BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

ANALISIS TAX PLANNING SEBAGAI PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PADA PT. BAHANA NUSANTARA

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PADA FA TRICO PAINT FACTORY

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

RSU Muhammadiyah Ponorogo LAPORAN LABA/(RUGI) KOMERSIAL. Per 31 Desember 2014

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV. EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh BADAN PT PATRA JASA

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENERAPAN PPh BADAN PADA PT. MEKAR KARYA PRATAMA TAHUN E-Journal. Disusun oleh : Yeni Syamsiardi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PEBGHASILAN BADAN DI PT STARINDO CLEANING TECHNOLOGIES

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

Transkripsi:

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan dan menurut ketentuan peraturan perpajakan. Untuk mengtasi hal tersebut maka perlu dilakukannya beberapa koreksi yang biasa disebut dengan koreksi fiskal. Terdapat dua macam koreksi fiskal yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan rugi laba komersial menjadi semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan penghasilan. Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi fiskal yang berakibat dengan adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial menjadi semakin besar, atau yang berakibat dengan adanya pengurangan penghasilan. Sebelum melakukan koreksi fiskal, perlu dilakukan analisis terhadap objek Pajak Penghasilan dan biaya-biaya pada PT. PRIMA SINDO. Biaya- biaya yang telah dikeluarkan oleh PT PRIMA SINDO tahun 25 adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan mengeluarkan biaya Gaji dan THR kepada karyawannya. Gaji tersebut diberikan kepada karyawannya berdasarkan golongannya, dan THR yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawannya yang diberikan setahun sekali. 5

2. Program Jamsostek diberikan oleh perusahaan kapada beberapa karyawannya. Program ini hanya diberikan kepada karyawan yang sudah bekerja selama 2 tahun sejak tanggal mulai bekerjanya karyawan tersebut. Jaminan ini meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan, Jaminan kematian. 3. Seragam diberikan oleh perusahaan untuk beberapa karyawan yang bertujuan untuk keseragaman dan tidak berkaitan dengan keselamatan kerja para karyawannya. Seragam tersebut diberikan kepada karyawan bagian pemasaran khususnya bagian penjualan dan pengantaran barang yang digunakan sebagai identitas bahwa karyawan tersebut bekerja pada PT PRIMA SINDO, seragam tersebut juga digunakan oleh resepsionist serta petugas cleaning service maupun office boy. 4. Biaya Rumah Tangga adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan seperti pembelian alat-alat kebersihan kantor, pengharum ruangan, minuman yang disediakan oleh perusahaan, aqua galon, dan makanan ringan seperti snack maupun permen. 5. Semua karyawan yang bekerja pada PT PRIMA SINDO menerima gaji setiap bulannya, atas penerimaan gaji tersebut akan dikenakan pajak penghasilan pasal 21. Dalam hal ini PT PRIMA SINDO menanggung biaya angsuran PPh 21 yang seharusnya ditanggung oleh karyawan. 6. Perusahaan mengeluarkan biaya berupa sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan sosial misalnya memberikan santunan kepada anak panti asuhan, pemberian sumbangan ke panti-panti jompo yang berada di sekitar wilayah jakarta utara. 51

7. BBM, Tol dan Parkir adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan operasi perusahaan, misalnya digunakan untuk membeli barang dagangan maupun mengantarkan barang dagangan kepada costumer. 8. Dalam menghitung pajak yang terutang, mengurus perizinan, dan pemeliharaan aset perusahaan menggunakan pihak ke tiga seperti konsultan pajak, notaris dan jasa pemeliharaan. 9. Biaya perjalanan dinas merupakan biaya perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan operasional perusahaan. Perjalanan dinas biasanya dilakukan oleh Direktur yang ingin memperkenalkan perusahaan di luar kota maupun bagian pemasaran yang ingin memasarkan produk dan dalam hal pengantaran barang kepada costumer. 1. Pada tahun 25 perusahaan mengeluarkan biaya pembelian 3 unit kendaraan sepeda motor kepada karyawan baru pada bagian pemasaran. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 26.25.,. 11. Biaya promosi digunakan oleh perusahaan untuk mempromosikan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Promosi ini biasanya dilakukan diluar/ dalam kota dengan memperkenalkan produk Prima Sindo kepada perusahaan-perusahaan dan para costumer, seperti membuka stand di mallmall atau melalui pameran-pameran yang biasanya diikuti oleh beberapa perusahaan spareparts. 12. Biaya ATK, Cetakan dan Fotocopy adalah biaya yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Biaya ini dikeluarkan 52

untuk membeli alat tulis kantor, kertas, fotocopy maupun komputer yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. 13. Dalam rangka peningkatan mutu karyawannya maka perusahaan mengeluarkan biaya untuk pendidikan dan pelatihan bagi para karyawannya. 14. Perusahaan mengeluarkan biaya representasi untuk menjamu tamu, baik itu pelanggan maupun kolega bisnis. 15. Dalam rangka menyebarluaskan usaha, perusahaan mengeluarkan biaya entertainment dalam bentuk menyebarkan brosur, membuat spanduk maupun membuat iklan di yellow pages. 16. Telepon dan Fax merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka kegiatan operasional kantor. 17. Perusahaan menanggung pengobatan para karyawannya yang sakit, baik sakit ringan ataupun yang dirawat dirumah sakit. 18. Perusahaan menanggung biaya listrik setiap bulannya yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. 19. Penyusutan yang digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode garis lurus yang disesuaikan dengan umur ekonomis masing-masing aktiva. 53

