HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. Pengetahuan atas pajak memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap sikap atas pajak. Temuan hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil

LAMPIRAN 1 Variabel Laten Dan Indikator Empiris

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel kualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Universitas Lampung yang

BAB III METODE PENELITAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah

BAB IV. Analisis Data Dan Pembahasan. Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum obyek penelitian,

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Google Apps for Edu. Menggunakan konsep hybrid learning, pembelajaran bukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory,

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian adalah rencana yang mencakup penelitian secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

BAB IV PEMBAHASAN Pengumpulan Data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penyusunan Kuesioner dan Penentuan Variabel

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan dasar tentang bagaimana melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

D. Statistik Deskriptif. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional.

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing indikator dari variabel independen dan variabel dependen agar suatu

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN. diawali dengan penjelasan data demografi dari responden penelitian. Kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto.

BAB III METODE PENELITIAN. Tahap Awal. 1. Studi Literatur 2. Pengumpulan Data Awal (Observasi dan Wawancara) 3. Identifikasi dan Analisis Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. contact person kepada WP yang telah diwajibkan menggunakan e-filing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN EFEKTIFITAS E-FILLING TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PAJAK PRATAMA CIANJUR

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis Kelamin N Presentase (%) Laki-laki % Perempuan 90 45% Jumlah %

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan daerah pada

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

Transkripsi:

IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Bagian ini akan membahas demografi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan setahun, dan status hutang pajak tahun lalu. Ringkasan berbagai demografi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data Demografi Responden Demografi Kategori Jumlah Responden Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki 109 63.0 Perempuan 64 37.0 Usia 25-33 20 11.6 34-42 61 35.3 43-51 71 41.0 52-58 21 12.1 Penghasilan > PTKP 173 100 Setahun < PTKP - - Status Hutang Pajak Tahun Lalu Kurang Bayar 88 50.9 Nihil 52 30.1 Lebih Bayar 33 19.1 Sumber: Data Primer yang diolah, September 2014. Dari tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin lakilaki yakni sebanyak 63%, dimana sebagian besar responden (41%) berada pada kisaran usia 43-51 tahun. Selanjutnya, dari 173 responden tersebut, semuanya memiliki penghasilan setahun melebihi PTKP yang ditentukan, yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 100%. Sementara itu, berdasarkan status hutang pajak tahun lalu, responden dalam penelitian 31

ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak 50,9%, yang berarti lebih dari setengah responden merupakan Wajib Pajak yang memiliki kewajiban untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak terutang. Statistik Deskriptif Objek Penelitian Statistik deskriptif dari variabel dalam penelitian ini dijelaskan melalui Frekuensi Jawaban Responden, Mean (rata-rata), dan Standar Deviasi dari tiap variabel, seperti terlihat dalam Tabel 4.2. Melalui Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan atas pajak diukur dengan menggunakan sepuluh (10) indikator dengan menggunakan dua kategori yaitu benar atau salah. Adapun hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan atas pajak secara keseluruhan adalah sebesar 7,843. Angka ini terletak pada interval jawaban 6,7 10 yang berarti para responden memiliki pengetahuan yang tinggi atas pajak. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 2,651 menunjukkan bahwa variasi jawaban responden terhadap variabel ini bervariasi, dimana jawaban responden menyebar ke dalam dua kategori dengan kecenderungan yang berbeda-beda. Diantara sepuluh indikator pengetahuan atas pajak terlihat bahwa jumlah jawaban benar tertinggi (sebesar 88,4%) ditunjukkan pada butir pertanyaan empat yakni objek pajak penghasilan adalah PTKP Wajib Pajak, yaitu setap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Sedangkan jumlah jawaban benar terendah (65,8%) ada pada butir pertanyaan Sembilan, yaitu PTKP untuk diri 32

