BAB IV UJI HIPOTESIS DAN ANALISIS TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB IV HASIL PENELITIAN. dokumentasi prestasi belajar (nilai raport) mata pelajaran pendidikan agama Islam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. advertisement exposure on SCTV with the buying interest s students of

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

Statistik Nonparametrik:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. brainstorming (Variabel X) dan aktivitas belajar peserta diklat (variabel Y).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah mencari hubungan antara persepsi mahasiswa. tentang penggunaan media dan metode mengajar dosen dengan motivasi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pada penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan

yang berjumlah kurang lebih 211 orang guru, terdiri dari tiga SMA Negeri se-kota

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

metode dokumentasi atau studi kepustakaan yang merupakan teknik pengumpulan

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah menyelesaikan tabel tunggal dan tabel silang, maka peneliti akan melakukan

ARTIKEL PENYUSUN: Rizky Adhitya Putra DODEN PEMBIMBING: Sri Widowati Heriningsih, M.si & Much. Yulianto, S.Sos JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Latar Belakang Berdirinya Lokasi Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tujuan penelitian. Dan hasil penelitian yang terdapat di kantor KPU Kota Cimahi

SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) oleh. JILLY PRICYLLIA JULIANA / Kom

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jawa Barat Melalui Ruangan Internet Publik Terhadap Minat Publik Akan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

JURNAL HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VI SDN 1 JOSARI KABUPATEN PONOROGO

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian kuantitatif, kevalidan data menjadi sangat penting, karena bila

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.23 Grobogan, telpon : (0292) Subyek penelitian adalah siswa kelas X

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS KORELASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA SMP MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang padanya

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk

Spesifikasi: Ukuran: 14x21 cm Tebal: 279 hlm Harga: Rp Terbit pertama: November 2004 Sinopsis singkat:

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III. Statistik Non Parametrik. Koefisien Kontingensi. Korelasi Rank Spearman Korelasi Kendal Tau (τ)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun data yang terkumpul dilakukan dengan cara menyebarkan angket

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bagian, jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama bekerja. responden atas kuesioner yang dibagikan.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Uji Korelasi Kendal Tau dan Uji Korelasi Spearman Rank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sidoarjo, tepatnya sekolah ini beralamat di Jalan Raya Keboharan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Grobogan dengan jumlah populasi 185 siswa. Sebagai responden penelitian

APLIKASI KOMPUTER LANJUT ANALISIS KORELASI KENDALL DAN SPEARMAN

ANALISIS KORELASI -Korelasi Product Moment -Korelasi Rank Spearman -Korelasi Tau Kendall

KORELASI DAN ASOSIASI

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. demikian, ada keterkaitan antara perumusan masalah dengan hipotesis, karena. perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

Desain Penelitian. Metode yang Digunakan. Deskriptif. Asosiatif. Deskriptif. Asosiatif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel yang akan dianalisis dan dibahas terdiri dari satu variabel bebas yakni Gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN PORTFOLIO AGROINDUSTRI: KASUS IKLAN-TV PRODUK MINUTE MAID PULPY ORANGE

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. Untuk melakukan analisis ini

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode dan jenis penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPETENSI DOSEN DENGAN MINAT BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

BAB 4 HASIL PENELITIAN. berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik

Transkripsi:

BAB IV UJI HIPOTESIS DAN ANALISIS TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA 4.1 Pengujian Hipotesis Dalam penelitian tentang Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU, Intensitas Keterlibatan Pemilih dan Sosialisasi KPU Kota Semarang Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula dapat disajikan sejumlah hipotesis sebagai berikut: 1. Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU berkorelasi positif terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Variabel B). 2. Variabel Intensitas Keterlibatan Pemilih berkorelasi positif terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Variabel C). 3. Variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang berkorelasi positif terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Variabel D). 4. Variabel Partisipasi Pemilih Pemula berkorelasi positif dengan tiga variabel sebelumnya (Variabel E). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi atau hubungan. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi peringkat Spearman. Kekuatan hubungan antar variabel tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi. Peneliti menggunakan Koefisien korelasi spearman yang merupakan statistik nonparametrik. 140

