BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

AKUNTANSI UNTUK LEASING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

PERENCANAAN PAJAK ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA TETAP DENGAN METODE FINANCE LEASE (Studi Kasus Pada CV Berkah Bumi Mandiri).

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan


BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

BAB III METODE PENELITIAN

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Gerson Philipi Rianto F

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. canggih sehingga tanpa disadari juga berpengaruh kedalam dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya era globalisasi atau era dimana tidak adanya pembatasan antar

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

ABSTRAK. Kata kunci : Leasing, kredit dari bank. Universitas Kristen Maranatha

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB I PENDAHULUAN. ditahan, modal saham, dan lain-lain yang berasal dari sumber internal

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

BAB III METODELOGI PENELITIAN. ADHI dimulai sejak 11 Maret 1960 saat Menteri Pekerjaan Umum

ANALISIS ALTERNATIF PENDANAAN LEASING

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

SOAL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktiva tetap sering disebut dengan fixed assets merupakan aktiva

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2001 : 209), sumber pembiayaan modal ditinjau dari. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu.

EVALUASI PERANAN LEASING SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN MODAL PADA PT JOKOTOLE TRANSPORT SURABAYA

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

DANA PENSIUN PERHUTANI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO Per 31 Desember Ref

BAB I PENDAHULUAN. Dalam praktiknya tidak semua perusahaan memperoleh laba seperti yang

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan ketat dalam perekonomian saat ini juga terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha

Dosen Pembimbing : NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM

AKUNTANSI INDUSTRI JILID 2 SMK. Ali Irfan

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

Wiwik Budiarti dan Fadilah Dian Hidayati E-ISSN

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

ALTERNATIF PEMBIAYAAN UNTUK PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL ANTARA LEASING DAN KREDIT BANK

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Biaya Diferensial Dalam Rencana Membeli Atau Menyewa Alat Bulldozer Pada CV. Niagara Di Bekasi

Bab 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembiayaan Aktiva Tetap Yang Digunakan Perusahaan PT. Mustika Ratubuana Internasional yang mempunyai usaha di bidang distributor dan perdagangan sangat memerlukan dan membutuhkan peralatan yaitu khususnya kendaraan karena sebagian besar kegiatan usahanya adalah menyalurkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Mustika Ratu Internasional. Pengadaan aktiva tetap khususnya kendaraan membutuhkan pembiayaan yang sangat besar untuk itu manajemen perusahaan dituntut untuk dapat memilih alternatif pembiayaan aktiva tetap yang tepat Dalam hal ini tentunya pembiayaan yang memberikan cost yang rendah, karena dengan begitu perusahaan dapat melakukan efisiensi. Dalam pembiayaan aktiva tetap khususnya kendaraan terdapat berbagai alternatif pembiayaan antara lain dengan pembiayaan secara tunai, melalui sewa guna usaha atau yang sering disebut dengan leasing, dan juga dengan melalui kredit / pinjaman dari bank. Pada awalnya PT. Mustika Ratubuana Internasional memenuhi kebutuhan akan kendaraannya dengan pembiayaan tunai, akan tetapi berjalan dengan waktu kebutuhan akan kendaraan semakin bertambah dan manajemen perusahaan mengambil keputusan untuk menambah jumlah kendaraannya guna memperlancar kegiatan usahanya yaitu pada bidang distributor. Namun karena perusahaan kekurangan dana untuk menambah jumlah kendaraan yang dibutuhkannya, maka 49

perusahaan harus memilih alternatif pembiayaan yang sesuai dengan kemampuannya. Dari berbagai alternatif pembiayaan yang ada PT. Mustika Ratubuana Internasional memilih menggunakan pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing) dengan jenis capital lease khususnya yaitu dengan direct lease untuk menambah akan kebutuhan kendaraannya. Hal tersebut dikarenakan dengan menggunakan pembiayaan sewa guna usaha perusahaan dapat melakukan efisiensi. Melalui leasing perusahaan juga memiliki hak opsi di akhir masa perjanjian kontrak leasing yaitu hak untuk membeli kendaraan yang disewanya. Adapun tahap - tahap perusahaan dalam melakukan investasi terhadap aktiva tetapnya khususnya kendaraan : 1. Mendata kebutuhan akan aktiva tetap khususnya kendaraan perusahaan dalam mendukung kegiatan operasionalnya, 2. Pembahasan dengan bagian keuangan mengenai rencana investasi aktiva tetap dan mendiskusikan apakah kondisi keuangan perusahaan dapat membiayaai rencana investasi itu. 3. Setelah membahas dengan bagian keuangan, lalu mengajukan permohonan izin kepada direksi perihal rencana investasi tersebut. 4. Memilah - milah sumber pembiayaan mana yang paling efektif dan efisien untuk digunakan kemudian melakukan negosiasi. Setelah melalui tahap - tahap tersebut perusahaan mulai melakukan investasi aktiva tetapnya yaitu kendaraan melalui sumber pembiayaan yang dipilihnya yaitu sewa guna usaha (leasing). 50

