PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA DI SMAN 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Wira Wasnita 1, Ade Dewi Maharani 2, Ria Kasmeri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat wirawasnita@gmail.com ABSTRACT The result of biology students learning in XI IPA at SMAN 1 Sutera still under minimum standard criteria (KKM), one of them system items circulation of blood. The students have less participation about the material that they do not understand. The purpose of this research is to know the effect of laerning models examples non examples on biology lerning results in XI IPA class at SMAN 1 Sutera Pesisir Selatan. The type is randomized control group postest only design. The population is all of students in XI IPA. The technique using purposive sampling. The experiment and control class is XI IPA 5 and XI IPA 4. The instrumen using cognitive by written test, affective by self assessment and inter theme, and psychomotor by report discussion result. The analysis data in cognitive, affective, and psychomotor. The analysis data using uji-t with standard (α=0,05). The average of cognitive experiment class is 75,67 and control class is 71,92. The self assessment in affective in experiment class is 84,95 and control class is 80,04. The assessment technique in experiment class is 74,92 and control class is 78,94. The average of psychomotor in experiment class is 54,55 and control class is 50,22. The hypothesis of this result in cognitive H 1 is accepted while in affective and psychomotor H o accepted. So the conclusion is learning models examples non examples can increase the learning result in cognitive and not increase the learning result in affective and psychomotor in XI IPA class at SMAN 1 Sutera Pesisir Selatan. Keywords: The Result of Biology Learning, Examples Non Examples. PENDAHULUAN Menciptakan proses pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun mental sehingga siswa dapat termotifasi dalam proses pembelajaran, sebagaimana menurut Sadirman (2011:125) guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan 1
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam bidang pembangunan. Pembelajaran biologi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan mempelajari biologi dapat menyadarkan siswa akan pentingnya kelestarian alam dan untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar biologi, namun pada kenyataannya hasil belajar biologi masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru biologi kelas XI IPA SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan Agustus 2016 diperoleh informasi bahwa siswa masih mengagap biologi adalah materi yang sulit karena terdiri dari konsep-konsep dan proses-proses yang harus dipahami. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Kurangnya partisipasi siswa terlihat ketika siswa tidak mau bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami. Hal ini tentunya akan mempengaruhi siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan guru. Dilihat dari segi materi, materi sistem peredaran darah merupakan materi yang kompleks dimana pada materi sistem peredaran darah menuntut siswa untuk memahami struktur dan fungsi organ yang terlibat, proses-proses yang terjadi serta penyakit yang ada pada sistem peredaran darah. Dalam proses pembelajaran guru sudah memakai media berupa LKS sebagai sumber bacaan tetapi kurang maksimal untuk dijadikan media pada materi sistem peredaran darah karena pada LKS tersebut hanya terdapat ringkasan materi dan gambarnyapun kurang jelas dan tidak berwarna sehingga siswa kurang memahami materi dan mengakibatkan banyaknya siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). KKM pada mata pelajaran biologi yang ditetapkan di SMAN 1 Sutera yaitu 80. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata Ulangan Harian 1 (UH1) siswa kelas XI IPA SMAN 1 Sutera pada materi Sistem Peredaran Darah tahun ajaran 2
2015/2016 yaitu kelas XI IPA 1 63,20, XI IPA 2 70,87, XI IPA 3 66,93, XI IPA 4 69,54, XI IPA 5 73,66. Dengan persentase siswa yang tidak tuntas sebesar 75,15% dan persentase siswa yang tuntas adalah 24,83%. Mengatasi permasalahan tersebut, maka guru dituntut kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah Examples non Examples. Menurut Istarani (2014:9) model Examples Non Examples yaitu suatu rangkaian penyampaian materi ajar kepada siswa dengan menunjukkan gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisisnya bersama teman dalam kelompok yang kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya. Kelebihan model ini adalah pembelajaran lebih menarik, siswa lebih cepat menangkap materi ajar, dapat meningkatkan daya nalar atau pikir siswa dan dapat meningkatkan kerjasama antar siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menganalisis gambar yang ada. Adapun kekurangan model ini adalah sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas, sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa (Istarani, 2014:10-11). Model ini mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dan pemahaman konsep dengan memecahkan permasalahanpermasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Hal ini didukung oleh penelitian Handayani (2014:6) dengan judul pengaruh penerapan model pembelajaran Examples Non Examples disertai Power Point terhadap hasil belajar biologi kelas XI SMAN 1 Lembah Melintang Pasaman Barat dan hasilnya mengatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa kelas XI yang diterapkan model pembelajaran Examples Non Examples disertai Power Point. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Examples non Examples terhadap hasil belajar biologi pada ranah 3