Teknik korelasi peringkat Spearman digunakan untuk menganalisis data penelitian yang mempunyai karakteristik sebagai berikut (Arokhman, 2009:27): 1. Hipotesis yang diajukan hipotesis asosiatif. 2. Skala data ordinal. 3. Data tidak harus berdistribusi normal. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006): a. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable b. >0 0,25: Korelasi sangat lemah c. >0,25 0,5: Korelasi cukup d. >0,5 0,75: Korelasi kuat e. >0,75 0,99: Korelasi sangat kuat Dasar dari penggunaan korelasi Spearman adalah rangking (peringkat). Rumus yang digunakan adalah: ρ= 1 6. 2 n n2 1 Dimana: Ρ = koefisien korelasi Spearman D = perbedaan skor antar 2 variabel n = jumlah kelompok 141

Nilai korelasi yang didapatkan dari penelitian merupakan nilai korelasi sampel, yang merupakan harga estimasi dari koefisien korelasi populasi yang dilambangkan dengan ρ (baca: rho) Tabel 4.1 Tabel Korelasi variabel Correlations variabel B C D E Spearman's rho Terpaan Program (B) Ketertiban Pemilih (C) Correlation Coefficient 1.000.240 **.373 **.328 ** Sig. (2-tailed)..000.000.000 N 300 300 300 300 Correlation Coefficient.240 ** 1.000.279 **.259 ** Sig. (2-tailed).000..000.000 N 300 300 300 300 Sosialisasi KPU (D) Partisipasi Pemilih (E) Correlation Coefficient.373 **.279 ** 1.000.156 ** Sig. (2-tailed).000.000..007 N 300 300 300 300 Correlation Coefficient.328 **.259 **.156 ** 1.000 Sig. (2-tailed).000.000.007. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). N 300 300 300 300 Analisis Korelasi Spearman Hipotesis H0 : r = 0 ; Tidak ada hubungan antara masing-masing variabel H1 : r 0 ; Ada hubungan antara masing-masing variabel Taraf Signifikansi Digunakan α=0.05 142

Statistik Uji Dari output SPSS diperoleh semua nilai Correlation Coefficient (r) 0 dari tabel Correlations Daerah Kritis Ho ditolak jika nilai Correlation Coefficient (r) 0 Keputusan Karena nilai semua Correlation Coefficient (r) tidak sama dengan nol, maka Ho ditolak. Kesimpulan Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho ditolak karena nilai r tidak sama dengan nol. Sehingga dapat dikatakan ada hubungan masing-masing pertanyaan pada setiap indikatornya. Hasil dari analisis data yang sudah dilakukan, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan pembahasan pengaruh antara setiap variabel. Adapun hasil pembahasan analisis pengaruh variabel B (Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU), C (Intensitas Ketertiban Pemilih) dan D (Sosialisasi KPU Kota Semarang) terhadap variable E (Partisipasi Pemilih Pemula) diperoleh hasil sebagai berikut: Hipotesis H0 : Variabel B,C dan D tidak berpengaruh signifikan terhadap variable E H1 : Variabel B,C dan D berpengaruh signifikan terhadap variable E 143

Taraf signifikansi Digunakan α= 5 % Statistik Uji Dari output SPSS diperoleh nilai sig.(2-tailed) untuk variable B dan E dari tabel Correlations = 0.000 Dari output SPSS diperoleh nilai sig.(2-tailed) untuk variable C dan E dari tabel Correlations = 0.000 Dari output SPSS diperoleh nilai sig.(2-tailed) untuk variable D dan E dari tabel Correlations = 0.007 Daerah Kritis Ho ditolak jika sig.(2-tailed) < Keputusan Karena nilai sig.(2-tailed) untuk variable B dan E = 0.000 lebih kecil dari α=0.05, maka Ho ditolak. Karena nilai sig.(2-tailed) untuk variable C dan E = 0.000 lebih kecil dari α=0.05, maka Ho ditolak. Karena nilai sig.(2-tailed) untuk variable D dan E = 0.007 lebih kecil dari α=0.05, maka Ho ditolak. Kesimpulan Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho ditolak karena nilai sig.(2- tailed) < α=5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa: 144

