BAB III TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Statistical Process Control

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Statistical Process Control

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

management is defined as the design, operation, and improvement of the system that

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbersumber

III. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab I. Pendahuluan. menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab 2 Landasan Teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini beberapa. penjabaran mengenai pengertian kualitas :

barang yang dihasilkan. Menurut para ahli, kualitas adalah :

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan konsumen. Kualitas merupakan hal utama yang mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk. Singkatnya kualitas merupakan faktor kunci dalam menentukan pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, khususnya pada era sekarang ini. Kualitas suatu produk tidak ditentukan oleh si pembuat, tetapi lebih dititik beratkan kepada penilaian si pemakai atau konsumen berbeda-beda, pemakai dengan kondisi sosial ekonomi yang baik berbeda tingkat kebutuhan dan pemuasnya dengan pemakai yang kondisi ekonominya kurang baik. Demikian pula dengan konsumen dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi berbeda pula tuntutan pemuas kebutuhannya dibanding dengan konsumen yang pendidikannya lebih rendah, jadi kualitas bersifat relatif. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai cara untuk mewujudkannya, dimana salah satunya adalah menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dan Statistical Process Control (SPC). Kata Quality (kualitas) digunakan dalam banyak pengertian, kualitas juga sangat erat kaitannya dengan persyaratan. Dimana persayaratan adalah segala sesuatu yang menjadi titik pemeriksaan apakah barang dan jasa tersebut dapat diterima atau ditolak. Menurut Deming yang dikutip oleh Yamit (2005) kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, sedangkan menurut Crosby yang dikutip oleh Yamit (2005) mempersepsikan, kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. 13

Menurut Nasution (2005) ada beberapa persamaan dalam definisi kualitas, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut: (1) kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, (2) kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan, dan (3) kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang). Dari beberapa pendapat tersebut diatas, secara garis besar kualitas adalah keseluruhan cirri atau karakteristik produk atau jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 3.1.2 Pengertian Pengendalian Kualitas (Quality Control) Menurut Dorothea (2003) dikutip oleh Bakhtiar, dkk, (2013), pengendalian kualitas statistic adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas statistic merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistic. Pengendalian merupakan semua kegiatan atau usaha menjamin agar hasil dari pada pelaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Kualitas atau mutu suatu produk adalah gabungan seluruh karakteristik produk dan pelayanan baik dari segi rekayasa, manufaktur, pemasaran, sampai pada perawatan dan harga jualnya. Maka pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dan kepuasan antara nilai, produsen, dan konsumen atas suatu produk. Kesesuaian dan kepuasan tersebut mencangkup kualitas produk, biaya-biaya seperti (penyimpanan, produksi, penjualan dan layanan purna jual), tingkat kenyamanan dan keselamatan dan moral (nilai). 14

Untuk pengendalian kualitas pada umumnya ada empat langkah, yaitu : 1. Menetapkan standar kualitas dan biaya 2. Menilai kesesuaian produk 3. Mengadakan koreksi jika hasil produksi tidak sesuai standar 4. Merencanakan perbaikan Kualitas kesesuaian ini akan berkaitan dengan tiga macam bentuk pengendalian (control) sebagai berikut: 1. Pencegahan cacat (defect prevention). Yaitu mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi. Contoh dalam hal ini seperti pembuatan standar-standar kualitas, inspeksi terhadap material yang datang, membuat peta kontrol untuk mencegah penyimpangan dalam proses kerja yang berlangsung. 2. Mencari kerusakan, kesalahan, atau cacat (defect finding). Aplikasi dan pemakaian metode-metode yang spesifik untuk proses inspeksi, pengujian, analisis statistik, dan lain-lain. Proses untuk mencari penyimpangan-penyimpangan terhadap tolak ukur atau standar yang telah ditetapkan. 3. Analisa dan tindakan koreksi (defect analysis and correction). Menganalisa kesalahan-kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi- koreksi terhadap penyimpangan tersebut. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab dari bagian pengendalian kualitas. 3.1.3 Tujuan Pengendalian Kualitas Maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan terdapat dalam setiap proses produksi terutama tercemin dalam produk akhir. Ada empat hal yang menjadi tujuan pengendalian kualitas, antara lain : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin 15

