BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

Analisis Waiting Time dalam Proses Perakitan MV Switchgear dengan Lean Production

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

PENENTUAN KEBIJAKAN PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

Analisis Proses Produksi Berdasarkan Lean Manufacture Dengan Pendekatan Valsat Pada PT.XX

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

ANALISA WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN THINKING

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK

BAB 1 PENDAHULUAN. harulah memiliki keunggulan kompetitif yang dapat di capai dengan

PADA SISTEM PRODUKSI KECAP LOMBOK MERAH KEMASAN BOTOL KACA DENGAN PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016).

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

BAB II LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

ANALISIS PROSES PRODUKSI MODULE CONDENSOR MENGGUNAKAN METODE LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN SIMULASI DI PT. XYZ

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM

Implementasi Value Stream Mapping Untuk Identifikasi Pemborosan Unit Pengantongan Semen ( Studi Kasus di PT. Semen Padang )

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

Oleh : Anindya Gita Puspita ( ) Pembimbing: Drs. Haryono, M.SE

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

APLIKASI PEMETAAN ALIRAN NILAI DI INDUSTRI KEMASAN SEMEN

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

PEMETAAN PEMBOROSAN DALAM PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING TOOLS

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

Analisa Waste Waiting pada Pembuatan Produk Full Hard dengan Menggunakan Process Activity Mapping pada Plant Cold Rolling Mill

PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA.

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Thinking Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya konsep efisiensi akan selalu menjadi suatu target yang ingin dicapai oleh perusahaan. Konsep Lean Thinking ini diprakarsai oleh sistem produksi Toyota di Jepang. Lean dirintis di Jepang oleh Taichi Ohno dan Sensei Shigeo Shingo dimana implementasi dari konsep ini didasarkan pada 5 prinsip utama (Hines & Taylor, 2000) yaitu : 1. Specify value Menentukan apa yang dapat memberikan nilai dari suatu produk atau pelayanan dilihat dari sudut pandang konsumen bukan dari sudut pandang perusahaan. 2. Identify whole value stream Mengidentifikasikan tahapan-tahapan yang diperlukan, mulai dari proses desain, pemesanan, dan pembuatan produk berdasarkan keseluruhan value stream untuk menemukan pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah (non value adding waste). 3. Flow Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa adanya gangguan, proses rework, aliran balik, aktivitas menunggu (waiting) ataupun sisa produksi. 4. Pulled Hanya membuat apa yang diinginkan oleh konsumen. 7

8 5. Perfection Berusaha mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan waste (pemborosan) secara bertahap dan berkelanjutan. Dasar pemikiran dari Lean Thinking adalah berusaha meniadakan waste (pemborosan) baik dalam tubuh perusahaan atau antar perusahaan. Dasar pemikiran ini merupakan hal mendasar untuk mewujudkan sebuah value stream yang ramping atau lean.. Untuk dapat mengaplikasikan konsep lean didalam perusahaan diperlukan pemahaman akan kebutuhan konsumen dan apa yang dipentingkan oleh konsumen. Dari penggambaran Value Stream dari perusahaan akan diketahui aktivitas-aktivitas yang tidak berguna yang bisa dieliminir, sehingga nantinya konsumen tidak perlu membayar suatu aktivitas yang tidak memberikan manfaat dalam proses produksi. Sistem produksi Lean dikatakan ramping karena sistem ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan Mass Production, menggunakan setengah kebutuhan sumber daya manusia, setengah space manufacturing, setengah kebutuhan investasi atas peralatan, serta menghemat waktu pengembangan produk sehingga menekan jumlah defect dan sebaliknya mampu menghasilkan variasi dan pertumbuhan produk yang semakin meningkat (Taylor dan Brunt,2001). Pada tabel 2 dapat dilihat perbedaan model sistem produksi antara craft, mass, dan lean production. Lean production merupakan pengembangan dari dua sistem yang lain yaitu mass production dan craft production, dimana sistem ini membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan tinggi serta peralatan yang fleksibel sehingga mampu meminimasi kebutuhan sumber daya dibandingkan dengan mass production. Tujuan akhirnya akhirnya adalah meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap customer dan meminimasi biaya supply chain.