afektif, kognitif, dan psikomotor siswa kelas XI SMA N 3 Pariaman pada tahun pelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini telah dilakukan pada siswa kelas XI Semester I di SMA N 1 Sutera pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Sutera yang terdaftar pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh sampel kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk ranah kognitif adalah tes tertulis dalam bentuk soal objektif, ranah afektif adalah lembaran penilaian diri dan penilaian antar teman dan untuk ranah psikomotor adalah penilaian produk. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan taraf 0,05. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomised Control Group posttest Only Design. Teknik analisis data terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari kedua kelas tersebut diperoleh data hasil belajar siswa meliputi tiga yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Nilai Rata-Rata pada Ranah Afektif, Kognitif, Psikomotor, Persentas Ketuntasan Hasil Belajar, dan Uji Hipotesis Pada Kelas Sampel No Parameter penilaian 1 Nilai ratarata 2 Predikat Sangat Baik (A) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Afektif Kognitif Psikomotor Afektif Kognitif Psikomotor Diri Teman Diri Teman 84,95 74,92 76,49 54,55 80,04 78,94 72,70 50,22 Baik (B) Baik (B) Kurang (D) Baik (B) Baik (B) Baik (B) Kurang (D) 3 Ketuntasan 84% 53% 42% 0% 59% 62% 27% 0% 4 Uji t h <t t t h <t t t h >t t t h <t t t h <t t t h <t t t h <t t t h <t t hipotesis 5 Keterangan Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 4
Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata 1. Ranah Afektif Hasil nilai ranah afektif eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. perindikator pada penilaian diri kelas 100 75 50 25 0 91,0 84,0 80.2 77.4 70.2 77.6 Tanggung Jawab Kerja Sama Menghargai Indikator Gambar 1. Diagram Penilaian Afektif Kelas Eksperimen. Diri Antarteman 100 75 50 25 0 77.4 79.9 76.1 77.3 80.3 80.7 Tanggung Jawab Kerjasama Menghargai Indikator Gambar 2. Diagram Penilaian Afektif Kelas Kontrol. Diri Antarteman Berdasarkan penilaian ranah afektif yang dilakukan antara penilaian diri dan penilaian antarteman, maka didapatkan ratarata hasil antara keduanya tidak jauh berbeda dan hasil hipotesis keduanya ditolak dan H o diterima, yang mana t hitung < t tabel. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen rata-rata penilaian diri sendiri oleh siswa tinggi sedangkan penilaian yang dinilai oleh temannya rendah, dikarenakan adanya ketidak jujuran siswa dalam mengisi angket penilaian diri yang diberikan oleh guru. Pada kelas kontrol penilaian diri sendiri oleh siswa hampir sama dengan penilaian oleh temannya. Hal ini dikarenakan siswa menilai dirinya dengan jujur dan apa adanya, sebagaimana menurut Rahman (2013:44) bahwa manusia mampu melihat dan menyelami ke dalam dirinya. Sehingga didapatkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar biologi siswa pada ranah afektif kelas XI IPA di SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. 5
Penilaian ranah afektif mencakup 2 kriteria yaitu penilaian diri oleh siswa dan penilaian antarteman. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen untuk penilaian diri pada ranah afektif adalah 84% dan kelas kontrol 59%, sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol untuk penilaian antarteman pada ranah afektif adalah 53% dan kelas kontrol 62%. Sebagaimana menurut Djamarah dan Zain (2013:107) tingkat keberhasilan belajar dikatakan baik sekali/optimal apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Hal ini disebabkan karena pada penilaian diri siswa menilai dirinya sendiri berbeda dengan penilaian yang diberikan oleh temannya, yang mana pendapat setiap orang terhadap dirinya sendiri berbeda dengan pendapat orang lain terhadapnya. Rata-rata nilai penilaian diri ranah afektif untuk indikator tanggung jawab pada kelas eksperimen tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol hal ini terlihat pada kelas eksperimen semua siswa mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran, menganalisis gambar secara individu dan mendiskusikan bersama teman kelompok, mengerjakan tugas-tugas berupa hasil laporan diskusi, sedangkan pada kelas kontrol hanya beberapa siswa yang benar-benar melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru sedangkan siswa yang laian hanya menyalin hasil yang dibuat oleh temannya. Sejalan dengan pendapat Silberman (2007:173) dua kepala lebih baik dari satu. Adanya saling membantu diantara siswa, maka siswa merasa tidak terbebani dalam menyelesaikan masalah dalam belajar. Rata-rata penilaian diri ranah afektif untuk indikator kerjasama siswa pada kelas eksperimen tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen siswa dituntut untuk menganalisis gambar secara individu dan mendiskusikan gambar secara berkelompok yang mana satu kelompok terdiri atas tiga orang, sedangkan pada kelas kotrol siswa berdiskusi dalam kelompok yang 6
