0,5% Lanjutan Tabel 1 NO KETERANGAN JML % 6 Status Tempat Tinggal : - Ikut Orang Tua - Sewa / Kos - Kontrak 7 Jarak ke tempat kerja : - < 1 km - 1 km - 3,5 km - 3,5 km - 10 km - 10 km - 0 km - > 0 km 8 Alat Transportasi : - Mobil Pribadi - Sepeda Motor - Sepeda pancal - Angkutan Umum 9 Biaya Transportasi : - < Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp > Rp Pendapatan tiap bulan : - < Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp Pengeluaran tiap bulan : - < Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp Minat Pasar % 31,5% 41,5% 8% 30,5% 37,5% 18% 6% 1% 65,5% 0,5% 33% 3,5% 49% 19% 7,5% 1% 9% 86% 5% 8% 86,5% 5,5% Dari 00 responden yang diteliti, ternyata yang berminat untuk tinggal di rumah susun sebanyak 154 responden (77%), sedangkan 46 responden (3%) tidak berminat untuk tinggal di rumah susun, dengan rincian sebagai berikut : ISBN No D-7
5 Penentuan Harga Sewa Rumah Susun Berdasarkan Analisa WTP (Willingness To Pay) Di Kecamatan Sidoarjo Tabel. Minat Pasar Rumah Susun Jumlah Penghasilan tiap Responden bulan Tidak Minat Berminat - < Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp Jumlah Hal yang penting untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih tinggal di rumah susun menurut responden antara lain: dekat dengan tempat kerja, kondisi lingkungan rumah susun yang bersih dan sehat serta kondisi bangunan yang baik dan permanen. Sedangkan alasan responden tidak berminat untuk tinggal di rumah susun antara lain tidak senang tinggal bersamasama dengan warga lain dalam satu lokasi, tidak suka keramaian dan sudah terlanjur senang di tempat tinggalnya yang lama. Berikut ini merupakan grafik prosentase minat pasar rumah susun 100% % jumlah responden 80% 60% 40% 0% 7,% 7,78% 79,65% 0,35% 40,00% 60,00% 0% < Rp Rp Rp Rp Rp Minat 7,% 79,65% 40,00% Tidak berminat 7,78% 0,35% 60,00% Gambar 1. Prosentase Minat Pasar Rumah Susun Berdasarkan hasil jawaban kuisioner, dari 154 responden yang berminat untuk tinggal di rumah susun, 134 responden membutuhkan luas unit rumah susun minimal antara 1 36 m. Sedangkan 0 responden memilih luas antara m. Dari 154 responden yang berminat untuk tinggal di rumah susun, sebagian besar berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 1 m yaitu sebanyak 131 responden (85,06%), sedangkan 3 responden (14,94%) tidak berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 1 m dengan rincian seperti pada tabel 3 dan gambar di bawah ini. Alasan mereka tidak berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 1 adalah luasan tiap unitnya terlalu kecil. Tabel 3. Minat Pasar Rumah Susun Tipe 1 Penghasilan tiap bulan - < Rp Rp s/d Rp Rp s/d Rp Jumlah Responden Tidak Minat Berminat Jumlah ISBN No D-73
6 Dyah Purnamasari, Retno Indryani % jumlah responden 100% 80% 60% 40% 0% 0% 76,9% 3,08% 88,3% 11,68% < Rp Rp Rp ,00% Minat 76,9% 88,3% 0,00% Tidak berminat 3,08% 11,68% 100,00% Gambar. Prosentase Minat Pasar Rumah Susun Tipe 1 100,00% Rp Rp Analisa WTP Perhitungan harga sewa sarusun pada penelitian ini berdasarkan kemauan responden dengan menggunakan analisa WTP (willingness to pay). Sebelum melakukan analisa WTP, terlebih dahulu ditentukan minat pasar rumah susun berdasarkan penghasilan dari kelompok sasaran penghuni rumah susun. Dari tabel 3 dan gambar menunjukkan bahwa minat pasar rumah susun tipe 1 paling banyak pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan antara Rp sampai dengan Rp , yaitu sebesar 88,3%. Sehingga dalam penelitian ini target pangsa pasar rumah susun adalah kelompok masyarakat yang berpenghasilan Rp sampai dengan Rp Kemauan membayar sewa sarusun perbulan dari responden yang berminat tinggal di rumah susun tipe 1 dapat diinterpretasikan pada tabel 4. Kemauan membayar sewa ini merupakan kemauan membayar maksimum yang menurut responden mau mereka bayarkan untuk sewa sarusun apabila dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, seperti taman bermain anakanak, lapangan olah raga, tempat ibadah dan lain-lain. Berdasarkan tabel 4 di bawah ini, harga sewa yang dinyatakan mau dibayar oleh mereka berkisar antara Rp Rp setiap bulan. Sebanyak 1,65% responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp setiap bulan. Sebanyak 4,13% responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp per bulan. Sebanyak,31% responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp per bulan. Sebanyak 0,66% setiap bulan. Sebanyak 11,57 % setiap bulan. Sebanyak 16,53 % setiap bulan. Sebanyak 7,44% setiap bulan. Sebanyak 4,13% setiap bulan. Dan yang menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp sebesar 10,74%. Tabel 4. WTP Responden Untuk Harga Sewa Harga sewa Frekuensi % % kumulatif Rp ,00% 100,00% Rp ,00% 100,00% Rp ,65% 100,00% Rp ,13% 98,35% Rp ,83% 94,1% Rp ,00% 93,39% Rp ,31% 93,39% Rp ,66% 71,07% Rp ,57% 50,41% Rp ,53% 38,84% Rp ,44%,31% Rp ,13% 14,88% Rp ,74% 10,74% Total ,00% ISBN No D-74