9 Tabel 2.1, Model sistem produksi Kriteria Craft Mass Lean Tenaga Kerja Organisasi Tool Mempunyai keahlian tinggi dalam desain dan mengoperasikan mesin. Terdesentralisasi namun terkonsentrasi pada satu kota Koordinasi oleh owner dan enterpreneur General purpose machine Interchangeable worker (adanya pembagian tenaga kerja ). Vertical integration Central organisation design, rekayasa,dan pada satu lokasi Dedicated machine Flexible teamwork, tanggung jawab melaksanakan improvement oleh seluruh organisasi. Adanya network antara supplier dengan kemampuan desain dan rekayasa Adanya improvement sepanjang supply chain General purpose machine Produk Volume produksi rendah, tidak ada produk sama Volume produksi tinggi, life cycle produk panjang Life cycle produk yang lebih singkat

10 2.2. Understanding Waste Menghilangkan waste merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan keuntungan dalam proses manufaktur dan distribusi bisnis. Pada saat melakukan eliminasi terhadap waste, sangatlah penting untuk mengetahui apakah waste itu dan dimana ia berada, apakah di pabrik atau di gudang. Umumnya produk yang dihasilkan berbeda pada masing-masing pabrik, tetapi jenis-jenis waste yang ditemukan dilingkungan manufaktur hampir sama. Ada 7 macam waste yang didefinisikan menurut Shigeo Shingo (Hines & Taylor, 2000) yaitu : 1. Overproduction Waste dari overproduction adalah salah satu jenis waste yang paling sering ditemui dalam proses manufaktur. Hal ini terjadi akibat memproduksi produk yang melebihi permintaan pasar. Pada saat pasar ramai, hal ini mungkin tidak terlalu menyolok. Tetapi pada saat permintaan sedang sepi, overproduction menimbulkan masalah serius 2. Waiting Penggunaan waktu yang tidak efisien. Dapat berupa ketidakaktifan dari pekerja, informasi, material atau produk dalam periode waktu yang cukup panjang sehingga menyebakan aliran yang terganggu dan memperpanjang lead time produksi, contohnya seperti tenaga kerja yang menganggur yang sudah selesai mengerjakan tugasnya, atau pegawai yang menghabiskan waktu menunggu material yang terlambat datang. 3. Transportation Biasanya terjadi karena pergerakan yang berlebihan dari orang, informasi atau produk atau material sehingga menyebabkan pemborosan waktu, usaha dan biaya. Waste yang ditimbulkan oleh transportasi sangat berkaitan dengan layout lantai produksi dan fasilitas

11 penyimpanan, yang dapat menyebabkan jarak tempuh yang jauh pada saat transportasi dan perpindahan material. 4. Inappropriate Processing Waste yang disebabkan oleh proses produksi yang tidak tepat karena prosedur yang salah, penggunaan peralatan atau mesin yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dalam suatu operasi kerja. 5. Unnecessary Inventory Persediaan yang tidak perlu terjadi, dikarenakan penyimpanan barang yang berlebih serta delay informasi produk atau material yang menyebabkan peningkatan biaya dan penurunan pelayanan terhadap customer. 6. Unnecessary Motion Dapat didefinisikan sebagai segala yang berkaitan dengan penggunaan waktu yang tidak memberikan nilai tambah untuk produk maupun proses. Waste jenis ini biasanya sering diakibatkan karena rancangan peralatan yang kurang ergonomis sehingga memaksa operator untuk melakukan gerakan-gerakan yang sebenarnya berlebihan, sehingga dapat menyebabkan rendahnya produktivitas pekerja dan berakibat pada terganggunya lead time produksi serta aliran informasi. 7. Defects Waste akibat defects tidak hanya bahwa terdapat barang yang menurut quality control rusak sebelum dilakukan pengiriman, tetapi defect juga menyebabkan waste jenis yang lain dari keseluruhan proses manufaktur. Defect tidak hanya menyebabkan dibutuhkan adanya ekstra jaminan dan biaya pengiriman, tetapi ketidakpuasan konsumen mungkin dapat menyebabkan berkurangnya kesempatan bisnis dan market share.

