IV. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Dualitas Dalam Model Linear Programing

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB 2 LANDASAN TEORI

LINDO. Lindo dapat digunakan sampai dengan 150 kendala dan 300 variabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier)

BAB IV. METODE PENELITIAN

MASALAH PENUGASAN METODE KUANTITATIF MANAJEMEN

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

PERSOALAN TRANSPORTASI

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil.

Dasar-dasar Optimasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat,

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL. Pertemuan 6

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Fakultas Pertanian Unlam ABSTRACT

OPTIMALISASI KEUNTUNGAN PADA PERUSAHAAN KERIPIK BALADO MAHKOTA DENGAN METODE SIMPLEKS

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan

SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Model umum metode simpleks

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

III. KERANGKA PEMIKIRAN

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN)

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

BAB VI. DUALITAS DAN ANALISIS POSTOPTIMAL

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS)

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI PADA KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

Bab 2 LANDASAN TEORI

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. daya yang ada seefisien mungkin, dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk

SOAL LATIHAN. Kerjakan soal-soal berikut ini dengan singkat dan jelas!

KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X. Oleh HANDAYANI H

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan

Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Oleh: SRI MARYATI A

Bentuk Standar dari Linear Programming pada umumnya adalah sebagai berikut: Sumber daya 1 2. n yang ada

IV. METODE PENELITIAN

EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI DENGAN METODE TRANSPORTASI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI

Model Transportasi /ZA 1

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan STA Rancamaya merupakan salah satu lembaga yang didirikan oleh Departemen Pertanian untuk mengatasi permasalahan pertanian terutama dalam hal pemasaran. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh STA Rancamaya adalah mendistribusikan produk buah pepaya yang dihasilkan oleh petani wilayah Bogor menuju pasar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011. 4.2. Data dan Sumber Data Metode penelitian ini adalah studi kasus pada STA Rancamaya sebagai unit analisis dari sistem pendistribusian buah pepaya segar. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi sejarah dan gambaran umum STA, proses penanganan hingga pendistribusian buah pepaya yang dilakukan. Sementara itu data sekunder yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian didapatkan dari berbagai studi kepustakaan, seperti BPS (Badan Pusat Statistik), internet, buku, dan literatur-literatur lain yang relevan terkait dengan topik penelitian. Instrumentasi atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan dan alat pencatat. Instrumen tersebut dibutuhkan dalam proses pengumpulan data, terutama untuk pengumpulan data primer. Daftar pertanyaan tersebut membantu ketika melakukan wawancara maupun observasi kegiatan di lapang. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer yang dibutuhkan dilakukan dengan tehnik pengamatan langsung terhadap aktivitas penanganan dan distribusi buah pepaya pada STA. Selain itu, data diperkuat dengan hasil wawancara terhadap pihak pengelola STA, petani pemasok dan pihak pasar tujuan STA. Wawancara 29

dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai sumber pasokan buah pepaya, jumlah buah pepaya yang dipasok, harga beli, biaya distribusi, besarnya jumlah permintaan buah oleh pasar, harga jual produk ke pasar. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Juni 2011. Pengumpulan data dilaksanakan di lokasi tempat STA Rancamaya berada atau di tempat lainnya yang berhubungan dengan pemerolehan data penelitian. 4.4. Metode Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan umum STA Rancamaya dan mendeskripsikan pola distribusi buah pepaya yang dilakukan oleh STA, jumlah pasokan serta jumlah order buah pepaya. Analisis kualitatif berguna dalam menjelaskan data hasil olahan secara deskriptif. Pengolahan data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui komposisi distribusi yang optimal sehingga didapatkan biaya minimum pada pola distribusi perusahaan dari setiap sumber pasokan ke konsumen STA. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dimasukkan dalam program linier yang dirumuskan menjadi model transportasi. Penggunaan program linier dikarenakan kondisi dan keadaan STA yang memiliki beberapa kendala dalam mendistribusikan buah pepaya dengan tujuan meminimalisasi biaya. Setelah itu data diolah dengan menggunakan software LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer) yang merupakan salah satu program komputer yang dapat membantu pemecahan optimal dengan metode simpleks. Software LINDO terdiri atas input berupa fungsi tujuan dan beberapa fungsi kendala, dengan penyelesaian optimal sebagai output-nya. Output LINDO dapat diinterpretasikan untuk menggambarkan bagaimana keadaan optimal untuk suatu keadaan yang telah di-input sebelumnya. Input berupa fungsi tujuan dan kendala dimasukkan kedalam program linier. Setelah itu akan ditampilkan penyelesaian optimal yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama dari penyelesaian optimal adalah tabel simpleks yang berisi solusi optimal. Bagian kedua adalah nilai penyelesaian optimum jika variabel-variabel optimal dimasukkan ke dalam fungsi tujuan. Selanjutnya bagian ketiga adalah, nilai variabel dan kendala pada kondisi optimal. 30

