BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013

Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Acuan Kegiatan Mengenal Problem Struktural dan Metode Partisipatoris Masyarakat Sipil Melalui Program Live- In

Organisasi menurut KBBI adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah organisasi tentulah harus

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

PERGERAKAN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA DI INTERNAL DAN EKSTERNAL KAMPUS

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

GABUNG BEM FT UNNES CINTA DEDIKASI KAMU COCOK DIMANA? KABINET. Muhammad Zakki Multazam. Ketua BEM FT Unnes 2017 Alika Budi Septiandri

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

Laporan Tahunan. Sloka Institute. Lembaga Pengembangan Media Jurnalisme dan Informasi

konsil lsm indonesia

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, pada penelitian yang berjudul Strategi Kampanye Public

TERMS OF REFERENCE DREAM MAKER

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Posisi dan Peran LBH Bandar Lampung Dalam Promosi dan Perlindungan Hak-hak Ekosob Masyarakat

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PENINGKATAN PAJAK DAERAH DENGAN PENDEKATAN MARKETING. Firdaus Hamta

BAB II LANDASAN TEORI

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dilakukan manusia dalam menyampaikan pendapatnya.

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations

Mitra. Menyemai Gagasan Untuk Indonesia Yang Lebih Baik. Secara ringkas, partner Perkumpulan Prakarsa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mengembangkan Diri Mengembangkan Organisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

Panduan untuk Pendidik

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

PANDUAN PENDAFTARAN PENGURUS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERIODE 2017

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Negara Jangan Cuci Tangan

MENGGALI DUKUNGAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM COP

Manajemen Event. Apa itu event dan Bisnis. Ananta Hari Noorsasetya. S.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

RPKPS (RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan (Nazir,

BAB I PENDAHULUAN. Anggota dari Polisi merupakan anggota masyarakat, walaupun ada aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA NOMOR: 02/BPM FIK UI/II/2016 TENTANG PENGAWASAN LEMBAGA FORMAL KEMAHASISWAAN

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

Membuka Ruang Kritis. Menolak Lupa

Kota Ramah HAM dalam Perspektif Keadilan Lingkungan Budi Widianarko

Dari Ide ke Perkumpulan

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ditandai dengan

BAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia semakin

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kemunculan suatu gerakan, termasuk gerakan yang dilakukan organisasi SMI memang tidak bisa terlepas dari ketidakpuasan yang terjadi di sekitarnya. Latarbelakang hadirnya SMI memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan profit dan proyek tanpa penguatan aktivis mudanya. Selain itu, peran aktivis muda di Yogyakarta semakin hari semakin redup pasca turunnya Soeharto Mei 1998. Banyak elemen-elemen mahasiswa tidak lagi memiliki kohefisitas yang tinggi untuk melakukan gerakan bersama. Hal ini bisa jadi karena gerakan mahasiswa sebelum 1998 hanya berpikir bagaimana menjatuhkan Soeharto tetapi melupakan momen berpikir bagaimana agenda selanjutnya yang harus dilakukan, sehingga eskalasi gerakan pemuda dalam menyikapi isu sosial, politik, kemasyarakatan di tingkat regional dan nasional seakan berjalan fluktuatif bahkan terbilang minim. Maka dari itu, SMI belajar pada pengalaman masa lalu mengenai gerakan mahasiswa 1998 dan mencoba memberikan pemberdayaan aktivis muda melalui strategi gerakan yang berbasis pada pemahaman pendidikan politik dan aksi gerakan sosial. Gerakan sosial dijadikan sebagai landasan awal munculnya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan SMI untuk aktivis muda. Gerakan sosial juga sebagai materi pokok dalam produksi pengetahuan dan penggerak gerakan mahasiswa di Yogyakarta. Dengan tujuan memberikan ruang diskusi dan diskursus aktivis muda agar lebih memiliki kemampuan dalam membangun suatu gerakan dengan strategi alternatif. Kembali kerumusan masalah Bab I yakni Bagaimana Organisasi Social Movement Institute (SMI) dalam melakukan pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta pada tahun 2013-105