7 Penentuan Harga Sewa Rumah Susun Berdasarkan Analisa WTP (Willingness To Pay) Di Kecamatan Sidoarjo 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 0,00% 0,00% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Distribusi Frekuensi Kumulatif Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kumulatif WTP Responden Berdasarkan distribusi frekuensi kumulatif kemauan membayar harga sewa sarusun(gambar 3), diperoleh gambaran sebagai berikut : sebanyak 100% sebanyak 98,35% sebanyak 94,1% sebanyak 93,39% sebanyak 71,07% sebanyak 50,41% sebanyak 38,84% sebanyak,31% sebanyak 14,88% sebanyak 10,74% Dalam menentukan harga sewa harus berdasarkan kemampuan masyarakat kelompok sasaran penghuni dimaksudkan agar pembangunan rumah susun ini dapat dihuni oleh kelompok sasarannya, tidak dihuni oleh masyarakat dengan strata penghasilan lainnya atau dengan kata lain tepat sasarannya. Dalam penelitian ini, populasi kelompok sasarannya merupakan masyarakat yang belum mempunyai rumah dan bekerja di sekitar lokasi rumah susun. Karena jumlah populasi tidak diketahui maka untuk memperkirakan jumlah calon penghuni rumah susun berdasarkan pada jumlah sampel. Dari hasil survei, diketahui bahwa yang berminat untuk tinggal di rumah susun untuk kelompok yang berpenghasilan Rp Rp adalah 137 responden. Dari 137 responden tersebut, yang berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 1 adalah sebesar 11 responden (88,3%) dan yang tidak berminat sebesar 16 responden (11,68%). Sehingga peluang pasar calon penghuni rumah susun jika berdasarkan dari jumlah sampel adalah sebesar 11 responden. Jumlah hunian yang ditawarkan untuk tahap I adalah 96 unit. Berdasarkan Juwana (005) tingkat kekosongan gedung adalah 0%. Berarti Jika diharapkan tingkat hunian sebesar 80% maka jumlah hunian yang diharapkan adalah sebesar 77 unit. Tabel 5 memperlihatkan perhitungan jumlah pendapatan sewa berdasarkan WTP responden dan gambar 4 di bawah ini memperlihatkan plot antara frekuensi kumulatif WTP dengan estimasi pendapatan sewa setiap tahunnya. ISBN No D-75
8 Dyah Purnamasari, Retno Indryani Tabel 5. Perhitungan estimasi pendapatan sewa sarusun berdasarkan WTP Responden Harga sewa Frekuensi % % kumulatif Jumlah Jumlah unit yang sampel dapat dihuni Pendapatan sewa Rp ,00% 100,00% Rp Rp ,00% 100,00% Rp Rp ,65% 100,00% Rp Rp ,13% 98,35% Rp Rp ,83% 94,1% Rp Rp ,00% 93,39% Rp Rp ,31% 93,39% Rp Rp ,66% 71,07% Rp Rp ,57% 50,41% Rp Rp ,53% 38,84% Rp Rp ,44%,31% 7 7 Rp Rp ,13% 14,88% Rp Rp ,74% 10,74% Rp Total ,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 0,00% 0,00% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp % kumulatif WTP Pendapatan sewa Gambar 4. Plot antara frekuensi kumulatif WTP dengan estimasi pendapatan sewa Dari tabel 5 dapat diketahui pendapatan maksimal dalam setahun adalah sebesar Rp yang didapat dari harga sewa sarusun sebesar Rp Sehingga harga sewa sarusun berdasarkan kemauan (WTP) responden adalah sebesar Rp KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) Minat Pasar untuk tinggal di rumah susun di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo sebesar 77% () Harga sewa rumah susun tipe 1 berdasarkan WTP (Willingness To Pay) sebesar Rp DAFTAR PUSTAKA 1. Altaf, A., Jamal and Whittington (199), Willingness To Pay for Water in Rural Punjab - Pakistan, UNDP World Bank Water and Sanitation Program, Washington DC, USA. Juwana, J.S. (005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta 3. Rheingans, Richard D, (004), Willingness To Pay For Prevention and Treatment Of Lymphatic Filariasis in Leogane, Haiti, Filaria Journal, Atlanta, US. ISBN No D-76
ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA
ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: rahman2911@yahoo.com Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan tarif
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERHITUNGAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG DIBIAYAI APBN DAN APBD Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
113 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari studi yang telah dibahas pada bab 1 sampai dengan 5. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai kelemahan studi dan saran
Lebih terperinciPenetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007
1 Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007 Tantio Cahyo Fajrin, Retno Indryani, Ir., MS. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciTujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada
Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar
Lebih terperinciKINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA
KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA Risdiyanto 1*, Edo Fasha Nasution 2, Erni Ummi Hasanah 3 1,2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra, 3 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Lebih terperinciBAB IV INTEPRETASI DATA
41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT
TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT Andarias Tangke, Hera Widyastuti dan Cahya Buana Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.
Lebih terperinciEVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG
EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG Revy Safitri Email: revy.safitri@gmail.com Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciKata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas
SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,
Lebih terperinciModa Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB
TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan
Lebih terperinciEVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)
EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya.
