BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

FEMINIST THOUGHT. 5 m. ROSEMARIE PUTNAM TONG Kata Pengantar Aquarini Priyatna Prabasmoro

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

MEMAHAMI KETERTINDASAN PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya sejumlah karya yang menghadirkan eksistensi perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan adalah objek cerita yang hampir selalu digambarkan sebagai tokoh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

PEREMPUAN YANG MERESISTENSI BUDAYA PATRIARKI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

Media & Cultural Studies

BAB V KESIMPULAN. kritik sastra feminis sosialis karena dalam Kumpulan Cerpen ini

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kritik ekofeminisme..., Ketty Stefani, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sudah terlihat jelas sejak

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah. berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

Sejarah Muncul dan Berkembangnya Konsep dan Teori tentang Gender. Ida Rosyidah

BAB II POLITIK dari SEKSUAL HINGGA TEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI. terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. Kehadiran sebuah bentuk seni pertunjukan dan aktivitasnya. dalam lingkungan masyarakat yang bersifat kelompok ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PANDANGAN MENGENAI SEKS, DOSA, DAN PERNIKAHAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI (Kajian Kritik Sastra Feminis Eksistensialis)

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

MODEL SARA MILLS DALAM ANALISIS WACANA PERAN DAN RELASI GENDER

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

MISTIFIKASI MITOS PSIKOLOGIS PEREMPUAN DALAM CERITA KECIL- KECIL PUNYA KARYA (KKPK) KARYA PENULIS PEREMPUAN ANAK

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

(Yogyakarta:Pustaka Widyatama, 2006),

RPKPS (4) KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN(KOMPETENSI) Introduction : 5% Perkenalan, Kontrak perkuliahan, RPKPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati*

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

FENOMENA, FEMINISME DAN POLITICAL SELF SELECTION BAGI PEREMPUAN Phenomenon, Feminism and Political Self Selection for Women

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan cerita pendek Le

BAB II FEMINISME LIBERAL NAOMI WOLF. mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Permasalahan Perempuan merupakan sosok istimewa yang menarik untuk dikaji.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

Seksualitas Tubuh Perempuan dalam Film Biografi Tentang. Bintang Porno Lovelace

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia. Beberapa penelitian yang sudah pernah ditulis tentang perempuan etnis Tionghoa adalah tulisan oleh Myra Sidharta berjudul Korban dan Pengorbanan Perempuan Etnis Cina dan penelitian oleh Mely G. Tan yang menulis tentang perempuan etnis Tionghoa yang berkarir. Hal-hal yang relevan di dalam buku-buku tersebut mengenai perempuan etnis Tionghoa akan dikutip di dalam penulisan tesis ini. 2.2. Kerangka Teori Feminisme adalah gerakan yang muncul karena adanya ketimpangan posisi perempuan dibandingkan laki-laki di dalam 37

masyarakat yang menganut ideologi patriarki. Hal ini menyebabkan munculnya pemikiran-pemikiran yang menyuarakan hak-hak perempuan untuk mendapatkan kesetaraan hak di segala bidang. Gerakan feminisme adalah gerakan untuk membebaskan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan falogosentrisme (phallogocentrism). Falogosentrisme atau sering disebut juga falosentrisme adalah sebuah doktrin dalam kebudayaan Barat yang mengutamakan laki-laki sebagai makhluk superior dan berpusat pada laki-laki atau pandangan laki-laki, yang mempertahankan dominasi laki-laki atas perempuan 9. Setiap gagasan yang mengacu kepada kata (logos) yang bergaya laki-laki (falus) juga termasuk di dalam pemahaman falogosentrisme. Falogosentrisme memberi hak istimewa kepada laki-laki dalam hubungan sosial, serta menganggap bahwa laki-laki dan karakter maskulin sebagai pusat dan sesuatu yang normal, sementara perempuan dan karakter perempuan diperlakukan sebagai kelompok marjinal yang kurang berharga. 9 http://www.cla.purdue.edu/academic/engl/theory/genderandsex/terms/phallocentrism.html 38

Dalam gerakan feminisme terdapat tiga gelombang utama, dan semuanya telah menyumbangkan banyak hal besar bagi kemajuan kehidupan dan kondisi perempuan. Feminisme gelombang pertama mencakup feminisme liberal, muncul pada tahun 1970an; feminisme gelombang kedua yang muncul pada tahun 1980an mencakup feminisme radikal dan feminisme eksistensialis; serta feminisme gelombang ketiga, yang sering disebut juga feminisme postmodern, yang muncul pada tahun 1990an 10. Simone Ernestine Lucia Marie Bertrand de Beauvoir, atau lebih dikenal dengan nama Simone de Beauvoir, adalah tokoh feminis eksistensialis yang sangat terkenal dan menulis buku The Second Sex, yang mengkritik posisi perempuan dalam masyarakat yang menganut ideologi patriarki. Feminisme eksistensialis menginginkan hak kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan-pilihan hidupnya dan bertanggung jawab atas konsekuensi pilihannya tersebut. 10 http://uk.wrs.feminism+and+deconstruction/lawlab/public_html 39