Hasil output LINDO juga menampilkan beberapa istilah, salah satu diantaranya adalah reduce cost yang menunjukkan penurunan nilai koefisien fungsi tujuan yang harus dilakukan agar variabel bernilai positif. Pada saat nilai variabel keputusan positif, maka nilai reduce cost akan selalu nol, dan baru akan bernilai positif atau lebih dari nol bila variabel keputusan nol. Istilah lain yang ditampilkan dalam output LINDO adalah slack or surplus. Istilah tersebut menandakan sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal yang ditunjukkan oleh kolom variabel. Apabila slack or surplus bernilai nol berarti seluruh kapasitas pada kendala telah dipergunakan seluruhnya dengan kata lain sumberdaya tersebut jumlahnya langka (terbatas). Karena sumberdaya tersebut menentukan terbentuknya nilai optimal, maka dapat disebut sebagai kendala aktif. Ada pula istilah dual price yang menujukkan besarnya kenaikan koefisien nilai tujuan sebagai akibat dari kenaikan satu unit kapasitas kendala aktif. Interval perubahan kapasitas kendala aktif agar nilai dual price-nya tidak berubah dapat dilihat pada bagian right hand side rangers. Kemudian pada bagian objective coeficient ranges yang menunjukkan interval kenaikkan atau penurunan nilai koefisien fungsi tujuan agar nilai optimal variabel putusan tidak berubah, terdapat istilah allowable increase dan allowable decrease yaitu nilai interval kenaikan dan penurunan yang diizinkan. 4.4.1. Penentuan Biaya Distribusi Biaya distribusi adalah total biaya yang dikeluarkan mulai dari pembelian buah pepaya dari pemasok hingga buah selesai diangkut menuju pasar tujuan. Biaya distribusi terdiri dari biaya pembelian buah, biaya pengemasan, biaya penyusutan, biaya administrasi umum, biaya pemasaran dan biaya transportasi buah. Definisi dari masing-masing biaya tersebut adalah sebagai berikut: 1) Biaya pembelian buah adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian buah pepaya yang besarnya sesuai dengan harga beli dari para pemasok. 2) Biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk penanganan produk yakni pembungkusan buah dengan koran bekas dan pemberian label pada buah pepaya. 31