3. Mengusahakan agar biaya design dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil munngkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. 3.1.4 Dimensi Kualitas Produk Bagian dari kualitas produk adalah perihal kualitas produk. Kualitas suatu produk perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz (dalam Sunarto (2015)), untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini : 1. Performance (Kinerja) Performance atau kinerja merupakan dimensi kualitas yang berkaitan dengan karakteristik utama suatu produk. Contohnya sebuah televisi, kinerja utama yang kita kehendaki adalah kualitas gambar yang dapat kita tonton dan kualitas suara yang dapat didengar dengan jelas dan baik. 2. Features (Fitur) Features atau Fitur merupakan karakteristik pendukung atau pelengkap dari karakteristik utama suatu produk. Misalnya pada produk kendaraan beroda empat (mobil), Fitur-fitur pendukung yang diharapkan oleh konsumen adalah seperti DVD/CD player, sensor atau kamera mundur serta remote kontrol mobil. 3. Reliability (Kehandalan) Reliability atau Kehandalan adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemungkinan sebuah produk dapat bekerja secara memuaskan pada waktu dan kondisi tertentu. 4. Conformance (Kesesuaian) Conformance adalah kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan standar yang diinginkan. Pada dasarnya, setiap produk memiliki standar ataupun spesifikasi yang telah ditentukan. 16

5. Durability (Ketahanan) Durability ini berkaitan dengan ketahanan suatu produk hingga harus diganti. Durability ini biasanya diukur dengan umur atau waktu daya tahan suatu produk. 6. Serviceability Serviceability adalah kemudahan layanan atau perbaikan jika dibutuhkan. Hal ini sering dikaitkan dengan layanan purna jual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku cadang dan kemudahan perbaikan jika terjadi kerusakan serta adanya pusat pelayanan perbaikan (Service Center) yang mudah dicapai oleh konsumen. 7. Aesthetics (Estetika/keindahan) Aesthetics adalah Dimensi kualitas yang berkaitan dengan tampilan, bunyi, rasa maupun bau suatu produk. Contohnya bentuk tampilan sebuah ponsel yang ingin dibeli serta suara merdu musik yang dihasilkan oleh ponsel tersebut. 8. Perceived Quality (Kesan Kualitas) Perceived Quality adalah kesan kualitas suatu produk yang dirasakan oleh konsumen. Dimensi kualitas ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Seperti ponsel iphone, mobil toyota, kamera canon, printer epson dan jam tangan rolex yang menurut kebanyakan konsumen merupakan produk yang berkualitas. 3.2 Statistical Process Control (SPC) SPC adalah suatu metode untuk pengumpulan dan analisa data untuk diselesaikan dengan metode practical quality. Statistical artinya bahwa kepuasan akan berdasar pada analisa numerik. Proses mengacu pada proses produksi tertentu dan mampu memproduksi output dengan kualitas yang konsisten. Perusahaan yang menggunakan pengendalian kualitas statistik merupakan perusahaan yang masih mentolerir adanya cacat produk dalam 17

batas-batas tertentu. Pengendalian kualitas statistik ini dapat dibagi ke dalam pengendalian kualitas proses, yaitu pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses dan pengendalian produk jadi. Untuk itu pengendalian kualitas proses dapat digunakan alat pengendali yang disebut peta pengendali proses atau sering disebut Control Chart. Pengendalian proses statistik adalah pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian kualitas tersebut dapat digambarkan upper control limit (UCL) dan lower control limit (LCL) beserta garis tengahnya central line (CL). Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya seven tools. Seven tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah : 1. Lembar pengamatan (check sheet) 2. Stratifikasi (run chart) 3. Histogram 4. Grafik kendali (control chart) 5. Diagram pareto 6. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) 7. Affinity Diagram 3.3 Peta kendali Peta kendali merupakan grafik yang menggambarkan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukan penyebab penyimpangan. Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali. Peta kendali ini menyatakan garis tengah atau Central Line yang merupakan nilai rata-rata karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan dimana data-data ini masih bisa dikontrol dan digaris yang lainnya ialah garis batas kontrol atas (BKA) dan garis batas kontrol bawah (BKB), jadi selama data-data yang dikumpulkan terletak dalam batas control tersebut maka dianggap bahwa 18