Sebelum melakukan negosiasi terdapat beberapa perusahaan penyewa guna usaha atau yang disebut dengan lessor yang menawarkan jasanya. Perusahaan penyewagunausaha tersebut yaitu : 1. PT. Orix Indonesia Finance, dan 2. PT. Dipo Star Finance. Namun PT. Mustika Ratubuana Internasional memilih PT. Orix Indonesia Finance sebagai perusahaan penyewa guna usaha yang akan menyediakan aktiva tetap yang diperlukannya yaitu kendaraan. Terdapat berbagai alasan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam memilih perusahaan yang akan menyediakan kendaraan yang dibutuhkannya itu. Adapun salah satu aspek yang menjadi pertimbangan perusahaan memilih PT. Orix yaitu PT. Orix Indonesia Finance menawarkan bunga yang relatif rendah dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan oleh PT. Dipo Star Finance. PT. Orix Indonesia Finance hanya mengenakan bunga sebesar 9,67% per tahun untuk masa sewa guna usaha 3 Thn, sedangkan PT. Dipo Star Finance mengenakan bunga sebesar 11,67%. B. Pembiayaan Sewa Guna Usaha a. Data - Data Leasing Dalam memperoleh aktiva tetapnya khususnya kendaraan PT. Mustika Ratubuana Internasional menggunakan pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing). Berikut data - data yang disewagunausaha (leasing) oleh perusahaan : 51

Tabel 5.1 Data Kendaraan Yang Disewagunausahakan Jenis Aktiva Tetap Merk dan Model Kendaraan Mitsubishi Colt L300 PU Full Box Pick Up Nilai Satu unit kendaraan Rp. 103.000.000,- Harga Perolehan 15 kendaraan Rp. 1.545.000.000,- ( Diluar biaya eksekutori ) Supplier PT. Bumen Redja Abadi dan PT. Srikandi Diamond Motor Untuk menganalisis pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing) maka penulis memerlukan data - data mengenai perincian pembiayaan. Perincian pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Perincian Alternatif Pembiayaan Leasing Keterangan Aktiva Tetap Sewa Guna Usaha Kendaraan Harga Perolehan Rp 1.545.000.000,- ( Diluar biaya eksekutori ) Security Deposit Rp 463.500.000,- Nilai Sisa Rp 463.500.000,- Biaya Administrasi Rp 4.500.000,- Biaya Asuransi Rp. 51.183.333,-/tahun Jangka waktu Tingkat Bunga Denda Keterlambatan 3 Tahun 9,67 % per tahun atau 0,81 % per bulan 0,2 % per hari dari tanggal keterlambatan 52

b. Analisis Pembiayaan Sewa Guna Usaha Dalam melakukan kontrak leasing dengan PT. Orix Indonesia Finance perusahaan melakukannya dengan jenis pembiayaan capital lease khususnya dengan direct lease. Hal itu dikarenakan perusahaan menentukan sendiri spesifikasi jenis kendaraan yang akan di sewanya. (a) Perhitungan Angsuran Leasing. Pada kontrak leasing yang dilakukan perusahaan kepada PT. Orix Indonesia Finance maka PT. Mustika Ratubuana Internasional sebagai pihak lessee mempunyai kewajiban untuk membayar angsuran sewa setiap bulannya. Oleh karena itu untuk mengetahui dan menganalisis pembayaran sewa tersebut sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu besarnya angsuran yang harus dibayar oleh PT. Mustika Ratubuana Internasional setiap periodenya, berikut perhitungannya : Angsuran sewa / bulan = {(Nb -Ns)(l+i) n-1 }i (1+i) n 1 = {(1.545.000.000-463.500.000) (1+0,81 %) 36-1 }0,81 % (1 + 0,81%) 36-1 = {(1.081.500.000) (1,326253417)}0,81 % (1,33699607)-1 = 11.618.178,87 = 34.475.710 (pembulatan) 0,33699607 Setelah melakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa besarnya angsuran sewa atas leasing yang dilakukan PT. Mustika Ratubuana Internasional setiap bulannya adalah Rp. 34.475.710,- dan jumlah pembayaran mi yaitu terdiri dari pembayaran pokok dan juga bunga. 53