setiap tambahan Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 2.050.000 per tahun (Lampiran 4). Wajib Pajak yang menjadi responden penelitian ini mampu menjawab dengan benar lebih banyak pada pertanyaanpertanyaan yang konseptual seperti defenisi pajak penghasilan, cakupan subjek pajak dan defenisi penghasilan menurut ketentuan pajak. Adapun pengetahuan teknis tentang mekanisme pemenuhan ketentuan perpajakan seperti besarnya sanksi, denda, PTKP dan tarif pajak dijawab dengan presentase yang lebih rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan teknis tentang peraturan perpajakan masih perlu ditingkatkan lagi. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel No Variabel N Min Max Mean Standar Deviasi 1 Pengetahuan Atas Pajak 173 0 10 7,843 2,651 2 Sikap Atas Pajak 173 2 5 3,938 0,697 3 Norma Subjektif 173 3 5 3,943 0,566 4 Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan 173 2 5 4,047 0,670 5 Niat Berperilaku 173 3 5 3,985 0,548 6 Perilaku Kepatuhan Pajak 173 1 5 3,887 0,693 Sumber: Lampiran 4 hasil pengolahan data PASW Statistic, 2014 Keterangan : 0 3,3 = Rendah 3,4 6,6 = Sedang 6,7 10 = Tinggi Variabel sikap atas pajak diukur dengan lima indikator dan menggunakan lima kategori. Data statistik deskriptif pada tabel 4.2 untuk menunjukkan skor rata-rata sikap atas pajak secara keseluruhan adalah 3,938. Angka ini tergolong sedang dan terletak 33

pada interval jawaban 3,4 6,6 yang menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki sikap yang cenderung mendukung pajak adalah hal yang positif. Nilai rata-rata standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0,697 menunjukkan variasi jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang sama. Diantara kelima indikator sikap atas pajak terlihat bahwa responden yang cenderung memiliki sikap mendukung pajak terbesar (sebesar 4,060) yaitu indikator pajak adalah sumber utama penerimaan Negara, dan indikator penundaan dan pembayaran akan merugikan Negara. Sedangkan yang paling kecil (sebesar 3,690) ditunjukkan pada indikator warga Negara tidak harus patuh dalam membayar pajak karena banyak penerimaan pajak yang disalahgunakan (Lampiran 4). Dengan demikian, berdasarkan keseluruhan data tampak jelas bahwa dalam variabel sikap atas pajak, responden dalam penelitian ini cenderung memiliki sikap positif atas pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka. Variabel norma subjektif diukur dengan menggunakan empat indikator. Adapun hasil statistik deskriptif dari variabel norma subjektif menunjukkan bahwa skor rata-rata norma subjektif secara keseluruhan adalah 3,943. Hal ini dapat diartikan bahwa norma subjektif yang dipersepsikan cenderung dirasakan oleh responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup setuju jika tekanan sosial dapat 34

meningkatkan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tekanan sosial tersebut ditunjukkan dengan adanya keluarga yang peduli terhadap perilaku patuh dalam membayar pajak dengan rata-rata skor sebesar 3.850, teman yang menunjukkan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya dengan rata-rata skor sebesar 4,010 dan Warga di lingkungan sekitar yang cenderung patuh dalam dengan ratarata skor sebesar 4,485 serta menghitung, membayar dan melaporkan pajak secara benar sesuai anjuran keluarga, teman, maupun warga sekitar dengan skor rata-rata 3.970 (Lampiran 4), sehingga responden merasa bahwa perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka cukup meningkat dengan adanya perilaku patuh dari lingkungan sekitar. Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0,566 menunjukkan variasi jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini cenderung merasakan tekanan sosial dari lingkungan sekitar untuk berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Variabel Kontrol perilaku diukur dengan menggunakan tujuh indikator. Berdasarkan jawaban responden pada tabel 4.2 diketahui bahwa skor ratarata kontrol perilaku secara keseluruhan adalah 4,047. Angka ini terletak pada interval jawaban 3.4 6.6, yang 35

