BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV PEMBAHASAN. jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini:

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Prosedur Pemesanan dan

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh

B A B IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya.

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis perusahaan itu sendiri. Persediaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O

Bab 1. Pendahuluan. Persediaan bahan baku dalam perusahaan industri memegang peranan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Inventory atau persediaan merupakan aset yang sangat penting dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dalam mengelola persediaan barang dinilai sudah cukup efektif dan efisien. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1 PROSEDUR AKTIVITAS PERSEDIAAN BARANG MASUK. PT. SUMBER REJEKI Jalan Gembong Sekolahan No.14 Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah supermarket atau perusahaan retail. distributor maupun perusahaan manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

Instruksi Kerja PURCHASING PT GITA MANDIRI TEHNIK. No. Langkah Kerja Ilustrasi Dokumen Terkait

PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Lampiran 1.2 KUESIONER ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS FUNGSI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TABULASI. Pertanyaan TOTAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. IV.1 Perencanaan dan Tujuan Kegiatan Audit Operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN

Hasil Jawaban Kuesioner Pengendalian Internal Penjualan

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan :

BAB 1. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. persediaan, jumlah persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan stock out

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Transkripsi:

BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari pemasok yang masih berada dalam satu group perusahaan. Komoditi yang diperdagangkan atau yang menjadi persediaan dari perusahaan adalah AMDK, minuman dengan berbagai rasa dan teh, baik dalam bentuk teh celup maupun teh bubuk. Pelaksanaan audit operasional pada PT. Kurnia Tirta Sembada dimulai dari tahap survey pendahuluan. Hal ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi, data serta gambaran mengenai perusahaan yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi perhatian dalam objek penelitian adalah kegiatan pembelian dan pengelolaan persediaan pada PT. Kurnia Tirta Sembada. Ruang lingkup audit operasional atas kegiatan pembelian dan pengelolaan persediaan pada PT. Kurnia Tirta Sembada dibatasi atas bagaimana Pengendalian Internal atas pengelolaan persediaan, bagaimana pengelolaan persediaan dibatasi pada prosedur dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan agar tercapai tujuan perusahaan yang efektifitas, efisien dan ekonomis. Tujuan dari kegiatan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dimaksudkan untuk: 55

1. Mengetahui situasi dan kondisi perusahaan yang akan diperiksa, cara kerja dari fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pemeriksaan operasional. Sehingga penulis dapat mengenal lebih jauh tentang kegiatan perusahaan. 2. Meminta informasi mengenai prosedur dan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan pembelian dan pengelolaan persediaan. 3. Mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Adapun prosedur survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pembicaraan dengan pemilik perusahaan dan beberapa karyawan dari berbagai tingkat organisasi yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dengan jelas kegiatan perusahaan. Pada pertemuan ini juga dijelaskan mengenai tujuan dan sasaran dalam pemeriksaan yang akan dilakukan oleh penulis. 2. Mengumpulkan data dan informasi keuangan mengenai: a. Sejarah perusahaan b. Produk yang diproduksi dan diperdagangkan c. Struktur organisasi dan uraian tugas setiap bagian dalam perusahaan. d. Kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan. 3. Melakukan wawancara dengan bagian pembelian, bagian gudang serta bagian penjualan untuk mengetahui kebijakan maupun prosedur yang diterapkan. 4. Mengamati secara langsung kegiatan kerja para karyawan yang terkait. 56