(1) Variabel Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula. (2) Variabel Intensitas Ketertiban Pemilih berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula. (3) Variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula. 4.2 Penafsiran Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi atau hubungan antar variabel dengan sebelum dilakukan uji hipotesis. Berikut merupakan bagan yang menunjukkan hubungan tersebut: Gambar 4.1 Korelasi Antar Variabel dalam Penelitian Sebelum uji hipotesis Terpaan Program Pemilos Sesudah uji hipotesis Terpaan Program Pemilos Intensitas Keterlibatan Pemilih Partisipasi Pemilih Pemula Intensitas Keterlibatan Pemilih Partisipasi Pemilih Pemula Sosialisasi Kpu Kota Semarang Sosialisasi Kpu Kota Semarang 145

Bagan tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antar variabel penelitian sebelum dengan sesudah dilakukan pengujian hipotesis. Hubungan tersebut dapat dilihat pada setiap indikator didalam setiap variabel yang berpengaruh secara langsung terhadap partisipasi pemilih pemula di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase rata-rata jawaban responden dari empat puluh sembilan indikator menunjukkan korelasi yang positif dan signifikan. variabel Intensitas Keterlibatan Pemilih berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula, dan variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula. Hasil penelusuran pada korelasi antara item-item indikator variabel Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU yang diwakili dari setiap indikator. Seperti sejumlah indikator yang menyatakan keaktifan siswa didalam mengikuti program pemilos, berapa kali menonton tayangan pemutaran program pemilos di TVKU Semarang, dan bagaimana tertantangnya para siswa mempraktekkan perilaku demokratis dalam bermusyawarah di kehidupan sehari- hari, serta keinginan agar program pemilos dijadikan program percontohan nasional program demokrasi. Ternyata berpengaruh signifikan terhadap jumlah partisipasi pemilih pemula. Atau dengan kata lain semakin banyaknya terpaan frekuensi, durasi, atensi siswa untuk mengikuti pemilos ternyata berkorelasi positif mampu meningkatkan jumlah partisipasi pelajar sebagai pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Hal ini ditunjukkan oleh sebanyak 74% atau sebanyak 221 responden setuju bahwa 146

responden mengetahui jam tayang pemutaran program Pemilos yang ditayangkan TVKU Semarang. Sedangkan hasil penelusuran pada korelasi antara item-item indikator variabel Intensitas Keterlibatan Pemilih menunjukkan adanya keterbukaan, empati, dukungan, serta perasaan positif dari siswa. Jika sebelumnya siswa tidak terlalu peduli dengan perhelatan demokrasi yang digelar di sekolah seperti pemilihan ketua osis, setelah aktif terlibat sekarang siswa menjadi lebih peduli. Jika sebelumnya siswa tidak begitu berinteraksi atau mengenal sekolah lain, sekarang siswapun menjadi lebih mengenal sekolah lain. Dan setelah terlibat aktif dalam pemilos siswapun menjadi tertantang mempengaruhi teman-temannya untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu sebagai pemilih pemula. Sehingga keterlibatan pemilih yang ditunjukkan dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, serta perasaan positif dari siswa berkorelasi positif terhadap jumlah partisipasi pemilih pemula. Hal ini ditunjukkan oleh sebanyak 51% atau sebanyak 152 responden setuju bahwa responden menjadi lebih terbuka untuk menerima informasi. Adapun hasil korelasi positif juga ditunjukkan pada hubungan Sosialisasi KPU Kota Semarang terhadap partisipasi jumlah pemilih. Bahwa tingkat kepercayaan publik dalam hal ini siswa sebagai pemilih pemula kepada KPU Kota Semarang ternyata cukup tinggi. Pemilih pemula melihat KPU Kota Semarang sebagai organisasi yang kredibilitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Hasil sosialisasi yang diberikan KPU Kota Semarang berpengaruh terhadap sisi psikomotorik siswa sehingga menjadi lebih aktif dalam ikut ambil bagian sebagai agen 147