3) Biaya penyusutan adalah biaya yang timbul akibat penyusutan produk baik kualitas maupun kuantitas dalam kegiatan distribusi buah pepaya dari pemasok sampai pada konsumen. 4) Biaya administrasi umum adalah gaji karyawan dan biaya-biaya peralatan administrasi kantor lainnya. 5) Biaya pemasaran adalah biaya promosi yang harus dikeluarkan berdasarkan negosiasi dengan pihak konsumen supermarket. 6) Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut buah dari pemasok hingga ke pasar. 4.4.2. Perumusan Model Transportasi Buah pada STA Rancamaya Pemodelan transportasi adalah suatu prosedur untuk memecahkan permasalahan meminimisasi biaya pengiriman produk dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Oleh karena itu, untuk menggunakan model transportasi diperlukan data tentang jumlah pasokan dari daerah sumber pada setiap periode, jumlah permintaan dari daerah tujuan pada setiap periode, dan biaya pengiriman satu unit produk dari setiap daerah sumber ke setiap daerah tujuan. Tabel 8. Jumlah Pasokan Buah dari Setiap Daerah Sumber pada Bulan April 2011 Daerah Sumber Bangkok Grade A Bangkok Grade B Jumlah (kg) California Grade A California Grade B P1 7.500 130 1.946 365 P2 800 0 6.602 0 P3 0 815 0 174 P4 342 0 690 0 Total 8.642 945 9.238 539 Pada distribusi buah pepaya di STA Rancamaya terdapat empat pemasok, diantaranya adalah Pak Baban (P1), Pak Acu (P2), Pak Zaenudin (P3) dan Pak Karmita (P4) yang merupakan daerah sumber. Terdapat pula empat konsumen yang terlibat dalam distribusi buah pepaya di STA Rancamaya, diantaranya adalah PT. Hero Supermarket (K1), Toko Buah Berkat (K2), Kios Buah Pak Ibeng (K3), dan Kios Buah Pak Dulloh (K4) yang merupakan daerah tujuan. Terdapat dua jenis buah pepaya yang didistribusikan yakni pepaya bangkok dan pepaya 32

california dengan grade A dan grade B. Jumlah pasokan buah pepaya terbanyak adalah pepaya california grade A sebanyak 9.238 kilogram dan kemudian diikuti oleh pepaya Bangkok grade A sebanyak 8.642 kilogram (Tabel 8). Hal tersebut dikarenakan jumlah permintaan buah pepaya dengan grade A lebih besar dibandingkan jumlah permintaan buah pepaya dengan grade B. Jumlah permintaan dari berbagai daerah tujuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Permintaan Buah dari Setiap Daerah Tujuan pada Bulan April 2011 Jumlah (kg) Daerah Tujuan Bangkok Grade A Bangkok Grade B California Grade A California Grade B K1 8.400 0 9.630 0 K2 0 235 0 550 K3 0 504 0 216 K4 0 432 0 108 Total 8.400 1171 9.630 874 Tujuan dari model transportasi ini adalah meminimumkan biaya transportasi buah untuk mencapai optimalisasi dalam distribusi buah pepaya di STA Rancamaya. Adapun rincian besarnya rata-rata biaya transportasi per kilogram buah dari masing-masing daerah sumber menuju masing-masing daerah tujuan dapat dilihat pada Tabel 10. Rata-rata biaya transportasi dari P1 dan P4 lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasi dari P2 dan P3. Hal tersebut dikarenakan pemasok dari daerah P2 dan P3 mengantarkan sendiri buah pepaya menuju STA, sehingga STA tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengambil buah. Sementara itu, biaya transportasi dari P1 dan P4 sama karena lokasi kedua pemasok tersebut berada dalam daerah yang sama yakni daerah Katulampa Bogor. Rata-rata biaya transportasi termahal adalah biaya transportasi buah menuju daerah K2, hal tersebut dikarenakan jumlah buah pepaya yang dikirim ke daerah K2 lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah buah yang dikirim ke daerah lainnya sehingga rata-rata biaya transportasi per kilogram buah menjadi lebih mahal. Terdapat persamaan biaya transportasi menuju daerah K3 dan K4, hal tersebut disebabkan karena alamat kedua konsumen tersebut berada pada lokasi yang sama yakni daerah Ciomas Bogor. 33