IV.2 Koreksi Fiskal terhadap Laporan Laba Rugi dari Hasil Analisis Biaya. Tabel 4.1 Koreksi Fiskal terhadap Laporan Laba Rugi dari hasil Analisis Biaya KOREKSI FISKAL LAPORAN LABA RUGI SEBELUM PERENCANAAN PAJAK POSITIF NEGATIF SETELAH PERENCANAAN PAJAK Penjualan Bersih 2.927.516.975 2.927.516.975 Harga Pokok Penjualan 1.827.695.443 1.827.695.443 Laba Kotor 1.99.821.532 1.99.821.532 Biaya Pemasaran Gaji 196.785.79 196.785.79 Jamsostek 1.83.288 1.83.288 Seragam 6.31. 6.31. Pembelian Kendaraan 26.25. 26.25. Promosi 18.43.693 18.43.693 Perizinan 9.851.35 9.851.35 ATK, Cetakan, Fotocopy 6.41.6 6.41.6 Seminar dan Pelatihan 15.645.514 15.645.514 BBM dan Tol 72.758.5 72.758.5 Perjalanan Dinas 21.7.557 21.7.557 Pemeliharaan Gedung dan Fasilitas 3.677. 3.677. Pemeliharaan Kendaraan 39.5.356 39.5.356 Pemeliharaan Perlengkapan 3.5. 3.5. Biaya Penyusutan 57.158.157 57.158.157 Konsultan 6.35. 6.35. Biaya Rumah Tangga 2.849.4 2.849.4 Biaya Representasi 1.624.325 1.624.325 Angsuran PPh Ps 21 8.917.5 8.917.5 Biaya Entertainment 1.775.6 1.775.6 Telephone dan Fax 12.628.5 12.628.5 Sumbangan 3.2. 3.2. Total Biaya Pemasaran 541.894.23 472.967.45 54

KOREKSI FISKAL LAPORAN LABA RUGI SEBELUM PERENCANA AN PAJAK POSITIF NEGATIF SETELAH PERENCANAAN PAJAK Biaya Administrasi dan Umum Gaji Angsuran PPh 21 Seragam Pengobatan Jamsostek Perijinan Telepon, fax & telex Listrik ATK, Cetakan, Fotocopy Pendidikan dan Pelatihan Keperluan rumah tangga Transport dinas Perawatan Perlengkapan BBM/Tol/Parkir Perawatan Kendaraan Pemeliharaan Gedung Konsultan Sumbangan Beban Penyusutan 25.794.71 1.444. 1.646.65 1.84.1 15.778.979 6.11.4 15.982.238 3.685.361 1.728.837 12.199.5 3.313.9 3.19.969 4.. 28.871.15 2.336.4 15.457.5 7.85. 3.5. 18.865.797 1.444. 1.646.65 1.84.1 3.313.9 3.5. 25.794.71 15.778.979 6.11.4 15.982.238 3.685.361 1.728.837 12.199.5 3.19.969 4.. 28.871.15 2.336.4 15.457.5 7.85. 18.865.797 Total Biaya Adm dan Umum 479.515.41 449.77.391 Pendapatan Lain-Lain Penghasilan Bunga Beban Bunga Jumlah pendapatan lain-lain 26.798.922 ( 6.2.185) 2.598.737 5.359.784 26.798.922 ( 84.41 ) Laba Sebelum Pajak 99.1.998 176.243.335 PPh Ps 25 / 25 12.351.65 35.373. Laba Setelah Pajak 86.659.348 14.87.335 55

Besarnya koreksi yang dilakukan oleh penulis, didapat dari: 1. Perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan. Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h. Besarnya koreksi yang dilakukan adalah sebesar Rp. 19.361.5,. yang didapat melalui perhitungan : Angsuran PPh pasal 21 pada biaya pemasaran Rp. 8.917.5, Angsuran PPh pasal 21 pada biaya adm dan umum Rp. 1.444., Total angsuran PPh pasal 21 Rp. 19.361.5, 2. Perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif, hal ini dikarenakan PT PRIMA SINDO tidak membuat daftar nominatif dalam biaya-biaya yang berkaitan dengan representasi, sehingga biaya-biaya tersebut dianggap tidak ada ( fiktif ). Hal ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986 yang berbunyi biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh dan tidak terkena PPh Final dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh. Adapun besarnya koreksi yang dilakukan adalah sebesar Rp. 1.624.325,. 3. Perusahaan mengeluarkan biaya sumbangan. Atas transaksi tersebut maka perusahaan seharusnya melakukan koreksi fiskal positif sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat 1 huruf g yang berbunyi, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan 56

kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam penghasilan. besarnya koreksi yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : Sumbangan pada biaya pemasaran = Rp. 3.2., Sumbangan pada biaya Administrasi & umum = Rp. 3.5., Total sumbangan yang harus dikoreksi Rp. 6.7., 4. Dalam rangka menyebarluaskan usahanya PT PRIMA SINDO mengeluarkan biaya entertainment untuk membiayai pembuatan brosur, spanduk, dan iklan di yellow pages namun perusahaan tidak membuat daftar nominatif. Atas biaya ini harus dilakukan koreksi fiskal positif karena biaya ini tidak dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai dengan SE- 27/PJ.22/1986. Besarnya biaya yang harus dikoreksi adalah sebesar Rp. 1.775.6, yang terdapat dalam biaya pemasaran PT PRIMA SINDO. 5. Pada tahun 25 perusahaan menerima 3 orang karyawan pada bagian pemasaran. Atas penerimaan karyawan tersebut perusahaan melakukan pemberian natura kepada 3 orang karyawan baru tersebut berupa pemberian masing-masing 1 unit sepeda motor yang dimasukkan ke dalam pembelian kendaraan. Menurut Undang-Undang perpajakan Biaya ini harus dikoreksi fiskal positif karena bukan merupakan pengurang penghasilan berdasarkan 57

pasal 9 ayat 1 huruf e Undang-Undang PPh No.17 tahun 2 yang menyatakan bahwa, Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.. Besarnya koreksi adalah sebesar : Harga per unit sepeda motor x Jumlah Karyawan = Koreksi Rp. 8.75., x 3 orang = Rp. 26.25., 7. Perusahaan menanggung pengobatan para karyawannya yang sakit baik sakit ringan ataupun yang dirawat dirumah sakit. Biaya ini tidak termasuk dalam deductable expense karena perpajakan menganggap hal ini sebagai natura/ kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan hal ini berdasarkan peraturan UU PPh No.17 pasal 9 ayat 1 huruf e. Atas biaya ini maka perusahaan harus mengoreksi fiskal positif sebesar Rp. 1.84.1,. 8. Biaya rumah tangga dalam perpajakan termasuk dalam biaya yang bersifat grey area, yaitu biaya yang memiliki potensi besar untuk dikoreksi fiskal positif karena kemungkinan besar biaya-biaya tersebut bukan merupakan pengurang penghasilan menurut Undang-Undang perpajakan No.17 tahun 2 pasal 9 ayat 1, mengenai biaya yang tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan. Besarnya biaya rumah tangga yang harus dikoreksi adalah sebesar : 58

Biaya rumah tangga pada biaya pemasaran Rp. 2.849.4. Biaya rumah tangga pada biaya Administrasi dan umum Rp. 3.313.9. Jumlah biaya rumah tangga yang harus dikoreksi adalah Rp. 6.163.3. 9. Untuk keseragaman dan peningkatan pelayanan, perusahaan mengeluarkan biaya untuk membuat seragam. Atas biaya tersebut maka perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif karena biaya tersebut merupakan deductable expense dimana seragam ditujukan untuk keseragaman dan tidak terkait dengan keselamatan kerja. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.4/2 tanggal 11 Maret 2, yang menyatakan bahwa pemberian natura/ kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah pemberian natura/kenikmatan yang merupakan keharusan dan diberikan didaerah terpencil. Oleh karena seragam tidak berhubungan dengan keharusan dan keselamatan kerja maka perusahaan harus mengoreksi biaya ini sebesar : Biaya seragam pada biaya pemasaran Rp. 6.31., Biaya seragam pada biaya Administrasi dan Umum Rp. 1.646.65, Total biaya seragam yang harus dikoreksi adalah Rp. 7.956.65, 1. PT PRIMA SINDO harus mengoreksi negatif penghasilan bunga yang terdapat di dalam laporan laba rugi karena penghasilan ini merupakan penghasilan yang didapat dari jasa giro perusahaan. Berdasarkan PP 131 Tahun 2 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.4/2 menyatakan bahwa jasa giro dan bunga deposito merupakan penghasilan 59

yang dikenakan Final. Oleh karena itu perusahaan harus mengeluarkan biaya ini dari penghasilan karena sudah terkena pajak Final. Besarnya koreksi yang harus dilakukan adalah Rp. 26.798.922,. 11. Atas jasa giro PT PRIMA SINDO menanggung beban bunga atas pajak final yang dipotong bank. Pajak ini merupakan PPh Final yang tidak bisa dijadikan sebagai beban perusahaan. Untuk itu perusahan harus melakukan koreksi fiskal positif sebesar 2% dari pendapatan bunga pada laporan laba rugi sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.4/21. Besarnya koreksi yang harus dilakukan adalah : Pendapatan bunga x Tarif Final ( 2% ) = Koreksi Rp. 26.798.922 x 2% = Rp. 5.359.784, Dari hasil koreksi diatas, menurut Undang-Undang Perpajakan diperoleh jumlah angka yang lebih besar yaitu Rp. 14.87.335 yang sebelumnya hanya sebesar Rp. 86.659.348, hal ini diakibatkan adanya beberapa koreksi fiskal positif maupun negatif yang harus di lakukan oleh perusahaan.. Koreksi ini dilakukan akibat adanya perbedaan perlakuan akuntansi komersil dengan perlakuan akuntansi menurut Undang-Undang perpajakan. Di dalam akuntansi komersil semua biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan dapat dijadikan pengurang penghasilan ( deductable expence ) sehingga labapun menjadi kecil dan akhirnya berdampak pada pembayaran pajak yang kecil. Namun tidak demikian dalam Undang-Undang perpajakan, menurut Undang- Undang tidak semua biaya dapat menjadi pengurang penghasilan sebagaimana 6