berarti bahwa responden memiliki kontrol perilaku yang cenderung besar. Kontrol perilaku tersebut terkait dengan kemudahan untuk melakukan perilaku kepatuhan pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dimana dengan adanya kontrol perilaku, responden dapat dengan mudah berperilaku patuh dan memiliki kesempatan untuk dapat berperilaku patuh. Ketersediaan sumber daya serta didukung lagi dengan kesempatan yang dimiliki yang cenderung tinggi pada akhirnya mempermudah responden untuk melakukan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka. Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator yang mencerminkan ketersediaan sumber daya, sedangkan nilai rata-rata terendah (sebesar 3,760) ditunjukkan oleh indikator yang mencerminkan kesempatan yang dimiliki (Lampiran 4). Nilai rata-rata standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0,670 variasi jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang sama. Dari keseluruhan data statistik deskriptif tersebut terlihat bahwa responden dalam penelitian ini cenderung memiliki kontrol perilaku yang besar sehingga memudahkan mereka untuk melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dimana hal tersebut terkait dengan ketersediaan sumber daya serta kesempatan yang dimiliki. 36

Variabel niat melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan diukur dengan menggunakan empat indikator. Berdasarkan data statistik deskriptif terlihat bahwa skor rata-rata niat melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan secara keseluruhan adalah 3,985 yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini mencerminkan bahwa responden dalam penelitian ini cenderung memiliki keinginan untuk melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, yang dinyatakan responden melalui untuk keinginannya untuk menghitung pajak terutang secara benar, sesuai aturan perpajakan, untuk membayar pajak terutang sesuai dengan penghasilan yang diperoleh, tekadnya untuk selalu tepat waktu dalam menyampaikan SPT, dan usahanya untuk bersikap jujur dan kooperatif dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Selanjutnya nilai rata-rata standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0,548 variasi jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki niat yang cenderung besar untuk melakukan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Variabel perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan diukur dengan menggunakan tujuh indikator. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban 37

perpajakan secara keseluruhan adalah 3.887, yang berarti mayoritas responden cenderung sudah berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0,693. Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang sama. Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana jangka waktu 10 tahun, sedangkan nilai ratarata terendah (sebesar 3,660) ditunjukkan oleh indikator keterlambatan SPT Masa yang sampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa pajak berikutnya (Lampiran 4). Dengan demikian, terlihat bahwa mayoritas responden cenderung menunjukkan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan. HASIL PENGUJIAN Kecocokan Model Pengukuran (Outer model) Model pengukuran dalam PLS disebut juga outer model. Outer model mendefenisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan konstruknya (Ghozali, 2006). Kecocokan model pengukuran ini terdiri dari uji validitas, reliabilitas, dan signifikansi indikator dari konstruk yang terlibat. 38

Uji Validitas Pada metode Structural Equation Model (SEM) sudah terdapat rumusan untuk menguji validitas dan reliabilitas. Cara yang sering digunakan oleh peneliti di bidang SEM untuk melakukan pengukuran melalui analisis faktor konfirmatori adalah dengan menggunakan pendekatan MTMM (MultiTrait MultiMethod) dengan menguji validitas konvergen dan diskriminan (Campbell dan Fiske, dalam Latan dan Ghozali, 2012;78). Uji validitas konvergen indikator refleksif dengan program SmartPLS 2.0 M3 dapat dilihat dari total effects untuk setiap indikator konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas konvergen yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0,7 dan nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading factor 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Chin, 1998). Cara menguji validitas diskriminan dengan indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel. Nilai cross loading harus di atas 0,6. Butir-butir pernyataan yang tidak memenuhi kriteria valid tersebut tidak dapat diikutkan dalam pengujian selanjutnya (Wijanto, 2008). Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator yang belum memenuhi syarat validitas konvergen dan diskriminan yaitu PAP2, PAP3, PAP4 dan KPD4. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading factor dan cross loading yang lebih kecil dari 0.6 dan AVE dari 39