5. Mengamati tata cara penyimpanan dan tata letak persediaan PT. Kurnia Tirta Sembada. 6. Mempelajari prosedur kegiatan pemesanan pembelian, penerimaan bahan baku serta penyimpanan dan pengeluaran persediaan. 7. Memberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang berkaitan dengan pemesanan, penerimaan, penyimpanan, tata letak, pendistribusian dan pengawasan fisik persediaan kepada karyawan bagian pembelian dan persediaan. 8. Mengevaluasi hasil wawancara, kuesioner dan pengamatan yang dilakukan. 9. Membuat rangkuman atas temuan-temuan penting yang diperoleh. I.2 Evaluasi Pengendalian Intern atas Kegiatan Pembelian dan Pengelolaan Persediaan Dalam melakukan penilaian terhadap Pengendalian Internal atas kegiatan pengelolaan persediaan pada PT. Kurnia Tirta Sembada, penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil wawancara, pengamatan dan kuesioner. Kuisioner yang diberikan merupakan indikasi bahwa perusahaan sudah berjalan dengan baik atau belum. Kuisioner yang diberikan kepada tiga bagian yang terkait tujuannya adalah membuktikan bahwa perusahaan dalam melakukan pengelolaan persediaan sudah berjalan dengan baik. Ketiga fungsi tersebut antara lain adalah bagian pembeilan untuk mngetahui apakah dalam memenuhi kebutuhan dalam gudang tidak terjadi penyimpangan; bagian gudang untuk mengetahui kebenaran bagian pembelian Berikut adalah ringkasan ICQ (Internal Control Quistionaire) yang diberikan kepada masing-masing fungsi yang terkait: 57

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRE Internal Control Questionnaire Bagian Pembelian No. Pertanyaan Ada Tidak Tidak Tentu 1 Apakah ada ROP (Re-order Point) dari perusahaan? 2 Apakah ada SOP (Standar Operating Procedures) pembelian? 3 Apakah ada kebijakan perusahaan dalam pembelian? 4 Apakah ada pembagian tugas yang jelas untuk bagian pembelian? 5 Apakah ada penaggung jawab atas pembelian yang terjadi selama periode tertentu? 6 Apakah PO (Purchase Order) dikirimkan kepada bagian gudang? 7 Apakah sebelum dipersiapkan Purchase Order disyaratkan harus ada Surat Permintaan Barang? 8 Apakah ada anggaran pembelian yang dianggarkan oleh perusahaan? 9 Apakah pemasok mengirimkan barang yang dipesan tepat pada waktu yang telah ditentukan? 10 Apakah bagian pembelian pernah membeli barang di luar dari yang merek 2Tang? Tabel I.1 ICQ Pembelian 58

Internal Control Questionnaire Bagian Gudang No. Pertanyaan Ada Tidak Tidak T Tentu 1 Apakah ada ROP (Re-order Point) dari perusahaan? 2 Apakah ada SOP (Standar Operating Procedures) bagian gudang untuk melakukan pemesanan kembali? 3 Apakah ada kebijakan perusahaan untuk stock dalam gudang? 4 Apakah ada pembagian tugas yang jelas untuk bagian gudang? 5 Apakah ada penaggung jawab atas stok yang ada dalam gudang dan kesesuaiannya dengan catatan yang ada? 6 Apakah bagian gudang menerima PO (Purchase Order) dari bagian pembelian? 7 Apakah Surat Permintaan Barang selalu sesuai dengan jumlah yang terdapat dalam Purchase order? 8 Apakah ada anggaran perawatan gudang yang dianggarkan oleh perusahaan? 9 Apakah pemasok mengirimkan barang yang dipesan tepat pada waktu yang telah ditentukan? 10 Apakah bagian gudang pernah menyimpan barang di luar dari yang merek 2Tang? Tabel I.2. ICQ Bagian Gudang 59

Berdasarkan dari hasil analisa dan evaluasi yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa PT. Kurnia Tirta Sembada sebenarnya sudah memiliki sistem dan prosedur yang cukup baik. Namun perusahaan masih perlu melakukan pembenahan atas kelemahan-kelemahan yang terjadi terkait dengan pengelolaan persediaan. Dan kelemahan yang menjadi temuan penulis akan menjadi saran dan rekomendasi penulis kepada pihak manajemen perusahaan untuk melakukan perbaikan. Adapun kebaikan-kebaikan yang dapat diungkapkan oleh penulis dalam kegiatan pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: 1. Struktur Organisasi perusahaan sudah tergambar dengan jelas dan dengan pembagian tugasnya 2. Bagian pencatatan baik atas penjualan dan pembelian sudah terpisah. 3. Perusahaan tidak pernah menyediakan persediaan selain yang berasal dari 2 Tang group. 4. Adanya pengarsipan dokumen berdasarkan tanggal terjadinya pencatatan untuk setiap barang yang keluar maupun masuk. 5. Perusahaan sudah melakukan stock opname pada setiap periode tertentu. 6. Bagian gudang sudah melakukan klasifikasi atas setiap barang yang siap untuk di jual menurut jenisnya dan ukurannya. 7. Keamanan gudang terjamin karena adanya pengawasan oleh pihak yang terkait pada waktu jam kerja dan gudang dikunci pada saat waktu kerja telah usai. 8. Gudang sudah memiliki alat penanggulangan bencana sementara seperti pemadam api ringan jika terjadi kebakaran dalam skala kecil. 60