Tabel 10. Biaya Transportasi Buah (Rp/kg) dari Daerah Sumber ke Daerah Tujuan pada Bulan April 2011 Daerah Sumber Daerah Tujuan K1 K2 K3 K4 P1 298 412 363 363 P2 239 353 304 304 P3 239 353 304 304 P4 398 412 363 363 Tujuan dari model transportasi ini adalah untuk meminimumkan biaya pengiriman produk dari daerah sumber ke daerah tujuan dengan memperhatikan berbagai kendala. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bagaimana alokasi distribusi optimal buah pepaya di STA Rancamaya maka model transportasi untuk setiap jenis buah pepaya akan dibedakan menjadi dua, yakni antara buah pepaya jenis bangkok dan california. Pada kasus distribusi ini terdapat perbedaan antara jumlah penawaran dan permintaan, dengan kata lain hal tersebut merupakan masalah transportasi yang tidak seimbang (unbalanced). Oleh karena itu diperlukan sebuah dummy untuk menyeimbangkan antara jumlah pasokan dan jumlah permintaan. Biaya transportasi untuk variabel dummy adalah nol. Pada kasus ini, perlu diperhatikan kendala-kendala sebagai berikut: 1. Jumlah buah pepaya yang dikirim ke daerah tujuan harus lebih kecil atau sama dengan jumlah penawaran dari daerah sumber. 2. Jumlah buah pepaya yang diterima di daerah tujuan harus lebih besar atau sama dengan jumlah permintaan di daerah tujuan. 3. Variabel-variabel harus non-negatif, karena baik jumlah buah pepaya yang diminta maupun dipasok tidak mungkin bernilai negatif. 34

Tabel 11. Matriks Model Transportasi Buah Bangkok di STA Rancamaya Daerah Sumber P1 P2 P3 P4 Daerah Tujuan K1 K2 K3 K4 Dummy 298 412 363 363 0 x11 x12 x13 x14 x15 239 353 304 304 0 x21 x22 x23 x24 x25 239 353 304 304 0 x31 x32 x33 x34 x35 298 412 363 363 0 x41 x42 x43 x44 x45 Supply 7.630 800 815 342 Demand 8.400 235 504 432 16 9.587 Jumlah penawaran buah pepaya bangkok lebih besar dibandingkan jumlah permintaannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah dummy destination yang mengindikasikan adanya stok di gudang karena tidak adanya pasar yang dapat menampung. Berdasarkan matriks model transportasi pada Tabel 11, maka model transportasi buah pepaya bangkok pada STA Rancamaya yang terdiri dari fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Fungsi Tujuan (minimalisasi biaya) minz=298x11+412x12+363x13+363x14+0x15+239x21+353x22+304x23+304x2 4+0x25+239x31+353x32+304x33+304x34+0x35+298x41+412x42+363x43+363 x44+0x45 2. Fungsi Kendala x11+x12+x13+x14+x15 7630 x21+x22+x23+x24+x25 800 x31+x32+x33+x34+x35 815 x41+x42+x43+x44+x45 342 x11+x21+x31+x41 8400 x12+x22+x32+x42 235 x13+x23+x33+x43 504 x14+x24+x34+x44 432 x15+x25+x35+x45=16 x11 7500 (Kendala penawaran) (Kendala penawaran) (Kendala penawaran) (Kendala penawaran) (Kendala permintaan) (Kendala permintaan) (Kendala permintaan) (Kendala permintaan) (Kendala dummy destination) (Kendala grade buah) 35