dua konstruk yang lebih kecil dari 0.5. Melalui uji validitas ini maka dinyatakan bahwa indikator yang tidak valid menurut Wijanto (2008) tidak dapat digunakan dalam pengujian selanjutnya. Selanjutnya, hasil uji validitas dari output SmartPLS 2.0 M3 setelah beberapa indikator tersebut dihilangkan menunjukkan bahwa semua indikator dinyatakan valid (Lampiran 5). Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan atas pajak sekarang hanya diwakili oleh tujuh indikator yang dinilai valid (PAP1, PAP5,PAP6, PAP7, PAP8, PAP9, dan PAP10). Variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan diwakili oleh enam indikator yang dinilai valid (KPD1, KPD2, KPD3, KPD5, KPD6, dan KPD7). Sedangkan untuk variabel sikap atas pajak, norma subjektif, niat untuk berperilaku dan perilaku kepatuhan pajak tidak ada perubahan dalam jumlah indikator karena semua indikator di dalamnya dinilai valid. Selanjutnya, nilai AVE dan Communality menunjukkan angka di atas 0.5 yang berarti bahwa lebih dari 50% variance indikator dapat dijelaskan. Dengan demikian, syarat validitas konvergen dan diskriminan telah terpenuhi. Uji Reliabilitas Tahapan kedua adalah pengujian model kecocokan pengukuran yang dilakukan terhadap masing-masing konstruk laten yang ada di dalam model. Pemeriksaan terhadap konstruk laten dilakukan terkait dengan pengukuran konstruk laten oleh variabel manifest (indikator). Dengan kata lain, akan dilakukan pengecekan reliabilitas dari variabel teramati. 40

Pengecekan reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrument dalam mengukur konstruk. Dalam SmartPLS 2.0 M3, pengukuran reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dan cronbach s alpha harus lebih besar dari 0.70 (Latan dan Ghozali, 2012). Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai composite reliability dan cronbach s alpha di atas 0.70, sehingga dapat dinyatakan bahwa semua variabel dalam penelitian ini reliabel (Lampiran 5). Signifikasi Outer Model Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, maka didapatkan hasil bahwa data yang digunakan data yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid dan reliabel. Tahap pengujian selanjutnya adalah signifikansi antara konstruk eksogen dan konstruk endogen. Signifikansi outer model dapat diketahui setelah melakukan bootsraping. Signifikansi indikator penyusun eksogen dapat dilihat dari nilai t-statistic. Apabila t-value > t tabel, maka semua indikator signifikan mengukur konstruk endogen. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa semua indikator memiliki nilai t-value > t-tabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa semua indikator dalam penelitian ini signifikan mengukur konstruk eksogen (lampiran 6,output outer loadings). 41

Kecocokan Model Struktural (Inner Model) Tahapan selanjutnya dalam pengukuran SEM adalah kecocokan model struktural yang digunakan juga untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Dalam menilai model struktural dengan PLS, dimulai dengan menilai R-Square untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Pengaruh nilai R-Square dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Nilai R-Square 0.75, 0.50 dan 0.25 menunjukkan bahwa model kuat, moderate dan lemah yang mempresentasikan besarnya jumlah variance konstruk yang dijelaskan oleh model. ambar 4.1 Path Diagram (Algorithm) G Evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Evaluasi model struktural berkaitan dengan pengujian hubungan antar variabel yang sebelumnya 42

dihipotesiskan. Di tahap akhir ini akan dilihat pengaruh hubungan antar variabel laten dan signifikansinya. Pengaruh hubungan dapat dilihat dari tanda positif (+) atau negatif (-) yang ditampilkan dari output SmartPLS 2.0 M3, sedangkan tingkat signifikansinya dapat dilihat dari nilai t-value. Hasil pengujian data menggunakan SmartPLS 2.0 M3 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Kecocokan Model Struktural Variabel Eksogen Variabel Endogen R Square Pengetahuan atas pajak Sikap atas Pajak 0,236 Sikap atas Pajak Norma Subjektif Kontrol Perilaku yang Niat Berperilaku Patuh 0,964 Dipersepsikan Niat Berperilaku Patuh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan Kepatuhan Pajak 0,364 Sumber: Lampiran 6, Data output Sofware SmartPLS 2.0.M3, 2014 Dari hasil yang tampak pada tabel 4.3 diperoleh nilai R-Square untuk variabel sikap atas pajak (PAP) adalah 0.236, dan untuk variabel perilaku kepatuhan pajak (PKP) adalah 0.364 yang berarti bahwa derajat kecocokan antar kontruk untuk kedua variabel tersebut tergolong lemah. Hal ini berarti bahwa kontruk endogen sikap atas pajak dapat dijelaskan oleh pengetahuan atas pajak sebesar 23.6%, dan untuk kontruk endogen perilaku kepatuhan pajak dapat dijelaskan oleh niat berperilaku dan kontrol perilaku yang dipersepsikan sebesar 36,4%. Sedangkan untuk variabel niat berperilaku (NB) memiliki derajat kecocokan antar kontruk yang sangat kuat yaitu 43

