I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

PERENCANAAN KEBUTUHAN PANGAN PADA REPELITA VI DI TIGA PROPINSI DI INDONESIA (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari nabati atau hewani baik diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia. Berdasarkan kegunaannya, pangan digolongkan menjadi tiga, yaitu pangan sumber tenaga seperti padi-padian dan umbi-umbian, pangan sumber pembangun seperti daging, ayam dan kacang-kacangan, dan pangan sumber pengatur seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (Indriani, 2015). Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat setiap tahun menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan ragam pangan yang dibutuhkan masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Upaya yang dapat dilakukan dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup yaitu dengan menerapkan pola makan seimbang. Pola makan seimbang merupakan komposisi dari beragam pangan yang harus dikonsumsi oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, vitamin, mineral, protein, dan lemak yang dapat digambarkan sebagai piramida makanan yang berbentuk kerucut atau piramid.

2 Pola makan seimbang dapat diterapkan dengan tepat oleh setiap individu jika mengetahui pedoman gizi seimbang (PGS) yang berisi pesan dasar tentang cara memperbaiki pola makan. Pesan tersebut antara lain banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan, serta melakukan aktivitas fisik yang cukup untuk mempertahankan berat badan normal, sehingga dapat terhindar dari masalah gizi kurang ataupun gizi lebih (Kemenkes, 2014). Buah-buahan merupakan salah satu komoditas pertanian yang memberikan sumbangsih cukup besar terhadap keanekaragaman pangan dan kecukupan gizi masyarakat karena mengandung vitamin, mineral, dan serat. Buah-buahan yang kaya akan vitamin A dan C banyak terdapat pada buah yang berwarna kuning sampai merah (Indriani, 2015). Beberapa buah juga menghasilkan energi, seperti pisang, sawo, alpukat dan durian (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat, 2011). Berdasarkan data FAO, konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia hanya sebesar 109, 6 gram/hari/kapita. Jumlah tersebut masih di bawah rekomendasi konsumsi sayur dan buah yang ditetapkan FAO sebesar 180,1 gram/hari/kapita (Kemenkes, 2014). Sejalan dengan itu berdasarkan data pola pangan harapan (PPH) konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia tahun 2011 yaitu sebesar 197, 3 gram per hari dan hanya dapat memberikan kontribusi energi sebesar 4,15%. Jumlah ini masih di bawah skor standar konsumsi sayur dan buah dalam pola pangan harapan sebesar 250,0 gram per hari dengan kontribusi energi sebesar 6%. Adapun kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

3 Tabel 1. Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia berdasarkan PPH, 2011. Kelompok Pangan Konsumsi Tahun 2011 Gram Energi % AKG Bobot Skor PPH PPH Gram Energi % AKG Bobot Skor Maks PPH Padipadian 315,9 1.236,0 61,8 0,5 25,0 275,0 1.000,0 50,0 0,5 25,0 Umbiumbian 40,0 53,0 2,6 0,5 1,3 100,0 120,0 6,0 0,5 2,5 Pangan hewani 95,9 168,0 8,4 2,0 16,8 150,0 240,0 12,0 2,0 24,0 Minyak dan lemak 22,8 204,0 10,2 0,5 5,0 20,0 200,0 10,0 0,5 5,0 Buah/ biji 6,0 33,0 1,6 0,5 0,8 10,0 60,0 3,0 0,5 1,0 berminyak Kacangkacangan 22,7 56,0 2,8 2,0 5,6 35,0 100,0 5,0 2,0 10,0 Gula 22,2 81,0 4,0 0,5 2,0 30,0 100,0 5,0 0,5 2,5 Sayur dan 197,3 83,0 4,15 5,0 20,8 250,0 120,0 6,0 5,0 30,0 buah Lain-lain 61,2 39,0 1,9 0,0 0,0 60,0 3,0 0,0 0,0 Total 1.952,0 97,6 2.000,0 100,0 Skor PPH 77,3 100,0 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, 2012. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tingkat kualitas konsumsi sayuran dan buah-buahan berdasarkan pola pangan harapan (PPH) masih di bawah standar pola pangan harapan yang telah ditetapkan. Pada tahun 2010 di Provinsi Lampung kualitas konsumsi sayuran dan buah-buahan berdasarkan pola pangan harapan (PPH) yaitu sebesar 22,4 dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 23,4 sedangkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 25,2 dimana skor pola pangan tersebut masih di bawah standar pola pangan harapan (PPH) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 30,0. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi buah-buahan di Provinsi Lampung masih di bawah standar yang ditetapkan oleh pola pangan harapan (PPH). Adapun kualitas konsumsi pangan