2014? Dari rumusan masalah tersebut, penulis memperoleh beberapa temuan terkait strategi pemberdayaan aktivis muda, dan jawabannya penulis klasifikasikan ke dalam dua fokusan yaitu; 1) strategi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta; 2) pandangan dan manfaat pemberdayaan yang diperoleh aktivis muda. Strategi pemberdayaan aktivis muda Dalam melakukan pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta, SMI memberikan alat baca yang berbeda pada aktivis muda, negara diibaratkan dalam kondisi yang sakit parah dan membutuhkan obatnya. Aktivis muda dihadapkan atas realitas politik dan sosial yang ada sehingga, aktivis muda lebih tergerak untuk dapat menganalisis permasalahan yang sedang dihadapai. Gerakan organisasi ini mencoba menawarkan ide-ide perubahan yang dapat mengubah cara pandang aktivis muda dalam melihat suatu isu atau kasus yang terjadi di negeri ini dengan sudut pandang alternatif yang berbeda pada umumnya. Sehingga, basis utama organisasi SMI memahami gerakan sosial sebagai upaya mencapai tujuan melalui sekolahsekolah pergerakan SMI dan aksi. Adapun bentuk-bentuk strategi pemberdayaan aktivis muda yang merujuk pada hasil temuan di bab III yakni. Pertama, dalam upaya menarik minat aktivis muda untuk bergabung dalam organisasi gerakan sosial seperti SMI, Strategi kampanye dan publikasi merupakan hal yang sangat penting agar dapat menarik perhatian aktivis muda untuk bergabung dengan organisasi SMI. Sama halnya dengan definisi gerakan sosial menurut Jhon Wilson, bahwa gerakan sosial memiliki ptensi skup yang lebih besar melalui berbagai macam cara atau taktik untuk dapat membuat banyak orang tertarik untuk bergabung pada organisasi tersebut. 106

Kampanye atau publikasi yang dilakukan oleh organisasi SMI menggunakan media elektronik seperti Facebook dan Website Suluh Pergeran. Media elektronik tersebut juga berperan penting dalam hal penyebaran informasi dalam bentuk tulisan-tulisan di media sosial. Dengan begitu tidak hanya berisikan mengenai profil SMI, melainkan berbagai macam kegiatan dan karya tulis yang sudah di hasilkan oleh para aktivis muda terrangkum dalam website tersebut. Salah satu contoh hasil dari jurnalisme investigasi adalah kasus Konflik Agraria Petani versus TNI di Pantai Bocor, Kebumen, Jawa Tengah. Tujuannya adalah menunjukan pada masyarakat bahwa masih banyak kasus HAM dan penindasan yang terjadi pada masyarakat oleh penguasa dan isu-isu lingkup politik, sosial, budaya dan lain sebagainya yang perlu menjadi perhatian. Web ini mengambil sudut pendekatan baru yaitu meneguhkan jurnalisme investigasi bagi aktivis muda. Kedua, Strategi pemberdayaan melalui pendidikan politik. Strategi pemberdayaan melalui pendidikan politik ini merupakan masa-masa awal aktivis muda diberikan bekal terkait gerakan sosial sebelum mereka melakukan aksi di lapangan. Pendidikan Politik ala Freire tersebut dibagi menjadi beberapa kegiatan yang berupa sekolah non formal dan diskusi rutin yang bertujuan memberikan pemahaman kepada para aktivis muda terkait dengan pemahaman teori-teori, bedah buku dan mengajak aktivis muda untuk memahami pendidikan sebagai upaya keberpihakkan dan melatih hadap masalah dengan dihadapkan pada realitas sosial politik yang ada. Pendidikan politik dibagi menjadi empat sekolah yaitu Sekolah Penulisan Progresif, Sekolah Muslim Progresif, Sekolah Politik dan Hukum Progresif, Sekolah Politik Perempuan dan Gerakan Sosial, dan Penguatan pemikirian kritis melalui diskusi dan nonton film. Ketiga, strategi pemberdayaan melalui Aksi Gerakan Sosial dalam isu kegagalan negara mengelola kasus HAM. Strategi melalui aksi tersebut sebagai bentuk memperkuat 107

militansi gerakan mahasiswa dan melatih aksi kolektifitas yang terorganisir. Selain memperkuat pemikirian kritis dan gerakan militansi, juga memberikan informasi pada publik perihal kasus HAM di Indonesia yang belum tertuntaskan. Strategi aksi gerakan sosial mengambil isu HAM sebagai fokus gerakan aktivis muda, karena mengingat isu HAM memiliki cangkupan isu yang sangat luas. Strategi melalui aksi sebagai tindak lanjut SMI terhadap sekolah-sekolah yang diselenggarakan SMI untuk melatih aktivis muda melakukan kegiatan terjun ke lapangan dan berlatih menyuarakan pendapat. Strategi melalui kegiatan aksi dibagi menjadi beberapa kegiatan seperti; 1) Aksi Kamisan, 2) Advokasi buruh, dan 3) Pendidikan Aksi melalui seni teater. Strategi pemberdayaan aktivis muda tersebut sebagai upaya pendampingan aktivis gerakan agar dapat menelaah kembali gerakan dan format gerakan sehingga berkaca pada cermin sejarah (gerakan mahasiswa). Gerakan mahasiswa sekarang ini tidak bisa disamakan dengan gerakan mahasiswa masa lalu di mana isu yang diulas lebih pada krisis ekonomi dan taktik menurunkan Soeharto ataupun isu kekiniin mengenai kenaikan BBM. Sehingga aktivis muda lemah dalam hal mengelola isu karena tidak didukung oleh kesadaran ideologis. Ketika trend gerakan menurun maka aktivitas gerakan menurun pula. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya kuantitas mahasiswa yang terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi. Strategi pemberdayaan ini mencoba menepis anggapan masyarakat bahwa aksi-aksi gerakan mahasiswa lebih bersifat radikal dan mengganggu kepentingan publik. Sehingga metode pemberdayaan tidak hanya terfokus pada aksi melainkan penguatan kemampuan dalam hal penulisan propaganda maupun aksi dan advokasi. 108