pengendalian kualitas terkendali. Jika ada data yang berada diluar batas-batas tersebut maka dipastikan proses tidak terkendali. Peta kontrol diperlukan sebagai alat pengendali kualitas yang paling penting dalam mengendalikan proses produksi. Sehingga dengan peta kontrol yang ada, data baru dapat dengan cepat dibandingkan dengan hasil kerja proses yang pernah terjadi. Untuk melihat sejauh mana proses produksi berada dalam pengendalian, dengan demikian apabila terjadi penyimpangan akan dengan mudah diketahui sehingga dapat segera diambil langkah-langkah perbaikan. Grafik pengendali terkadang disebut dengan Shewhart Control Charts karenba grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A. Shewhart. Nilai dari karakteristik kualitas yang dimonitor, digambarkan sepanjang sumbu Y, sedangkan sumbu X menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas tersebut. Sebagai contoh karakterisrtik kualitas adalah panjang ratarata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua karateristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karateristik kualitas yang ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. 3.4 Penggunaan Peta-Peta Kendali Alat pengendalian kualitas yang paling sering digunakan dalam menganalisa adalah dengan bagan kendali (control chart). Bagan kendali ini alat yang dipakai untuk mengetahui penyimpangan proses yang berulang. Bagan kendali pada dasarnya adalah penjabaran secara grafis dari suatu data sebagai fungsi dari waktu, sehingga mempunyai batas kontrol yang membatasi jangkauan dari sebaran tang ma sih diterima dan probabilitas yang diharapkan. Dengan bagan kendali tersebut maka data secara cepat dapat dibandingkan dengan unjuk kerja proses yang pernah terjadi. 19

Pada dasarnya peta-peta kontrol digunakan untuk : 1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian. Peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok (subgroup) contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limits), maka itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses. 2. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar tetap stabil secara statistical dan hanya mengandung variasi penyebab umum. 3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian, batas batas dari variasi proses dapat ditentukan. Berdasarkan macam-macam data, bentuk peta kendali dapat dibedakan berdasarkan pengukuran untuk datanya, yaitu : a. Pengukuran unit dalam komponen (dalam mm) atau hasil dari proses kimia (dalam g). Ini dikenal dengan Nilai Indiskrit atau bersifat variabel. b. Data yang lain berdasarkan pada perhitungan seperti jumlah artikel cacat atau rusak. Mereka dikenal dengan Nilai Diskrit atau bersifat atribut. 3.4.1 Peta Kendali Data Variabel Yang dimaksud dengan data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan dari pengukuran yang diharapkan tetapi masih ada dibawah batas kendali atas (BKA) atau diatas batas kendali bawah (BKB) masih dianggap sebagai produk yang baik. Bila data berada diluar batas atas dan batas bawah maka perlu diadakan revisi terhadap peta kendali tersebut sehingga data pengukuran akan berada dalam batas pengendalian. Data variabel (variables data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah 20

diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas tiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dan lain-lain. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel. Peta-peta kontrol yang umum dipergunakan untuk data variabel adalah Peta X-bar, R, dan Peta X-MR. 1. Peta Kontrol X-bar dan R Digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta kontrol X-bar dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. 2. Peta Kontrol Individual X dan MR Digunakan apabila dari hasil observasi data tampak bahwa antara data yang satu dengan yang lain hanya menampakan perbedaan yang sangat sedikit. 3.4.2 Peta Kendali Data Atribut Yang dimaksud dengan data atribut adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan. Pengukuran ini meliputi pengukuran cacat atau tidak, nyala atau tidak, dan sebagianya. Penyimpangan dari pengukuran yang diharapkan masih ada dibawah batas atas atau diatas batas bawah. Bila data berada diluar batas atas dan batas bawah maka perlu diadakan revisi terhadap peta kendali tersebut sehingga data pengukuran akan berada dalam batas pengendali. Peta pengendali kualitas proses statistik data atribut, meliputi : 1. Peta kendali P (p-chart) dan peta kendali NP (np-chart) Yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui proporsi produk cacat dalam suatu sampel, np-chart hanya digunakan untuk banyaknya sampel yang sama dalam setiap kali observasi, sedangkan p-chart dapat digunakan untuk banyak nya sampel sama maupun bervarasi untuk setiap observasinya. 21