12 Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai waste, aktivitas dalam perusahaan bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Value adding activity Segala aktivitas perusahaan dalam upaya menghasilkan produk atau jasa yang dapat memberikan nilai tambah dimata konsumen sehingga konsumen rela membayar atas aktivitas tersebut, misalnya sub assembly of parts, painting. 2. Non-value adding activity Segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dimata konsumen pada produk atau jasa dan aktivitas yang tidak diperlukan saat proses produksi. Aktivitas inilah yang disebut waste yang harus dijadikan target untuk segera dihilangkan, misalnya waiting time. 3. Necessary but non-value adding activity Segala aktivitas aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa yang tidak memberikan nilai tambah dimata konsumen tetapi aktivitas ini diperlukan untuk menjamin ekspetasi nilai tambah yang diinginkan baik oleh perusahaan maupun oleh konsumen kecuali apabila sudah ada perubahan pada proses yang ada, misalnya inspeksi. 2.3. Big Picture Mapping Big Picture Mapping adalah suatu tool yang diadopsi dari sistem produksi toyota yang dapat digunakan untuk menggambarkan suatu sistem secara keseluruhan beserta aliran nilai (Value Stream) yang terdapat dalam perusahaan. Sehingga nantinya diperoleh gambaran mengenai aliran informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifikasi dimana terjadinya waste, serta menggambarkan lead time yang dibutuhkan berdasar dari masing-masing karakteristik proses

13 yang terjadi. Langkah-langkah dalam menggambar big picture mapping adalah sebagai berikut : 1. Menggambarkan keseluruhan kebutuhan customer yang yang berisi produk apa yang diminta customer, jumlah produk yang diinginkan, berapa produk yang dikirimkan dalam suatu waktu, berapa sering pengiriman dilakukan, pengemasan yang dibutuhkan. 2. Menggambarkan aliran informasi dari customer ke supplier yang berisi antara lain : macam peramalan dan informasi pembatalan supplier oleh customer, organisasi atau departemen yang memberikan informasi ke perusahaan, berapa lama informasi muncul sampai diproses, informasi apa yang disampaikan kepada supplier serta pesanan yang disyaratkan. 3. Menggambarkan aliran fisik, dapat berupa : langkahlangkah utama aliran fisik dalam perusahaan, berapa lama aliran fisik dilakukan, dititik mana dilakukan inventori, dititik mana dilakukan proses inspeksi dan berapa tingkat cacat, putaran rework, waktu siklus tiap titik, berapa banyak produk dibuat dan dipindahkan tiap titik, waktu penyelesaian tiap operasi, berapa jam perhari tiap stasiun kerja bekerja, waktu berpindah di stasiun kerja, dimana inventori diadakan dan berapa banyak, serta titik bottleneck yang terjadi. 4. Menghubungkan aliran informasi dan aliran fisik dengan anak panah yang dapat memberi informasi jadwal yang digunakan, intruksi kerja yang dihasilkan, dari dan untuk apa informasi dan instruksi dikirim, kapan dan dimana biasanya terjadi masalah dalam aliran fisik. 5. Melengkapi peta atau gambar aliran informasi dan aliran fisik yang dilakukan denagn menambahkan lead time dan value adding time dibawah gambaran aliran yang dibuat.

14 Simbol-simbol yang digunakan dalam Big Picture Mapping adalah sebagai berikut : customer I Jadwal mingguan Supplier / Customer Titik Persediaan Kotak Informasi Aliran Informasi Aliran Fisik Aliran fisik antar Perusahaan CT = 45 sec 3 shift 6 orang 2% scrap Kotak proses stasiun kerja 2 jam Kotak Waktu 20 1.5 jam Q Titik Inspeksi 0.5 0.75 jam Total production Lead Time = 22.75 jam Value Adding Time (lower line) = 2.25 jam mixing 2 jam Stasiun Kerja Dengan Waktu Kotak Rework Aliran Informasi Elektronik Gambar 2.1, Simbol-simbol Big Picture Mapping. 2.4. Value Stream Mapping (VSM) Banyak sekali tools yang dapat digunakan untuk meningkatkan performansi supply chain dari perusahaan, salah satunya adalah Value Stream Mapping. Value Stream Mapping adalah suatu tool yang dapat digunakan untuk memetakan aliran nilai (value stream) secara mendetail untuk mengidentifikasi adanya pemborosan dan menemukan penyebab penyebab terjadinya pemborosan serta memberikan cara yang tepat untuk menghilangkannya atau paling tidak mengeliminirnya. Fokus daripada value stream mapping adalah pada proses value adding dan non-value adding. Terdapat tujuh tools yang paling umum digunakan dalam detail mapping value stream, ketujuh tools tersebut adalah : 1. Process activity mapping Tool yang biasanya digunakan pada aktivitas yang ada di lantai produksi untuk mengidentifikasi waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh dan produktivitas baik dari aliran fisik produk maupun