x31=0 (Kendala grade buah) x11 0 x12 0 x13 0 x14 0 x15 0 x21 0 x22 0 x23 0 x24 0 x25 0 x32 0 x33 0 x34 0 x35 0 x41 0 x42 0 x43 0 x44 0 x45 0 Angka koefisien yang berada pada setiap variabel fungsi tujuan merupakan gambaran biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk pengiriman buah pepaya dari masing-masing daerah sumber ke berbagai daerah tujuan. Sebagai contoh, variabel x11 dengan angka koefisien sebesar 347 berarti untuk mengirimkan buah pepaya dari daerah sumber P1 menuju daerah tujuan K1 dibutuhkan biaya transportasi sebesar Rp 347,00 per kilogram buah pepaya. Keterangan mengenai simbol-simbol yang mewakili masing-masing variabel dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada model transportasi buah pepaya Bangkok terdapat empat jenis kendala yakni kendala penawaran, kendala permintaan, kendala dummy destination dan kendala grade buah. Kendala 1 sampai 4 merupakan kendala penawaran. Kendala penawaran ini memiliki arti bahwa jumlah buah pepaya bangkok yang dikirim ke daerah tujuan harus lebih kecil atau sama dengan jumlah penawaran dari daerah sumber. Contohnya kendala 1 dengan fungsi x11+x12+x13+x14+x15 7630 berarti bahwa jumlah buah pepaya bangkok yang dikrim dari P1 ke semua daerah tujuan (K1, K2, K3, K4 dan dummy) sama dengan atau tidak boleh melebihi 7.630 kilogram buah pepaya bangkok. Hal tersebut dikarenakan Pak Baban (P1) hanya memasok pepaya bangkok dengan jumlah 7.630 kilogram. Kendala 5 sampai 8 adalah kendala permintaan yang berarti bahwa jumlah buah pepaya bangkok yang diterima di daerah tujuan harus lebih besar atau sama dengan jumlah permintaan di daerah tujuan. Contohnya kendala 8 dengan fungsi x14+x24+x34+x44 432 berarti jumlah buah pepaya bangkok yang diterima oleh konsumen K4 sama dengan atau lebih besar dari 432 kilogram buah pepaya bangkok. Tanda pertidaksamaan lebih besar tersebut digunakan agar seluruh permintaan buah pepaya dari daerah tujuan dapat terpenuhi, sehingga tidak terjadi kelangkaan di daerah tujuan. 36

Kendala 9 merupakan kendala dummy destination. Kendala tersebut muncul karena model transportasi pepaya bangkok merupakan model transportasi tidak seimbang dimana jumlah penawaran pepaya bangkok lebih besar dari jumlah permintaannya. Dummy destination ini mengindikasikan adanya stok pepaya bangkok yang tersisa di gudang. Selisih antara penawaran dan permintaan pepaya bangkok adalah 16 kilogram, maka harus ditambahkan kendala fungsi dummy destination menjadi x15+x25+x35+x45=16. Kendala 10 dan 11 merupakan kendala grade buah dimana terdapat dua jenis grade buah pepaya bangkok yang akan didistribusikan. bangkok grade B tidak boleh dikrim ke konsumen K1 karena konsumen K1 hanya meminta buah pepaya dengan grade A. Sehingga ditambahkan dua buah kendala grade buah dengan fungsi x11 7500 dan x31=0. Kendala grade buah dengan fungsi x11 7500 berarti pepaya Bangkok yang dikirim dari pemasok P1 menuju konsumen K1 hanya boleh berjumlah sama dengan atau kurang dari 7.500 kilogram. Hal tersebut dikarenakan pemasok P1 menawarkan dua grade pepaya dan pepaya bangkok ber-grade A yang ditawarkan oleh pemasok P1 hanya berjumlah 7.500 kikogram. Kemudian untuk kendala grade buah dengan fungsi x31=0 berarti bahwa buah pepaya tidak boleh dikirim dari pemasok P3 menuju konsumen K1. Hal tersebut dikarenakan pemasok K3 hanya menawarkan pepaya bangkok dengan grade B sehingga tidak dapat dikirim ke konsumen K1. Tabel 12. Matrik Model Transportasi Buah California di STA Rancamaya Daerah Sumber P1 P2 P3 P4 Dummy Daerah Tujuan K1 K2 K3 K4 298 412 363 363 x11 x12 x13 x14 239 353 304 304 x21 x22 x23 x24 239 353 304 304 x31 x32 x33 x34 298 412 363 363 x41 x42 x43 x44 0 0 0 0 x51 x52 x53 x54 Supply 2.311 6.602 Demand 9.630 550 216 108 10.504 174 690 727 37