(b) Skedul Pembayaran Angsuran Leasing. Setelah mengetahui besarnya jumlah angsuran sewa guna usaha yang harus dibayar oleh perusahaan setiap bulannya, berikut akan dijelaskan skedul pembayaran angsuran sewa atas kontrak leasing yang dilakukannya: Tabel 5.3 Skedul Pembayaran Sewa atas Leasing Metode Sewa Dibayar Dimuka Periode Angsuran Bunga Pembayaran Saldo pokok 0 0 0 0 1.545.000.000 1 497.975.710 0 497.975.710 1.047.024.290 2 34.475.710 8.480.897 25.994.813 1.021.029.477 3 34.475.710 8.270.339 26.205.371 994.824.106 4 34.475.710 8.058.075 26.417.635 968.406.471 5 34.475.710 7.844.092 26.631.618 941.774.853 6 34.475.710 7.628.376 26.847.334 914.927.519 7 34.475.710 7.410.913 27.064.797 887.862.722 8 34.475.710 7.191.688 27.284.022 860.578.700 9 34.475.710 6.970.687 27.505.023 833.073.678 10 34.475.710 6.747.897 27.727.813 805.345.865 11 34.475.710 6.523.302 27.952.408 777.393.456 12 34.475.710 6.296.887 28.178.823 749.214.633 13 34.475.710 6.068.639 28.407.071 720.807.562 14 34.475.710 5.838.541 28.637.169 692.170.393 15 34.475.710 5.606.580 28.869.130 663.301.263 16 34.475.710 5.372.740 29.102.970 634.198.293 17 34.475.710 5.137.006 29.338.704 604.859.590 18 34.475.710 4.899.363 29.576.347 575.283.242 19 34.475.710 4.659.794 29.815.916 545.467.327 20 34.475.710 4.418.285 30.057.425 515.409.902 21 34.475.710 4.174.820 30.300.890 485.109.012 22 34.475.710 3.929.383 30.546.327 454.562.685 23 34.475.710 3.681.958 30.793.752 423.768.933 24 34.475.710 3.432.528 31.043.182 392.725.751 25 34.475.710 3.181.079 31.294.631 361.431.120 26 34.475.710 2.927.592 31.548.118 329.883.002 27 34.475.710 2.672.052 31.803.658 298.079.344 28 34.475.710 2.414.443 32.061.267 266.018.077 29 34.475.710 2.154.746 32.320.964 233.697.113 30. 34.475.710 1.892.947 32.582.763 201.114.350 31 34.475.710 1.629.026 32.846.684 168.267.666 32 34.475.710 1.362.968 33.1 12.742 135.154.924 33 34.475.710 1.094.755 33.380.955 101.773.969 34 34.475.710 824.369 33.651.341 68.122.628 35 34.475.710 551.793 33.923.917 34.198.712 36 34.475.710 277.010 34.198.700 0 54

Pembayaran angsuran pada periode pertama yaitu yang dilakukan pada saat setelah kontrak leasing di tandatangani adalah sebesar Rp. 497.975.710,-. dengan besarnya angsuran pada periode - periode selanjutnya. Hal ini dikarenakan pembayaran angsuran pada periode pertama tersebut bukan hanya sekedar membayar kewajiban angsurannya akan tetapi lessee juga membayar uang muka yaitu sebesar Rp. 463.500.000 (30% dari 1.545.000.000). Sehingga besarnya angsuran yang dibayarkan oleh lessee kepada lessor adalah sebesar Rp. 497.975.710 (34.475.710 + 463.500.000). Besarnya bunga pada angsuran sewa guna usaha di dapat dari perhitungan saldo pokok periode sebelumnya dikalikan dengan persentase bunga sewa guna usaha, misalkan pada periode kedua besarnya bunga yaitu Rp. 8.480.897 yang berasal dari (1.047.024.290 x 0,81%). Sedangkan besarnya pembayaran pokok didapat dari pengurangan jumlah angsuran setiap periode dengan besarnya bunga setiap periodenya. Dan besarnya saldo pokok diperoleh dari pengurangan antara besarnya saldo pokok periode sebelumnya dengan jumlah pembayaran pokok pada periode selanjutnya, misalkan pada periode ke- 2 besarnya saldo pokok yaitu diperoleh dari (1.047.024.290-25.994.813 = 1.021.029.477). (c) Perhitungan Present Value atas Sewa Guna Usaha (Leasing) Setelah skedul pembayaran angsuran sewa setiap bulan terhadap sewa guna usaha (leasing) telah diketahui, maka selanjutnya akan dijelaskan perhitungan present value dari arus kas keluar setelah pajak. 55