perubahan pembentukan sikap, tingkat pemahaman siswa tentang pemilupun menjadi lebih luas dan tidak sebatas teori saja, dan yang tidak kalah penting evaluasi berkala yang dilakukan KPU Kota Semarang berpengaruh positif terhadap jumlah Partisipasi Pemilih Pemula untuk menggunakan hak pilihnya. Hal ini ditunjukkan oleh sebanyak 68% atau sebanyak 203 responden setuju bahwa sosialisasi nilai-nilai pendidikan demokrasi oleh KPU Kota Semarang memotivasi untuk menggunakan hak pilih responden. Hasil analisis terhadap variabel partisipasi pemilih pemula bisa dilihat dari uraian status sosial dan ekonomi siswa, situasi dan kondisi, afiliasi politik orang tua, pengalaman berorganisasi, kesadaran politik, kepercayaan terhadap pemerintah, serta perangsang partisipasi melalui sosialisasi media massa dan diskusi non formal. Disini dapat diuraikan bahwa ternyata banyak sekali siswa yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan pendidikan demokrasi dikota Semarang menjadi lebih baik. Selain itu partisipasi muncul ketika siswa merasa adanya perubahan energy dalam setiap individu pelajar di sekolah. Bukan hanya itu saja, para siswa tersebut juga bisa membandingkan perubahan yang terjadi dikomunitasnya baik sebelum maupun setelah mendapatkan pendidikan demokrasi. Berkait dengan kesadaran politik, banyak responden yang berkomitmen menyatakan akan menggunakan hak pilihnya dalam setiap pilkada yang digelar. Para pemilih pemula tersebut juga meyakini bahwa pelaksanaan pemilu yang digelar pemerintah berlangsung jujur dan adil serta menjunjung tinggi asas langsung, umum, bebas dan rahasia. Sehingga dapat dikatakan keterlibatan pemilih, partisipasi pemilih pemula, dan sosialisasi KPU Kota 146

Semarang berpengaruh signifikan terhadap variabel Partisipasi Pemilih Pemula. Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan efektif pendidikan politik bagi pemilih pemula ternyata sangat penting dilakukan. Sebagaimana ditunjukkan oleh sebanyak 62% atau sebanyak 185 responden yang setuju bahwa responden merekomendasikan adanya pendidikan politik sejak dini kepada masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Sylvia (2008), Perilaku Memilih Pemilih Pemula pada Pemilihan Presiden 2009 di Kota Padang. Penelitian yang dilakukan mengkaji pengaruh intensitas melihat iklan politik dan konsumsi media massa terhadap perilaku memilih pemilih pemula di Kota Padang pada Pemilihan Presiden tahun 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensitas melihat iklan politik, dan konsumsi media massa. Dari penelitian yang dilakukan silvia ditemukan data bahwa intensitas melihat iklan politik memiliki hubungan yang sedang terhadap perilaku pemilih. Isi iklan yang merepresentasikan pemilih pemula memberi pengaruh yang kuat terhadap pilihan pemilih pemula. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa penelitian ini sesuai dengan nilai dasar sosialisasi politik yang menurut Almond dan Powell didefinisikan sebagai proses dengan mana sikap-sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai mereka dewasa dan orang-orang dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu. Senada dengan Almond dan Powell, menurut Gabriel A. Almond memilik pendapat yang sama, sosialisasi politik merupakan proses dimana sikap-sikap politik dan pola pola tingkah laku 147

diperoleh atau dibentuk, dan merupakan sarana bagi generasi muda untuk menyampaikan patokan politik dan keyakinan politik. Selanjutnya juga dilakukan pembahasan data yang disesuaikan dengan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sesuai dengan konsep dalam teori Media effects/ Efek Media, ada sejumlah pertimbangkan perubahan sosial atau psikologis yang terjadi pada konsumen dalam sistem pesan media atau di lingkungan sosial mereka atau nilai-nilai budaya sebagai hasil dari dampak, pengolahan, atau bertindak atas pesan yang dimediasi. Hal ini bisa dlihat dari bagan berikut ini: Gambar 4.2 Skema Teori Efek Media EFEK OT S L E LOS D T MED SEB T Y TID BOLEH OLP T ER S O IT EMOSIO D FISIOLO IS PENINGKATAN PARTISIPASI PELAJAR Dari bagan ini kita bisa melihat lima kelas efek media terjadi pada setiap individu pelajar di Kota Semarang yakni perilaku, sikap, kognitif, emosional, dan fisiologis. Efek perilaku hasil ketika pelajar terpengaruh untuk melakukan tindakan hasil dari efek program pemilos didalam membentuk pendapat, 148