Pada model transportasi buah pepaya california, jumlah penawaran lebih sedikit dari jumlah permintaan. Oleh karena itu perlu adanya dummy sources yang merupakan daerah sumber palsu. Pada daerah sumber dummy ini akan dihasilkan sejumlah produk yang menjadi selisih antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran, sehingga kekurangan permintaan seolah-olah dapat terpenuhi. Berdasarkan matriks model transportasi pada Tabel 12, maka model transportasi buah pepaya california pada STA Rancamaya yang terdiri dari fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Fungsi Tujuan (minimalisasi biaya) minz=298x11+412x12+363x13+363x14+239x21+353x22+304x23+304x24+239 x31+353x32+304x33+304x34+298x41+412x42+363x43+363x44+0x51+0x52+0 x53+0x54 2. Fungsi kendala x11+x12+x13+x14 2311 (Kendala penawaran) x21+x22+x23+x24 6602 (Kendala penawaran) x31+x32+x33+x34 174 (Kendala penawaran) x41+x42+x43+x44 690 (Kendala penawaran) x11+x21+x31+x41+x51 9630 (Kendala permintaan) x12+x22+x32+x42+x52 550 (Kendala permintaan) x13+x23+x33+x43+x53 216 (Kendala permintaan) x14+x24+x34+x44+x54 108 (Kendala permintaan) x51+x52+x53+x54=727 (Kendala dummy sources) x11 1946 (Kendala grade buah) x31=0 (kendala grade buah) x11 0 x12 0 x13 0 x14 0 x21 0 x22 0 x23 0 x24 0 x32 0 x33 0 x34 0 x41 0 x42 0 x43 0 x44 0 x51 0 x52 0 x53 0 x54 0 Sama halnya dengan model transportasi buah pepaya bangkok, model transportasi buah pepaya california juga memiliki empat jenis kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah kendala penawaran, kendala permintaan, kendala 38

dummy sources dan kendala grade buah. Kendala penawaran dan permintaan pada model transportasi pepaya california memiliki pengertian yang sama dengan kendala pada model transportasi buah pepaya bangkok. Kendala 9 merupakan kendala dummy sources. Kendala tersebut juga muncul akibat ketidakseimbangan model transportasi, namun berbeda dengan model transportasi pepaya bangkok, untuk pepaya california jumlah penawaran lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah permintaannya. Dummy sources tersebut mengindikasikan adanya sumber palsu, sehingga kekurangan permintaan seolah-olah dapat terpenuhi dan model transportasi menjadi seimbang. Selisih jumlah penawaran dan permintaan sebanyak 727 kilogram, sehingga harus ditambahkan kendala dummy sources dengan fungsi x51+x52+x53+x54=727. Kendala 10 dan 11 merupakan kendala grade buah. Sama halnya seperti dengan kendala buah pepaya bangkok, dimana fungsi kendala grade buah pada model transportasi pepaya california memiliki pengertian yang sama. Kendala grade buah dengan fungsi x11 1946 berarti bahwa jumlah buah pepaya california yang boleh dipasok dari pemasok P1 menuju K1 sama dengan atau kurang dari 1.946 kilogram. Hal tersebut dikarenakan pemasok P1 hanya menawarkan pepaya california grade A sebanyak 1.946 kilogram. Sedangkan kendala dengan fungsi x31=0 berarti bahwa pemasok P3 tidak boleh memasok buah pepaya untuk konsumen K1 dikarenakan pemasok P3 tidak memproduksi pepaya dengan grade A seperti yang diminta oleh konsumen K1. 4.4.3. Penyelesaian Model Transportasi Pada penelitian ini, setelah dilakukan pemodelan transportasi buah pepaya bangkok dan california maka akan dilakukan tahap selanjutnya yakni penyelesaian model transportasi. Penyelesaian model transportasi dilakukan dengan meng-input fungsi tujuan dan fungsi kendala dari model yang telah dibuat dan diproses menggunakan bantuan software LINDO (Linear Interactive Discrete Optimier). Hasilnya adalah akan muncul alokasi paling optimal dengan analisis primal, dual dan sensitivitasnya. 39