Lebih terperinciESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS
ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS dan KUANTITAS PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN JUMLAH PENUMPANG KA KOMUTER SURABAYA SIDOARJO Julistyana
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso
Lebih terperinciEVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA
EVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA Agung Teguh S. dan Ahmad Faiz Program Studi Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan kawasan perkotaan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Badan Pusat Statistik Daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciAnalisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik
1 Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik Dwi Andi Mahendra dan Farida Rachmawati ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG M. Rizal 1, Wahju Herijanto 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang
Lebih terperinciPERENCANAAN PARK AND RIDE MAYJEND SUNGKONO KOTA SURABAYA
PERENCANAAN PARK AND RIDE MAYJEND SUNGKONO KOTA SURABAYA Nama Mahasiswa : Rozy Zahar Iqbal NRP : 3112040604 Abstrak Pemerintah kota Surabaya berencana memperbaiki sistem transportasi dengan cara meningkatkan
Lebih terperinciANALISA PREDIKSI BIAYA SEWA PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) URIP SUMOHARJO SURABAYA TUGAS AKHIR
ANALISA PREDIKSI BIAYA SEWA PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) URIP SUMOHARJO SURABAYA TUGAS AKHIR OLEH : RANDHI ARIESHONA 0653010054 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,
Lebih terperinciOPTIMALISASI FASILITAS DAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS RUSUNAWA SELAGALAS KOTA MATARAM)
OPTIMALISASI FASILITAS DAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS RUSUNAWA SELAGALAS KOTA MATARAM) Sri Hartati 1, *), Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Yusroniya Eka Putri
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kecamatan Semarang Utara Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kota Semarang Dalam
Lebih terperinciPENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS
PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS Imannuah, Retno Indryani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 31-5939925, fax 31-593951 email: labmk_its@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk
Lebih terperinciANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO
ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian dalam penulisan skripsi ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa besarnya willingness to pay (WTP)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciOleh : Ratih Ayu ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA
Oleh : Ratih Ayu 3106. 100. 531 ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA Latar Belakang 1. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Surabaya, memicu
Lebih terperinciBAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan
Lebih terperinciALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA
ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA Ferry Margo Santosa, Retno Indryani, Retna Hapsari Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPR SARUSUN BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciAnalisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
HASIL SURVEI 4.1. KEADAAN UMUM RESPONDEN Hasil survei menunjukkan jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki yaitu 788 responden (78.8%). Sisanya sebanyak 212 responden (21.2%) adalah responden
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah
Lebih terperinciKUESIONER (UNTUK BURUH/PEKERJA)
120 Lampiran -1 KUESIONER (UNTUK BURUH/PEKERJA) Pekerja merupakan salah satu komponen penting yang mendukung proses industrialisasi. Tanpa pekerja industri tidak akan berjalan. Penyediaan perumahan atau
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA TAHUN 2012 DI KABUPATEN SIDOARJO
1 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA TAHUN 2012 DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang
ENCLOSURE Volume 6 No. 1. Maret 2007 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA Widjayanti ABSTRAKSI Kualitas Fisik dan Lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dampak dari laju pertumbuhan ekonomi yang pesat di berbagai kota besar di Indonesia khususnya di Kota Yogyakarta, mengakibatkan laju pertumbuhan urbanisasi yang tinggi
Lebih terperinciBAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA
67 BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA Bab ini membahas mengenai biaya yang dibutuhkan pada saat proses produksi serta
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciPERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA
PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2008 Penulis : Soly Iman Santoso Pembimbing : Ir. Haryo
Lebih terperinciBAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG
BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diduga akan mengakibatkan perubahan bagi layanan jasa, perubahan layanan ini diduga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,