9. Perusahaan sudah mencadangkan dana jika terjadi hal-hal yang tidak diingikan oleh gudang seperti halnya kebakaran atau kejadian tidak terduga (force majeur). 10. Pencatatan akuntansi sudah dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK. Selain kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh perusahaan, adapun kelemahankelemahan yang terjadi dalam perusahaan yang perlu dilakukannya pembenahan atas kelemahan tersebut. Berikut adalah kelemahan-kelemahan yang terjadi: 1. Tidak adanya Prosedur Operasional Standar yang tertulis sebagai manual Perusahaan sudah memiliki standar dalam operasional tetapi untuk manual yang tertulis belum dibukukan. Dan manual operation yang ada terjadi secara turun menurun. Tetapi tidak dibukukan atau dicatat sebagai pedoman dalam operasional perusahaan. Seharusnya perusahaan memiliki manual operation tertulis sebagai alat pengendali internal jika terjadi kesalahan dalam operasional. Dan menjadi salah satu pengendali atas ukuran kinerja manajemen perusahaan. Pada awal beroperasinya perusahaan tidak memerlukan manual tertulis karena perusahaan masih tergolong perusahaan kecil dan perusahaan sederhana yang tidak memerlukan manual yang tertulis secara baku. Dan aliran dokumen serta operasional perusahaan dapat dilakukan secara sederhana tanpa memerlukan dasar yang tertulis atau yang lebih di kenal dengan prosedur operasional standar. 61

Pada saat terjadinya kesalahan dalam operasional tidak ada alat pengendali untuk mengetahui kesalahan yang terjadi. Karena tidak adanya manual yang tertulis yang dapat dijadikan sebagai ukuran dalam penilaian atas kinerja dan menjadi pembatas atau batasan-batasan yang penting dalam operasional perusahaan. Berdasarkan kejadian yang sudah berulang namun belum menjadi sesuatu yang baku, maka penulis merekomendasikan untuk perusahaan menetapkan prosedur operasi standar secara tertulis dan menjadi baku agar dapat menjadi alat pengendali internal perusahaan jika terjadi salah prosedur atau lainnya. 2. Tidak adanya Re-Order Point (ROP) Perusahaan tidak menetapkan titik pesanan minimum dalam gudang karena perusahaan merupakan perusahaan distribusi tunggal dari 2 Tang group baik berupa AMDK maupun Teh celup atau bubuk. Karena perusahaan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi atau penjualan. Alasan yang dikemukakan adalah akan menambah biaya pada saat dilakukannya perhitungan atas ROP. Perusahaan harus menetapkan titik pesanan minimum dalam untuk menjaga agar gudang tidak mengalami kelebihan muat atau over load. Dan terkait dengan kapasitas gudang untuk menampung persediaan barang jadi dan siap untuk di jual. Dan waktu yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan pelanggan akan lebih singkat apabila perusahaan memiliki jumlah persediaan minimum untuk dilakukannya pemesanan kembali. Perusahaan tidak menetapkan sistem ini karena perusahaan merupakan distributor tunggal dan penjualan yang terjadi tidak menentu. Sesuai dengan 62