2. Peta kendali C (c-chart) atau peta kendali U (u-chart) Yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui banyaknya cacat dalam satu unit produk, c-chart hanya digunakan untuk banyaknya sampel yang sama dalam setiap kali observasi, sedangkan u-chart dapat digunakan untuk banyaknya sampel sama maupun bervariasi untuk setiap observasinya. 3.5 Peta Kendali P Peta kendali P adalah suatu peta yang menunjukkan cacat pecahan (P) atau kendali bagian yang ditolak untuk satu atau lebih ukuran sampel yang beragam dapat digunakan peta kendali P : Langkah-langkah pembuatan peta kendali P akan diuraikan sebagai berikut Menurut Lai, K.Chan (1996) yang dikutip oleh Octavia, T, dkk, (2000) : 1. Mengumpulkan data, mengambil sebanyak mungkin yang menggambarkan jumlah yang diperiksa (ni) dengan jumlah produk cacatnya (pn). 2. Bagilah data ke dalam subgroup, biasanya akan dikelompokkan berdasarkan tanggal, bulan atau lot. Ukuran sub-grup harus lebih dari 50 dari nilai rata-rata cacat untuk setiap sub-grup harus berkisar 3 sampai 4. 3. Hitung bagian cacat untuk setiap subgroup dan masukkan ke dalam lembaran data. Untuk mencari bagian cacat gunakan rumus berikut : P = = 4. Menentukan batas-batas kendali, besar standar deviasi ditentukan oleh besarnya tingkat keyakinan. Untuk tingkat keyakinan 67% menggunakan standar deviasi 1, sedangkan untuk tingkat keyakinan 95% menggunakan standar deviasi 2 dan untuk tingkat keyakinan 99% menggunakan standar deviasi 3. 22

Garis Pusat : CL = Garis Kendali Atas : BKA atau UCL = Garis Kendali Bawah : BKB atau LCL = Gambar 3.1 Contoh peta kendali P 3.6 Diagram Kualitas 3.6.1 Pareto Diagram Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut ukuran rangking tertinggi hingga terendah. Analisan pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe tipe yang tidak sesuai. Diagram pareto adalah suatu grafik batang yang menunjukan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditampilkan oleh grafik batang yang pertama dan yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi yang paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling pendek ditempatkan pada sisi paling kanan. 23

Diagram pareto sangat tepat digunakan jika kita menginginkan hal-hal berikut ini : 1. Menentukan prioritas karena keterbatasn sumber daya 2. Menggunakan kearifan tim secara kolektif 3. Menghasilkan konsensus atas keputusan akhir 4. Menempatkan keputusan pada data kuantitatif Diagram pareto adalah suatu metode untuk mengidentifikasi hal-hal atas kejadian-kejadian penting, maka pada dasarnya diagram pareto ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : 1. Diagram pareto mengenai fenomena. Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil termasuk yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah apa yang paling utama. 2. Diagram pareto mengenai penyebab., Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa saja penyebab masalah yang paling utama. Langkah langkah yang digunakan dalam proses penyusunan diagram pareto teridi dari enam langkah, menurut Mitra (1993) dan Besterfield (1998) dikutip oleh Kholil, dkk, (2015) adalah : 1. Menentukan metode atau arti dari pengkalsifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagaianya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan mambuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil. 5. Menghitung frekuensi komulatif atau persentase komulatif yang digunakan 24

6. Menggambar diagram batang, menunjukan kepentingan relative masing-masing. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian. 3.2 Contoh diagram pareto 3.6.2 Fishbone Diagram Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara 25

sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Sering dijumpai orang mengatakan penyebab yang mungkin dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan. Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah-masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah-masalah klasik yang ada di industri manufaktur khusunya antara lain adalah: 1. Keterlambatan proses produksi, 2. Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi, 3. Mesin produksi yang sering mengalami trouble, 4. Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi, 5. Produktivitas yang tidak mencapai target, 6. Complain pelanggan yang terus berulang Pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut : a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah, c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d. Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan, e. Membahas issue secara lengkap dan rapi, 26

f. Menghasilkan pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan. Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni; 1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2. Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin. Cara lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut: a. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan. b. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). c. Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. d. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategorikategori utama dapat dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. 27

Gambar 3.3 Contoh diagram fishbone 28