Pandangan dan manfaat pemberdayaan yang diperoleh aktivis muda Dalam hal pandangan, aktivis muda diperkuat dengan pandangan terkait isu-isu politik. Isu-isu politik tersebut meliputi isu pendidikan, ekonomi politik, hukum, dan HAM. Sekolahsekolah yang diselenggarakan oleh SMI membuka jalan berpikir dan paradigma baru terkait bagaimana mengelola sebuah isu. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, SMI mengolah isu-isu yang ada dengan menyertakan dampak-dampak signifikan yang bisa muncul. Misalnya seperti isu kenaikan BBM, penyebab kenaikan BBM dan dampak yang akan diperoleh masyarakat menengah kebawah terhadap kenaikan tersebut. Sehingga aktivis muda memiliki alur berpikir dalam mengolah kasus tersebut sebelum terjadi aksi radikal. Sedangkan manfaat yang diperoleh aktivis muda setelah mengikuti pemberdayaan meliputi dua fokusan yaitu, manfaat bagi individu dan manfaat bagi organisasi lain; 1) Menguatkan idealisme aktivis muda, 2) merubah cara pandanga aktivis muda terhadap isu-isu politik dan persoalan-persoalan sosial politik yang sedang dihadapi, 3) melatih kreativitas seperti seni teater dan Aksi Kamisan atau Komite Aksi 4) pengalaman langsung terjun ke masyarakat untuk mengawal isu atau kasus, 5) dengan mengikuti kegiatan organisasi SMI, aktivis muda semakin memiliki jaringan yang luas terkait dengan organisasi gerakan sosial. Sedangkan manfaat bagi organisasi lain yaitu pertukaran gagasan dan ilmu, Hal ini berarti ketika aktivis muda kembali pada organisasi kampus, dan selanjutnya melatih konsisitensi gerakan mahasiswa. Selain itu, kendala yang dihadapi dalam strategi pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta cukup beragam, terutama bagaimana memperkuat basis gerakan, mempertahankan pemikiran kritis, serta mempertahankan Aksi Kamisan agar tetap konsisten. Tentu hal tersebut menjadi tugas penting ke depan agar SMI mampu membuktikan hasil dari pemberdayaan 109

tersebut untuk aktivis muda dalam waktu jangka panjang. Selain itu, kendala eksternal dan internal yang tidak kalah penting adalah sumber daya manusia dalam organisasi SMI yang masih lemah dan perlu pelatihan dalam mengelola organisasi. Refleksi organisasi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda Studi tentang Strategi Organisasi SMI dalam Pemberdayaan Aktivis Muda di Yogyakarta, menurut penulis memberikan kontribusi positif dalam bidang studi ilmu politik dan pemerintahan, khususnya dalam studi gerakan sosial. Jika dilihat dari prespektif masyarakat sipil, organisasi SMI memberikan ruang kepada masyarakat sipil untuk dapat memperkuat tradisi berpikir melalui produksi pengetahuan gerakan sosial. Gerakan sukarela yang dilakukan aktivis muda bersama organisasi SMI merupakan kegiatan yang bisa dirumuskna sebagai komitmen sosial politik dalam artian sebagai penguatan gerakan militansi aktivis muda dengan sistem voluenteerism. Selain itu, studi ini juga memberikan pengetahuan baru terkait tipologi gerakan yang dilakukan aktivis muda terutama mahasiswa agar tidak terjebak dalam agenda aksi yang sempit dan monoton. Harapan kedepan organisasi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda, SMI harus bisa meluaskan gerakannya dan menguatkan isu yang lebih spesifik. Selain itu, Organisasi SMI harus lebih konsen pada kegiatan dan agenda jangka panjang disamping penguatan sistem organisasi agar lebih kuat dan matang. Sebagai organisasi masyarakat sipil SMI diharapkan lebih dapat membaca peluang untuk membangun jaringan didalam birokrasi politik dan pemerintahan. Hal tersebut penting menjadi pertimbangan agar hasil-hasil penelitian atau jurnalisme investigasi yang dilakukan aktivis muda dapat menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah kedepannya. 110