BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4 Non Equivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen 1 X 1.2 X 1.1 Y 1 Eksperimen 2 X 2.2 X 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini terdiri dari siswa kelas 7 D sebagai kelas validitas, kelas 7

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab empat ini, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang akan membahas tentang empat bagian yaitu, sebagai berikut: 1) Gambaran umum penelitian, 2) Hasil penelitian, 3) Uji hipotesis, dan 4) Pembahasan hasil penelitian. Berikut akan dibahas secara terperinci keempat bagian tersebut. 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua SD yaitu SD Negeri 1 Gondosuli dan SD Negeri 2 Gondosuli. Kelas Eksperimen 1 dilakukan di SD Negeri 2 Gondosuli yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Kelas eksperimen 1 mempunyai saranan dan prasarana yang memadai, hal tersebut dapat dilihat dari tersedianya ruang kelas, ruang kantor, ruang penunjang, lapangan olahraga dan upacara dan taman-taman yang tertata rapi dan nyaman. Kelas Eksperimen 2 dilakukan di SD Negeri 2 Gondosuli pada kelas IV yang berjumlah 20 siswa. Jumlah siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Siswa tersebut berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. SD Negeri 2 Gondosuli merupakan sekolah yang memiliki saranan dan prasarana yang memadai, hal tersebut dapat dilihat dari tersedianya ruang kelas, ruang kantor, ruang penunjang, taman-taman yang tertata rapi dan nyaman, namun halaman olahraga dan upacara belum cukup efektif untuk melakukan kegiatan di halaman SD Negeri 2 Gondosuli. Penentuan sampel tidak dipilih secara acak, yang menjadi populasi adalah siswa dari SD Negeri di Gugus Dieng Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. Adapaun yang menjadi sampel dalam penelitian, siswa kelas 4 SD Negeri 1 Gondosuli sebagai kelas eksperimen 1 yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki, dan siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gondosuli sebagai kelas eksperimen 2 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Dibawah ini merupakan tabel jumlah siswa yang menjadi sampel dalam penelitian. 37

38 Jenis Kelamin Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian Kelas Eksperimen1 SDN 1 Gondosuli Kelas Eskperimen2 SDN 2 Gondosuli Laki-laki 12 11 Perempuan 12 9 Jumlah 24 20 Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 4 SD semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Siswa kelas 4 SD Negeri 1 Gondosuli sebagai kelas eksperimen 1 yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan SD Negeri 2 Gondosuli sebagai kelas eksperimen 2 yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT). 4.2 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 untuk mengetahui perbedaan signifikan penerapan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar IPA kelas 4 SD di Gugus Dieng Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu memberikan gambaran mengenai metode TSTS pada kelas eskperimen 1 dan NHT pada kelas eksperimen 2 kepada guru yang akan mengajar menggunakan metode ini dalam pembelajaran, bertujuan supaya guru yang bersangkutan dapat terlatih menggunakan metode TSTS maupun NHT. Kelas yang digunakan adalah SD Negeri 1 Gondosuli dengan tipe TSTS dan SD Negeri 2 Gondosuli dengan tipe NHT. Pelaksanaan penelitian pada kedua sekolah dilakukan 4 kali pertemuan seperti yang tercantum pada jadwal penelitian. Jadwal tahap kegiatan yang dilaksanakan seperi pada Tabel 4.2 yaitu:

39 Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan 1 Kamis, 7 April 2016 - Pemberian pretest pada kelas eksperimen 1 2 Jum at, 8 April 2016 - Pemberian pretest pada kelas eksperimen 2 - Perkenalan dengan siswa kelompok eksperimen 2 3 Selasa, 12 April 2016 - Kegiatan pembelajaran 1 pada kelompok eksperimen 2 tentang kenampakan bumi dan benda langit - Perkenalan dengan siswa kelompok eksperimen 1 4 Rabu 13 April 2016 - Kegiatan pembelajaran 1 pada kelompok eksperimen 1 tentang kenampakan bumi dan benda langit 5 Kamis, 14 April 2016 - Kegiatan pembelajaran 2 pada kelompok eksperimen 2 tentang kenampakan bumi dan benda langit - Memberikan posttest kepada kelompok eksperimen 2 6 Jum at, 15 April 2016 - Kegiatan pembelajaran 2 pada kelompok eksperimen 1 tentang kenampakan bumi dan benda langit - Memberikan posttest kepada kelompok eksperimen 1 Berdasarkan jadwal penelitian pada tabel 4.2, proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berjalan sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan NHT diobservasi proses belajar mengajarnya dan hasilnyapun dua kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 masih belum sepenuhnya mengikuti sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan NHT. Untuk melihat lebih jelas data mengenai keterlaksanan proses pembelajaran yang telah dilakukan pada penerapan TSTS dan NHT disajikan pada tabel berikut:

40 Tabel 4.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Langkah-langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 pada Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit No Langkah Kegiatan 1 awal Kegiatan 2 inti Kegiatan 3 akhir Jumlah Prosentase Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Frekuensi Keterlaksanaan Frekuensi Keterlaksanaan 32% 30% 36% 33% 44% 35% 44% 39% 24% 21% 20% 18% 100% 86% 9% 90% Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan keterlaksanaan langkah pembelajaran pada kelompok kelas eksperiemen 1 dan kelas eksperimen 2, dapat dilihat pada kelas eksperimen 1 keterlaksanaan penerapan penggunaan model tipe TSTS adalah 86%. Hal ini dikarenakan karena ada beberapa langkah yang belum maksimal dilaksanakan pada kegiatan inti. Sedangkan, pada kelas eksperimen 2 keterlansaan penerapan model tipe NHT adalah 90%. Keterlaksanaan langkah pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 masing-masing masih perlu pembenahan karena belum mencapai 100%. Lebih jelasnya tentang keterlaksanaan langkah pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 13 dan lampiran 14. Hasil observasi yang telah dirumuskan menggambarkan tentang jalannya proses pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Observasi merupakan tahapan pertama dalam proses penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data agar dapat melihat ketercapaian dan kesesuain langkah dalam proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil observasi dua kelompok yang diteliti terdapat pengaruh positif dan pengaruh negatif pada proses pembelajaran. Pengaruh positif dua kelompok setelah diobservasi yaitu: (1) dapat mengetahui keadaan kelas secara langsung dalam proses pembelajaran, (2) dapat

41 mengetahui jalannya proses pembelajaran dan ketercapaian langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan NHT, (3) siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib karena terdapat guru (obsever). Pengaruh negatif observasi kedua kelas adalah (1) siswa cenderung malu karena adanya guru baru (obsever) dalam kelas, (2) guru tidak leluasa menyampaikan materi, (3) guru belum menguasai model pembelajaran. 4.3 Gambaran Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dilaksanakan pada Rabu, 13 April 2016 dan Jum at, 15 April 2016. Pada kelas eksperimen 1 siswa kelas 4 SD Negeri 1 Gondosuli sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu siswa diberikan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa. Kemudian guru menyampaikan materi IPA kelas 4 tentang Kenampakan Bumi dan Langit. Setelah guru selesai menyampaikan materi, guru menyampaikan langkah-langkah Two Stay Two Stray yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 4 siswa dengan cara berhitung. Kelompok I membahas terjadinya rotasi dan revolusi bumi berserta akibatnya, kelompok 2 membahas tentang terjadinya pasang naik dan pasang surut air laut beserta manfaatnya, kelompok 3 menggambar dan menjelaskan keudukan bulan saat terjadi pasang purnama dan pasang perbani, kelompok 4 membahas tentang kedudukan bulan, kelompok 5 membahas tentang kedudukan bulan, dan kelompok 6 membahas tentang rasi bintang. Siswa berkumpul dalam kelompoknya, guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk menentukan peran siapa yang akan menjadi tamu dan siapa akan tinggal. Setelah semua kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi tentang hasil kerja kelompok lain. Sedangkan, dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas untuk menyampaikan hasil kerjanya pada siswa yang bertamu di kelompoknyan. Setelah semua tamu sudah mendapatkan informasi hasil kerja dari kelompok lain, siswa yang menjadi tamu kembali kekelompok

42 asalnya masing-masing dan menjelaskan hasil tamunya kepada dua siswa yang tinggal. Tahap akhir dari proses pembelajaran guru memberikan postest untuk melihat sejauh mana siswa memahami materi yang sudah diajarkan dengan menggunakan Two Stay Two Stray. Proses pembelajaran pada kelas eskperimen 2 dilaksanakan pada Selasa, 12 April 2016 dan Kamis, 14 April 2016. Sebelum siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gondosuli diberikan perlakuan dengan Number Head Together, guru memberikan pretest terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan awal siswa. Kemudian, dilanjutkan guru menyampaikan materi tentang Kenampakan Bumi dan Langit. Setelah guru selesai menyampaiakan materi, kemudian guru menjelaskan langkah-langkah Number Head Together pada siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen yang masingmasing kelompok berjumlah 5 siswa. Setelah kelompok terbagi selanjutnya guru membagikan nomor kepala 1-5 pada masing-masing kelompok yang akan nantinya dipakai pada setiap anggota kelompok. Setelah semua kelompok sudah berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Guru membimbing dan mengawasi kelompok kelompok belajar pada saat mereka berpikir bersama. Setelah waktu siswa berpikir dan menyelesaikan LKS yang diberikan selesai, guru akan memanggil nomor tertentu dalam tiap kelompok untuk mewakili kelompoknya menjawab pertanyaan yang diberikan terus berlanjut sampai pertanyaan yang diberikan telah terjawab semua. Setelah pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Tahap akhir dari proses pembelajaran guru memberikan postest untuk melihat sejauh mana siswa memahami materi yang sudah diajarkan dengan menggunakan Number Head Together. 4.4 Kemampuan Awal Hasil Belajar 4.4.1 Deskripsi Data Kemampuan Awal Nilai pretest digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa sebelum penelitian dilakukan dan diberikan perlakuan. Nilai pretest diambil dari nilai hasil

43 tes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan untuk kelas eksperimen 1 san eksperimen 2. Pengujian descriptive statistic dilakukan menggunakan aplikasi SPSS for windows 16.0 Analisis discriptive dilakukan sesudah melakukan distribusi frekuensi skor pretest pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Tujuan dilakukan distribusi frekuensi adalah mengetahui jumlah perolehan skor yang didapat pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Distribusi frekuensi dilakukan berdasarkan perhitungan interval. Penentuan interval kelas digunakan rumus, sebagai berikut: Range/jangkauan Banyaknya kategori struges (k) : Skor maksimal skor minimal : 1 + 3,3 + log n Interval : Perhitungan interval untuk dua kelompok dihitung dari rumus yang sudah ditentukan secara rinci penentuan interval yaitu, sebagai berikut: Banyaknya kategori (k) = 1 + 3,3 + log n = 1 + 3,3 + log 44 = 5,94 = 6 Interval kelas (i) = = = 6,6 = 7 Dari perhitungan rumus penentuan interval, diperoleh interval kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan rentang interval adalah 7, seperti yang tersaji pada tabel 4.4 distribusi frekuensi nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen berikut:

44 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Kelompok Eksperimen 1 Kleompok Eksperimen 2 No Interval Frekuensi (f) Prosentase (%) Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 75 ke atas - 0% - 0% 2 68 74-0% - 0% 3 61 67 2 8,3% - 0% 4 54 60 12 50% 9 45% 5 47 53 7 29,2% 9 45% 6 40 46 3 12,5% 2 10% Jumlah 24 100% 20 100% Tabel 4.4 menunjukkan data distribusi frekuensi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Berdasarkan tabel 4.4 interval dua kelompok sama, yang membedakan hanya frekuensi dan prosentae pada masing-masing kelompok. Selanjutnya, perbandingan perolehan skor pretest pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dilakukan analisis deskriptif agar dapat diketahui nilai maksimum, minimum, rata-rata, dab standar deviasi. Hasil dari data deskripsi statistik dapat dilihat pada Tabel 4.5, sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation pretest_eksperimen1 24 42 64 53.58 5.656 pretest_eksperimen2 20 40 60 52.60 5.072 Valid N (listwise) 20 Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 2 lebih rendah dari kelas eksperimen 1 yaitu 53,58 untuk kelas eksperimen 1 dan 52,60 untuk kelas eksperimen 2. Nilai minimum dari kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 juga berbeda yaitu untuk kelas eksperimen 1 adalah 42 dan kelas eksperimen 2 adalah 40. Standar deviasi kelas eksperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yaitu 5,656 > 5,072 berarti semakin kecil jumlah standar deviasi maka persebaran kenormalan dalam penelitian semakin mendekati tingkat

45 kenormalan, dan semakin besar stadar deviasi maka persebaran kenormalan dalam penelitian semakin menjahui tingkat kenormalan. 4.4.2 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini hasil uji normalitas yang akan dilihat adalah nilai pada kolom Shapiro-Wilk. Hal ini dilakukan karena jumlah data (N) dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 kurang dari 50 data, yaitu sebanyak 44 siswa. Normal tidaknya penyebaran data pada skor pretest kelompok eksperimen 1 dan eksprimen 2 dilakukan uji normalitas dengan nilai signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.6, berikut: Tabel 4.6 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk pretest_eksperimen1 pretest_eksperimen 2 a. Lilliefors Significance Correction Statistic df Sig. Statistic df Sig..113.104 *. This is a lower bound of the true significance. 24 20.200 *.200 *.970.952 24 20.655.395 Tabel 4.6 menunjukkan nilai signifikan untuk uji normalitas nilai pretest pada kelas eksperimen 1 adalah 0,655, sedangkan nilai signifikan untuk uji normalitas pretest pada kelas eksperimen 2 adalah 0,395. Kelas eksperimen 1 dan kelas eskperimen 2 keduanya mempunyai nilai signifikansi yang nilainya lebih besar dari 0,05 (5%) berarti menunjukkan bahwa hasil pretest kedua kelas antara kelas ekperimen 1 dan eksperimen 2 berdistribusi normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

46 Gambar 4.1 Persebaran Kenormalan Pretest Kelas Eksperiemen 1 Gambar 4.2 Persebaran Kenormalan Pretest Kelompok Eksperiemen 2 Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 hasil penyebaran data kenormalan pada hasil pretest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 menunjukkan bahwa persebaran nilai tidak menjauhi atau tidak menyimpang jauh dari garis

47 kenormalan, artinya persebaran nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 menunjukkan data yang normal. 4.4.3 Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian sampel data adalah sama atau tidak. Hasil dari perhitungan akan menunjukkan varian dari kedua kelompok sama jika nilai signifikansi data kelas eskperimen 1 dan kelas eksperimen 2 > 0,05. Berikut adalah tabel hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2: Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig..482 5 11.783 Berdasarkan Tabel 4.7 uji homogenitas dilihat dari output Test of Homogeneity of Variances, dapat disimpulkan bahwa signifikansi pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 sebesar 0,783. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 mempunyai varian yang sama atau homogen karena signifikasi > 0,05. 4.4.4 Independent Sample T-Test Uji independent Sample T-Test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2, dalam pengujian dikatakan baik apabila tidak berbeda secara signifikan. Pada uji homogentis kedua kelas nilai signifikansi diperoleh 0,783 berarti dikatakan kedua kelas eskperimen 1 dan eksperimen 2 mempunyai varian yang sama atau homogen, maka pada Uji Independent Sample T-Test harus menggunakan Equal Variance Assumed. Uji t di hitung menggunakan uji dua sampel pada Independent Sampel T-test maka nilai signifikansi dapat dilihat pada kolom sig(2-tailed). Kriteria pengujian berdasarkan signifikansi uji T-test dapat dilihat, sebagai berikut: H0 diterima jika signifikansi > 0,05

48 H0 ditolah jika signifikansi < 0,05 Hasil uji t-test dapat dilihat pada tabel 4.5 pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Independent Sample T-Test Pretest Nilai Equal pretest variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper.202.655.601 42.551.983 1.635-2.316 4.283.608 41.748.547.983 1.618-2.283 4.250 Tabel 4.8 dapat dilihat signifikansi (2-tailed) pada kolom Equal variance assumed diketahui nilai signifikan sebesar 0,551 > 0,05, sehingga H0 yang menyatakan tidak ada perbedaan kemampuan awal pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 diterima, maka dapat diartikan bahwa rata-rata nilai pretest pada kelas eskperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga kedua kelompok dapat diberikan perlakuan sesuai dengan yang sudah direncanakan. 4.5 Kemampuan Akhir Hasil Belajar 4.5.1 Deskripsi Data Kemampuan Akhir Hasil belajar dari dua kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat melalui hasil postest. Data yang dihitung sama halnya dengan hasil pretest yaitu mean dan standar deviasi serta nilai maximum dan minimum untuk masingmasing kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Data diolah melalui SPSS versi 16.0, analisis discriptive dilakukan sesudah melakukan distribusi frekuensi skor Postest pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Tujuan dilakukan distribusi frekuensi adalah mengetahui jumlah perolehan skor yang didapat pada

49 kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Distribusi frekuensi dilakukan berdasarkan perhitungan interval. Penentuan interval kelas digunakan rumus, sebagai berikut: Range/jangkauan Banyaknya kategori struges (k) Interval : : Skor maksimal skor minimal : 1 + 3,3 + log n Perhitungan interval untuk dua kelompok dihitung dari rumus yang sudah ditentukan secara rinci penentuan interval yaitu, sebagai berikut: Banyaknya kategori (k) Interval kelas (i) = = = 12,3 = 1 + 3,3 + log n = 1 + 3,3 + log 44 = 5,94 = 6 = 12 (dibulatkan) Dari perhitungan rumus penentuan interval, diperoleh interval kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan rentang interval adalah 12, seperti yang tersaji pada tabel 4.9 distribusi frekuensi nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Postest Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Kelompok Eksperimen 1 Kleompok Eksperimen 2 No Interval Frekuensi (f) Prosentase (%) Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 97 ke atas - 0% - 0% 2 85 96 3 12,5% 2 10% 3 73 84 14 58,3% 11 55% 4 61 72 3 12,5% 6 30% 5 49 60 4 16,7% 1 5% 6 37 48-0% - 0% Jumlah 24 100% 20 100%

50 Tabel 4.9 menunjukkan data distribusi frekuensi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Berdasarkan tabel 4.9 interval dua kelompok sama, yang membedakan hanya frekuensi dan prosentae pada masing-masing kelompok. Selanjutnya, perbandingan perolehan skor postest pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dilakukan analisis deskriptif agar dapat diketahui nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi. Hasil dari data deskripsi statistik dapat dilihat pada Tabel 4.10, sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation eksperimen1 24 56 94 75.83 10.042 eksperimen2 20 58 94 77.20 8.859 Valid N (listwise) 20 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttestt dari kelas eksperimen 2 lebih tinggi dari kelas eksperimen 1 yaitu 75,83 untuk kelas eksperimen 1 dan 77,20 untuk kelas eksperimen 1. Nilai minimum dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 juga berbeda yaitu untuk kelas eksperimen 1 yaitu 56 dan kelas eksperimen 2 yaitu 58. Standar deviasi kelas eksperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yaitu 10,042 > 8,859. 4.6 Uji Hipotesis 4.6.1 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini hasil uji normalitas yang akan dilihat adalah nilai pada kolom Shapiro-Wilk. Hal ini dilakukan karena jumlah data (N) dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 kurang dari 50 data, yaitu sebanyak 44 siswa. Normal tidaknya penyebaran data pada skor postest kelompok eksperimen 1 dan eksprimen 2 dilakukan uji normalitas dengan nilai signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas dpaat dilihat pada tabel 4.11, berikut:

51 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Ekperimen 2 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk eksperimen1 eksperimen2 Statistic df Sig. Statistic df Sig..143.156 a. Lilliefors Significance Correction 24 20 *. This is a lower bound of the true significance..200 *.200 *.945.967 24 20.210.689 Tabel 4.11 menunjukkan nilai signifikan untuk uji normalitas nilai posttest pada kelas eksperimen 1 adalah 0,210, sedangkan nilai signifikan untuk uji normalitas posttest pada kelas eksperimen 2 adalah 0,689. Kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 keduanya mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) yang berarti dua kelas antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berdistribusi normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut: Gambar 4.3 Persebaran Kenormalan Postest Kelas Eksperiemen 1

52 Gambar 4.4 Persebaran Kenormalan Postest Kelompok Eksperiemen 2 Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4 hasil penyebaran data kenormalan pada hasil postest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 menunjukkan bahwa persebaran nilai tidak menjauhi atau menyimpang jauh dari garis kenormalan, artinya persebaran nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 menunjukkan data yang normal. 4.6.2 Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen1 dan Kelas Eksperimen2 Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian sampel data sama atau tidak. Hasil dari perhitungan akan menunjukkan varian dari kedua kelompok antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sama, jika nilai signifikansi data kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 > 0,05. Berikut adalah tabel hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2: Tabel 4.12 Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.767 4 8.103

53 Tabel 4.12 uji homogenitas dilihat dari output Test of Homogeneity of Variances menunjukkan signifikansi posttest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,103. Dari hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelompok kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai varian yang sama atau homogen karena signifikasi 0,013 > 0,05. 4.6.3 Independent Sample T-Test Hasil pembelajaran yang dilakukan siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 setelah mendapatkan perlakuan, nilai posttest dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 di analisis menggunakan T-Test yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar antara dua kelompok sampel yang tidak saling berhubungan dengan menerapkan pembelajaran Two Stay Two Stray pada kelas eksperimen 1 dan Number Head Together pada kelas eksperimen 2. Pada uji homogentis kedua kelas nilai signifikansi diperoleh 0,103 berarti dikatakan kedua kelas eskperimen 1 dan eksperimen 2 mempunyai varian yang sama atau homogen, maka pada Uji Independent Sample T-Test harus menggunakan Equal Variance Assumed. Uji T- Test menggunakan uji dua sampel (independent Sample T-Test) maka signifikansi dapat dilihat pada kolom sig(2-tailed). Berikut kriteria pengujian berdasarkan signifikansi uji T-test adalah: H0 diterima jika signifikansi > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe NHT dan TSTS terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gugus Bulu Temanggung. H0 ditolak jika signifikansi < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe NHT dan TSTS terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gugus Bulu Temanggung.

54 Tabel 4.13 Hasil Uji Independent Sample T-Test Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Std. Error Difference t df tailed) Difference Difference Lower Upper Nilai postest Equal variances assumed Equal variances not assumed -.474 42.638-1.367 2.884-7.187 4.453 -.479 4.1842.634-1.367 2.851-7.120 4.387 Pada Tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji T-Test pada kolom Sig(2-tailed) sebesar 0,638 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri di Gugus Dieng Kecamanatan Bulu Kabupaten Temanggung pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Hasil belajar IPA pada kelas eksperimen 1 dengan diberikan perlakuan TSTS rata-rata nilainya adalah 75,83 lebih rendah daripada kelas eksperimen 2 yang diberikan perlakuan NHT adalah 77,20. Rata-rata hasil belajar IPA pada materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak berbeda jauh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, rata-rata hasil belajar dengan perlakuan yang berbeda hanya selisih 1,37. 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan hasil belajar pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan

55 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil dari keterlaksanan perlakuan pada kelas eksperiemn 1 dan eksperimen 2 didapatkan data tentang hasil observasi yang kesimpulannya ketercapaian/kertelaksanaan langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen 1 menggunakan tipe TSTS adalah 86%, sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan tipe NHT adalah 90%. Hasil observasi menunjukkan tipe NHT lebih besar ketercapaiannya namun dua kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperiemen 2 masih perlu pembenahan dalam pengajaran agar ketercapaiannya sebesar 100%. Hasil observasi menunjukkan adanya pengaruh positif dan negatif, diantaranya pengaruh positif yaitu siswa bisa lebh aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu siswa cenderung malu karena ada guru baru di dalam kelas (peneliti). Hasil belajar siswa menggunakan postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 diukur untuk mengetahui perbedaan pencapaian hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Nilai postest diujikan perbedaanya menggunakan uji independent sample t-test dengan program SPSS 16. Uji t dilakukan setelah mengetahui hasil dari uji homogentias, uji homogenitas pada postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 didapatkan nilai signifikan sebesar 0,103 > 0,05, maka dapat disimpulkan kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 bervarian sama/homogen. Dengan demikian analisis uji beda t-test menggunakan equal varience assumed. Hasil uji t dapat dilihat pada kolom sig(2-tailed) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,638 > 0,05. Hipotesis penelitian menyatakan H0 diterima jika signifikansi > 0,05 dan H0 ditolak jika signifikansi <0,05. Pada hasil perhitungan menggunakan uji t-test menunjukkan nilai sig(2-tailed) sebesar 0,638 > 0,05, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pada kelas eksperimen 1 dengan menggunakan tipe TSTS dan kelas eksperimen 2 dengan menggunakan tipe NHT. Hasil perolehan nilai postest pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan perbandingan rata-rata sebagai berikut:

56 Tabel 4.14 Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperiemn 1 SD Negeri 1 Gondosuli dan Eskperimen 2 SD Negeri 2 Gondosuli Mata Pelajaran Kelompok Nilai Postest Eksperimen 1 75,83 Ilmu Pengetahuan Alam Eksperimen 2 77,20 Beda Nilai Rata-rata 1,37 Tabel 4.14 menunjukkan perbandingan nilai rata-rata postest pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan perbedaan nilai postest sebesar 1,37. Perbedaan didapat dari nilai postest eksperimen 2 sebesar 77,20 dikurangi kelas eksperimen 1 sebesar 75,83. Perbandingan nilai berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran IPA yang ditentukan SD Gugus Dieng Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung batas ketuntasan minimal nilai yang diproleh adalah 6,5. Hasil perolehan postest pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 masih ada yang belum tuntas, berarti penggunaan model pembelajaran TSTS dan NHT belum sepenuhnya dapat membuat hasil belajar IPA lebih dari nilai KKM. Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 adalah mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan Kenampakan Bumi dan Benda Langit, yang membedakan kedua kelas tersebut adalah perlakuan yang diberikan. Hasil pengamatan yang dilakukan pada kelas kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan NHT menunjukkan bahwa siswa sama-sama menjadi lebih aktif saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa tidak hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru saja, namun lebih aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya masingmasing. Pembagian kelompok secara acak dapat menguntungkan setiap kelompok dikarenakan siswa tidak bosan dengan pembagian kelompok dengan kelompok yang sudah ditetapkan guru pada kelompok belajar. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen 1 dengan menggunakan tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan minat belajar bagi siswa agar tidak bosan dengan

57 pembentukan kelompok secara permanen, siswa dapat saling bertukar informasi dengan kelompok lain, namun tidak semua siswa bersemangat karena ada anggota yang harus tetap tinggal dikelompoknya untuk memberikan infromasi ke kelompok lain hal ini akan mengakibatkan rasa bosan, apalagi melihat teman kelompoknya yang bisa berkunjung ke kolompok-kelompok lainnya. Penggunaan TSTS juga tida serta merta berhasil, tidak semua anggota memahami materi yang diberikan karena pemberitahuan informasi dari teman kelompoknya yang keluar dari kelompok kepada teman yang tinggal dikelompoknya tidak semuanya bisa disampaikan dengan jelas. Sedangkan pada kelas eksperimen 2 dengan menggunakan tipe NHT dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan ide-ide dan berdiskusi untuk mempertimbangkan hasil yang paling tepat. Selain itu, juga akan membangkitkan semangat siswa untuk bekerjasama karena guru akan memanggil salah satu nomor dari setiap kelompok, maka semua anggota kelompok harus mampu memahami materi yang diberikan. Namun, tidak semua siswa terlibat aktif karena rasa tanggung jawab siswa untuk memahami materi sedikit, tidak semua siswa berpeluang untuk menjawab pertanyaan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan NHT membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menyesuaikan model pembelajaran tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa lebih terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual yaitu ceramah, drill dan mencatat, siswa lebih cenderung menerima materi bukan mencari materi seperti pada pembelajaran kooperatif. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif yaitu menjadi fasilitator dan pembimbing. Pada prinsipnya kedua tipe model pembelajaran kooperatif tersebut melatih siswa untuk bekerjasama, mendengarkan dan menerima pendapat dari temannya sehingga dapat membangun pemahamannya sendiri secara bersama-sama. Sehingga penelitian ini sejalan dengan Kristyanto (2009) dengan judul penerapan model pembelajaran NHT dan Konvensional. Hasil penelitian menyatakan siswa yang menggunakan model pembelajaran cooperative tipe NHT rata-rata hasil belajarnya lebih baik dari pada rata-rata hasil siswa menggunakan pembelajaran konvensional dan Sari (2010) melakukan penelitian dengan judul

58 Penerapan Model Pembelajaran TSTS dan Snowball Throwing. Hasil penelitian menyatakan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran cooperative tipe TSTS lebih baik dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan tipe Snowball Throwing. Hasil penelitian Natanael dan Ratna menunjukkan bahwa model TSTS dan NHT sama-sama mampu membuat hasil belajar siswa menjadi yang lebih baik.