4.4.4. Analisis Optimalisasi Setelah model transportasi diselesaikan dengan bantuan software LINDO, maka akan dilanjutkan pada tahap analisis optimalisasi distribusi. Pada tahap analisis optimalisasi distribusi, seperti yang tertera pada bab kerangka pemikiran akan dilakukan analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. 4.4.4.1. Analisis Primal Analisis primal pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kombinasi yang terbaik dalam pengalokasian buah pepaya dari masing-masing daerah sumber menuju masing-masing daerah tujuan untuk mencapai tujuan berupa minimisasi biaya transportasi dengan kendala keterbatasan sumberdaya yang tersedia. Nilai reduce cost yang ada pada analisis primal menggambarkan perubahan nilai pada fungsi tujuan apabila nilai variabel (jumlah alokasi buah pepaya dari daerah sumber ke daerah tujuan) mengalami perubahan. 4.4.4.2. Analisis Dual Pada penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis dual dimana pada hasil olahan LINDO tercermin dari nilai slack or surplus dan nilai dual prices-nya. Nilai slack or surplus dan nilai dual prices menggambarkan besarnya penggunaan kapasitas atau sumberdaya. Jika nilai slack or surplus tersebut sama dengan nol berarti kapasitas tersebut habis terpakai atau langka. Sebaliknya jika nilai slacknya tidak sama dengan nol berarti sumberdaya tersebut tersedia dalam jumlah berlebih. Angka slack menunjukkan jumlah kelebihan (surplus) yang ada. 4.4.4.3. Analisis Sensitivitas Dalam dunia nyata, kondisi optimal dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya dinamika pasar dan lain hal yang ditandai dengan adanya perubahan nilai-nilai yang terdapat dalam model yang digunakan. Perubahan yang dimaksud dapat berupa kenaikan atau penurunan terhadap nilai ruas kanan suatu kendala maupun perubahan terhadap koefisien fungsi tujuan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh dari perubahan tersebut terhadap kondisi optimal. Analisis sensitivitas menggambarkan mengenai selang kepekaan apabila terjadi perubahan pada kondisi optimal. 40

Pada penelitian ini, analisis sensitivitas yang merupakan hasil olahan dari program LINDO terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama memuat analisis tentang sensitivitas pada nilai-nilai koefisien fungsi tujuan (Objective Coefficient Ranges) dan bagian kedua memuat analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendalakendala (Righthand Side Ranges). Analisis sensitivitas dilakukan setelah solusi optimal tercapai untuk mengetahui sejauh mana perubahan pada koefisien dan ketersedian sumberdaya yang tidak akan mengubah solusi optimal. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas maksimum (allowable increase) dan batas minimum (allowable decrease). Batas maksimum merupakan batas kenaikan nilai kendala yang ditolerir agar kondisi optimal tidak mengalami perubahan, sedangkan batasan minimum adalah batas penurunan nilai kendala yang ditolerir agar tidak mengubah kondisi optimal. Semakin sempit selang kepekaan yang dimiliki maka akan semakin peka kendala tersebut dalam mengubah solusi optimal yang telah dicapai. 4.4.5. Analisis Penyimpangan Analisis penyimpangan dilakukan dengan membandingkan keadaan aktual dan keadaan optimal. Jika ada perbedaan antara keadaan aktual dan keadaan optimal, maka hal tersebut merupakan biaya yang dapat dihemat oleh STA dalam melakukan distribusi buah pepaya. 4.5. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Distribusi adalah proses pemindahan produk dari petani pemasok menuju konsumen (pasar) yang membutuhkan. 2) Biaya distribusi adalah total biaya biaya yang dikeluarkan mulai dari pembelian buah pepaya dari pemasok hingga buah selesai diangkut menuju pasar, yang terdiri dari biaya pembelian buah, biaya pengemasan, biaya penyusutan, biaya administrasi umum, biaya pemasaran dan biaya transportasi buah. 3) Daerah sumber adalah daerah dimana terdapat pasokan buah pepaya yang siap dikirim ke STA Rancamaya untuk dipasarkan. 41

4) Daerah tujuan adalah daerah yang menerima pasokan buah pepaya dari STA Rancamaya. 5) Keadaan aktual adalah kegiatan distribusi buah pepaya yang sedang terjadi di STA Rancamaya. 6) Keadaan optimal adalah keadaan kegiatan distribusi buah pepaya yang terbaik yaitu pencapaian biaya transportasi minimum. 42