tertuang didalam peraturan Undang-Undang PPh No.17 pasal 9 ayat 1. Oleh karena itu selalu ada perbedaan perhitungan antara akuntansi komersil maupun fiskal yang di tandai dengan adanya koreksi baik yang negatif maupun positif. IV.3 Rencana Pajak yang Dapat Diterapkan PT PRIMA SINDO. Perencanaan Pajak yang baik guna mengefisienkan pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa harus melanggarnya. Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan mencari celah-celah peraturan perpajakan sampai dengan menghindari sanksi-sanksi perpajakan, hal ini dapat dilakukan dengan syarat masih dalam bingkai peraturan perpajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan. Setelah dilakukan beberapa koreksi baik koreksi positif maupun negatif pada PT PRIMA SINDO, ternyata diperoleh perbedaan dalam perolehan laba setelah pajak, untuk mengefisienkan pajak terutang PT PRIMA SINDO maka harus dilakukan beberapa perencanaan pajak. Berikut ini adalah beberapa perencanaan pajak yang dapat dilakukan pada PT PRIMA SINDO: 1. Perusahaan menanggung PPh Pasal 21 atas karyawan, menurut Undang- Undang perpajakan hal ini bukan merupakan pengurang penghasilan perusahaan sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 huruf h UU PPh No.17 tahun 2. Perencanaan yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memberi tunjangan kepada karyawan dalam bentuk tunjangan pajak. Dengan menggunakan tunjangan maka akan saling menguntungkan kedua belah pihak karena karyawan dapat memperoleh penghasilan yang semakin besar 61

sementara itu tunjangan tersebut bisa dijadikan deductable expense oleh perusahaan. 2. Perusahaan mengeluarkan biaya pengobatan atas karyawannya yang sakit baik itu sakit ringan maupun yang perlu dirawat inap. Atas biaya ini perusahaan dikoreksi fiskal sebesar Rp. 1.84.1., karena biaya ini dianggap sebagai natura/kenikmatan yang diterima karyawan maka tidak bisa menjadi pengurang penghasilan bruto perusahaan sesuai dengan UU PPh Pasal 9 ayat 1 huruf e. Untuk mengatasi masalah ini perencanaan pajak yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengganti biaya pengobatan menjadi tunjangan kesehatan bagi karyawannya. Bagi karyawan hal ini bisa menjadi tambahan penghasilan (Take Home Pay) dan bagi perusahaan dapat dijadikan deductable expense. 3. Pada tahun 25 perusahaan memberikan natura kepada 3 orang karyawan baru bagian pemasaran, masing-masing 1 unit sepeda motor. Menurut Undang-Undang Perpajakan pasal 9 ayat 1 huruf e, pemberian natura oleh perusahaan kepada karyawannya tidak boleh dijadikan sebagai pengurang penghasilan. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan perencanaan pajak dengan cara natura yang diberikan kepada karyawan diganti dengan memberikan tunjangan kendaraan kepada karyawannya, karena menurut Undang-Undang perpajakan segala macam tunjangan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto. 62

4. Perusahaan mengeluarkan biaya seragam, dimana seragam tersebut digunakan untuk keseragaman dan bukan untuk keselamatan kerja sebagaimana diwajibkan oleh Departemen Tenaga Kerja. Perencanaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan cara biaya seragam diganti dengan uang yang dapat menambah penghasilan karyawan dan dapat menjadi deductable expense / beban fiskal bagi perusahaan. Contoh : perhitungan PPh Pasal 21 dengan perencanaan pajak berupa Tunjangan. Tuan Faisal adalah salah seorang manajer pamasaran pada PT PRIMA SINDO. Tuan Faisal telah bekerja selama satu tahun dengan status (TK/). Selama 1 tahun Tuan Faisal menerima Tunjangan Hari Raya sebesar Rp. 4..,. dan setelah adanya perencanaan pajak Tuan Faisal diberikan tunjangan kesehatan sebesar Rp. 1.5.,, dan karena Tuan Faisal merupakan karyawan baru yang menempati posisi sebagai manajer pemasaran maka Tuan Faisal diberikan tunjangan kendaraan Rp. 8.75.,. Perhitungan PPh Pasal 21 selama setahun adalah sebagai berikut : 63

Tabel 4.2 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan Perencanaan Pajak berupa Tunjangan Keterangan Gaji THR Tunjangan Pajak Tunjangan Kesehatan Tunjangan Kendaraan untuk karyawan Total penghasilan bruto Biaya jabatan 5% ( max 1.296. ) Penghasilan neto PTKP PKP PPh Pasal 21 5% x 25.. 1% x 13.74. 1% x 25.. 15% x 1.954. Perkiraan penghematan pajak badan Dari tunjangan Pajak x 3% Dari tunjangan Kesehatan x 3% Dari tunjangan Kendaraan x 3% Selisih lebih pembayaran PPh psl 25 Selisih lebih pembayaran PPh psl 21 ( 4.43.1 2.62.4 ) Sebelum Perencanaan 48.. 4.. 52.. ( 1.296. ) 5.74. ( 12.. ) 38.74. 1.25. 1.37.4 2.62.4 Setelah Perencanaan 48.. 4.. 3.. 1.5. 8.75. 65.25. ( 1.296. ) 63.954. ( 12.. ) 51.954. 1.25. 2.5. 293.1 4.43.1 9. 45. 2.625. 3.975. (1.422.7) Penghematan beban pajak 2.552.3 Dari Tabel perhitungan PPh pasal 21 dengan perencanaan pajak berupa tunjangan dapat menghasilkan penghematan sebesar Rp. 2.552.3,. 64