Untuk mengetahui present value dari arus kas keluar sewa guna usaha (leasing) maka terlebih dahulu hams diketahui besarnya aliran kas keluar setelah pajak dengan melakukan perhitungan sebagai berikut : Aliran Kas Keluar Setelah Pajak = Rp. 34.475.710 x ( 1-1) = Rp. 34.475.710 x ( 1-0,3) = Rp. 24.132.997 Dari perhitungan di atas maka diketahui besarnya aliran kas keluar setelah pajak setiap bulannya adalah Rp. 24.132.997,- Akan tetapi pada periode 0 besarnya arus kas keluar setelah pajak senilai Rp. 487.632.997 hal ini dikarenakan pada awal periode lessee mengeluarkan uang muka sejumlah Rp.463.500.000 sehingga jumlah arus kas setelah pajak pada periode 0 sebesar Rp. 487.632.997 (24.132.997 + 463.500.000). Dengan diketahuinya besarnya aliran kas keluar setelah pajak maka dapat dilanjutkan dengan melakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah Present Value dari arus kas keluar setelah pajak atas pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing). Berikut skedul perhitungannya : Tabel 5.4 Skedul Present Value Arus Kas Keluar Setelah Pajak atas Leasing Periode Arus Kas Setelah Pajak PVIF 0,9239665% PV Arus Kas Keluar Setelah Pajak 0 487.632.997 1,000000 487.632.997 1 24.132.997 0,990845 23.912.059 2 24.132.997 0,981774 23.693.149 3 24.132.997 0,972785 23.476.217 4 24.132.997 0,963880 23.261.313 5 24.132.997 0,955055 23.048.339 6 24.132.997 0,946312 22.837.345 7 24.132.997 0,937648 22.628.256 8 24.132.997 0,929064 22.421.099 9 24.132.997 0,920558 22.215.823 56

10 24.132.997 0,912130 22.012.431 11 24.132.997 0,903780 21.810.920 12 24.132.997 0,895506 21.611.244 13 24.132.997 0,887307 21.413.377 14 24.132.997 0,879184 21.217.345 15 24.132.997 0,871135 21.023.098 16 24.132.997 0,863159 20.830.614 17 24.132.997 0,855257 20.639.915 18 24.132.997 0,847427 20.450.953 19 24.132.997 0,839669 20.263.729 20 24.132.997 0,831982 20.078.219 21 24.132.997 0,824365 19.894.398 22 24.132.997 0,816818 19.712.266 23 24.132.997 0,809340 19.531.800 24 24.132.997 0,801930 19.352.974 25 24.132.997 0,794588 19.175.790 26 24.132.997 0,787314 19.000.246 27 24.132.997 0,780106 18.826.296 28 24.132.997 0,772964 18.653.938 29 24.132.997 0,765888 18.483.173 30 24.132.997 0,758876 18.313.952 31 24.132.997 0,751928 18.146.276 32 24.132.997 0,745044 17.980.145 33 24.132.997 0,738223 17.815.533 34 24.132.997 0,731465 17.652.443 35 24.132.997 0,724768 17.490.824 JUMLAH 1.206.508.497 Dari skedul perhitungan Present value arus kas keluar di atas, dapat dilihat bahwa besarnya jumlah present value arus kas keluar atas pembiayaan sewa guna usaha yang dilakukan perusahaan adalah Rp. 1.206.508.497,- yang diperoleh dari jumlah perkalian antara besarnya arus kas keluar setelah pajak setiap bulannya dengan PVIF 0,9239665 %. C. Analisis Pembiayaan Melalui Pinjaman Bank Dalam pembiayaan terhadap kendaraannya selain menggunakan pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing), perusahaan juga dapat menggunakan alternatif pembiayaan melalui pinjaman bank. Adapun beberapa data dalam melakukan pembiayaan melalui pinjaman bank : 57

1. Nilai perolehan kendaraan : Rp. 1.545.000.000,- untuk 15 kendaraan 2. Tingkat bunga pinjaman : 12,39 % per tahun atau 1,0325 % per bulan 3. Jangka waktu pinjaman : 3 Tahun Untuk mengetahui skedul angsuran pinjaman setiap bulannya maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya angsuran setiap bulannya yaitu dengan menggunakan rumus : PV n = R (PVAF n, i + 1) PV n = R (PVAF n, i + l) PV n = R (PVAF 35. 1,0325% + 1) 1.545.000.000 = R ( 30,248446) R = 1.545.000.000 30,248446 = 51.077.004 (dibulatkan) Setelah dilakukan perhitungan diatas maka besarnya angsuran pinjaman setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 51.077.004,- Berikut akan dijelaskan skedul pembayaran angsuran pinjaman setiap bulan : Tabel 5.5 Skedul Pembayaran Angsuran Pinjaman Bank Periode Angsuran Bunga 1,0325% Pokok Pinjaman Saldo Akhir Pinjaman 0 0 0 0 1.545.000.000 1 51.077.004 0 51.077.004 1.493.922.996 2 51.077.004 15.424.755 35.652.249 1.458.270.747 3 51.077.004 15.056.645 36.020.359 1.422.250.388 4 51.077.004 14.684.735 36.392.269 1.385.858.120 5 51.077.004 14.308.985 36.768.019 1.349.090.101 6 51.077.004 13.929.355 37.147.649 1.311.942.452 7 51.077.004 13.545.806 37.531.198 1.274.411.254 8 51.077.004 13.158.296 37.918.708 1.236.492.546 9 51.077.004 12.766.786 38.310.218 1.198.182.328 10 51.077.004 12.371.233 38.705.771 1.159.476.556 58