sebesar 0,964. Hal ini berarti bahwa konstruk endogen niat berperilaku (NB) dapat dijelaskan oleh sikap atas pajak (SAP), norma subjektif (NS), dan kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) sebesar 96,4%. Pengujian Hipotesis Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output path coeficients dan output Anova berikut ini: Tabel 4.4 Path Coeficients Hipotesis Path Koefisien Jalur T-Value H1 PAP SAP -0.486-6.952*** H2 SAP NB 0.039 0.928 H3 NS NB 0.860 16.497*** H4 KDP NB 0.093 1.772* H6 KDP PKP 0.925 4.743*** H7 NB PKP -0.370-1.611 Sumber: Lampiran 6, Data output Sofware SmartPLS 2.0.M3, 2014 Keterangan : *** signifikan pada = 0,01 atau t-value = 2,58 ** signifikan pada = 0,05 atau t-value = 1,96 * signifikan pada = 0,1 atau t-value = 1,64 Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama menyatakan bahwa pengetahuan atas pajak berpengaruh terhadap sikap atas pajak. Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel pengetahuan atas pajak (PAP) terhadap sikap atas pajak (SAP) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar - 0.486 dengan nilai t-value sebesar -6,952. Nilai tersebut 44

signifikan pada tingkat 1% atau 2,58 dengan arahnya negatif. Hasil tersebut berarti bahwa pengetahuan atas pajak (PAP) memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap sikap atas pajak (SAP) yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua menyatakan bahwa sikap atas pajak berpengaruh positif terhadap niat berperilaku. Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel sikap atas pajak (SAP) terhadap niat berperilaku (NB) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0.039 dengan nilai t-value sebesar 0,928. Nilai tersebut tidak menunjukkan signifikansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap atas pajak (SAP) memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap niat berperilaku (NB) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis kedua, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak. Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat berperilaku. Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel norma subjektif (NS) dengan niat berperilaku (NB) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,860 dengan nilai t-value sebesar 16,497. Nilai tersebut berpengaruh signifikan pada tingkatan 1% atau 2,58. Hasil tersebut berarti bahwa norma subjektif (NS) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap niat berperilaku (NB) yang berarti sesuai dengan hipotesis 45

ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima. Pengujian Hipotesis 4 Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat berperilaku. Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan niat berperilaku (NB) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,093 dengan nilai t-value sebesar 1,772. Nilai tersebut berpengaruh signifikan pada tingkatan 10% atau 1,64. Hasil ini berarti bahwa kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap niat berperilaku (NB) yang berarti sesuai dengan hipotesis keempat, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat diterima. Selanjutnya dalam penelitian ini akan dilakukan uji signifikansi indirect effect dengan menggunakan Sobel s test untuk lebih memperkuat hasil pengujian hipotesis 4 dan menjelaskan kenapa sikap sering tidak konsisten dengan perilaku. Pengujian Sobel s test Tabel 4.5 Uji signifikansi indirect effect dari variabel niat berperilaku terhadap pengaruh kontrol perilaku terhadap perilaku kepatuhan pajak. Indirect Effect and Significannce Using Normal Distribution Value s.e LL95CI UL95CI Z Sig(two) Effect -0,3450 0,1106-0,5617-0,1283-3,1208 0,0018 46

