KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

ABSTRAK

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PENDAHULUAN Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penclitian. Penelitian ini bertujuan 1). Untuk mengetahui kondisi kehidupan rumah

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa sebagai objek. kehidupan manusia yang sejahtera dan tentram.

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Transkripsi:

36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan perhatian terhadap peranan wanita. Peranan wanita dapat dianalisis melalui dua peranan yang dimiliki wanita. Pertama, status atau posisi sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung menghasilkan pendapatan tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain melakukan pekerjaan mencari nafkah. Kedua, posisi sebagai pencari nafkah (tambahan atau pokok), wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan (Sajogyo, 1983). Peranan wanita tersebut dilihat sebagai individu dan sebagai anggota keluarga yang merupakan satuan unit analisis terkecil dalam masyarakat. Rosni (2003) menyatakan bahwa keluarga dianggap sebagai kesatuan sosial yang relevan. Secara operasional kesatuan rumah tangga merupakan unit analisis yang lebih tepat. Rumah tangga merupakan satu kesatuan sosial ekonomi karena terdiri atas sejumlah anggota pemberi tenaga kerja. Tenaga kerja itu terdiri atas pria, wanita dewasa, serta anak-anak yang dianggap mampu untuk melakukan sesuatu yang produktif. Setiap anggota rumah tangga mempunyai peranan masing-masing, seperti dalam suatu pembagian kerja antara wanita dan pria. Peningkatan kesejahteraan rumah tangga di perdesaan memerlukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan produktivitas. Usaha tersebut memerlukan program terpadu, meliputi penggunaan teknologi, input ekonomi dan jasa-jasa pendukung yang sesuai untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Sasaran perubahan itu adalah keluarga dan rumah tangga yang terdiri atas sejumlah anggota pemberi tenaga kerja dalam proses produksi dan lain-lain kegiatan mencari nafkah. Masyarakat perdesaan rata-rata masih memegang teguh norma yaitu pria sebagai kepala rumah tangga, sehingga pria mempunyai peranan penting sebagai tulang punggung dan pemimpin keluarga. Wanita tani yang merupakan isteri petani secara langsung maupun tidak langsung terlibat dan ikut bertanggung jawab dalam memilih kegiatan usaha serta kegiatan lainnya yang berhubungan

37 dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarganya. Guna mengoptimalkan peran wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar peranan dan fungsinya lebih baik. Wanita dituntut keterlibatannya untuk mencurahkan pikiran dan tenaga bagi kelangsungan hidup rumah tangganya melalui keikutsertaan dalam usahatani keluarganya. Sumbangan kaum wanita tani cukup berarti terhadap kegiatan yang langsung memberikan penghasilan dan juga menanggung hampir semua pekerjaan rumah tangga yang tidak langsung memberikan imbalan, yaitu mengurus dan merawat anggota rumah tangga lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan produktif. Pekerjaan ini seharusnya diperhitungkan sebagai kegiatan bekerja produktif. Pertimbangannya adalah meskipun pekerjaan semacam itu tidak menghasilkan pendapatan secara riil, tetapi memberi dukungan bagi anggota rumah tangga lain untuk memanfaatkan peluang bekerja. Wanita yang turut bekerja di sektor usahatani tidak dianggap berprofesi sebagai petani, tetapi hanya sebagai isteri (anggota keluarga) petani yang wajib membantu segala pekerjaan suami (petani). Pria dan wanita di perdesaan layaknya kehidupan manusia, bersama-sama berdampingan bekerja di usahatani mereka, namun kesenjangan masih dihadapi wanita terutama dalam menggali potensi dan kemampuan mereka. Dampaknya adalah terjadinya marginalisasi kaum wanita tani, dimana kaum wanita tani selalu tertinggal dibanding kaum pria termasuk dalam kegiatan penyuluhan. Peranan wanita dalam usahatani kakao tidak saja pada kegiatan fisik tetapi juga dalam pemberian saran atau pertimbangan dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan (perencanaan). Analisis peranan wanita dalam usahatani keluarga dan masyarakat perdesaan memerlukan pembaharuan secara terus menerus karena terjadinya perubahan berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain: kultural (budaya/sistem nilai), sosial, ekonomi dan politik (Sajogyo, 1983). Pada umumnya lebih miskin keluarga tani lebih besar keterlibatan wanita dalam proses produksi, kegiatan pasca panen dan buruh tani atau buruh lainnya. Menyikapi kondisi tersebut maka timbullah motivasi yang akan mendorong wanita untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dapat timbul akibat dorongan