keyakinan, dan nilai-nilai dalam diri konsumen. Efek kognitif terjadi ketika media mengubah apa yang dipikirkan dan diketahui pelajar. Efek emosional terjadi ketika media menghasilkan perasaan tertentu seperti euforia, kesenangan dan lain sebagainya. Dan efek fisiologis terjadi ketika ada perubahan dalam gairah atau reaksi fisik tubuh lainnya yang berasal dari konsumsi media. Sehingga bisa disebutkan bahwa Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos TVKU berkorelasi positif terhadap partisipasi pelajar di Kota Semarang yang tercatat sebagai pemilih pemula. Adapun teori lain yang mendukung penelitian ini adalah Media Exposure theory: Joseph Klapper, 1960 (Bryant P.513). Peranan sentral dari media dalam kehidupan sehari-hari seseorang adalah memunculkan berbagai macam pendapat dan sikap yang sangat mungkin tidak sesuai dengan apa yang dipercayai. Seperti digambarkan oleh bagan berikut ini: Gambar 4.3 Skema Media Exposure EMILOS S OLAH S T S EMILIH TV T SIPASI EMILIH S S OLAH EMILOS Dari bagan ini kita melihat bahwa terpaan media tidak hanya menunjukkan sejauh mana isi media berhasil memberikan kepuasan pada tataran emosional 149

tetapi berbagai pola di dalam seleksi media juga merupakan refleksi dari sejauh mana pemirsa menganggap pesan yang disampaikan oleh media berguna untuk mencapai tujuan, informatif, dan konsisten dengan sikap atau kepercayaan yang dimiliki. Dalam teori Intensitas disebutkan bahwa Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan dari individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya (Djamarah, 2004). Intensitas komunikasi mencakup aspekaspek seperti : kejujuran, keterbukaan, pengertian, percaya, yang mutlak diantara kedua belah pihak dan dukungan (Olson, 1992). Selanjutnya untuk mengetahui apakah Intensitas Keterlibatan Pemilih berkorelasi positif terhadap partisipasi pemilih pemula, bisa dilihat dari bagan berikut ini: Gambar 4.4 Skema Intensitas Keterlibatan SEM O TV O E LOS S OLAH OTIVAS D AS EG S M TIV TAS TIS AS EM LIH 150

Terdapat beberapa hal yang bisa disimpulkan untuk mengukur intensitas keterlibatan diantaranya: a. Motivasi Munculnya perubahan energi di dalam diri pelajar yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dimana siswa bersedia melakukan tindakan belajar, termasuk didalamnya muncul perasaan menyukai materi pembelajaran yang diterimanya tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena adanya rangsangan dan dukungan dari pihak sekolah, Komisi Pemilihan Umum, serta motivasi dari orang tua, guru, dan teman sekolah. Dengan kata lain, Intensitas motivasi seseorang peserta didik akan sangat menentukan dia nanti akan menggunakan ahak pilihnya atau tidak. b. Durasi kegiatan Durasi kegiatan yaitu berapa lamanya kemampuan penggunaan untuk melakukan kegiatan. Motivasi ini akan terlihat dari kemampuan dan kesediaan siswa menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan atau rela mengikuti kegiatan pendididakn demokrasi yang diberikan kepadanya. c. Arah Sikap Dari penelitian ini terlihat siswa menyenangi materi yang diberikan maka dengan sendirinya siswa akan mempelajarinya dengan baik. Sebaliknya jika siswa tidak menyukai materi yang diberikan maka siswa tekesan acuh tak acuh atau bahkan menolak kegiatan yang diberikan. 151

d. Minat Hal ini bisa terlihat dari sejumlah ciri siswa yang mempunyai minat tinggi seperti pemusatan perhatian siswa terhadap materi sehingga dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam pendidikan politik. Sehingga sebagi akibat pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang meingkinkan siswa menjadi belajar cerdas berpolitik. Selanjutnya, keingintahuan siswa untuk aktif berperan dalam pelatihan dengan selalu aktif bertanya maupun mengomentari terhadap suatu permasalahan. e. Aktivitas Aktivitas dan keaktifan siswa didalam mengikuti proses pendidikan politik menunjukkan kecendrungan kepribadian mereka sesuai dengan kesiapannya, membangkitkan kesenangan, gairah dan optimisme mereka sebagai pemilih pemula yang aktif dan peduli. Sehingga ada hubungan positif antara variabel intensitas keterlibatan pemilih dengan partisipasi jumlah pemula. Artinya semakin tinggi intensitas keterlibatan pelajar di Kota Semarang untuk aktif maka semakin tinggi tingkat partisipasi mereka didalam menggunakan hak pilihnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini bisa disebutkan bahwa Intensitas Keterlibatan Pemilih berkorelasi positif terhadap variabel Partisipasi jumlah Pemilih Pemula. 152