penduduk Provinsi Lampung berdasarkan pola pangan harapan (PPH) tahun 2010, 2011, dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 2. 4 Tabel 2. Kualitas konsumsi pangan penduduk Provinsi Lampung berdasarkan PPH tahun 2010, 2011, dan 2012 Komponen Standar 2010 2011 2012 Padi-padian 25,0 25,0 25,0 25,0 Umbi-Umbian 2,5 2,1 2,2 2,0 Pangan Hewani 24,0 19,1 20,3 19,6 Minyak & Lemak 5,0 5,0 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 1,0 1,0 1,0 0,9 Kacang-Kacangan 10,0 10,0 10,0 10,0 Gula 2,5 2,2 2,3 2,4 Sayuran & Buah 30,0 22,4 23,4 25,2 Total 100,0 86,6 89,2 90,2 Sumber: Tim Fakultas Pertanian Unila, 2013 Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Lampung, kepadatan penduduk di Kota Bandar Lampung menempati urutan pertama dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 4.679 jiwa/ km 2 (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013). Kepadatan penduduk di Kota Bandar Lampung mengakibatkan kebutuhan pangan termasuk buah-buahan juga meningkat. Tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Bandar Lampung selain dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk dapat juga dipengaruhi oleh ketersediaan buahbuahan dan tingkat pendapatan masyarakat di Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 ketersediaan buah-buahan di Provinsi Lampung mengalami surplus sebesar 1.618.236 ton. Hal ini dikarenakan ketersediaan buah-buahan di Provinsi

5 Lampung lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan total konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan. Adapun kondisi ketersediaan pangan strategis di Provinsi Lampung tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kondisi ketersediaan pangan strategis di Provinsi Lampung, 2012. Komoditas Produksi (ton) Ketersediaan (ton) Total Konsumsi (ton) Surplus/minus Ketersediaan (ton) Beras 1.807.262 1.747.622 867.546 880.077 Jagung 1.825.292 1.624.510 58.203 1.566.307 Kedelai 7.600 7.220 95.326-88.106 Kacang Tanah 11.424 10.853 8.488 2.365 Kacang Hijau 3.610 3.357 5.783-2.426 Ubikayu 9.199.157 7.819.283 318.999 7.500.285 Ubijalar 49.062 43.175 30.594 12.581 Buah-Buahan 2.169.480 1.952.532 334.296 1.618.236 Sayuran 285.069 256.562 557.968-301.406 Daging Sapi 10.061 10.061 2.239 7.823 Daging Ayam 27.149 27.149 32.460-5.311 Susu 162 162 342.131-341.969 Telur 44.878 44.878 1.679 43.199 Ikan 282.450 240.082 8.861 231.221 Gula Pasir 2.850.740 2.850.740 70.142 2.780.559 Minyak Sawit 92.634 92.634 94.300-1.666 Sumber: Harianto, 2014 Berdasarkan data pada Tabel 3 seharusnya konsumsi buah-buahan di Bandar Lampung dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan, meski begitu konsumsi buah-buahan dipengaruhi juga oleh tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat di Kota Bandar Lampung dapat digolongkan masih rendah. Pada tahun 2010 pendapatan per kapita di Kota Bandar Lampung sebesar Rp7,42 juta per tahun yang seharusnya sebesar Rp22,04 juta per tahun (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, 2010). Hal ini dapat mempengaruhi rendahnya konsumsi buah-buahan di Bandar Lampung karena masyarakat akan

