BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
|
|
- Liani Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil untuk menghilangkan konflik dari muka bumi ini. Keinginan seseorang yang tidak terpenuhi dapat juga mengakibatkan konflik. Perbedaan pandangan antar perorangan juga dapat mengakibatkan konflik. Selanjutnya jika konflik antarperorangan tidak dapat diatasi secara adil dan proporsional, maka hal itu dapat berakhir dengan konflik antar kelompok dalam masyarakat. 1 Dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia telah diganggu oleh konflik etnis dan agama. Insiden Ketapang pada tahun 1998 terhadap gereja-gereja Kristen, dihasut oleh konflik antara orang Betawi dengan orang Ambon. Sejak tahun 1990 telah terjadi serangan terhadap gereja dengan peningkatan momentum, mencapai klimaksnya pada insiden yang mengerikan tahun 1996 dan 1997 di Surabaya, Situbondo, Tasikmalaya dan Rengasdengklok, sedangkan di bagian timur Indonesia telah terjadi serangan terhadap tempat tempat ibadah. Semua itu telah dikalahkan oleh pecahnya apa yang disebut dengan perang sipil antara Kristen dan Muslim di Maluku dan Sulawesi Tengah dan konflik etnis antara penduduk asli Dayak dan Melayu di satu pihak dan pendatang Madura di pihak lain. Konflik-konflik tersebut ada yang saling berkaitan seperti di Maluku konflik mulai terjadi tanggal 19 Januari 2000, hari pertama Idul Fitri di kota Ambon. Dari sini, konflik meluas ke seluruh pulau, kemudian ke pulau-pulau sekitarnya. Dan setelah tenang beberapa bulan, kemudian berlanjut ke Maluku Selatan, Buru, Ternate dan Halmahera. 2 Ini merupakan situasi yang mengerikan dan berbahaya, tidak saja bagi orang-orang yang terlibat dalam konflik tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Betapa mengerikan, dalam konflik di Sambas, Kalimantan Barat, orang bisa makan daging dan bahkan hati orang lain hanya karena orang lain itu adalah lain etnis. Dan orang dengan tega mengarak 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm Franz Magnis Suseno, Faktor-Faktor Yang Mendasari Terjadinya Konflik Antara Kelompok Etnis Dan Agama Di Indonesia dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm
2 kepala tanpa tubuh orang lain dengan penuh bangga, rasa gembira dan beramai-ramai, juga hanya karena lain etnis. Di sisi lain banyak peristiwa-peristiwa lain yang merupakan dampak dari peristiwa sebelumnya yang membuat orang sengsara, termasuk orang yang tidak tahu menahu dan tidak bersalah. Ada seorang keluarga yang terpaksa lari ke hutan dan makan minum seadanya bersama anaknya karena merasa terancam oleh konflik. Ada orang baik-baik tetapi karena teridentifikasi sebagai lain etnis terpaksa harus kehilangan nyawa dan keluarga. Konflik di berbagai macam daerah itu tentunya menggoreskan trauma yang dalam terutama bagi mereka yang terlibat langsung dan menjadi korban. 3 Tak dapat disangkal bahwa berawal dari perbedaan pendapat tadi kini berakhir pada penghilangan nyawa satu dengan yang lain. meskipun konflik itu telah berakhir namun lain waktu luka itu akan terus terbawa sampai kepada anak-cucu mereka. Relasi antar manusia dimana manusia cenderung mengobjekkan satu dengan yang lain tidak hanya terjadi dalam konflik massal seperti antar etnis tetapi juga dalam tindakan kriminalitas yang dalam hal ini hanya melibatkan beberapa orang saja misalnya membunuh, merampok, memperkosa, menganiaya dan sebagainya. Dalam tindakan kriminal seperti ini tentunya melibatkan dua pihak yaitu pelaku sebagai subjek dan korban sebagai objek. Si pelaku memiliki kebebasan sehingga otomatis ia mempunyai kekuasaan termasuk kekuasaan atas korbannya. Si korban bukannya tidak memiliki kebebasan akan tetapi terlebih dahulu telah dikalahkan oleh si pelaku. Oleh karena korban telah berada di bawah kuasa si pelaku maka kecenderungan yang terjadi adalah si pelaku bebas melakukan apa saja terhadap si korban yang telah dikuasainya. Situasi-situasi seperti yang telah diuraikan di atas memperlihatkan bahwa ketika seseorang atau sebuah kelompok mempunyai pendapat/keinginan yang berbeda dengan orang atau kelompok lain dan kehadiran orang atau kelompok lain itu menjadi penghambat terwujudnya keinginan tersebut maka kecenderungan untuk mewujudkan keinginan itu adalah meniadakan orang atau kelompok lain sehingga otomatis keinginannya yang menjadi penghambat, juga tiada. Lalu apa sebenarnya yang menjadi permasalahan dari situasi seperti itu? Tentunya ada hal lain yang melatarbelakangi sehingga muncul sikap seperti itu. Seringkali karena alasan politik yang bermuara pada perebutan kekuasaan, banyak orang mengalami konflik dalam relasinya dengan orang lain yang merupakan 3 Ahmad Suaedy, Pengantar ; Dimensi Manusia Dalam Konflik dalam Konflik Etnik Di Sambas, Jakarta, ISAI, 2002, hlm vii-viii. 2