besar dan hanya beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa yang lain hanya menyalin yang dibuat oleh temannya. Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rata-rata penilaian diri ranah afektif untuk indikator menghargai siswa pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran kedua kelas sampel mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan mendengarkan intruksi guru dengan baik. Pada kelas eksperimen siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya dengan baik dan mengusulkan pendapat masingmasing saat berdiskusi, serta membuat hasil analisisnya kedalam kertas yang dibagikan guru berupa laporan hasil diskusi. Begitupun dengan kelas kontrol siswa melakukan diskusi kelompok dan menulis hasil laporan diskusinya dalam kertas yang dibagikan oleh guru. Menurut Latisma (2011:192) hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tau lebih banyak mengenai materi pelajaran, pengahargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya. Hasil penilaian diri yang dilakukan di kedua kelas sampel diisi sendiri oleh siswa hal ini didukung dengan hasil penilaian antarteman yang diisi oleh teman satu kelompoknya dimana hasil yang didapatkan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model examples non examples ratarata pada penilaian diri 84,95 dan penilaian antar teman 74,92 sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab rata-rata pada penilaian diri 80,04 dan penilaian antar teman 78,94. 2. Ranah Kognitif Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa hipotesis diterima dan H 1 diterima yang mana t hitung > t tabel. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran dikelas eksperimen 7
dengan menggunakan model examles non examples, guru memberikan print out gambargambar sesuai dengan tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan meminta peserta didik untuk menganalisis gambar-gambar yang dibagikan oleh guru tersebut dan mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan masalah dalam mendiskusikan gambar dapat terpecahkan. Sebagaimana menurut Huda (2014:234) Model ini bertujuan untuk mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan memecahkan permasalahanpermasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Sehingga didapatkan hasil terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran examples non examples pada materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif kelas XI IPA di SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Pada proses pembelajaran tidak hanya melihat pada kompetensi sikap siswa saja, tetapi juga melihat bagaimana kompetensi pengetahuan siswa. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa ada perbedaan terhadap hasil belajar diperoleh dari hasil tes akhir yang dilakukan pada hari terakhir penelitian, dengan soal berupa pilihan ganda yang berjumlah 49 butir soal. Setelah penelitian dilakukan di SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Didapatkan nilai rata-rata pada ranah kognitif siswa kelas eksperimen yaitu 75,67. KKM yang diterapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran biologi adalah 80. Siswa yang mencapai nilai KKM di kelas eksperimen sebanyak 15 orang siswa dengan persentase ketuntasan 40%, sedangkan nilai siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 23 orang siswa dengan persentase 60%. Nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol yaitu 71,92. Pada kelas kontrol nilai siswa yang mencapai ketuntasan atau di atas KKM sebanyak 9 orang siswa dengan persentase 24%, dan nilai siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 28 orang dengan persentase 76%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh 8