5. Dalam menghitung dan melaporkan pajaknya perusahaan menggunakan pihak ketiga yaitu konsultan pajak, jasa perizinan dan jasa pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan gedung, pemeliharaan kendaraan, dan pemeliharaan perlengkapan, namun perusahaan tidak memotong pajak atas jasa tersebut sesuai Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan cara memberi tunjangan dengan metode gross up. Dengan metode ini maka perusahaan harus menggross up besarnya penghasilan atas jasa terlebih dahulu kemudian dari hasil penghasilan setelah di gross up, dikalikan dengan tarif tunjangan pajak. Tarif tunjangan dengan metode gross up besarnya disesuaikan dengan KEP-17/PJ/22 yang mengatur mengenai jenis jasa lain dan perkiraan penghasilan neto atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain yang atas imbalannya dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat 1 huruf c UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2. ( L.1 ) 65

Tabel 4.3 Perencanaan Pajak PPh pasal 23 dengan menggunakan Metode Gross Up adalah: Keterangan Jasa Konsultan Jasa Perizinan Jasa pemeliharaan Gedung dan fasilitas Jasa pemeliharaan Kendaraan Jasa pemeliharaan Perlengkapan Total biaya Gross up 7.5% x 14.2. /.925 7.5% x 15.961.75 /.925 6% x 19.134.5 /.94 6% x 41.386.756 /.94 6% x 7.5. /.94 Total gross up PPh pasal 23 yang harus disetor: Tariff 7.5% 7.5% 6% 6% 6% Total PPh pasal 23 yang harus disetor Pengurangan PPh Badan akibat biaya Selisih kurang PPh Badan 3% x ( 14.97.337 98.183.6 ) Selisih lebih pembayaran PPh pasal 23 ( 6.787.331 6.343.46 ) Sebelum perencanaan 14.2. 15.961.75 19.134.5 41.386.756 7.5. 98.183.6 1.65. 1.197.131 1.148.7 2.483.25 45. 6.343.46 98.183.6 Setelah perencanaan 15.351.352 17.255.946 2.355.851 44.28.464 7.978.724 14.97.337 1.151.352 1.294.196 1.221.351 2.641.78 478.724 6.787.331 14.97.337 2.36.199 ( 443.925 ) Penghematan beban pajak 1.592.274 66

Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui perencanaan yang dapat dilakukan perusahaan atas PPh pasal 23 adalah sebesar Rp. 1.592.274,. Perencanaan kedua yang harus dilakukan adalah dengan cara perusahaan harus memotong atas jasa yang digunakan oleh perusahaan, karena jika tidak maka perusahaan berpeluang untuk dikenakan sanksi akibat tidak memotong PPh Pasal 23. 6. PT PRIMA SINDO tidak membuat daftar nominatif dalam biaya representasi yang dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat mengurangkan biaya tersebut karena pajak menganggap tidak ada bukti ( fiktif ). Agar biaya tersebut dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan maka perusahaan sebaiknya membuat daftar nominatif yang menjelaskan secara lengkap dan rinci setiap transaksi yang terjadi sehingga dapat dijadikan bukti yang kuat bagi perusahaan. Daftar nominatif dibuat dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh dengan memuat paling tidak memuat nomor urut, tanggal, nama tempat, alamat representasi dibuat, jenis representasi, jumlah, dan relasi, nama, posisi, nama perusahaan, dan jenis usaha. 7. Dalam rangka menyebarluaskan usahanya perusahaan mengeluarkan biaya entertainment namun perusahaan tidak membuat daftar nominatif yang nantinya dapat digunakan sebagai barang bukti sehingga dapat mengurangkan penghasilan. Sama halnya dengan biaya representasi perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah jika perusahaan ingin mengeluarkan biaya entertainment maka seharusnya perusahaan membuat daftar nominatif yang menjelaskan secara lengkap dan rinci setiap transaksi yang terjadi. 67