3 lawan politiknya. Atau karena alasan budaya dimana setiap orang atau kelompok dalam satu ruang lingkup budaya tentunya ingin mempertahankan kelestarian budaya masingmasing. Akan tetapi di sekitar mereka banyak budaya-budaya lain yang dibawa oleh para pendatang masuk ke dalam wilayah tersebut dan kemungkinan perkembangannya jauh lebih cepat. Akibatnya budaya semula yang merupakan budaya asli di tempat itu lama kelamaan semakin memudar maka timbullah konflik. Konflik yang terjadi oleh karena alasan budaya seringkali menjalar kepada faktor-faktor lain yang bisa menjadi alasan pemicu konflik misalnya; alasan perbedaan agama dan etnis. Oleh karena seseorang telah memiliki konflik dengan orang lain yang mungkin dalam hal agama dan etnis berbeda, maka konflik yang tadinya hanya melibatkan satu-dua orang dengan begitu cepat melibatkan banyak orang atau kelompok lain. Yang Kristen membela sesama Kristen dan sebaliknya yang Muslim membela sesama yang Muslim, atau yang pribumi membela sesama pribumi begitupun juga sebaliknya yang non pribumi membela sesamanya yang non pribumi, dan sebagainya. Sungguh ironis karena manusia saling mengobjekkan satu dengan yang lain. Betapa memprihatinkan di satu pihak semua orang ingin hidup layak dan damai, tetapi pada suatu saat lain untuk hidup damai dan survive terkadang orang harus menghilangkan nyawa orang lain. Seringkali orang akan berkata: kehadiran orang lain mengganggu keberadaanku, apakah itu benar? Perlu juga untuk meninjau permasalahan ini dari secara filosofi, fakta bahwa konflik senantiasa hadir dalam kehidupan manusia pun patut dipertanyakan. Ketika seseorang hadir dalam dunia ini ia pasti mempunyai keinginan atau kehendak bebas karena ada tujuan akhir yang ingin dicapai dan selama ia hidup banyak hal diupayakan untuk meraih tujuan akhir tersebut. Akan tetapi ia akan selalu berbenturan dengan banyak orang yang juga melakukan hal yang sama meskipun tujuan akhirnya mungkin berbeda. Manusia sebagai pribadi yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain tentunya akan mempunyai cara pandang serta pemahaman yang berbeda terhadap nilai-nilai dalam kehidupan. Perbedaan ini mengakibatkan benturan dan benturan inilah yang menjadi konflik. Benarkah bahwa konflik menjadi esensi dalam relasi antar manusia? 2. Pokok Permasalahan Jean Paul Sartre mengatakan bahwa dasar dari relasi antar manusia adalah konflik. Pendapat Sartre ini bertolak dari pandangannya tentang kesadaran. Sartre mengatakan 3
4 bahwa manusia dalam sadar diri, dia menjadi berjarak antara Diri-ku sebagai yang disadari. Dan dari kesadaran inilah Sartre menerangkan kebebasan manusia sebagai suatu pengertian ontologi. Sartre secara tegas memandang kebebasan manusia adalah mutlak. 4 Kebebasan adalah kesadaran ketika dia mampu untuk mengerti serta mengisi makna sesuatu pada eksistensi pribadi. Dalam memberikan makna pada eksistensinya, kebebasanlah sebagai syarat bertindak. Manusia adalah kehadiran di dunia ini dan dalam kelangsungan hidupnya ia berhadapan dengan faktisitas (kenyataan yang tak dapat dihindari itulah yang disebut oleh Sartre, faktisitas). Salah satu diantaranya adalah relasinya dengan orang lain 5. Kebebasan menurut Sartre merupakan satu-satunya sumber nilai dan arti, sehingga tidak ada dasar lain di luar kebebasan, sebab manusia sendiri membangun eksistensi dan dunianya. Tampilnya manusia lain menjadi ancaman bagi eksistensiku, kata Sartre. Ketika orang lain memandang diriku, maka pada saat itu aku diobyekkan dan dia menjadi subyek di atasku. Aku menjadi suatu benda dalam dunia orang lain 6. Berhadapan dengan orang lain, ada dua konsekuensi yang muncul. Pertama, aku telah menjadi objek pandangan orang lain, dia memandangku sebagai benda, di matanya aku ini seperti benda. Konsekuensi kedua