Berdasarkan pada tabel 4.5, tampak bahwa pengujian signifikansi indirect effect dengan sobel s test diperoleh nilai Z = -3,1208 dan p = 0,0018. Karena z- value dalam harga mutlak < 2,58 dan tingkat signifikansi statistik z (p-value) < 0,01, berarti indirect effect variabel independen terhadap variabel dependen melalui mediator, signifikan pada 0,01. Dengan demikian hasil menunjukkan bahwa variabel mediator yaitu niat berperilaku secara signifikan membawa pengaruh variabel independen yaitu kontrol perilaku terhadap perilaku kepatuhan pajak yang berkedudukan sebagai variabel dependen. Hal ini juga memperkuat hasil pengujian hipotesis 4. Tabel 4.6 Uji Anova ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 674.447 3 224.816 974.833.000 Residual 38.975 169.231 Total 713.422 172 Sumber: Lampiran 7, hasil pengolahan data IBM SPSS Statistics, 2014 Pengujian Hipotesis 5 Hipotesis kelima menyatakan bahwa sikap atas pajak, norma subjektif, kontrol perilaku berpengaruh secara simultan terhadap niat berperilaku. Hasil uji pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 974,83 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi niat atau bisa dikatakan bahwa sikap atas pajak, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh secara 47

simultan terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku. Dengan demikian hipotesis kelima diterima. Pengujian Hipotesis 6 Hipotesis keenam menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan pajak. Hasil uji tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengaruh kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan perilaku kepatuhan pajak (PKP) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,925 dengan nilai t-value sebesar 4,743. Nilai tersebut berpengaruh signifikan pada tingkatan 1% atau 2,58. Hasil ini berarti bahwa kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak (PKP) yang berarti sesuai dengan hipotesis keenam, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam diterima. Pengujian Hipotesis 7 Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa niat berperilaku berpengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan pajak. Tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel niat berperilaku (NB) dengan perilaku kepatuhan pajak (PKP) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,370 dengan nilai t-value sebesar -1,611. Nilai tersebut menunjukkan bahwa niat berperilaku (NB) memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak (PKP) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis ketujuh, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketujuh ditolak. 48

PEMBAHASAN Pengaruh Pengetahuan atas pajak terhadap Sikap atas pajak Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan atas pajak dengan sikap atas pajak. Dari hasil pengujian, pengetahuan Wajib Pajak atas pajak (PAP) menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap sikap Wajib Pajak atas pajak (SAP) yang berarti semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang pajak, semakin mereka memiliki sikap yang tidak mendukung pajak. Hasil penelitian ini, bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eriksen dan Fallan (1996) dan Endlund (1999), yang memberikan hasil bahwa semakin tinggi pengetahuan atas pajak, maka semakin positif sikap atas pajak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya. Pengaruh pengetahuan atas pajak yang signifikan menunjukkan bahwa pengetahuan yang tinggi atas pajak menjamin Wajib Pajak akan memiliki sikap yang negatif atas pajak. Hal tersebut diduga disebabkan oleh persepsi atau keyakinan terhadap informasi-informasi negatif yang mereka dapatkan dari berbagai sumber sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan persepsi atau keyakinan tersebut dapat menumbuhkan sikap yang tidak tepat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tinggi tentang pajak justru membuat Wajib Pajak memiliki sikap tidak mendukung pajak. 49

Pengaruh Sikap atas pajak terhadap Niat berperilaku patuh Hipotesis kedua menyatakan bahwa sikap atas pajak memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujian, sikap atas pajak memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien 0,039 dan nilai t-value sebesar 0,928. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin mendukung sikap seseorang atas pajak, maka niat orang itu untuk berperilaku patuh semakin meningkat. Namun adanya pengaruh yang tidak signifikan dari variabel sikap atas pajak ini menunjukkan bahwa walaupun seseorang cenderung dipengaruhi oleh sikap yang mendukung pajak namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap niat untuk melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Jika melihat hasil analisis deskriptif variabel sikap atas pajak dapat dikatakan bahwa rata-rata jawaban responden hanya masuk dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden cukup memiliki sikap yang mendukung pajak. Apabila dikaitkan dengan Theory of planned behavior yang menjelaskan bahwa sikap merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, maka dari hasil pengujian hipotesis 2 tidak mendukung teori ini. Sikap merupakan faktor di dalam individu (faktor internal) yang diasumsikan mempengaruhi niat berperilaku seseorang. Dengan hasil uji hipotesis 2, ini dapat 50