38 dari dalam dan dari luar wanita itu sendiri. Keterlibatan wanita tani dalam usahatani kakao dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Motivasi internal yang diduga dapat mendorong partisipasi wanita tani antara lain: 1) untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dan 2) untuk meningkatkan pengetahuan khususnya budidaya kakao. Sedangkan motivasi eksternal antara lain: 1) ajakan keluarga, 2) ajakan kerabat, 3) ajakan kelompok masyarakat, dan 4) ajakan sistem/permintaan pasar. Kemauan wanita tani untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao dipengaruhi oleh motivasi internal dan eksternal yang ada pada dirinya. Aspirasi merupakan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang untuk mencapai hal tersebut. Adanya aspirasi akan menentukan dan mempolakan petani untuk melakukan usaha-usaha untuk mencapai aspirasi tersebut, sehingga dengan demikian akan semakin tinggi pula kemauan wanita tani untuk ikut berpartisipasi. Karakteristik pribadi wanita tani kaitannya dengan partisipasi wanita dalam usahatani kakao, perlu juga diketahui. Karakteristik pribadi wanita yang diteliti meliputi: umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga dan pengalaman berusahatani kakao. Faktor eksternal seperti budaya/sistem nilai, penyuluhan, iklim usaha (terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan), serta sistem/peluang pasar diduga juga berkorelasi dengan tingkat partisipasi wanita tani. Faktor-faktor yang dikemukakan di atas merupakan bahan telaahan untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Mengacu pada uraian-uraian di atas, faktor internal yang akan diteliti meliputi: umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif). Faktor eksternal meliputi: budaya/sistem nilai, penyuluhan, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha (terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan), sistem/peluang pasar dan peran/dukungan suami.

39 Partisipasi wanita tani yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan keikutsertaan wanita tani dalam tahapan kegiatan usahatani kakao, yaitu tahapan budidaya kakao, kewirausahaan dan pencatatan keuangan rumah tangga. Kegiatan budidaya kakao meliputi: pembersihan lahan atau pembebasan lahan dari semak belukar, penanaman pohon pelindung, pembibitan, penanaman kakao, sanitasi lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, panen pasca panen (belah, jemur, dan fermentasi), penyortiran dan pengepakan serta pemasaran. Faktor internal dan eksternal tersebut diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Hubungan antar faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. FAKTOR INTERNAL (X 1 ) 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Besarnya Jumlah Keluarga 4. Pengalaman Berusahatani 5. Motivasi Berusahatani 6. Aspirasi 7. Sifat Kekosmopolitan 8. Pengambilan Keputusan 9. Alokasi waktu: - Peran Domestik - Peran Produktif FAKTOR EKSTERNAL (X 2 ) 1. Budaya/Sistem Nilai 2. Ketersediaan Tenaga Kerja 3. Penyuluhan 4. Iklim Usaha 5. Sistem/Peluang Pasar 6. Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga) PARTISIPASI WANITA DALAM USAHATANI KAKAO (Y) 1. Budidaya: (Pembersihan Lahan, Penanaman Pohon Pelindung, Pembibitan, Penanaman, Sanitasi Lahan, Pemupukan, Pemangkasan, Pengendalian Hama Penyakit, Panen, Pasca panen (belah, jemur dan fermentasi), Penyortiran dan Pengepakan 2. Pemasaran 3. Kewirausahaan 4. Pencatatan /Pengaturan Keuangan Produktivitas Kakao Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.

40 Hipotesis Mengacu pada uraian-uraian di atas dan berdasarkan perumusan masalah serta kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor internal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L). 2. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor eksternal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L).