11 51.077.004 11.971.595 39.105.409 1.120.371.148 12 51.077.004 11.567.832 39.509.172 1.080.861.976 13 51.077.004 11.159.900 39.917.104 1.040.944.872 14 51.077.004 10.747.756 40.329.248 1.000.615.623 15 51.077.004 10.331.356 40.745.648 959.869.976 16 51.077.004 9.910.657 41.166.347 918.703.629 17 51.077.004 9.485.615 41.591.389 877.112.240 18 51.077.004 9.056.184 42.020.820 835.091.420 19 51.077.004 8.622.319 42.454.685 792.636.735 20 51.077.004 8.183.974 42.893.030 749.743.705 21 51.077.004 7.741.104 43.335.900 706.407.805 22 51.077.004 7.293.661 43.783.343 662.624.462 23 51.077.004 6.841.598 44.235.406 618.389.055 24 51.077.004 6.384.867 44.692.137 573.696.918 25 51.077.004 5.923.421 45.153.583 528.543.335 26 51.077.004 5.457.210 45.619.794 482.923.541 27 51.077.004 4.986.186 46.090.818 436.832.722 28 51.077.004 4.510.298 46.566.706 390.266.016 29 51.077.004 4.029.497 47.047.507 343.218.509 30 51.077.004 3.543.731 47.533.273 295.685.236 31 51.077.004 3.052.950 48.024.054 247.661.182 32 51.077.004 2.557.102 48.519.902 199.141.280 33 51.077.004 2.056.134 49.020.870 150.120.409 34 51.077.004 1.549.993 49.527.011 100.593.399 35 51.077.004 1.038.627 50.038.377 50.555.021 36 51.077.004 521.981 50.555.023 0 Dari skedul perhitungan angsuran pinjaman yang ada di atas, dapat diketahui perhitungan besarnya bunga pada periode 2 yaitu dari perkalian antara saldo akhir pinjaman periode sebelumnya dengan persentase bunga (1,0325%). Misalkan pada periode 2 besarnya bunga diperoleh dari Rp. 1.493.922.996 x 1,0325% = Rp. 15.424.755,- dan seterusnya perhitungan yang sama dilakukan untuk memperoleh besarnya bunga sampai dengan periode ke-36. Sedangkan besarnya saldo pokok pinjaman berasal dari pengurangan antara besarnya angsuran setiap bulan dengan besarnya bunga setiap bulan, misalkan pada periode / bulan 1. Besarnya saldo pokok pinjaman Rp. 51.077.004 yaitu dari Rp. 51.077.004-0 = Rp. 51.077.004, pada periode ke - 2 besarnya saldo pokok pinjaman Rp. 35.652.249,- yang berasal dari perhitungan 59

Rp. 51.077.004 - Rp. 15.424.755 = Rp. 35.652.249,- dan seterusnya perhitungan yang sama dilakukan untuk bulan - bulan selanjutnya. Dan besarnya saldo akhir pinjaman di dapat dari pengurangan antara saldo akhir pinjaman periode sebelumya dengan besarnya pokok pinjaman periode selanjutnya, misalkan pada periode 1 besarnya saldo akhir pinjaman sebesar Rp. 1.493.922.996 yang berasal dari Rp. 1.545.000.000 - Rp. 51.077.004 = Rp. 1.493.922.996,- Besarnya saldo akhir pinjaman periode selanjutnya berasal dari perhitungan yang sama. Setelah menghitung dan mengetahui besarnya angsuran serta skedul pembayaran angsuran pinjaman setiap bulannya maka langkah selanjutnya menghitung besarnya aliran kas keluar setelah pajak pada pembiayaan melalui pinjaman bank. Berikut akan dijelaskan skedul perhitungannya : Periode Angsuran Pinjaman Tabel 5.6 Skedul Aliran Kas Keluar Setelah Pajak Pada Pembiayaan Melalui Pinjaman Bank Penyusutan Bunga (1,0325%) Penghemat an Pajak Arus Kas Setelah Pajak 0 51.077.004 25.750.000 0 7.725.000 43.352.004 1 51.077.004 25.750.000 15.424.755 12.352.427 38.724.578 2 51.077.004 25.750.000 15.056.645 12.241.994 38.835.011 3 51.077.004 25.750.000 14.684.735 12.130.421 38.946.584 4 51.077.004 25.750.000 14.308.985 12.017.696 39.059.309 5 51.077.004 25.750.000 13.929.355 11.903.807 39.173.198 6 51.077.004 25.750.000 13.545.806 11.788.742 39.288.262 7 51.077.004 25.750.000 13.158.296 11.672.489 39.404.515 8 51.077.004 25.750.000 12.766.786 11.555.036 39.521.968 9 51.077.004 25.750.000 12.371.233 11.436.370 39.640.634 10 51.077.004 25.750.000 11.971.595 11.316.479 39.760.526 11 51.077.004 25.750.000 11.567.832 11.195.350 39.881.654 12 51.077.004 25.750.000 11.159.900 11.072.970 40.004.034 13 51.077.004 25.750.000 10.747.756 10.949.327 40.127.677 14 51.077.004 25.750.000 10.331.356 10.824.407 40.252.597 15 51.077.004 25.750.000 9.910.657 10.698.197 40.378.807 60