sebagai orang yang diperhatikan adalah aku mulai memahami bahwa aku tidak lagi menguasai keadaan. Orang lain menciptakan perkiraannya sendiri mengenai aku, dia telah mengamati aku dan membuat evaluasinya sendiri atas aku, dia menilai aku dan mencap diriku. Aku adalah aku yang dibuatnya, bukannya aku yang kubuat sendiri. Dalam pembelaanku sendiri, aku mungkin akan mencoba menghentikan orang lain yang membuat aku sebagai obyeknya dengan cara menjadikan orang itu menjadi obyekku. Namun sebagai yang diperhatikan oleh orang lain, aku tahu bahwa orang lain itu bebas, bahwa dia bukanlah salah satu obyek di dunia namun merupakan yang menyamarkan dan mengatur benda-benda di dunia tadi ke dalam dunianya sendiri yakni dengan pandangannya. Dia telah menghancurkan kebebasanku dan dunia di dalamnya serta membuatku jadi sebuah obyek di dalam dunianya. 7 Demikianlah dalam pandangan Sartre, dunia yang dimiliki dan dihayati sebagai kepunyaan sendiri, menjadi porak-poranda justru karena tampilnya orang lain. orang lain adalah neraka bagi diriku kata Sartre. Keterangan tersebut di atas menunjukkan bahwa H Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer: Ingriss-Jerman, Jakarta, Gramedia, 2002, hlm 152. K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-Jerman, hlm 166. T.Z. Lavine, Dari Socrates ke Sartre, Yogyakarta, Jendela, 2002, hlm
5 ini. 8 Apakah selamanya kita hidup di dunia ini untuk saling curiga, saling merendahkan, dan suatu anggapan, memang hidup bersama dengan tampilnya orang lain adalah suatu faktisitas yang tak dapat dihindari dan harus ada, supaya orang itu dapat hidup. Akan tetapi serentak pada saat itu juga, semua usaha orang sebagai mahluk individu, satu sama lain saling membuka diri, saling percaya dalam suatu dialog, adalah sia-sia. Dengan berdasar pada kebebasan, maka adanya manusia lain, yang satu dengan yang yang lainnya didudukkan pada dikotomi subyek-obyek, sehingga dengan mudah menganggap orang lain sebagai ancaman yang berbahaya terhadap eksistensiku, demikian kata Sartre. Jelas bahwa Sartre memandang relasi antar manusia didasari konflik. Seolah-olah hubungan antar manusia itu neraka yang tak mengenakkan, manusia terkutuk dalam situasi saling membunuh?. Bukankah manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang diberi tugas khusus; untuk menciptakan keteraturan dalam hidup ini, bukan sebaliknya? Di samping itu apakah pendapat Sartre bahwa relasi antar manusia didasari konflik, dapat diterima? Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih Jean Paul Sartre oleh karena menurut Sartre konflik merupakan esensi dari setiap relasi antar manusia. Relasi tercipta oleh karena adanya kebebasan yang dimiliki setiap orang, sebagai subjek, dan dengan kebebasan itulah seorang manusia dapat memberi makna kepada keberadaannya dengan merealisasikan kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan yang ada, dengan merancang dirinya. Jadi bagi Sartre bagaimanapun juga kebebasan selalu melibatkan tanggung jawab sehingga tidak selamanya kebebasan seperti yang dipahami Sartre harus dipandang secara negatif. Relasi antar manusia tercipta oleh karena manusia memiliki kebebasan. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan seperti: 1) Apakah benar yang dikatakan Sartre bahwa konflik menjadi esensi dari setiap relasi antar manusia? 2) Menurut Sartre kebebasan adalah mutlak, bagaimana peran kebebasan itu dalam relasi antar manusia? 3) Bagaimanakah tinjauan teologis terhadap pandangan Sartre tentang relasi antar manusia? 8 K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer: Prancis, Jakarta, Gramedia, 2001, hlm
6 akan menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini. Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka penulis mengajukan skripsi dengan judul: RELASI ANTAR MANUSIA MENURUT JEAN PAUL SARTRE (Suatu Tinjauan Teologis) 3. Alasan dan Tujuan Penulisan Pemikiran Sartre merupakan pilar-pilar dalam moralitas. Moralitas dan relasi antar manusia merupakan dua hal yang bekaitan erat serta saling mewadahi. Oleh karena itu perlu dimiliki pertimbangan mendalam terhadap pemikirannya, dan dalam skripsi ini penulis ingin mencari pemikirannya yang relevan dengan kehidupan di zaman sekarang ini secara khusus sumbangsihnya dalam ajaran kekristenan. Jika dalam skripsi ini, penulis melakukan sebuah tinjauan teologis terhadap sebuah aliran filsafat (eksistensialisme) maka itu berarti bahwa melalui filsafat penulis dapat membangun kerangka berteologi secara lebih baik. 4. Metode Penulisan Penulis menggunakan metode deskripstif-analisis dimana terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan tema-tema utama Sartre tentang kebebasan lalu menganalisanya dalam rangka mencari sumbangsih yang bisa menjadi dasar dalam relasi antar manusia. 