8. Perusahaan mengeluarkan biaya rumah tangga, dimana biaya ini termasuk grey area karena memiliki potensi yang besar untuk dikoreksi. Untuk mengatasi hal ini maka perencanaan yang harus dilakukan adalah dengan membuat bukti berupa catatan atas setiap transaksi yang terjadi dalam mengeluarkan biaya rumah tangga. Dengan adanya bukti tersebut maka biaya tersebut bisa menjadi pengurang penghasilan karena di dalam perpajakan biaya yang memiliki bukti yang kuat dapat dijadikan pengurang penghasilan. 9. Sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat menjadi pengurang penghasilan sesuai Undang-Undang PPh pasal 9 ayat 1 huruf g UU PPh tahun 2, karena sumbangan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Sumbangan yang boleh dijadikan pengurang penghasilan oleh pajak adalah sumbangan untuk GNOTA / sumbangan korban bencana alam antara lain tsunami Nangroe Aceh Darussalam atau Sumatera Utara hal ini diatur antara lain dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 69/KMK.3/ 24 tentang perlakuan PPh atas bantuan kemanusiaan bencana alam di NAD dan sumatera utara. 1. Pada laporan laba rugi perusahaan terdapat pendapatan lain-lain yang diperoleh malalui penghasilan bunga dan beban bunga. Dimana penghasilan bunga seharusnya dikoreksi fiskal negatif karena penghasilan tersebut merupakan penghasilan yang terkena pajak Final yaitu sebesar 2%. Sehingga biaya ini harus dikeluarkan dari pendapatan lain-lain. Perencanaan pajak yang harus dilakukan adalah dengan cara perusahaan harus lebih cermat dalam membuat Laporan laba rugi karena akan berdampak pada pengisian SPT. Perusahaan akan 68

dirugikan bila pendapatan ini tidak dikeluarkan karena perusahaan akan dikenakan pajak dua kali ( berganda ) dan juga akan berakibat dikenakannya denda pajak karena salah dalam mengisi dan menghitung SPT, Jika hal ini terus dilakukan dan perusahaan tidak melakukan perencanaan yang baik maka akan merugikan perusahaan. 11. PT PRIMA SINDO tidak memiliki seorangpun yang mengerti pajak. Perseroan, jika ingin menghitung dan melaporkan pajak yang terutang menggunakan jasa Konsultan pajak. Perencanaan yang sebaiknya dilakukan perusahaan adalah dengan merekrut karyawan yang mengerti pajak dengan syarat misalnya memiliki Bravet baik Bravet A maupun B atau perusahaan dapat membiayai karyawannya untuk ikut pelatihan atau kursus Bravet agar dapat mengerti pajak. Di samping dapat menghemat biaya konsultan pajak, hal ini juga dapat menjadi biaya pelatihan dan pendidikan yang merupakan deductable expense bagi perusahaan. 12. Dalam memilih Konsultan pajak perusahaan menilai berdasarkan skill yang dimiliki. Perencanaan pajak yang seharusnya dilakukan perusahaan adalah sebaiknya perusahaan lebih cermat dan teliti dalam memilih konsultan pajak, karena tidak hanya skill yang dibutuhkan untuk menjadi konsultan pajak namun ada syarat lain misalnya seorang konsultan harus memiliki Bravet baik Bravet A, B maupun C, konsultan tersebut berpengalaman dalam urusan perpajakan, berpengetahuan luas dalam masalah pajak, memiliki namabaik dikalangan konsultan pajak dan lain-lain. Hal ini seharusnya menjadi bahan pertimbangan 69

perusahaan dalam memilih konsultan pajak agar dalam penghitungan, pelaporan, dan pengisian SPT, kesalahan dapat ditekan serendah mungkin. 13. Perusahaan sudah melaporkan pajaknya tepat waktu. Hal ini harus terus dilakukan perusahaan karena hal ini termasuk dalam tax palnning. Dalam melakukan Tax planning tidak hanya mencari loopholes melalui peraturanperaturan perpajakan, namun menghindari kesalahan yang akan menimbulkan sanksi baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana juga merupakan salah satu cara tax planning. 7

IV.4 Rekonsiliasi Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak. Tabel 4.4 PT PRIMA SINDO Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 25 Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Usulan Fiskal Penjualan Bersih 2.927.516.975 2.927.516.975 2.927.516.975 Harga Pokok Penjualan 1.827.695.443 1.827.695.443 1.827.695.443 Laba kotor 1.99.821.532 1.99.821.532 1.99.821.532 Biaya Pemasaran Gaji 196.785.79 196.785.79 196.785.79 Jamsostek 1.83.288 1.83.288 1.83.288 Seragam 6.31. 6.31. Tunjangan Seragam a. 6.31. 6.31. Pembelian Kendaraan 26.25. 26.25. Tunjangan Kendaraan untuk karyawan b. 26.25. 26.25. Promosi 18.43.693 18.43.693 18.43.693 Perijinan 9.851.35 9.851.35 c. 798.758 1.65.18 ATK, Cetakan dan Fotocopy 6.41.6 6.41.6 6.41.6 Seminar dan Pelatihan 15.645.514 15.645.514 15.645.514 BBM dan Tol 72.758.5 72.758.5 72.758.5 71