Dalam menjelaskan teorinya mengenai perempuan, Beauvoir mengacu pada teori eksistensialisme (Being and Nothingness) milik Jean-Paul Sartre. Menurut Sartre, ada tiga jenis Ada pada manusia, yaitu Ada untuk dirinya sendiri (pour-soi), Ada dalam dirinya sendiri (en-soi), dan Ada untuk yang lain 11. Ada dalam dirinya sendiri adalah Ada yang penuh, sempurna, dan digunakan untuk menjelaskan objek non-manusia karena ia tidak berkesadaran; Ada untuk dirinya sendiri mengacu pada Ada yang bergerak dan berkesadaran, yang merupakan ciri khas manusia; dan Ada untuk yang lain adalah bagaimana relasi antar manusia. Konsep Sartre yang paling dekat dengan feminisme eksistensialis adalah Ada untuk yang lain. Konsep ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana relasi antara laki-laki dan perempuan. Namun sayangnya, dalam hal relasi antara laki-laki dan perempuan, laki-laki menjadikan perempuan sebagai objek dan membuatnya 11 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis (Yogyakarta, 1998), hlm. 255. 40

sebagai Liyan (the Other). Beauvoir mengemukakan, bahwa laki-laki disebut sang Diri, sedangkan perempuan sang Liyan. Jika Liyan adalah ancaman bagi Diri, maka perempuan adalah ancaman bagi laki-laki. Karena itu, jika laki-laki ingin tetap bebas dan berkuasa, ia harus mensubordinasi perempuan terhadap dirinya 12. Dalam The Second Sex, Beauvoir melihat penjelasan Freud atas ke-liyanan perempuan sebagai sesuatu yang tidak lengkap. Ia menyalahkan para pemikir Freudian karena mengajarkan bahwa status sosial perempuan adalah lebih rendah daripada laki-laki hanya semata-mata karena perempuan tidak memiliki penis. Beauvoir berpendapat bahwa perempuan mencemburui penis bukan karena perempuan ingin memiliki penis sebagai penis, melainkan karena perempuan menginginkan keuntungan material dan psikologis yang diberikan kepada pemilik penis. Menurut Beauvoir, laki-laki dapat menguasai perempuan dengan menciptakan mitos-mitos mengenai perempuan yang 12 Ibid., hlm. 262. 41

menyatakan bahwa perempuan yang dipuja oleh laki-laki adalah perempuan yang mau mengorbankan dirinya untuk laki-laki. Oleh karena itu, menurut Beauvoir, menjadi istri dan ibu adalah dua peran feminin yang membatasi kebebasan perempuan. Beauvoir menyatakan bahwa lembaga perkawinan merusak hubungan suatu pasangan karena perkawinan mentransformasi perasaan yang tadinya dimiliki, yang diberikan secara tulus, menjadi kewajiban dan hak yang diperoleh dengan cara yang menyakitkan. Menurut Beauvoir, perkawinan adalah salah satu bentuk perbudakan, karena perkawinan menawarkan perempuan kenyamanan, ketenangan, dan keamanan, tetapi juga merampok kesempatan perempuan untuk menjadi hebat. Sebagai imbalan atas kebebasannya, perempuan diberikan kebahagiaan. Lebih lanjut lagi, peran sebagai ibu dianggap oleh Beauvoir lebih membatasi perempuan. Kehamilan dapat mengalienasi perempuan dari dirinya sendiri, dan akhirnya anak dapat menjadi tiran yang menuntut ibunya serta menjadikan ibunya sebagai objek. 42

Beauvoir juga melihat perempuan pekerja sebagai Liyan karena di mana pun juga ia diharuskan menjadi dan bersikap feminin. Narsisisme pada perempuan adalah hasil dari ke-liyanannya. Perempuan narsis menjadi objek pentingnya sendiri, yang mempercayai bahwa dirinya adalah suatu objek seperti yang ditegaskan oleh orang-orang di sekitarnya. Perempuan terpesona oleh, dan bahkan mungkin menjadi obsesif terhadap citranya sendiri: wajah, tubuh dan pakaiannya. Perempuan menjadi terikat untuk memenuhi kebutuhan hasrat laki-laki dan menyesuaikan diri dengan selera masyarakat. Beauvoir menganggap ke-liyanan dan peran-peran perempuan sebagai suatu tragedi karena semuanya itu bukanlah konstruksi yang dibangun oleh perempuan sendiri. Perempuan, menurut Beauvoir, dikonstruksi oleh laki-laki, melalui struktur dan lembaga laki-laki. Beauvoir menyatakan bahwa perempuan tidak 43

