I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung jawab bersama. Jika dikaitkan dalam suatu lingkup negara maka pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak setiap rakyat Indonesia sebagaimana telah diamanatkan oleh UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan konsumsi pangan dan gizi, serta kemanan pangan dengan melibatkan peran serta antara pemerintah dan masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Salah satu komoditas pangan utama yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat adalah kedelai. Kedelai merupakan komoditas startegis yang unik di dalam sistem usaha tani Indonesia. Kedelai termasuk dalam tiga besar komoditas pangan utama di Indonesia selain padi dan jagung. Peran kedelai sangat penting terhadap perkembangan penduduk Indonesia. (Supadi, 2009). Komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan kaya protein nabati dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai merupakan sumber lemak, mineral, dan vitamin serta dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan susu. Indonesia termasuk negara produsen kedelai keenam terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Cina, dan India. Namun, produksi kedelai domestik belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu jauh melampaui peningkatan produksi domestik. Untuk mencukupinya, pemerintah melakukan impor (Zakaria, 2010). Perkembangan konsumsi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan peningkatan produksi dalam periode tahun Produksi yang mengalami penurunan mengakibatkan terjadinya peningkatan impor. Dari total konsumsi masyarakat terhadap kedelai, hanya ratarata 30 persen saja yang dapat dipenuhi oleh produksi kedelai di dalam negeri, sisanya hampir 70 persen kedelai di impor. Tabel 1.1 menampilkan 1

2 perkembangan produksi, konsumsi dan impor kedelai di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan Tabel 1.1 Data Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesia Tahun Produksi Konsumsi Impor , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,07 Rata-rata , , ,84 Sumber: FAO, 2016 (diolah). Lonjakan konsumsi kedelai disebabkan peningkatan konsumsi produk industri rumahan (tahu dan tempe), semakin populer digunakan unuk substitusi produk hewani pada beberapa kondisi. Kedelai bagi industri pengolahan pangan di Indonesia tergolong skala kecil menengah, namun dalam jumlah sangat banyak, sehingga menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan konsumsi kedelai. Peningkatan konsumsi kedelai tidak diimbangi oleh gairah petani dalam budidaya kedelai yang semakin menurun (Ariani 2003), menyebabkan areal tanam semakin menurun dan produktivitas relatif stabil (Oktaviani 2010). Upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Dalam upaya meningkatkan produksi tersebut salah satunya ditentukan oleh berapa banyak input yang harus digunakan menghasilkan output yang maksimum. Salah satu input yang berperan dalam produksi hasil pertanian seperti kedelai adalah area tanam atau lahan. Rata-rata area tanam, produksi dan produktivitas kedelai dunia masingmasing sebesar 95,97 juta ha, 227,9 juta ton, dan 2,37 ton per ha per tahun, 2

3 sedangkan Indonesia hanya memiliki luas area rata-rata sebesar 0.58 juta ha, produksi rata-rata sebesar 0.78 juta ton dan produktivitas rata-rata sebesar 1.33 ton per ha per tahun. Pertumbuhan area, produksi dan produktivitas kedelai Indonesia yang cenderung kecil menunjukkan bahwa kontribusi Indonesia dalam memenuhi kedelai dunia hanya sebesar 0,6 persen, 0.3 persen dan 5.6 persen terhadap luas area, produksi dan produktivitas kedelai dunia. Perkembangan area tanam, produksi dan produktivitas kedelai dunia pada tahun tersebut disajikan pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Perkembangan Area Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Tahun Area Tanam Produktivitas Tahun (Ha) Produksi (Ton/Ha) , , , , , , , , , , , ,49 Pertumbuhan rata-rata per tahun ,37 Sumber: FAO (2016), diolah. Beberapa hal diatas menyebabkan kedelai impor tidak dapat terelakan untuk didatangkan ke Indonesia. Hal ini juga didukung kebijakan pemerintah yang berupaya mendatangkan kedelai impor untuk menjaga ketersediaan kedelai di Indonesia. Dengan masuknya kedelai impor dan meningkatkan ketergantungan Indonesia akan barang impor serta akan mematikan usahatani kedelai. Impor kedelai yang semakin meningkat didukung oleh harga yang lebih murah, sehingga berdampak pada kualitas kedelai itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Arifin (2012) bahwa kedelai impor yang berasal dari kedelai transgenik akan berdampak buruk pada kesehatan manusia pada jangka panjang. Selain itu, 3

4 impor kedelai yang semakin meningkat juga akan menyebabkan devisa negara yang menghilang semakin meningkat. Inti dari ulasan diatas tingkat konsumsi penduduk Indonesia akan kedelai tidak diimbangi dengan ketersediaan kedelai yang dipenuhi melalui produksi kedelai domestik sehingga Indonesia harus melakukan impor kedelai. Penelitian ini mencoba memecahkan beberapa masalah yang terkait dengan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki permintaan yang cukup tinggi akan komoditas kedelai tersebut dan memiliki pula konsumsi yang tinggi, akan tetapi konsumsi tersebut tidak seimbang atau sesuai dengan produksi yang mampu atau dapat dihasilkan sehingga Indonesia harus melakukan kebijakan impor kedelai pada saat permintaan kedelai tersebut tinggi agar ketersediaan kedelai di mencukupi. Ditambah lagi setelah terjadinya krisis moneter yang di alami oleh Indonesia pada tahun 1998 jumlah kedelai impor yang masuk ke pasar domestik mengalami peningkatan tajam dan mencapai lebih dari dua ratus persen di tahun Kondisi tersebut menyebabkan produksi kedelai domestik menurun. Konsumsi kedelai terdiri dari konsumsi bagi rumah tangga dan konsumsi untuk industri. Sebagian besar konsumsi dilakukan oleh sektor industri rumah tangga. Konsumsi yang tinggi dari kedelai mencerminkan bahwa kedelai sangat penting bagi konsumen sehingga mempunyai nilai yang tinggi. Manfaat kedelai tidak hanya berperan sebagai bahan makanan saja tetapi juga digunakan dalam sebagai bahan bakar yang di ekstrak minyaknya. Tingkat konsumsi kedelai yang tinggi tidak sebanding dengan produksi kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri yang kecil tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri itu sendiri. Oleh karena itu, perlu penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi kedelai di Indonesia sehingga dapat memberikan gambaran kebijakan yang tepat dalam mencapai swasembada khususnya kedelai di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas mengenai permasalahan tentang konsumsi dan ketersediaan kedelai di Indonesia maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 4

5 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan kedelai di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kedelai di Indonesia. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini selain dapat menambah pengetahuan juga merupakan salah satu syarat guna memperoleh derajat Magister of Science pada Program Studi Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi Pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi mengenai konsumsi dan ketersediaan kedelai di Indonesia dan juga sebagi bahan perbandingan serta studi terdahulu dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Bagi pemerintah Indonesia dan instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebahai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan baru maupun perbaikan kebijakan lama dalam rangka pelaksanaan pembangunan pertanian guna mencapai swasembada pangan dan meminimalisir impor kedelai di Indonesia. 5