Djamarah dan Zain (2013:107) bahwa pembelajaran dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% dikuasai oleh siswa. Pada kelas eksperimen guru juga membagikan sumber belajar yang lain berupa foto kopi buku ajar tambahan kepada siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2012:70) peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Penilaian ranah kognitif pada kelas kontrol tidak sebaik kelas eksperimen karena pada kelas kontrol menggunakan sumber belajar yang tidak sama dengan ekperimen, yaitu gambar sebagaimana menurut Sanjaya (2012:166) dengan menggunakan gambar dan foto dalam pembelajaran, maka persoalan yang dibicarakan akan lebih konkret dibandingkan dengan hanya menggunakan bahasa verbal. Sedangkan pada kelas kontrol tidak menggunakan gambar sehingga siswa merasa bosan dangan bahan yang diberikan. Hal ini mengakibatkan kurangnya kerjasama kelompok, tidak semua anggota kelompok ikut terlibat dalam diskusi kelompok, siswa masih mengandalkan teman yang pintar dalam mengerjakan tugas. Kesulitan dalam penelitian ini adalah sulitnya menemukan gambar yang diinginkan, ini terlihat pada gambar-gambar yang penulis gunakan dalam penelitian ada gambar yang kurang sesuai dengan materi, sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar siswa. Hal tersebut juga merupakan kelemahan dalam model examples non examples ini, yang mana menurut Istarani (2014:11) kekurangan model Examples non examples adalah sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas, sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimilikinya. 3. Ranah Psikomotor Penilaian ranah psikomotor berupa penilaian produk, hasil 9
Nilai Rata-Rata penilain produk perindikator dapat dilihat pada Gambar 3. 100 75 50 25 0 96,49 77.93 82.89 73.42 38.82 36.04 Isi Laporan Kerapian Laporan Penilaian Presentasi Indikator Eksperimen Kontrol Gambar 3. Diagram Penilaian Psikomotor Kelas Sampel. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa hipotesis ditolak dan H o diterima yang mana t hitung < t tabel. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen disebabkan karena pada sintak model examples non examples siswa dituntut untuk menganalisis gambar dan dan salah satu kelemahan model ini adalah sulit untuk menemukan gambar yang berkualitas dan sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa, dalam penelitian juga ditemukan banyaknya siswa yang kurang paham dengan maksud dari gambar yang diberikan oleh guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang bertanya tentang apa maksud dari gambar tersebut. Sehingga didapatkan hasil tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran examples non examples pada materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif kelas XI IPA di SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada ranah psikomotor adalah 0%, yang mana tidak ada satu orang siswa pun yang tuntas pada kedua kelas sampel. Djamarah dan Zain (2013:107) bahwa pembelajaran dikatakan dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. Nilai rata-rata pada ranah psikomotor untuk indikator isi laporan, pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa dituntut melakukan analisis gambar dan menganalisisnya secara berurutan. Pada kelas eksperimen 10
siswa juga diberikan bahan ajar tambahan kepada siswa sehingga informasi yang diperoleh lebih banyak, sedangkan pada kelas kontrol siswa hanya melakukan diskusi seperti biasa dan buku sumber dari perpustakaan sekolah sehingga banyak isi laporan siswa yang kurang lengkap atau kurang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Menurut Anwar (2009:87) penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif. Nilai rata-rata pada ranah psikomotor untuk indikator kerapian laporan, kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa lebih terarah dengan bantuan print out gambargambar, disertai juga arahan dari guru sehingga laporan hasil diskusi yang dibuat bersih dan rapi. Sedangkan pada kelas kontrol laporan dibuat kurang bersih dan rapi, hal ini disebabkan pada kelas kontrol sumber belajar siswa kurang sehingga siswa bergantian dalam memakai buku sumber. Hal ini didukung dengan pendapat Sugono (2009:23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila suatu penulisan itu mudah dipahami sesuai dengan topik yang dibicarakan dan ditata rapi. Nilai rata-rata pada ranah psikomotor untuk indikator penilaian presentasi, kelas eksperimen dan kelas kontrol hampir sama. Hal ini disebabkan karena siswa yang bersemangat untuk menampilkan hasil diskusinya kedepan kelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain. Menurut Kunandar (2013:256) kelebihan penilaian psikomotor dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara langsung yang bisa diamati oleh guru. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah 11
kognitif dan tidak dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor kelas XI IPA SMAN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017. DAFTAR PUSTAKA Anwar, S. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang: UNP Press. Djamarah dab Zain. 2013. Strategi Balajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Handayani. 2014. Pengaruh Penerapan Model Examples Non Examples Disertai Power Point Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas XI SMAN 1 Lembah Melintang Pasaman Barat.(Skripsi). Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial (Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Press. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press. Sanjaya. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia. Sugono. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pusat Utama. 12