dilahirkan sebagai perempuan, tetapi menjadi perempuan ( One is not born, but rather becomes a woman ). Beauvoir menyatakan bahwa perempuan tidak harus meneruskan untuk menjadi apa yang diinginkan oleh laki-laki. Perempuan dapat menjadi subjek, dapat terlibat dalam kegiatan positif dalam masyarakat, dan dapat mendefinisi ulang atau bahkan menghapuskan perannya sebagai istri, ibu, perempuan pekerja, pelacur, narsis, dan perempuan mistis. Perempuan dapat membangun dirinya sendiri karena tidak ada esensi dari feminitas yang abadi yang mencetak identitas siap pakai bagi dirinya. Feminisme eksistensialis melihat nilai-nilai dan praktik-praktik yang berlaku di dalam masyarakat selama ini lebih mengutamakan laki-laki dan menyudutkan perempuan. Perempuan dianggap sebagai the other dan diposisikan di lingkaran luar budaya patriarki. Feminisme eksistensialis berusaha mengkritik posisi perempuan dalam masyarakat yang menganut ideologi patriarki dan menginginkan hak 44

kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan-pilihan hidupnya dan bertanggung jawab atas konsekuensi pilihannya tersebut. Dalam pembahasan topik tesis ini perempuan Tionghoa yang berganti keyakinan menjadi beragama Islam akan dianalisa dengan teori feminis eksistensialis. Bagaimana eksistensi diri perempuan etnis Tionghoa yang memaknai dirinya sebagai seorang perempuan Tionghoa dan juga sebagai seorang perempuan muslim. Apakah perempuan Tionghoa mempunyai eksistensi diri dalam mengambil keputusan untuk berganti keyakinan atau dia berganti keyakinan karena faktor budaya patriarki yang sudah mengakar dalam lingkungan kehidupannya? Budaya patriarki mempengaruhi berbagai faktor dalam kehidupan manusia, khususnya perempuan. Bahkan perempuan yang secara biologis berbeda seks dengan laki-laki menjadikan alasan politik laki-laki dalam pembagian peran. Salah satu feminis radikallibertarian, Kate Millet, dalam bukunya Sexual Politics, memiliki argumen bahwa seks adalah politik yang didasarkan pada paradigma 45

hubungan kekuasaan yang dilegitimasi oleh ideologi patriarki. Teori Ideology patriarki ini menurut Millet membesarkan perbedaan biologis laki-laki dan perempuan (Tong, tth.). Dalam kondisi ini, lakilaki semakin leluasa melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Patriarki yang telah mempengaruhi budaya dan agama yang menjadi keyakinan sebagian besar manusia semakin memperkokoh posisi perempuan sebagai pihak yang lemah dan tertindas. Tatanan dalam sebuah masyarakat sosial menjadi semakin kuat dengan adanya relasi kekuasaan yang timpang. Posisi perempuan dalam keluarga dan masyarakat terhubung erat dengan aspek sejarah, budaya, sosial, ekonomi dan demografi yang juga mencerminkan keadaan masyarakat itu sendiri. Di dalam pembahasan tentang pengambilan keputusan perempuan untuk berganti keyakinan, diasumsikan bahwa dalam hal tersebut terdapat kekhususan proses itu pada perempuan. Jika tidak ada kekhususan maka tidak diperlukan kajian khusus terhadapnya. Ada banyak cerita yang mempertunjukkan berbagai perbedaan antara perempuan dan 46

laki-laki, termasuk juga dalam kegiatan membuat keputusan. Beredar mitos bahwa perempuan tidak bisa membuat keputusan atau tidak bisa memilih, sehingga timbul saran untuk tidak memberikan pilihan tersebut kepada perempuan, karena akan menyulitkan perempuan. Apabila akhirnya diberikan kepada perempuan memilih, maka pilihan itu pasti didasari pertimbangan menyenangkan paling banyak orang lain. Dalam hal ini kekhususan pengambilan keputusan perempuan adalah karena selain perempuan itu adalah perempuan keturunan Tionghoa, dia juga perempuan muslim. Seberapa banyak latar belakang budaya Tionghoa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seorang perempuan. Atau seberapa besar agama baru mempengaruhi pengambilan keputusan seorang perempuan. Teori feminis multikultural akan melihat masalah-masalah yang dihadapi perempuan secara lebih beragam. Teori feminis multikultural melihat persoalan yang dialami oleh perempuan berdasarkan suku bangsa, ras maupun etnik perempuan tersebut. Hal tersebut berakibat, solusi 47

yang ditawarkan kepada perempuan-perempuan tersebut sangat khas sesuai dengan problema yang terjadi pada dirinya secara khusus. 2.3. Skema Kerangka Pikir 48