Gambar 4.5 Skema Sosialisasi Partisipatif S kolah intah Simulasi dia ota Moti si S ang ( n Sosialisasi) T n nilaian W lua Dari skema tersebut, bisa dijelaskan korelasi positif yang terjadi sebagai berikut: 1) Otonomi siswa, bahwa siswa pada akhirnya diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi diri dari kegiatan positif yang dilakukan sehingga pada akhirnya bisa menentukan mana yang terbaik untuk dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun pendidikannya. 2) Interaksi sebagai komunikasi, bahwa pendekatan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang terhadap sekolah, media, dan juga siswa sebagai bagian dari interaksi komunikasi partisipatif yang diharapkan seluruh stake holder yang ada merasa dilibatkan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. 3) Terjadinya komunikasi verbal atau komunikasi dua arah, antara pemerintah, media, sekolah, siswa dan juga keluarga. 153

4) Sosialisasi berpusat pada siswa, dengan demikian para pelajar tersebut selanjutnya berperan sebagai agen sosialisasi bersama KPU didalam memberikan pembelajaran demokrasi kepada adik-adik kelas mereka. 5) Orang tua memperhatikan keinginan anak, bahwa para orang tua menjadi lebih peduli apa yang menjadi keinginan dari anak-anak mereka, selanjutnya orang tua bertugas mengarahkan pilihan yang tepat untuk anakanak mereka kedepan nantinya. 6) Memberikan imbalan bagi pemenang, hal ini terwujud sebagai bentuk hasil evaluasi yang ditindak lanjuti dengan adanya pemberian penghargaan dari pihak penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU kepada para siswa yang berprestasi didalam ikut menyukseskan gerakan berdemokrasi sejak dini. Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Semarang dengan partisipasi pemilih pemula. Artinya semakin berkualitas sosialisasi yang dilakukan kepada siswa maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi siswa didalam menggunakan hak pilihnya. Berikutnya menurut Atkinson et.al. (1997: 201) persepsi adalah suatu proses dimana terjadi pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam lingkungan. Prosesnya adalah, stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan, sehingga individu menyadari/mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu 154

dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Sebagaimana proses tersebut bisa dianalisa dalam bagan berikut ini: Gambar 4.6 Skema Teori Persepsi INPUT PROSES STIMULUS OUTPUT milos n nsi s libatan Sosialisasi milih Broadcasting TVKU emilos p alan uri ulum lomba pil ua osis penilaian Warga Sekolah Pelaksanaan Kegiatan Peliputan, dokumenta si, pnyiarn pon Individu Sis a Penilaian sekolah terbaik Penayangan program Partisipasi Pemilih Prosesnya adalah, stimulus atau rangsangan yang di berikan oleh KPU dan TVKU Semarang dalam bentuk program pemilos selanjutnya diindera oleh individu setiap pelajar di sekolah kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan, sehingga individu menyadari/mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Sehingga disini terjadi proses kognitif yang dipergunakan oleh individu dari setiap 155

pelajar di sekolah untuk menafsirkan dan memahami apa yang telah diterimanya. Dengan kata lain, bahwa Partisipasi Pemilih Pemula di Kota Semarang berkorelasi positif dengan Terpaan Program Pendidikan Demokrasi Pemilos Tvku, Intensitas Keterlibatan Pemilih dan Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Semarang. Secara praktis, hasil penelitian ini mengandung makna bahwa peningkatan kualitas hasil pemilu sangat ditentukan oleh peran aktif KPU dengan media massa yang ditunjukkan oleh partisipasi aktif dari peningkatan kualitas dan kuantitas dikalangan pemilih pemula yang diwakili oleh para pelajar di Kota Semarang. Selain itu, sangat dibutuhkan konstruksi dan inovasi yang tepat bagaimana membentuk pemilih pemula yang memiliki standar kompetensi, integritas, komitmen dan kapasitas, berdasarkan hasil kompetisi yang dibentuk. 156

157