15 2. aliran informasi produk. Penggunaannya tidak hanya di lingkup perusahaan tetapi juga pada area lainnya dalam supply chain. Lima tahap pendekatan dalam Process Activity Mapping secara umum adalah : a) Memahami aliran proses b) Mengidentifikasi pemborosan c) Mempertimbangkan apakah proses dapat di arrange ulang pada rangkaian yang lebih effisien. d) Mempertimbangkan aliran yang lebih baik, melibatkan aliran layout dan rute transportasi yang berbeda. e) Mempertimbangkan apakah segala sesuatu yang telah dilakukan pada tiap-tiap stage benar-benar perlu dan apa yang akan terjadi jika hal-hal yang berlebihan tersebut dihilangkan. Pembuatan Process Activity Mapping dilakukan dengan cara membuat analisa persiapan proses kemudian pencatatan secara detail dari permintaan barang pada tiap proses dan hasilnya adalah peta proses, dimana tiap-tiap langkah telah dikategorikan dalam berbagai macam tipe aktivitas. Supply chain response matrix Supply chain response matrix adalah suatu grafik hubungan antara lead time dan inventory yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kenaikan atau penurunan tingkat persediaan dan panjang lead time pada tiap area dalam supply chain. Sumbu horisontal menunjukkan lead time dari produk baik internal maupun eksternal dan sumbu vertikal menunjukkkan rata-rata persediaan pada spesifik poin dalam supply chain.tujuan penggunaan tool ini untuk menjaga dan meningkatkan service level kepada konsumen pada tiap jalur distribusi dengan biaya yang rendah.

16 3. 4. Production variety funnel Merupakan suatu teknik pemetaan secara visual dengan cara melakukan plot pada sejumlah variasi produk yang dihasilkan dalam setiap tahap proses manufaktur. Teknik ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik mana sebuah produk generic diproses menjadi beberapa produk yang spesifik, dapat menunjukkan area bottleneck pada desain proses. Yang selanjutnya dapat digunakan untuk perbaikan kebijakan inventory, dalam bentuk bahan baku, produk setengah jadi atau produk jadi. Quality filter mapping Pendekatan Quality Filter Mapping adalah tool yang digunakan untuk mengidentifikasi dimana keberadaan masalah kualitas pada supply chain. Evaluasi hilangnya kualitas yang sering terjadi dilakukan untuk pengembangan jangka pendek. Tool ini memperlihatkan tiga tipe cacat kualitas yang berbeda yang terdapat pada value stream yaitu : 1. Product defect : cacat pada fisik produk yang lolos dari proses inspeksi dan sampai ketangan konsumen 2. Scrap defect : cacat pada fisik produk yang berhasil jenis ini 3. diidenfikasi pada proses inspeksi. Cacat sering disebut juga dengan internal defect. Service defect : Permasalahan yang dirasakan customer berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan. Hal yang paling utama berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan adalah ketidaktepatan waktu pengiriman (terlambat atau terlalu cepat). Selain itu dapat disebabkan karena permasalahan dokumentasi, kesalahan proses packing maupun labeling, kesalahan jumlah (quantity), dan permasalahan faktur