permintaan pasar yang tidak menentu pula seperti pada saat tertentu pernmintaan meningkat dan pada sesaat kemudian permintaan menurun secara drastis. Dan lebih mengarah kepada permintaan masyarakat. Adanya penumpukan salah satu item persediaan dengan merek dan jenis persediaan tertentu dan dalam jumlah yang besar yang disimpan dalam gudang dan mengakibatkan persediaan menjadi tidak produktif. Dan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar ntuk menampung persediaan yang sudah tidak produktif. Perusahaan seharusnya menetapkan titik pesanan minimun dalam gudang dengan tujuan agar mutu produk terjamin dan ketersediaan dalam gudang juga terjamin serta menghindari stock out. Karena pada saat stock out akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Meskipun memerlukan biaya tambahan dalam melakukan perhitungan atas ROP ini. 3. Tidak adanya Economic Order Quantity (EOQ) Perusahaan tidak menerapkan titik pesanan optimum atas persediaan karena pada mulanya saat beroperasi gudang perusahaan besar sehingga tidak memerlukan jumlah pesanan optimum. Dan dalam gudang memiliki banyak tempat kosong untuk dilakukannya penyimpanan atas persediaan. Perusahaan seharusnya menetapkan jumlah pesanan optimum untuk setiap barang jadi yang menjadi persediaan bagi perusahaan. Karena dengan adanya jumlah pesanan yang optimum akan memghemat perusahaan dalam hal pengeluaran biaya baik untuk biaya pengiriman dan penyimpanan yang dilakukan oleh perusahaan melalui bagian gudang. 63

Perusahaan pada mulanya memiliki kondisi gudang yang cukup besar, sehingga untuk memenuhi gudang tidak memerlukan jumlah pesanan yang ekonomis. Dan penjualan yang terjadi tidak stabil selama beberapa periode yang menyebabkan perusahaan tidak perlu melakukan pemesanan yang optimum. Perusahaan membutuhkan tambahan biaya untuk penyimpanan atas persediaan dan banyaknya penumpukan persediaan karena belum laku terjual tetapi gudang sudah terisi kembali oleh produk baru dan menyebabkan persediaan menjadi tidak produktif. Perusahaan sebaiknya menetapkan jumlah pesanan optimum dengan batasan toleransi tertentu yang merupakan kebijakan manajemen sehingga perusahaan tidak membutuhkan biaya penyimpanan tambahan dan perusahaan tidak akan mengalami stock out. Karena pada saat stock out, perusahaan akan membutuhkan biaya yang lebih untuk melakukan pemesanan. 4. Tata letak persediaan dalam gudang Kondisi tata letak persediaan dalam gudang yang tidak beraturn akan mempengaruhi akan mutu barang yang menjadi persediaan yang siap untuk di jual. Perusahaan tidak melakukan tata letak dengan baik seperti pada contohnya ketika mengalami kekurangan tempat karena jumlah barang yang masuk dalam gudang banyak sehingga bagian gudang melakukan penumpukan atas persediaan yang satu dengan yang lainnya dan lupa untuk dikembalikan ke tempat asalnya ketika barang yang sejenis sudah berkurang dan dapat dipindahkan. 64

Perusahaan seharusnya melakukan tata letak agar persediaan tersusun dengan rapih dan mempermudah mengetahui jika terjadi kecurangan oleh bagian gudang terutama pada saat dilakukannya stock opname. Selain tertata dengan rapih, tata letak persediaan dalam gudang juga berguna pada saat terjadinga pengeluaran barang dalam gudang. Pengeluaran barang dalam gudang tetap menggunakan sistem FIFO karena pada saat menggunakan sistem FIFO mengindikasikan untuk setiap barang yang masuk pertama akan keluar pertama dan mutu barang atau persediaan akan tetap terjaga. Perusahaan tidak menetapkan ROP dan EOQ, dan kondisi serta kapasitas gudang yang dapat menampung cukup banyak persediaan. Dan banyaknya pengembangan produk baru yang menyebabkan tata letak persediaan dalam gudang sulit untuk dilakukan. Terjadi penumpukan barang dalam gudang dan sering terjadi kekeliruan dalam hal pencatatan jumlah barang dalam periode tertentu terutama pada saat dilakukannya stock opname untk mengetahui kebenaran pencatatan yang dilakukan oleh bagian gudang. Perusahaan disarankan untuk melakukan perbaikan atas tata letak barang dalam gudang agar lebih jelas batasannya sehingga adanya penklasifikasian barang menurut jenis dan ukurannya. Dan memperkecil terjadinya kesalahan pencatatan ketika dilakukannya perhitungan atas persediaan pada masa tertentu. 5. Perlakuan atas persediaan yang tidak laku terjual Sebagai akibat dari tidak adanya ROP dan EOQ, maka banyaknya persediaan yang tidak terjual dalam suatu periode tertentu. Dan persediaan 65