Perjalanan Dinas 21.7.557 21.7.557 21.7.557 Pemeliharaan Gedung dan Fsilitas 3.677. 3.677. d. 234.72 3.911.72 Pemeliharaan Kendaraan 39.5.356 39.5.356 e. 2.492.576 41.542.932 Pemeliharaan Perlengkapan 3.5. 3.5. f. 223.44 3.723.44 Biaya Penyusutan 57.158.157 57.158.157 57.158.157 Konsultan 6.35. 6.35. g. 514.864 6.864.864 Biaya Rumah Tangga 2.849.4 2.849.4 h. 2.849.4 2.849.4 Biaya Representasi 1.624.325 1.624.325 i. 1.624.325 1.624.325 Angsuran PPh Pasal 21 8.917.5 8.917.5 Tunjangan Pajak j. 8.917.5 8.917.5 Biaya Entertainment 1.775.6 1.775.6 k. 1.775.6 1.775.6 Telepone dan Fax 12.628.5 12.628.5 12.628.5 Sumbangan 3.2. 3.2. Total Biaya Pemasaran 541.894.23 472.967.45 542.958.535 Biaya Administrasi dan Umum Gaji 25.794.71 25.794.71 25.794.71 Angsuran PPh Pasal 21 1.444. 1.444. Tujangan Pajak j. 1.444. 1.444. Seragam 1.646.65 1.646.65 Tunjangan Seragam a. 1.646.65 1.646.65 Pengobatan 1.84.1 1.84.1 Tunjangan Kesehatan 1.84.1 Jamsostek 15.778.979 15.778.979 l. 1.84.1 15.778.979 Perijinan 6.11.4 6.11.4 c. 495.438 6.65.838 Telepone dan fax 15.982.238 15.982.238 15.982.238 Listrik 3.685.361 3.685.361 3.685.361 72

ATK, Cetakan dan Fotocopy 1.728.837 1.728.837 1.728.837 Pendidikan dan Pelatihan 12.199.5 12.199.5 12.199.5 Keperluan Rumah Tangga 3.313.9 3.313.9 h. 3.313.9 3.313.9 Transport Dinas 3.19.969 3.19.969 3.19.969 Perawatan Perlengkapan 4.. 4.. f. 255.319 4.255.319 BBM, Tol dan Parkir 28.871.15 28.871.15 28.871.15 Perawatan Kendaraan 2.336.4 2.336.4 e. 149.132 2.485.532 Pemeliharaan Gedung 15.457.5 15.457.5 d. 986.649 16.444.149 Konsultan 7.85. 7.85. g. 636.486 8.486.486 Sumbangan 3.5. 3.5. Beban Penyusutan 18.865.797 18.865.797 18.865.797 Total Biaya Administrasi dan Umum 479.515.41 449.77.391 478.538.65 Pendapatan Lain-Lain Penghasilan Bunga 26.798.922 26.798.922 Beban Bunga ( 6.2.185 ) 5.359.784 84.41 84.41 Jumlah pendapatan lain-lain 2.598.737 84.41 84.41 Laba sebelum pajak 99.1.998 176.243.335 77.484.531 PPh Pasal 25 tahun 25 12.351.65 35.373. 9.122.68 Laba Setelah Pajak 86.659.348 14.31.259 14.87.335 98.758.83 73.6.656 73

Perhitungan PPh Badan PT PRIMA SINDO tahun 25 : Sebelum tax planning Setelah tax planning PKP 176.243.335 77.484.531 PPh Badan : 1% x 5.. 5.. 5.. 15% x 5.. 7.5. 15% x 27.484.531 4.122.68 3% x 76.243.335 22.873. 35.373. 9.122.68 % penghamatan 56% 74.2% Dari Tabel Sebelumnya terdapat beberapa Perencanaan yang dapat digunakan oleh PT PRIMA SINDO diantaranya : a. Tunjangan Seragam merupakan perencanaan pajak yang dapat dilakukan untuk biaya seragam yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebelum perusahaan melakukan perencanaan perusahaan mencatat biaya seragam pada biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum, dimana biaya ini tidak dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Oleh karena itu agar biaya ini dapat digunakan sebagai deductable expense, maka setelah perencanaan biaya ini di ganti dengan tunjangan seragam yang merupakan deductable expense sebesar Rp. 6.31., pada Biaya Pemasaran dan Rp. 1.646.65, pada Biaya Administrasi dan Umum. b. Perencanaan Pajak yang dapat digunakan oleh perusahaan mengenai biaya pemberian kendaraan adalah dengan menggantinya sebagai tunjangan kendaraan 74

yang dapat menambah penghasilan bagi karyawan ( take home pay ) dan juga dapat digunakan sebagai deductable expense bagi perusahaan yang besarnya Rp. 26.25.,. c. Perusahaan harus memotong atas jasa perizinan yang digunakan oleh perusahaan sesuai dengan PPh Pasal 23 namun perusahaan tidak memotongnya. Perencanaan Pajak yang dapat digunakan perusahaan adalah dengan cara menggross up biaya perizinan sebesar Rp. 1.65.18, pada Biaya Pemasaran dan Rp. 6.65.838, pada Biaya Administrasi dan Umum. Hasil tersebut didapat melalui: Biaya Pemasaran: 7.5% x Rp. 9.851.35, /.925 = 798.759 jadi biaya perizinan setelah di gross up adalah sebesar Rp. 9.851.35 + 798.759 = Rp.1.65.19, Biaya Administrasi dan Umum: 7.5% x Rp. 6.11.4 /.925 = Rp. 495.438 jadi biaya perizinan setelah di gross up adalah sebesar Rp. 6.11.4 + 495.438 = Rp. 6.65.838,. d. Perusahaan menggunakan jasa perawatan gedung. Atas biaya ini perusahaan harus memotongnya sesuai PPh Pasal 23. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode gross up,dimana biaya ini dapat menambah penghasilan pemberi jasa. besarnya biaya setelah di gross up pada Biaya Pemasaran adalah sebesar Rp. 3.911.72, dan pada Biaya Administrasi dan Umum sebesar Rp. 16.444.149,. kedua biaya tersebut diperoleh dengan perhitungan : 75