5. Batasan Permasalahan Dalam skripsi ini, penulis hanya membahas tentang relasi antar manusia menurut Jean Paul Sartre. Penulis akan melihat tulisan beberapa tokoh yang berbicara tentang pemikiran Sartre sebagai bahan referensi. 6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab II: Riwayat Hidup dan Garis Besar Pemikiran Sartre A. Riwayat Hidup Jean Paul Sartre (Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai perjalanan hidup Sartre yang mana di dalamnya ada banyak hal yang mempengaruhi atau membentuk pemikiran Sartre pada akhirnya seperti; lingkungan keluarga, suasana politik maupun negara dan sebagainya). 6
7 B. Karya-Karyanya (Pada bagian ini akan diuraikan karya-karya Sartre yang tidak hanya dalam bidang filsafat saja tetapi juga dalam bidang lainnya) C. Garis Besar Pemikirannya (Menguraikan garis besar pemikiran Sartre yang juga terkait dengan beberapa tokoh-tokoh yang mempengaruhi) D. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi (Jauh sebelum kemunculan Sartre ada beberapa filsuf eksistensialis lain yang mempunyai pengaruh bagi Sartre. Oleh karena itu dalam bagian ini akan dibahas secara singkat bagaimana pengaruh para filsuf tersebut bagi Sartre) Bab III : Relasi Antar Manusia ( Dalam bagian ini akan dibahas mengenai pemikiran Jean Paul Sartre tentang relasi antar manusia. Seringkali secara terburu-terburu muncul penyalahan terhadap Sartre yang menyatakan bahwa konflik merupakan esensi dari setiap relasi. Namun menurut penulis tidaklah demikian karena tentunya ada alasan serta pemikiran dari Sartre yang melatarbelakangi kesimpulan itu dan pemikiran itu juga tetap mempunyai relevansi bagi kita di zaman sekarang ini. Oleh karena itu pemikiran-pemikiran itu jugalah yang akan dibahas dalam bagian ini). Bab IV: Tinjauan Teologis (Dalam bagian ini pemikiran Sartre tentang relasi antar manusia akan dianalisa dan ditinjau berdasarkan paham-paham teologis). Bab V: Kesimpulan (Dalam bagian ini akan disebutkan mana kiranya pemikiran Sartre tentang relasi antar manusia yang masih relevan dan fungsional dalam kehidupan kita sekarang ). 7
BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung
Lebih terperinci2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia secara kodrati memiliki dua dimensi yaitu dimensi personal dan sosial. Dimensi personal pada manusia menyatakan sisi rohani atau kualitas dalam diri. Sebagai
Lebih terperinciEKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:
EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia melibatkan serta membutuhkan orang lain dalam kegiatan apapun. Relasi dengan orang lain di
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH
Pendahuluan ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH Konflik etnik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah (Kalteng) terjadi pada Febuari 2001. Akhir dari konflik ini lebih merupakan
Lebih terperinciAreté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1
199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan
344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN
BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN A. Tindak Pidana Penganiayaan Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kelam kehidupan manusia pernah dialami di dunia barat hingga mendapat sebuatan dark age 1. Kebebasan di dunia barat pernah mendapat belenggu yang teramat
Lebih terperinciLEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, agama, serta aliran kepercayaan menempatkan Indonesia sebagai negara besar di dunia dengan
Lebih terperinciPeristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidup kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan emosional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal
BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1.