6 mengutamakan membeli makanan pokok dan lauk pauk dibandingkan membeli buah-buahan. Di sisi lain dengan berkembangnya bisnis berbasis buah dan pergeseran gaya hidup yang lebih mengarah pada gaya hidup praktis dalam mengonsumsi pangan termasuk buah-buahan menyebabkan perubahan gaya hidup rumah tangga di Kota Bandar Lampung terhadap konsumsi buah-buahan. Dahulu buah-buahan hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, namun dengan adanya perubahan gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan maka konsumen cenderung lebih menginginkan buah-buahan yang dapat langsung dikonsumsi. Hal ini menyebabkan bermunculannya bisnis berbasis buah yang menyediakan aneka variasi buah-buahan yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen seperti jus buah, manisan buah, asinan buah, buah kupas dan sup buah (Soewitomo, 2007). Berdasarkan survei yang telah dilakukan, konsumsi buah-buahan didominasi oleh beberapa jenis buah yaitu pisang, pepaya, semangka, alpukat dan salak. Menurut Sekarindah (2008), pisang dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar; pepaya dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar, manisan pepaya, asinan pepaya, buah kupas dan sup buah; semangka dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar, sup buah dan minuman jus; alpukat dapat dikonsumsi dalam bentuk minuman jus dan sup buah; salak dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar dan manisan salak. Banyaknya variasi dalam penyajian buah maka seharusnya dapat meningkatkan konsumsi buah-buahan bagi rumah tangga di Kota Bandar Lampung. Bagi rumah tangga yang tingkat konsumsi buah-buahan tinggi, maka tingkat permintaan terhadap buah-buahan juga akan tinggi, namun tinggginya tingkat

7 permintaan rumah tangga terhadap buah-buahan tidak menjamin tingkat konsumsi buah-buahan setiap individu yang terdapat dalam rumah tangga tersebut juga tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi konsumsi dan tingkat kesukaan setiap individu termasuk anak usia sekolah dasar dalam rumah tangga terhadap buahbuahan. Anak usia sekolah dasar merupakan aset bangsa yang akan menentukan masa depan suatu bangsa, sehingga diperlukan generasi yang sehat dan cerdas, untuk itu perlu diperhatikan status gizinya dengan cara memperbaiki pola makan anak dan aktivitas fisik anak. Pola makan yang baik dan diimbangi dengan aktivitas fisik (olah raga) yang rutin akan dapat menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh anak (Santrock, 2012). Konsumsi buah-buahan pada anak usia sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh status sosia ekonomi orang tua. Bagi orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah maka konsumsi buah-buahan anak cenderung rendah. Hal ini dikarenakan orang tua akan lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga seperti beras dan lauk pauk, selain itu pengetahuan orang tua terhadap manfaat buah untuk kesehatan juga rendah. Bagi orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi maka konsumsi buahbuahan anak cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki pengetahuan yang cukup terhadap manfaat buah-buahan, sehingga orang tua akan menyediakan buah-buahan di rumah. Anak-anak dalam mengonsumsi buah tidak hanya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua, namun juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Apabila di lingkungan rumah orang tua mengajarkan anak untuk terbiasa mengosumsi buah maka anak akan rutin mengonsumsi buah, dan apabila di sekolah anak memiliki teman-teman yang terbiasa membeli dan

8 mengonsumsi buah maka anak akan rutin juga membeli dan mengonsumsi buah (Hurlock, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan topik gaya hidup dan konsumsi buah dalam keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana gaya hidup rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar dalam mengonsumsi buah di Bandar Lampung? 2) Bagaimana pola makan buah rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar di Bandar Lampung? 3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar terhadap buah-buahan di Bandar Lampung? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1) Mengetahui gaya hidup rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar dalam mengonsumsi buah di Bandar Lampung. 2) Mengetahui pola makan buah rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar di Bandar Lampung. 3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah dasar terhadap buah-buahan di Bandar Lampung.

9 C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Rumah tangga, dapat menyadarkan orang tua akan pentingnya konsumsi buah didalam rumah tangga terutama distribusi buah untuk anak, sehingga dapat memberikan asupan pangan yang bergizi. 2) Sekolah, dapat menjadi pertimbangan dalam menyediakan lebih banyak jajanan berbasis buah. 3) Peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pembanding atau pustaka.