dijelaskan bahwa faktor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa meskipun ada sedikit pengaruh internal (sikap), namun yang juga turut menentukan niat melakukan perilaku patuh adalah pihak luar (faktor eksternal) yang ditunjukkan melalui pengaruh orang-orang sekitar maupun seberapa besar kontrol yang dimilikinya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Hidayat & Nugroho (2010); Jayanto (2011); dan Rohmawati (2013) yang menunjukkan sikap tidak berpengaruh terhadap niat berperilaku. Pengaruh Norma subjektif terhadap Niat berperilaku patuh Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujian, maka hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa semakin besar tekanan sosial dari lingkungan Wajib Pajak untuk patuh pajak, semakin besar pula niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh. Adanya hubungan positif dari norma subjektif untuk berperilaku patuh terhadap niat berperilaku untuk berperilaku ini, membuktikan secara empiris bahwa Wajib Pajak cenderung merasakan adanya tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya yang mendorong mereka untuk memiliki niat berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini juga dikarenakan adanya dimensi kultur 51

masyarakat timur yang kental. Dalam kultur masyarakat timur, seseorang akan cenderung mengikuti dan menganut nilai-nilai atau pendapat dari orang-orang yang ada dilingkungan sekitranya (Hofstede, 1991). Apabila dikaitkan dengan Theory of Planned behavior yang mengemukakan bahwa norma subjektif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi niat berperilaku, maka maka hasil pengujian hipotesis 3 mendukung teori tersebut. Hasil pengujian ini juga sesuai dengan penemuan Mustikasari (2007); Zaini (2010); dan Suherman (2012), yang menunjukkan bahwa norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat berperilaku. Pengaruh Kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap Niat berperilaku patuh. Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol perilaku memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujiannya, maka hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa semakin besar persepsi atas kontrol perilaku yang dimiliki seseorang, maka akan meningkatkan niat orang itu untuk melakukan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kontrol perilaku mengacu kepada persepsi seseorang terhadap kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku yang diinginkan, terkait dengan keyakinan akan tersedia atau tidaknya sumber daya dan kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan perilaku tertentu (Ajzen 1991). Dari hasil analisis 52

deskriptif statistik menunjukkan bahwa responden cenderung memiliki kontrol perilaku yang besar, dimana hal ini dipengaruhi oleh keterserdiaan sumber daya yang dimiliki dengan kesempatan yang ada. Selain itu, didukung lagi oleh sikap mereka yang positif atas pajak dan tekanan sosial dari lingkungan sekitar yang tinggi, membuat mereka semakin memiliki niat yang besar untuk melakukan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan hal ini terbukti dalam pengujian hipotesis 4. Selanjutnya hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil pengujian Sobel test statistic yang menunjukkan bahwa variabel intervening yaitu niat berperilaku patuh secara signifikan membawa pengaruh variabel independen yaitu kontrol perilaku terhadap perilaku kepatuhan pajak yang berkedudukan sebagai variabel dependen. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa Wajib Pajak memiliki kontrol perilaku yang besar untuk berperilaku patuh, akan mendorong mereka untuk berniat berperilaku patuh yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan mereka berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian mendukung theory of planned behavior Ajzen (1991), Bobek & Hatfield (2003), Ernawati (2011), serta Pangestu & Rusmana (2012) yang menunjukkan bahwa kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat berperilaku. 53

Pengaruh Sikap atas pajak, Norma subyektif, Kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh. Hipotesis kelima menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel sikap atas pajak (SAP), norma subjektif (NS), kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan variabel niat untuk berperilaku. Dari pengujiannya, maka hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa sikap atas pajak, norma subyektif, kontrol perilaku secara silmutan mempengaruhi niat untuk berperilaku patuh. Secara konseptual ketiga determinan mempengaruhi niat berperilaku secara partial, namun ketiga determinan juga memiliki kaitan satu dengan lainnya (Ajzen, 2005). Kaitan ini disebabkan oleh kesamaan informasi yang diterima yang dapat mempengaruhi keyakinan (beliefs) yang dimiliki individu tersebut. Contoh kaitan antar determinan adalah sikap seseorang dalam menentukan niat dan perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan kenyakinannya atas kontrol perilaku. Peran lingkungan sosial atau orang-orang sekitar (subjective norms) dapat membuat sikap seseorang berbeda dengan niat dan perilakunya. Azwar (2005) menjelaskan bahwa kondisi lingkungan dan situasi memiliki pengaruh terhadap sikap seseorang. Selanjutnya Kurt Lewin dalam Azwar (2005) menjelaskan perilaku adalah fungsi karakteristik individu (meliputi: sikap, nilai, motif) dan lingkungan. Keduanya saling berinteraksi dalam menentukan perilaku, bahkan pengaruh lingkungan dapat lebih 54