Biaya Pemasaran 6% x Rp.3.677. /.94 = Rp. 234.72, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 3.677. + Rp. 234.72 = Rp. 3.911.72,. Biaya Administrasi dan Umum 6% x Rp.15.457.5 /.94 = Rp. 986.649, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 15.457.5 + Rp. 986.649 = Rp. 16.444.149, e. Perencanaan Pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan mengenai biaya jasa pemeliharaan kendaraan adalah dengan cara menggross up biaya tersebut. Dengan cara ini maka akan dapat menguntungkan kedua belah pihak karena pemberi jasa pemeliharaan akan mendapat penghasilan yang lebih besar tanpa harus bayar pajak disamping itu perusahaan dapat menjadikan biaya ini sebagai pengurang penghasilan. Besarnya biaya pemeliharaan kendaraan setelah di gross up adalah Rp. 41.542.932, pada Biaya Pemasaran, dan Rp. 2.485.532, pada Biaya Administrasi dan Umum. Biaya tersebut diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya Pemasaran 6% x Rp.39.5.356 /.94 = Rp. 2.492.576, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 39.5.356 + Rp. 2.492.576 = Rp. 41.542.932,. Biaya Administrasi dan Umum 6% x Rp.2.336.4 /.94 = Rp. 149.132, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 2.336.4 + Rp. 149.132 = Rp. 2.485.532, 76

f. Perusahaan menggunakan jasa pemeliharaan perlengkapan, atas jasa ini perusahaan harus memotong PPh Pasal 23. perencanaan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan metode gross up. Besarnya biaya setelah di gross up adalah Rp. 3.723.44, pada Biaya Pemasaran dan Rp. 4.255.319,. angka tersebut didapat dengan cara: Biaya Pemasaran 6% x Rp.3.5. /.94 = Rp. 223.44, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 3.5. + Rp. 223.44 = Rp. 3.723.44,. Biaya Administrasi dan Umum 6% x Rp.4.. /.94 = Rp. 255.319, jadi besarnya biaya setelah di gross up adalah sebesar Rp. 4.. + Rp. 255.319 = Rp. 4.255.319,. g. Perusahaan menggunakan jasa konsultan, atas jasa tersebut perusahaan harus memotong PPh pasal 23 atas jasa yang diberikan. Perusahaan dapat menggunakan metode gross up dalam perencanaan pajaknya. Besarnya perencanaan setelah di gross up adalah: Biaya Pemasaran 7.5% x Rp. 6.35., /.925 = 514.865 jadi biaya konsultan setelah di gross up adalah sebesar Rp. 6.35. + 514.865 = Rp.6.864.865, Biaya Administrasi dan Umum 7.5% x Rp. 7.85. /.925 = Rp. 636.486 jadi biaya konsultan setelah di gross up adalah sebesar Rp. 7.85. + 636.486 = Rp. 8.486.486,. 77

h. Perencanaan yang dapat dilakukan pada biaya Rumah tangga adalah dengan membuat bukti transaksi yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan di dalam biaya rumah tangga. Besarnya biaya yang dapat dimunculkan kembali adalah Rp.2.849.4, pada biaya pemasaran dan Rp. 3.313.9, pada biaya administrasi dan umum. i. Perencanaan yang dapat dilakukan atas biaya representasi adalah dengan cara perusahaan harus membuat daftar nominatif berupa dokumen-dokumen atas setiap transaksi yang terjadi yang nantinya akan menjadi barang bukti. Sehingga biaya yang seharusnya dikoreksi positif, namun kini dapat dimunculkan kembali dan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Besarnya biaya adalah Rp. 1.624.325,. j. Perusahaan menganggung PPh Pasal 21 karyawannya oleh karena itu harus dikoreksi positif. Agar biaya ini dapat digunakan sebagai deductable expense maka perusahaan dapat melakukan perencanaan pajaknya dengan cara mengganti angsuran tersebut menjadi tunjangan pajak bagi para karyawannya. Dengan adanya tunjangan ini maka penghasilan karyawan akan semakin besar, dan perusahaan dapat menggunakan biaya ini sebagai pengurang penghasilan. Besarnya tunjangan pajak adalah Rp. 8.917.5, pada Biaya Pemasaran dan Rp. 1.444., pada Biaya Administrasi dan Umum. k. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan dalam biaya entertainment adalah sama dengan biaya representasi yaitu membuat daftar nominatif atas transaksi yang 78

terjadi yang berkaitan dengan biaya entertainment. Besarnya biaya tersebut adalah Rp. 1.775.6,. l. Biaya pengobatan bagi karyawan merupakan natura sehingga tidak dapat digunakan sebagai deductable expense. Perencanaan pajak yang dapat digunakan adalah dengan mengganti biaya tersebut menjadi tunjangan kesehatan. Besarnya biaya tersebut adalah sebesar Rp. 1.84.1,. 79