yang tidak laku terjual menjadi beban bagi perusahaan untuk dlilakukannya penyimpanan dalam gudang. Dan kurangnya pengawasan dalam gudang sehingga banyak persediaan yang tidak laku terjual dalam periode tertentu menumpuk dalam gudang dan menjadi biaya bagi perusahaan. Ada perlakuan khusus sesuai dengan kebijakan manajemen untuk persediaan yang tidak laku terjual dalam periode tertentu dan masih tersimpan dalam gudang. Baik untuk disumbangkan atau di jual sebagian dengan harapan perusahan tidak mengalami kerugian yang besar akibat adanya persediaan yang tidak laku terjual dalam waktu tertentu. Perusahaan tidak menerapkan ROP dan EOQ serta lemahnya pengawasan dalam gudang yang menyebabkan persediaan yang tidak laku terjual dalam periode tertentu menjadi banyak jumlahnya. Dan munculnya berbagai produk baru atau produk lama dengan kemasan yang baru. Sehingga konsumen hanya mau dengan kemasan yang baru saja, dan persediaan dengan kemasan lam tidak laku terjual. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan penyimpanan menjadi besar. Dan tempat yang dibutuhkan dalam gudang untuk melakukan penyimpanan menjadi tidak efektif. Perusahaan disarankan untuk mengatur tata letak kembali dan menetapkan ROP dan EOQ sehingga persediaan dalam gudang tetap terjaga. Untuk mengatasi persediaan yang tidak laku terjual adalah dengan menyumbangkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan seperti ketika terjadinya bencana dan membutuhkan air minum, perusahaan dapat memberikan sumbangan kepada para korban bencana. 66

6. Kelemahan dalam Pengendalian Internal Banyaknya kelemahan yang terjadi seperti tidak adanya pengawasan atas persediaan dan pencatatan atas persediaan yang mudah untuk dikelabui terutama pada saat tata letak barang dalam gudang tidak teratur mencerminkan bahwa pengendalian internal perusahaan memiliki kelemahan. Jumlah barang yang ada dalam gudang tidak sesuai dengan pencatatan yang dimiliki oleh bagian akuntansi perusahaan. Pencatatan yang tidak sesuai karena adanya kelemahan yang terjadi atas peraturan yang berlaku. Karena lemahnya pengendalian internal yang dilakukan oleh perusahaan menyebabkan mudah untuk melakukan kecurangan-kecurangan oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab.kecurangan yang terjadi antara lain adalah pencurian atas persediaan baik secara kecil-kecilan maupun besarbesaran. Perusahaan sering mengalami ketidakcocokan dalam hal pencatatan antara pencatatan secara fisik maupun secara akuntansi yang terjadi dalam perusahaan. Ketidakcocokan ini juga sebagai akibat dari lemahnya peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan seperti tidak adanya tindakan tegas dari perusahan untuk pihak yang melakukan kecurangan berupa pencurian baik secara kecil-kecilan maupun secara besar-besaran. Perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian internal atas pengelolaan persediaan yang terjadi baik secara berkala maupun secara rutin untuk mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Dan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang melanggar peraturan tanpa ada toleransi. 67

7. Kelemahan dalam melakukan pengawasan pengelolaan persediaan Perusahaan tidak melakukan pengawasan atas persediaan sehingga menyebabkan banyaknya persediaan yang idle. Disamping itu perusahaan juga tidak menetapkan EOQ dan ROP sehingga pengawasan atas persediaan tidak berjalan. Perusahaan seharusnya menetapkan ROP dan EOQ dengan tujuan melakukan pengawasan atas pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan. Penjualan yang terjadi tidak menentu sehingga perusahaan tidak menetapkan ROP dan EOQ. Karena menurut perusahaan dengan melakukan perhitungan atas ROP dan EOQ, maka membutuhkan biaya tambahan bagi perusahan. Lemahnya pengawasaan atas pengelolaan persediaan mengakibatkan jumlah barang yang ada dalam gudang menumpuk dan biaya yang dibutuhkan baik untuk penyimpanan atau pemesanan kembali menjadi besar. Perusahaan sebaiknya melakukan penetapan EOQ dan ROP sebagai sarana untuk mengendalikan persediaan dalam gudang. Dan menjaga agar barang dalam gudang tetap menjadi barang yang efektif dan persediaan yang ada dalam gudang tetap menjadi persediaan yang produktif. I.3 Prosedur Audit Untuk Tahap Audit Rinci Karena keterbatasan penulis yang tidak mungkin untuk melakukan tahap audit rinci, maka berikut penulis tampilkan prosedur audit untuk tahap audit rinci. 68