besar daripada karakteristik individu seseorang. Senada, Robbins (2008) menjelaskan bahwa berbedanya sikap seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya dipengaruhi oleh tekanan sosial. Selanjutnya, yang turut membuat berbedanya sikap seseorang dengan perilaku yang ditampilkan yaitu efikasi diri (self-efficacy). self-efficacy adalah bagian dari perceived behavioral control (Ajzen, 2002). Self-efficacy dijelaskan oleh Badura (1997) sebagai keyakinan individu terhadap kemampuan mereka yang akan mempengaruhi cara individu tersebut dalam bereaksi terhadap situasi dan kondisi tertentu. Danang (2013) yang menyatakan bahwa sikap seseorang untuk menampilkan perilaku juga dipengaruhi oleh efikasi diri. Hal senada juga dikemukan oleh Wijaya (2007) bahwa sikap seseorang dengan perilaku yang ditampilkan sangat bergantung pada tingkat kemampuannya untuk melakukan perilaku tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Taurusia (2011), Fausiah et al. (2013) serta Anggelina dan Japarianto (2014). Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Perilaku kepatuhan pajak. Hipotesis keenam menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan variabel perilaku kepatuhan pajak. Dari pengujiannya, maka hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa semakin besar kontrol perilaku yang dipersepsikan untuk patuh, 55

maka semakin besar pula perilaku patuh pajak yang ditampilkan. Seseorang yang memiliki kontrol perilaku yang besar serta didukung dengan sikap yang positif dan norma subjektif akan memunculkan niat untuk berperilaku patuh dan diikuti dengan perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi pengendalian yang nyata di lapangan (actual behavioral control). Kondisi nyata yang memungkinkan Wajib Pajak untuk berperilaku patuh akan memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk berperilaku patuh. Sehingga dapat dikatakan bahwa kontrol perilaku secara langsung mempengaruhi perilaku patuh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya. Penemuan ini sejalan dengan hasil temuan dari Andrianto (2010), Laksono (2011), dan Hardaya (2013) yang membuktikan bahwa kontrol perilaku memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Pengaruh Niat berperilaku patuh terhadap Perilaku kepatuhan pajak. Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel niat berperilaku (NB) dengan variabel perilaku kepatuhan pajak. Dari pengujiannya, maka hasilnya tidak menunjukkan dukungan terhadap hipotesis ini, artinya variabel niat berperilaku tidak memiliki hubungan positif terhadap perilaku kepatuhan pajak. Hasil penelitian ini berbeda dengan pandangan studi teoritis dan empiris dari hasil penelitian 56

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bobek & Hatfield (2003), Ajzen (2005), Mustikasari (2007), dan Hidayat & Nugroho (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, semakin besar pula keberhasilan prediksi perilaku tersebut. Tidak sesuainya hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa semakin besar niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh tidak menjamin bahwa mereka akan berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakanya. Hal ini diduga dipengaruhi oleh keyakinan akan kemampuan untuk melakukannya atau juga disebut sebagai keyakinan sendiri (self efficacy) (Ajzen 2002). Pendapat yang hampir sama dari Bandura (1997) yakni individualindividual akan cenderung puas dengan perilaku yang mereka rasa mampu melakukannya dan cenderung tidak menyukainya untuk perilaku-perilaku yang mereka tidak menguasainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang akan menampilkan suatu perilaku ketika mereka merasa mampu untuk melakukannya. 57