1 Bab I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Kerusakan hutan di Indonesia saat ini dalam tahap yang sangat memprihatinkan. Longgena Ginting eksekutif nasional WALHI menyebutkan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti
231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang
209 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang memuat nilai luhur bangsa diringkas Soekarno ke dalam nilai gotong-royong. Fakta bahwa masyarakat Indonesia
Lebih terperinciUKDW. Bab I PENDAHULUAN
Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah satu patokan untuk pengambilan keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan dalam hidupnya.
Lebih terperinciKOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P.
KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO Oleh : Any Rizky Setya P. Latar Belakang Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang
Lebih terperinciWAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA
WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA Pada 11 September 2001, saya melihat wajah Islam yang sebenarnya. Saya melihat kegembiraan di wajah bangsa kami karena ada begitu banyak orang kafir yang dibantai dengan mudahnya...saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciKENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA
KENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA Judul Esai Generasi Muda Butuh Hipnoterapi Untuk Mengatasi Kenakalan Dan Degradasi Moral Remaja Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi LOMBA ESAI NASIONAL PENDIDIKAN NONFORMAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai anggota masyarakat, individu harus mematuhi norma-norma yang berlaku, agar tercapai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan cerita pendek Le
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan cerita pendek Le dernier Amour du Prince Genghi karya marguerite Yourcenar, maka dapat disimpulkan mengenai tiga masalah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,
BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta
Lebih terperinciMasyarakat Bersikap Masih Seperti 1965
Wawancara Khusus Agus Widjojo: Masyarakat Bersikap Masih Seperti 1965 Prima Gumilang & Suriyanto, CNN Indonesia Sabtu, 01/10/2016 20:55 WIB http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161001191440-75-162627/agus-widjojo-masyarakat-bersikap-masih-seperti-1965/
Lebih terperinciKONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)
KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Halmahera Utara adalah pulau terbesar yang terdapat di Maluku Utara. Penduduk Halmahera Utara terdiri dari beberapa suku: suku Kao, suku Pagu, suku Modole, Boeng, Towiloko,
Lebih terperinciMoral Akhir Hidup Manusia
Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
Lebih terperinciI. A. PERMASALAHAN I. A.
BAB I PENDAHULUAN I. A. PERMASALAHAN I. A. 1. Latar Belakang Masalah Dalam bukunya yang berjudul Menyingkap Seksualitas, Anton Konseng menceritakan satu pengalamannya yang menarik terkait dengan seksualitas.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena memprihatinkan yang terjadi pada bangsa ini adalah meningkatnya angka kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Komnas Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Emily Pia & Thomas Diez, Conflict and Human Rights: A Theoretical Framework, SHUR Working Paper Series, 1/07, 2007, h. 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Penulis mengarahkan fokus kepada fenomena yang selalu terjadi di sepanjang kehidupan manusia; konflik. Konflik pada umumnya kita pahami sebagai hasil
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA
TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA KELAS X SMA (Studi Kasus SMA Negeri 1 Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014)
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA KELAS X SMA (Studi Kasus SMA Negeri 1 Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi yang aman dan kondusif merupakan salah satu syarat guna mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Karena proses penyelenggaraan pemerintahan akan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2
PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.
Lebih terperinciBAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP
40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Masalah Kehidupan saat ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan yang saling berelasi satu dengan yang lain dan selalu berpengaruh bagi setiap aspek kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciKERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN
KLIPING AGAMA KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN KELOMPOK 2 : o PUTRO DEN ARDANTO / 07 o RICKY JITRO SIMATUPANG / 08 o STANISLAUS KRIS BANGKIT TRI PUTRA / 09 o DAME DISNA SITUMORANG
Lebih terperinciMAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA
MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA Sebuah Perspektif Antropologi Kebudayaan OLEH: NELES TEBAY (Koordinator Jaringan Damai Papua - JDP) Seminar Akhir Tahun INTEGRASI SOSIAL EKONOMI, SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Salah satu diantara makhluk-nya memiliki struktur susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI
Modul ke: 13 Pendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI Fakultas Teknik Alimudin, S.Pdi, M.Si Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Toleransi beragama adalah sikap sabar dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa berdasarkan analisis yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Komariah, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembelajaran bahasa indonesia hanya berpusat pada empat keterampilan saja yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Yang membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang multikultural, multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan
BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya Orang Madura juga dikenal sebagai suku yang senang hidup berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya
Lebih terperinciBab Tiga Belas Kesimpulan
Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinci