BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif Penelitian dilakukan kepada 80 istri yang berada di wilayah Bekasi dan sekitarnya. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan penyebaran usia dan lama perkawinan. Berikut adalah hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan Data Demografis Frequency Percent Usia 19 24 9 11.3 25 30 16 20 31 35 26 32.5 36 41 9 11.3 42 47 8 10 48 53 8 10 54 60 4 5 Usia Pernikahan < 5 tahun 24 30 5-10 tahun 20 25 11-15 tahun 16 20 16-20 tahun 5 6 21-25 tahun 4 5 26-30 tahun 4 5 48
49 31-35 tahun 7 8.8 Total 80 100 Berdasarkan usia partisipan penelitian beragam dari rentang usia 19 hingga 60 tahun. Pada penelitian ini mayoritas partisipan berada pada rentang usia 31-35 tahun, yaitu sebanyak 26 orang atau 32,6%. Sementara presentase terkecil dari partisipan penelitian berada pada rentang usia 54-60 tahun sebanyak 4 orang atau 5%. Sehingga dapat dikatakan persebaran partisipan yang diperoleh tidak merata. Berdasarkan usia pernikahan partisipan terbanyak terdapat pada kelompok partisipan yang telah menikah selama < 5 tahun sebanyak 30% atau 24 partisipan. Kelompok partisipan dengan jumlah terkecil adalah partisipan yang telah membina hubungan perkawinan selama 21-25 tahun hanya 5% atau 4 partisipan dan kelompok yang telah menikah selama 26-30 tahun sebanyak 5% atau 4 partisipan serta kelompok yang telah menikah selama 5-10 tahun sebanyak 25% atau 20 partisipan dan kelompok yang telah menikah selama 11-15 tahun 20% atau 16 partisipan. Sisanya kelompok partisipan yang telah menikah selama 31-35 tahun sebanyak 7 partisipan atau 8,8%. 4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kualitatif Tabel 4.2. Latar Belakang Subyek DATA SUBJEK E.N M.S U M Usia 46 tahun 41 tahun 38 tahun 24 tahun Lama Pernikahan 22 tahun 19 tahun 13 tahun 9 tahun Pekerjaan PNS Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
50 Pendidikan Terakhir S1 SMK SMA SD Media Sosial Tidak Memiliki Tidak Memiliki Memiliki Memiliki Setelah melakukan pengambilan data secara kuantitatif melalui kuesioner akhirnya peneliti menemukan empat orang yang memiliki skor tertinggi dan terendah dari masing masing kelompok yang memiliki media social dan yang tidak memiliki media social. Dimana subjek pertama dengan inisial E. N dan subjek ke tiga dengan inisial U memiliki hasil skor tertinggi dibanding dengan kedua subjek lainnya. Skor tertinggi disini maksudnya saat menjawab pertanyaan pada skala pengelolaan konflik subjek memiliki skor aitem total paling tinggi. Sedangkan subjek kedua dengan inisial M. S dan subjek ke empat dengan inisial M memiliki hasil skor aitem total terendah pada skala pengelolaan konflik. 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Alat Ukur Jumlah aitem awal Jumlah aitem valid Nilai Validitas Skala Pengelolaan Konflik 20 15 0,665 0,696 Skala Kecerdasan Emosi 30 19 0,781-0,803 Setelah dilakukan perhitungan, validitas skala pengelolaan konflik berkisar antara 0,665 0,696 dengan jumlah aitem yang valid sebanyak 15 aitem.
51 Sedangkan untuk skala kecerdasan emosi validitasnya berkisar antara 0,781-0,803 dengan jumlah aitem yang valid sebanyak 19 aitem. 4.2.2 Uji Reliabilitas Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Alat ukur Item awal Item akhir Nilai α Cronbach Skala Pengelolaan Konflik 20 15 0,697 Skala Kecerdasan Emosi 30 19 0,803 Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien alpha cronbach dari 15 item skala pengelolaan konflik, reliabilitasnya sebesar 0,697; dan koefisien alpha cronbach dari 19 item skala kecerdasan emosi reliabilitasnya sebesar 0,803. Dari hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa skala pengelolaan konflik memiliki reliabilitas cukup dan skala kecerdasan emosi memiliki reliabilitas yang baik. 4.3 Uji Asumsi Dasar 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada perangkat lunak SPSS dengan taraf signifikan 0,05. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah:
52 1. Jika nilai Asymp.sig. > 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Jika nilai Asymp.sig. < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diketahui nilai signifikansi untuk pengelolaan konflik sebesar 0,200; untuk kecerdasan emosi sebesar 0,200. Karena nilai signifikansi kedua variabel penelitian lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel pengelolaan konflik dan kecerdasan emosi berdistribusi normal. 4.3.2 Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak. Uji linearitas digunakan sebagai prasyarat dalam analisa korelasi atau regresi linear. Dalam penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Test of Linearity pada perangkat lunak SPSS dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diketahui nilai signifikansi antara variabel Pengelolaan konflik dan kecerdasan emosi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi antar variabel tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua hubungan tersebut linear.
53 4.4 Gambaran Umum Penelitian 4.4.1 Pengelolaan Konflik Gambaran skor pengelolaan konflik subyek penelitian berdasarkan skala pengelolaan konflik terdapat 18 itemyang valid dengan memiliki rentang skor 1 sampai 4 sehingga memiliki skor norma harapan dengan nilai tertinggi 72 dan nilai terendah 18 dengan nilai rata-rata 45 dan standar deviasi sebesar 9. Sedangkan berdasarkan norma kenyataan, nilai tertinggi 72 dan nilai terendah 37 dengan nilai rata-rata 61,17 dan standar deviasi sebesar 6,54. Nilai SD harapan lebih besar dari nilai kenyataan sehingga dapat disimpulkan data bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Deskriptif Perbandingan Norma Pengelolaan Konflik Statistik Norma Harapan Norma Kenyataan Skor terendah (Xr) 18 37 Skor tertinggi (Xt) 72 72 Nilai rata-rata (M) 45 61.17 Standar Deviasi (SD) 9 6.54 Tabel 4.5 Kategorisasi Pengelolaan Konflik Kategori Pengelolaan Konflik Norma Kenyataan Frekuensi Persentase Tinggi > 67.71 13 16.25 %
54 Sedang 54.63 67.71 56 70 % Rendah < 54.63 11 13,75 % Jumlah 100% Hasil penambahan dan pengurangan antara nilai rata-rata dengan standar deviasi akan menghasilkan kategori skor pengelolaan konflik yang berbeda. Untuk skor yang lebih besar dari hasil penambahan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori tinggi. Untuk skor yang lebih kecil dari hasil pengurangan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori rendah. Sedangkan untuk skor yang berada diantara kategori tinggi dan rendah akan dimasukan dalam kategori sedang. Maka diperoleh interval sebesar 13.08 yang didapatkan sebagai data tingkat pengelolaan konflik responden sebagai berikut : Untuk kategori yang memiliki pengelolaan konflik rendah < 54.63 berjumlah 11 orang dengan presentase 13,75 %, untuk kategori yang memiliki pengelolaan konflik sedang 54.63 67.71 berjumlah 56 orang dengan presentase 70 %, dan untuk kategori yang memiliki pengelolaan konflik tinggi > 67.71 sebanyak 13 orang.dengan presentase 16,25 %. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa para istri memiliki pengelolaan konflik sedang. 4.4.2. Kecerdasan Emosi Gambaran skor kecerdasan emosi subyek penelitian berdasarkan sakala kecerdasan emosi, terdapat 26aitem yang valid dengan memiliki rentang skor 1
55 sampai 4 sehingga memiliki skor norma harapan dengan nilai tertinggi 104 dan nilai terendah 26 dengan nilai rata-rata 65 dan standar deviasi sebesar 13. Sedangkan berdasarkan norma kenyataan, nilai tertinggi 104 dan nilai terendah 61 dengan nilai rata-rata 82,37 dan standar deviasi sebesar 10,21. Nilai SD harapan lebih besar dari nilai kenyataan sehingga dapat disimpulkan data bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Deskriptif Perbandingan Norma Kecerdasan Emosi Statistik Norma Harapan Norma Kenyataan Skor terendah (Xr) 26 61 Skor tertinggi (Xt) 104 104 Nilai rata-rata (M) 65 82,37 Standar Deviasi (SD) 13 10,21 Tabel 4.7 Kategorisasi Kecerdasan Emosi Kategori Kecerdasan Emosi Norma Kenyataan Frekuensi Persentase Tinggi > 92.58 15 18,75 % Sedang 72.16 92.58 50 62.5% Rendah < 72.16 15 18,75 % Jumlah 100% Hasil penambahan dan pengurangan antara nilai rata-rata dengan standar deviasi akan menghasilkan kategori skor kecerdasan emosi yang berbeda. Untuk skor yang lebih besar dari hasil penambahan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori tinggi. Untuk skor yang lebih kecil dari hasil pengurangan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori
56 rendah. Sedangkan untuk skor yang berada diantara kategori tinggi dan rendah akan dimasukan dalam kategori sedang. Maka diperoleh interval sebesar 20.24 yang didapatkan sebagai data tingkat kecerdasan emosi responden sebagai berikut : Untuk kategori yang memiliki kecerdasan emosi tinggi < 72.16 berjumlah 15 orang dengan presentase 18,75%, untuk kategori yang memiliki kecerdasan emosi sedang 72.16-92.58 berjumlah 50 orang dengan presentase 62,5 %, dan untuk kategori yang memiliki kecerdasan emosi tinggi > 92.58 sebanyak 15 orang.dengan presentase 18,75%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa para istri memiliki kecerdasan emosi sedang. 4.5 Hasil Utama Penelitian 4.5.1. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Pengelolaan Konflik Perkawinan Dari hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment, hasil analisis koefisien korelasi (r) didapat perhitungan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan pengelolaan konflik, dengan nilai korelasi r = 0.433 dengan nilai signifikansi = 0,000 dan dikatakan signifikan jika nilai yang diperoleh dibawah 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup antara kecerdasan emosi dengan pengelolaan konflik.hal ini sesuai dengan interval kriteria korelasi. 0 tidak ada korelasi, > 0-0,25 korelasi sangat lemah, >
57 0,25-0,5 korelasi cukup, > 0,5-0,75 korelasi kuat, > 0,75-0,99 korelasi sangat kuat (Sarwono,2012). Hubungan kedua variabel juga signifikan karena nilai angka signifikansinya 0,000 < 0,01. Sedangkan arah hubungan tersebut bersifat positif. Hubungan positif yang dimaksud pada penelitian ini yaitu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi seorang istri maka semakin tinggi pula pengelolaan konflik dan semakin kecil kecerdasan emosi seorang istri maka semakin rendah pula pengelolaan konflik. Hipotesis untuk permasalahan utama dalam penelitian ini, yang mengatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengelolaan konflik dalam perkawinan dapat diterima. 5.5.2 Hasil Analisa Kualitatif 1. Gambaran Umum Subjek E.N Subjek pertama ialah seorang istri berusia 46 tahun, telah menikah dengan suaminya selama 22 tahun. Subjek memiliki 2 orang anak dari perkawinannya. Subjek bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintah. 1.1 Hasil Observasi Dari hasil observasi pada tanggal 25 januari 2015 di dapatkan bahwa subjek merupakan pribadi yang ekstrovert, hal ini di lihat peneliti saat melakukan wawancara subjek sangat kooperatif dan terbuka dalam menjawab petanyaan yang
58 di ajukan oleh peneliti. Subjek juga tidak sungkan untuk menceritakan pengalaman yang di alami oleh subjek selama masa perkawinannya. 1.2 Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan di hari yang sama saat observasi di dapat beberapa poin terpenting dalam pengelolaan konflik perkawinan yang dilakukan oleh subjek, diantaranya saat terjadi perselisihan dengan suami subjek mencoba untuk berkomunikasi dengan baik. Ketika subjek berada dalam emosi yang tidak stabil subjek memilih untuk diam dan tidak membahas masalah tersebut saat itu juga melainkan menunggu emosi diantara kedua belah pihak sudah mereda sehingga konflik yang terjadi tidak diselesaikan dengan emosi. Subjek juga mencoba untuk saling terbuka dengan suaminya, apabila ada sikap atau perkataan yang tidak sesuai dengan dirinya, subjek berusaha untuk memberitahu suaminya dengan bahasa yang baik begitu juga sebaliknya..kalau ibu ya bicara langsung sama bapak, misalnya kalau ibu ga suka si bapak bersikap A ya ibu bilang sama bapak ibu ga suka dengan bahasa yang baik..ibu sama bapak juga ga pernah diem dieman kalau lagi ada masalah, selalu bicara dan dibahas dengan baik baik tanpa emosi. 2. Gambaran Umum Subjek M.S Subjek merupakan ibu rumah tangga berusia 41 tahun dan telah menikah selama 19 tahun. Dalam perkawinannya subjek dikaruniai dua orang anak.
59 2.1 Hasil Observasi Observasi dilakukan pada tanggal 25 Januari 2015. Dari observasi tersebut diketahui subjek merupakan orang yang ramah namun ia sangatlah sensitive dalam hal perasaan. Hal ini diketahui ketika melakukan wawancara subjek bercerita jika dirinya kadang suka menangis apabila memiliki masalah dengan suami. 2.2 Hasil Wawancara Dari hasil wawancara diperoleh beberapa poin yang berkenaan dengan pengelolaan konflik yang dilakukan oleh subjek yaitu ketika dihadapkan permasalahan dengan suami subjek cenderung mengalah dan tidak ingin memperpanjang masalah yang ada. Sehingga tidak jarang konflik yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga pada waktu tertentu konflik dapat muncul kembali. Seperti yang telah di kemukakan di atas, subjek juga sering memendam permasalahan yang sedang di alami seorang diri dan ketika subjek tidak dapat menahannya lagi subjek kadang melampiaskannya pada anak dengan cara memarahi anaknya. Hal tersebut terkadang menjadi pemicu konflik yang baru lagi dengan suaminya. Komunikasi subjek dengan suaminya berjalan hanya satu arah karena watak suami yang keras dan watak subjek yang perasa membuat komunikasi keduanya tidak berjalan dengan baik..kalau lagi berantem ya ibu mah diem saja, nanti kalau disahutin juga pasti kalah beragumen. Daripada makin ribet masalahnya ya ibu mengalah saja..ya paling pelampiasnya ke anak kak, kadang merasa bersalah juga tapi itu kalau sudah lama di tahan tahan emosinya suka meledak juga ke anak
60.antara baik dan tidak baiklah, tergantung perasaannya bapak saja terkadang kalau bicara baik jadi ga baik kalau perasaan moodnya lagi ga baik, tapi kadang juga kalo moodnya baik juga mudah komunikasinya. 3. Gambaran Umum Subjek U Subjek berusia 38 tahun dan telah menikah selama 13 tahun dengan suaminya. Dalam perkawinannya subjek di karuniai 2 orang anak. Subjek merupakan ibu rumah tangga namun memiliki usaha kecil kecilan penjualan baju. 3.1 Hasil Observasi Subjek merupakan pribadi yang ramah namun cuek, hal ini dapat dilihat oleh peneliti saat melakukan wawancara subjek dapat menjawab pertanyaan dengan ceplas ceplos kadang juga diiringi dengan candaan. 3.2 Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan subjek, diperoleh cara pengelolaan konflik yang di lakukan subjek yaitu dengan tidak mengedepankan emosi apabila terjadi konflik. Subjek juga tidak terlalu mengambil pusing apabila terjadi kesalahpahaman dengan suami. Dalam perkawinannya subjek dan suami cenderung bersikap santai. Subjek juga merasa kehidupan perkawinan dengan suaminya berjalan biasa biasa saja, hampir tidak ada permasalahan besar yang dihadapi keduanya. Komunikasi dan saling terbuka satu sama lain juga menjadi hal yang selalu dikedepankan dalam perkawinan subjek.
61.kalau ada masalah saya ya biasa biasa saja tidak terlalu dipikirin atau di ambil pusing..13tahun berumah tangga saya merasa tidak ada permasalahan yang besar, ketika ada kesalahpahaman saya dan suami selalu membicarakannya dengan santai. 4. Gambaran Umum Subjek M Subjek berusia 24 tahun dan telah menikah dengan suaminya selama 9 tahun. Dalam perkawinannya subjek di karuniai seorang anak. Subjek merupakan ibu rumah tangga yang menikah di usia yang relative muda. 4.1 Hasil Observasi Subjek merupakan pribadi yang keras dan berani serta sulit dalam mengontrol emosi yang ada dalam dirinya. Hal ini dilihat peneliti saat melakukan wawancara beberapa kali subjek memarahi anaknya hanya karna masalah sepele. 4.2 Hasil Wawancara Dari hasil wawancara, beberapa poin yang dapat diambil yaitu subjek dan suami kurang harmonis dalam perkawinannya. Komunikasi subjek dengan suami tidak berjalan cukup baik dimana ketika dihadapkan pada sebuah konflik, subjek dan suami sering adu mulut dalam menyelesaikannya. Subjek mengatakan bahwa dirinya susah untuk mengontrol emosi dalam dirinya sehingga tidak jarang ia selalu berdebat dengan suami walaupun hanya masalah kecil. Subjek mengatakan suaminyalah yang sering mengalah ketika berdebat dengan dirinya.
62.sering salah paham mba, jadi terkadang sering terjadi percecokan kecil antara saya dan suami.emosi saya yang masih labil, sehingga membuat saya mudah untuk marah terlebih kalau sikap suami tidak sesuai dengan keinginan saya..suami saya sih suka mengalah kalau lagi bertengkar, dia sudah tahu kalau saya susah menahan emosi.. 6. Analisa Intersubjek Subjek E.N memiliki pengelolaan konflik perkawinan yang baik diantara tiga subjek yang lain. Hal ini dapat terjadi karena subjek memiliki usia yang jauh lebih dewasa dibanding subjek lainnya sehingga ia lebih matang dalam proses melihat serta memaknai sebuah konflik dalam perkawinan. Usia perkawinan subjek juga mempengaruhi dalam pengelolaan konflik dimana subjek E.N telah menikah selama 22 tahun dengan suaminya sehingga ia telah mengenal seperti apa suaminya dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan suaminya. Sedangkan subjek M.S memiliki pengelolaan konflik yang rendah dibandingkan oleh subjek E.N hal ini terjadi karena subjek M.S tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan suaminya. Sikapnya yang cenderung introvert membuat dirinya tidak mampu mengeluarkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya sehingga ia tidak jarang memendam semuanya sendiri. Sehingga ketika terjadi konflik dengan suami ia tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Subjek U memiliki pengelolaan konflik yang tinggi yang memiliki media social. Sifat subjek U yang mudah bergaul membuat ia terlihat percaya diri dalam kesehariannya. Dalam mengelola konflik perkawinan juga subjek U sangat santai
63 sehingga konflik yang terjadi diantara dirinya dan suami tidak dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan besar. Kesan rumah tangga yang santai terlihat oleh peneliti dalam perkawinan antara subjek U dan suaminya. Komunikasi antar keduanya juga sangatlah baik, membuat keduanya terlihat kompak dan saling melengkapi. Perbedaan yang sangat mencolok dilihat peneliti saat melakukan wawancara pada subjek yang terakhir, dimana subjek M memiliki pengelolaan konflik paling rendah diantara ketiga subjek sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena subjek M memiliki usia yang muda sehingga dalam melihat atau bertindak masih menggunakan ego. Komunikasi subjek M dan suami juga berjalan tidak baik. Sering adanya perselisihan paham yang berujung adu mulut diakui oleh subjek M namun subjek M juga tidak dapat berbuat banyak karena ia juga menyadari ketidakmampuannya menahan emosi menjadi factor utama perselisihan. Dari keempat subjek peneliti memiliki kesimpulan bahwa pengelolaan konflik dapat dilakukan secara baik dan benar apabila suami dan istri memiliki komunikasi yang baik, sikap saling menghormati, mampu menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan dan mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.