35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh pertambahan jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah mempunyai ruang lingkup dan bentuk tersendiri sesuai dengan tujuan, arah dan sifat pembahasan serta kegunaannya dalam pelaksanaan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,
Lebih terperinciKETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR
KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA TERHADAP FISIK DAN LINGKUNGAN RUSUNAWA DI SURAKARTA
TINGKAT KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA TERHADAP FISIK DAN LINGKUNGAN RUSUNAWA DI SURAKARTA Masturina Kusuma Hidayati Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada (UGM) E-mail : rimamastur6@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING
LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING Kuesioner ini semata-mata digunakan untuk keperluan
Lebih terperinci4. METODE PENELITIAN
4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi
Lebih terperinciSEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS
PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan
Lebih terperinciBAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi
Lebih terperinciSTUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA
STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang
4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan
Lebih terperinciKAJIAN KEBUTUHAN ANGKUTAN SEKOLAH BAGI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BEKASI
46 KAJIAN KEBUTUHAN ANGKUTAN SEKOLAH BAGI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BEKASI Dwi Aris Hardani 1), Sabirin Chaniago, M.Eng 2), Sri Nuryati, ST., MT. 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Jl. Cut Meutia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal. Dimana
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 17 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 17 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi
Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi
Lebih terperinciPERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)
PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso,
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2008 TENTANG
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PERMEN/M/2007
Lebih terperinciPERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU
PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO
KAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO Sutanto Kusumo 1*), Nieke Karnaningroem 2) 1) Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sarana komunikasi dan media elektronik sekarang ini mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sarana komunikasi dan media elektronik sekarang ini mengalami kemajuan yang pesat dimana saat itu seluruh lapisan masyarakat luas mulai membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang
Lebih terperinci53 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
ANALISIS NEED & DEMAND KESEHATAN GIGI DAN MULUT WARGA PERUMAHAN Widya Hastuti (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya) ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut (gilut) merupakan bagian kesehatan
Lebih terperinciPermasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 hingga
Persentase Jumlah Penduduk BAB I PENDAHULUAN..Latar Belakang Berdasarkan gambar., jumlah penduduk Kabupaten Sleman mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Namun jika dilihat dalam persentase
Lebih terperinciOPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA
2 OPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA ARI WIDAYANTI 1, ADE FERNANDES 2 1 Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Negeri Surabaya, email: ari_wid@yahoo.co.id
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori RUSUN (rumah susun) merupakan model yang tepat dengan filosofi dasar untuk meningkatkan martabat masyarakat berpenghasilan rendah dengan penyediaan fasilitas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT BERPENGHASILAN MENENGAH RENDAH
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT BERPENGHASILAN MENENGAH RENDAH (Di Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Susun Tamansari Kota Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2007 Penulis : Dwi Indah
Lebih terperinciWILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION
WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Berdasarkan sensus, Jakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 2008). Tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga 1). Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden Pekerjaan
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR
PEMLHAN LOKAS RUMAH TNGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH D SURABAYA TMUR Nadira 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program Studi Pascasarjana Arsitektur Alur Perencanaan Real Estat, nstitut
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1280, 2013 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Perumahan. Kawasan Permukiman. Hunian Berimbang. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat. Meningkatnya kebutuhan dan
Lebih terperinciAPARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi adalah penyangga ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta. Terletak di sebelah timur DKI Jakarta, dengan letak astronomis 106 55 bujur timur dan 6 7-6 15
Lebih terperinci