I.3.1 Pemeriksaan atas Kegiatan Pembelian Tujuan dilakukannya pemeriksaan atas kegiatan pembelian adalah untuk menilai efisiensi, efektif, ekonomis dari kegiatan pembelian bahan baku. Prosedur audit: 1. Wawancara dengan bagian pembelian untuk mengetahui prosedur pembelian. 2. Periksa apakah hanya bagian pembelian yang melakukan kegiatan pembelian. 3. Analisa apakah perusahaan memiliki kebijakan mengenai reorder point atau safety stock. 4. Apakah ada otorisasi dari pihak yang berwenang untuk menyetujui proses pembelian. 5. Observasi atas pelaksanaan kegiatan pembelian. 6. Evaluasi apakah terdapat kelemahan dalam kegiatan pembelian. 7. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 8. Buat simpulan audit. I.3.2 Pemeriksaan atas Penyimpanan Persediaan Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penyimpanan persediaan baik berupa bahan baku ataupun barang dalam proses dan barang jadi milik perusahaan sudah dilakukan dengan efektif dan efisien. Prosedur audit: 1. Mendatangi gudang secara langsung untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan proses penyimpanan persediaan dilaksanakan. 2. Wawancara dengan petugas gudang mengenai bagaimana proses penyimpanan persediaan yang biasa digunakan oleh perusahaan. 69

3. Evaluasi hasil wawancara apakah terdapat kelemahan dalam proses penyimpanan persediaan milik perusahaan tersebut. 4. Pilih secara acak apakah persediaan dipisahkan letaknya sesuai dengan kriterianya masing-masing. 5. Pilih secara acak apakah persediaan diberi label pada masing-masing fisiknya untuk memudahkan kegiatan pengidentifikasian. 6. Teliti apakah gudang selalu mencatat perubahan yang terjadi atas persediaan perusahaan. 7. Diskusikan temuan audit dan buat hasil audit. 8. Buat simpulan audit. I.3.3 Pemeriksaan atas Pencatatan Persediaan Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui metode pencatatan dan penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan apakah telah mendukung terciptanya kondisi yang efektif dan efisien serta untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Prosedur audit: 1. Wawancara dengan bagian akuntansi untuk mengetahui metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. 2. Evaluasi metode pencatatan dan penilaian persediaan milik perusahaan tersebut. 3. Lakukan pemeriksaan fisik secara acak untuk memastikan bahwa nilai yang tertera dalam buku besar sama dengan keadaan fisiknya. 4. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 70

5. Buat simpulan audit. I.3.4 Pemeriksaan atas Penghitungan Fisik Persediaan Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan perusahaan sudah dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Prosedur audit: 1. Wawancara dengan pihak yang melaksanakan pemeriksaan persediaan untuk mengetahui mekanisme yang diterapkan oleh perusahaan dalam penghitungan persediaan. 2. Wawancara dengan bagian gudang untuk memastikan apakah pemeriksaan persediaan yang dilakukan dapat diselesaikan dalam satu hari. 3. Evaluasi mekanisme yang digunakan oleh perusahaan dalam penghitungan fisik persediaan serta mencari kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat dalam mekanisme tersebut. 4. Melakukan rekonsiliasi antara perhitungan fisik persediaan dengan jumlah yang tertera dalam kartu gudang. 5. Melakukan analisa terhadap selisih kuantitas persediaan yang cukup signifikan. 6. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 7. Buat simpulan audit. 71