16 51.077.004 25.750.000 9.485.615 10.570.685 40.506.320 17 51.077.004 25.750.000 9.056.184 10.441.855 40.635.149 18 51.077.004 25.750.000 8.622.319 10.311.696 40.765.308 19 51.077.004 25.750.000 8.183.974 10.180.192 40.896.812 20 51.077.004 25.750.000 7.741.104 10.047.331 41.029.673 21 51.077.004 25.750.000 7.293.661 9.913.098 41.163.906 22 51.077.004 25.750.000 6.841.598 9.777.479 41.299.525 23 51.077.004 25.750.000 6.384.867 9.640.460 41.436.544 24 51.077.004 25.750.000 5.923.421 9.502.026 41.574.978 25 51.077.004 25.750.000 5.457.210 9.362.163 41.714.841 26 51.077.004 25.750.000 4.986.186 9.220.856 41.856.148 27 51.077.004 25.750.000 4.510.298 9.078.089 41.998.915 28 51.077.004 25.750.000 4.029.497 8.933.849 42.143.155 29 51.077.004 25.750.000 3.543.731 8.788.119 42.288.885 30 51.077.004 25.750.000 3.052.950 8.640.885 42.436.119 31 51.077.004 25.750.000 2.557.102 8.492.131 42.584.873 32 51.077.004 25.750.000 2.056.134 8.341.840 42.735.164 33 51.077.004 25.750.000 1.549.993 8.189.998 42.887.006 34 51.077.004 25.750.000 1.038.627 8.036.588 43.040.416 35 51.077.004 25.750.000 521.981 7.881.594 43.195.410 Dari skedul perhitungan aliran kas keluar setelah pajak diketahui bahwa penyusutan atas kendaraan yaitu sebesar Rp. 25.750.000 yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan metode garis lurus yaitu sebagai berikut Rp. 1.545.000.000 : 60 bln = Rp. 25.750.000,- Sedangkan besarnya penghematan pajak berasal dari perhitungan penjumlahan dan perkalian antara penyusutan, bunga dan tarif pajak. Misalkan pada periode 1 besarnya penghematan pajak sebesar Rp. 7.725.000 yaitu dari perhitungan (25.750.000 + 0) x 30% = Rp. 7.725.000,- besarnya penghematan pajak pada periode berikutnya diperoleh dengan menggunakan cara yang sama. Dan besarnya arus kas keluar setelah pajak di dapat dari pengurangan antara besarnya angsuran dengan besar penghematan pajak setiap periodenya. Dengan telah diketahuinya besar arus kas setelah pajak maka dapat dilanjutkan dengan melakukan perhitungan present value atas arus kas keluar setelah pajak pada pembiayaan melalui pinjaman bank. Perhitungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 61

Table 5.7 Skedul Present Value Atas Arus Kas Keluar Pada Pinjaman Bank Periode Arus Kas Keluar Setelah Pajak PVIF (0,9239665%) PV Arus Kas Keluar Setelah Pajak 0 43.352.004 1,000000 43.352.004 1 38.724.578 0,990845 38.370.054 2 38.835.011 0,981774 38.127.204 3 38.946.584 0,972785 37.886.653 4 39.059.309 0,963880 37.648.487 5 39.173.198 0,955055 37.412.559 6 39.288.262 0,946312 37.178.954 7 39.404.515 0,937648 36.947.565 8 39.521.968 0,929064 36.718.438 9 39.640.634 0,920558 36.491.503 10 39.760.526 0,912130 36.266.769 11 39.881.654 0,903780 36.044.241 12 40.004.034 0,895506 35.823.852 13 40.127.677 0,887307 35.605.569 14 40.252.597 0,879184 35.389.439 15 40.378.807 0,871135 35.175.392 16 40.506.320 0,863159 34.963.395 17 40.635.149 0,855257 34.753.496 18 40.765.308 0,847427 34.545.623 19 40.896.812 0,839669 34.339.785 20 41.029.673 0,831982 34.135.949 21 41.163.906 0,824365 33.934.083 22 41.299.525 0,816818 33.734.195 23 41.436.544 0,809340 33.536.253 24 41.574.978 0,801930 33.340.222 25 41.714.841 0,794588 33.146.112 26 41.856.148 0,787314 32.953.931 27 41.998.915 0,780106 32.763.606 28 42.143.155 0,772964 32.575.142 29 42.288.885 0,765888 32.388.550 30 42.436.119 0,758876 32.203.752 31 42.584.873 0,751928 32.020.758 32 42.735.164 0,745044 31.839.578 33 42.887.006 0,738223 31.660.174 34 43.040.416 0,731465 31.482.558 35 43.195.410 0,724768 31.306.651 JUMLAH 1.256.062.494 Setelah menghitung present value arus kas keluar pada pembiayaan melalui pinjaman bank, maka diketahui besarnya presenta value terhadap arus kas keluar adalah Rp. 1.256.062.494,- 62

D. Perbandingan Pembiayaan Sewa Guna Usaha dengan Pinjaman Bank Setelah menghitung dan mengetahui besarnya jumlah present value terhadap arus kas keluar setelah pajak pada kedua alternatif pembiayaan tersebut maka selanjutnya dapat diketahui manakah diantara kedua pembiayaan tersebut yang lebih menguntungkan dengan membandingkan present value terhadap arus kas keluar pada masing - masing pembiayaan. Hal tersebut dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut : NAL = PV cost of borrowing - PV cost of leasing NAL = 1.256.062.494-1.206.508.497 NAL = 49.553.997 Berikut akan dijelaskan lebih lanjut dengan menggunakan skedul perbandingan antara kedua pembiayaan tersebut. Tabel 5.8 Skedul Perbandingan Pembiayaan Sewa Guna Usaha dan Pinjaman Bank Keterangan Angsuran / Sewa per bulan Total Present Value Sewa Guna Usaha Rp. 34.475.710 Rp. 1.206.508.497 Pinjaman Bank Rp. 51.077.004 Rp. 1.256.062.494 Selisih Rp. 16.601.294 Rp. 49.553.997 Dari hasil perhitungan perbandingan antara kedua pembiayaan tesebut dimana jumlah NAL yaitu 49.553.997 maka dapat disimpulkan bahwa perolehan aktiva tetap khususnya kendaraan lebih menguntungkan menggunakan pembiyaan melalui sewa guna usaha, karena besarnya present value atas arus kas keluar pada pembiyaan melalui pinjaman bank lebih besar dibandingkan dengan besarnya present value atas arus kas keluar pada pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing). 63

E. Pencatatan Akuntansi Sewa Guna Usaha Yang Dilakukan Perusahaan Kontrak leasing yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aktiva tetapnya adalah direct lease yang termasuk dalam capital lease dimana pihak lessee dapat menentukan sendiri spesifikasi jenis barang yang akan di sewanya dan juga harganya. Berikut pencatatan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT. Mustika Ratubuana Internasional : 1. Pada saat Perusahaan melakukan pembayaran simpanan jaminan yang dibayarkan pada awal kontrak sewa guna usaha : Simpanan jaminan Rp. 463.500.000,- Kas Rp. 463.500.000,- 2. Pada saat awal penerimaan aktiva sewa guna usaha : Aktiva sewa guna usaha (kendaraan) Rp. 1.545.000.000,- Hutang sewa guna usaha Rp. 1.545.000.000,- 3. Pada saat pencatatan pembayaran sewa guna usaha di awal periode : Beban eksekutori (51.183.333 + 4.500.000) Rp. 55.683.333,- Peralatan yang di lease Rp. 1.545.000.000,- Kewajiban menurut lease modal Rp. 1.047.024.290,- Kas Rp. 553.659.043,- (55.683.333 + 34.475.710 + 463.500.000) 4. Pada saat pencatatan pembayaran angsuran sewa guna usaha pada periode ke-2: Hutang Sewa Guna Usaha Rp. 25.994.813,- Biaya Bunga Rp. 8.480.897,- Kas Rp. 34.475.710,- 64