17 Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan tingkat kualitas baik internal maupun eksternal semaksimal mungkin seperti keinginan konsumen. 5. Demand amplification mapping Pendekatan dengan tool ini digambarkan dalam bentuk grafik yang mendeskripsikan jumlah produk untuk setiap tahap pada waktu tertentu dalam proses produksi. Tool yang sederhana ini dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana perubahan permintaan dalam setiap tahapan rantai suplai yang ada dalam time bucket yang bervariasi, mengevaluasi kebijakan batch sizing dan penjadwalan serta evaluasi kebijakan inventory. Berikut ini adalah 6 langkah dalam demand amplification mapping : 1. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam pengumpulan data 2. Mengidentifikasi produk yang akan dibahas 3. Menetapkan waktu yang diperlukan 4. Menetapkan periode analisa 5. Mengumpulkan data 6. Membuat plot 6. Decision point analysis Menunjukkan berbagai option sistem produksi yang berbeda, dengan trade off antara lead time masingmasing option dengan tingkat inventory yang diperlukan untuk meng-cover selama proses lead time. 7. Physical structure mapping Merupakan tool baru yang dapat digunakan untuk memahami sebuah kondisi supply chain di industri. Hal ini diperlukan untuk mengerti bagaimana industri itu sendiri, memahami bagaimana operasinya dan khususnya dalam mengarahkan perhatian pada area yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang cukup. Alat ini membantu mengapresiasikan apa yang terjadi dalam industri.

18 WASTE Pemakaian tools yang tepat didasarkan pada kondisi perusahaan itu sendiri dan dilakukan dengan menggunakan value stream mapping tool yaitu: Tabel 2.2. Value Stream mapping Tools (Hines & Taylor, 2002) PROCESS ACTIVITY MAPPING SUPPLY CHAIN RESPONS E MATRIX PROD. VARIETY FUNNEL QUALITY FILTER MAPPING DEMAND AMPLIFIC ATION MAPPING DECIS ION POINT ANALY SIS Over-production L M L M M Waiting H H L M M Transport H L In-appropriate processing H M L L Unnecessary M H M H M L inventory Unnecessary motion H L Defect L H PHYSI CAL STRU CTUR E Catatan: H (high correlation and usefulness) faktor pengali = 9 M (Medium correlation and usefulness) faktor pengali = 3 L (Low correlation and usefulness) faktor pengali = 1 2.5. VALSAT (Value Stream Analysis Tool) Metode yang digunakan untuk mendapatkan tool mana yang tepat dalam proses mapping.

19 Tabel 2.3. Matriks seleksi untuk pemilihan value stream mapping tool. Tools Competitor Waste/Structure Weight (B) Analysis (A) (E) ( C) (D) Total Weight (F) Matrik diatas menunjukkan: Kolom A: 7 waste yang ada dalam konsep value stream mapping Kolom B: 7 tool yang merupakan alat dari value stream mapping Kolom C: Bobot 7 waste terhadap 7 tool value stream mapping Kolom D: Bobot dari 7 waste Kolom E: Total bobot perbandingan antara 7 waste dengan 7 tool Nantinya cara memilih tool mana yang digunakan adalah dengan melihat total bobot yang dimiliki masing-masing tool, tool mana yang memiliki bobot terbesar itulah tool yang akan dipilih. 2.6. Cause Effect Diagram Diagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuknya seperti ikan (gambar 2.2). Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa karena yang menemukan adalah Prof. Ishikawa yang berasal dari Jepang. Diagram ini digunakan untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja, mencari penyebab-penyebab yang

20 sesungguhnya dari suatu masalah. Penyebab permasalahan dapat dijabarkan dalam beberapa hal utama antara lain : manusia, mesin/peralatan lain, material, metode kerja, dan lingkungan kerja. Diagram ini berguna untuk : 1. Mengumpulkan ide dan masukan-masukan merupakan dasar dari brainstorming terstruktur 2. Mengelompokkan penyebab-penyebab yang mungkin sehingga dapat diidentifikasi banyak kemungkinan. Cause and Effect Diagram ini mempunyai keuntungan yaitu : 1. Menganalisa kondisi sesungguhnya untuk tujuan peningkatan kualitas service atau produk, penggunaan sumber yang efisien dan mengurangi biaya. 2. Mengurangi kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian dan komplain dari customer 3. Melakukan standarisasi terhadap operasional yang telah ada maupun akan datang 4. Mentraining personel dalam melakukan aktivitas keputusan masalah dan perbaikan Gambar 2.2, Fishbone Diagram