5. Pada saat pencatatan pembayaran dimuka biaya eksekutori awal periode lease : Biaya eksekutori yang dibayar dimuka Rp. 55.183.333,- Kas Rp. 55.183.333,- 6. Pada saat pembayaran lease periode ke - 13, termasuk pembayaran biaya eksekutori yang dibayar dimuka : Biaya eksekutori yang dibayar dimuka Rp. 51.183.333,- Kewajiban menurut lease modal Rp. 28.407.071,- Beban bunga Rp. 6.068.639,- Kas Rp. 85.659.043,- 7. Pada saat pencatatan pembayaran lease periode ke - 25, termasuk pembayaran biaya eksekutori yang dibayar dimuka : Biaya eksekutori yang dibayar dimuka Rp. 51.183.333,- Kewajiban menurut lease modal Rp. 31.294.631,- Beban bunga Rp. 3.181.079,- Kas Rp. 85.659.043,- 8. Pada saat pencatatan penyusutan atas kendaraan sewa guna usaha : Penyusutan aktiva sewa guna usaha Rp. 309.000.000,- Akumulasi penyusutan aktiva sewa guna usaha Rp. 309.000.000,- (Penyusutan pertahun = 1.545.000.000 : 5 tahun = 309.000.000) Dari berbagai transaksi yang terjadi dan juga pencatatan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT. Mustika Ratubuana Internasional maka jika dibandingkan dengan PSAK No. 30 mengenai perlakuan akuntansi lessee dalam capital lease, maka dapat di analisa sebagai berikut : 65

1. PT. Mustika Ratubuana Internasional melakukan pembayaran sewa guna usaha setiap bulan, dimana dalam pembayaran tersebut terdiri dari pokok kewajiban beserta beban bunganya, yang juga telah sesuai dengan PSAK No. 30. 2. PT. Mustika Ratubuana Internasional melakukan penyusutan terhadap aktivanya dengan menggunakan metode garis lurus. Dimana penyusutan dilakukan setiap akhir periode akuntansi. 3. Dalam pelaporannya PT. Mustika Ratubuana Internasional melakukan pencatatan aktiva yang disewagunausaha terpisah dari pencatatan aktiva tetap yang dimilikinya, hal tersebut dikarenakan aktiva yang disewagunausaha oleh perusahaan tidak dapat diakui sebagai aktiva tetap miliknya karena aktiva tersebut masih sebagai aktiva sewa guna usaha. Akan tetapi apabila pada akhir masa kontrak leasing perusahaan atau dalam hal ini sebagai pihak lessee menggunakan hak opsinya yaitu membeli kendaraan yang selama ini disewanya maka pada saat itu terjadi pengalihan hak milik dari lessor kepada lessee. Dan pada saat itu perusahaan sebagai lessee baru bisa mencatat besarnya nilai kendaraan yang di sewanya sebagai aktiva tetapnya. f. Keuntungan dan Kerugian Pembiayaan Sewa guna Usaha dan Pinjaman Bank. Pada pembiayaan melalui sewa guna usaha dan pinjaman bank terdapat berbagai keuntungan dan juga kerugian yang ditimbulkan. Keuntungan dan kerugian tersebut antara lain : a) Keuntungan Pembiayaan sewa Guna Usaha, yaitu sebagai berikut : 1. Tambahan Sumber Dana 66

Dengan sewa guna usaha, penggunaan barang modal dapat diperoleh tanpa harus mengeluarkan uang seperti halnya dengan cara membeli. 2. Kemampuan Memperoleh Pinjaman Penggunaan sewa guna usaha sebagai tambahan sumber dana, sebagai pembiayaan tidak akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman. 3. Kepastian Perjanjian sewa guna usaha adalah pembiayaan untuk jangka waktu menengah. Perjanjian ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak jika terjadi dalam perekonomian ataupun moneter. 4. Perlindungan terhadap inflasi 5. Tingkat Pembayaran cicilan 6. Pembatasan anggaran 7. Pembiayaan seluruh kebutuhan 8. Tingkat suku bunga tetap atau mengambang untuk pembayaran sewa guna usaha Selain mempunyai keuntungan, akan tetapi pembiayaan melalui sewa guna usaha juga mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut: b) Kelemahan Pembiayaan sewa guna Usaha 1. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi dari bank. 2. Jaminan tambahan seperti sertifikat tanah atau deposito. 3. Tidak ada masa tenggang, jadi sudah harus mulai membayar pada saat penandatanganan kontrak.- 67

Selain pembiayaan sewa guna usaha yang mempunyai keuntungan dan kerugian. Pembiayaan melalui pinjaman bank juga memiliki keuntungan dan kerugian. Berikut penjelasannya : c) Keuntungan Pembiayaan Melalui Pinjaman Bank 1. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya betul - betul feasible. 2. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya dibidang penyediaan dana. 3. Biaya untuk memperoleh kredit dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa mendatang. 4. Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran, modal (dana) hingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk kebutuhan modal perusahaan. 5. Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi. 6. Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi perusahaan debitur. 7. Lembaga perkreditan yang dimiliki perbankan telah memiliki ketentuan -ketentuan yuridis yang jelas. d) Kelemahan Pembiayaan Melalui Pinjaman Bank 1. Perusahaan harus dapat menyediakan barang modal lain yang nilainya lebih tinggi dari jumlah yang dipinjam sebagai jaminan dalam melakukan kredit. I 2. Mempengaruhi kebijakan pemberian kredit oleh kreditur lain karena jumlah utang perusahaan terus meningkat. 68