BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKKAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

EVALUASI KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /KEPMEN-KP/2017 TENTANG

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

GAMBARAN UMUM WILAYAH

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITAN

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

3. METODE PENELITIAN

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Gambar 6. Peta Kabupaten Karawang

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta dan merupakan pusat pemerintahan dari kepulauan ini. Kepulauan Seribu adalah kawasan yang terdiri atas 110 pulau beserta perairan lautnya. Pulau Pramuka dikenal sebagai tempat pengelolaan dan penangkaran penyu sisik. Morfologi pantainya dikelilingi pasir putih. Di pulau ini terdapat juga kegiatan budidaya ikan, yakni ikan kerapu dan keramba jaring apung, serta rumput laut. Tidak jauh dari Pulau Pramuka terdapat dua pulau besar lain yakni Pulau Panggang dan Pulau Karya. Berdasarkan arahan zonasi kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS), Pulau Karya, Pulau Panggang dan Pulau Pramuka merupakan pulau-pulau yang termasuk Zona Permukiman Taman Nasional dari 18 pulau lainnya. Wilayah studi penelitian berada dalam koordinat lintang 4.8 0 LS 6.3 0 LS dan bujur 106 0 BT 107 0 BT. Fokus penelitian berada pada area Pulau Pramuka yang berada pada koordinat 5.72 0 LS 5.75 0 LS dan 106.58 0 BT 106.62 0 BT (Gambar IV.1). P.Karya I P.Panggang P.Pramuka Kepulauan Seribu Te l u k J a k a r t a Gambar IV.1 Lokasi Wilayah Studi dan Fokus Penelitian (Sumber: Ali, 2003) IV - 1

Tumpahan minyak terjadi beberapa kali di wilayah kepulauan Seribu. Dimulai pada akhir Desember 2003, tumpahan minyak terus melanda kawasan ini hingga tahun 2004 (enam kasus). Pada tanggal 24 Oktober 2004, tumpahan minyak melanda zona permukiman di Pulau Pramuka, Panggang, dan Karya (Kompas Cyber Media, 2006). Tumpahan minyak ini menyebar ke beberapa pulau seperti Pulau Kotok Kecil, Kotok Besar, Semak Daun, Pulau Panggang, hingga Pulau Pramuka. Hamparan minyak yang memasuki pulau-pulau berpenghuni itu mencapai satu kilometer persegi (Kompas Cyber Media, 2004). Sebaran ekosistem terumbu karang sangat dominan di sekitar Pulau Pramuka dengan perbandingan antara luas pulau dengan sebaran ekosistem terumbu karang sangat besar. Luas Pulau Pramuka adalah 0,2226 km 2 sementara dari hasil analisis spasial, sebaran ekosistem terumbu karang di sekitar pulau Pramuka, Panggang, dan Karya mencapai 1,96 km 2 (Ali, 2003). Wilayah utara Pulau Pramuka didominasi oleh tutupan lahan terumbu karang dan hutan bakau serta terdapat aktivitas perikanan keramba jaring apung. Kawasan permukiman menyebar dari utara dan terpusat di selatan wilayah ini. Di pesisir timur Pulau Pramuka terdapat bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, sementara dermaga tempat berlabuhnya kapal penyeberangan berada di pesisir barat Pulau Pramuka. Pada tahun 2005, LAPAN mengeluarkan laporan hasil pengukuran berbagai parameter kualitas air dari 22 titik di wilayah Kepulauan Seribu (Tabel IV.1). Beberapa parameter yang diukur antara lain suhu, salinitas, ph, oksigen terlarut, klorofil-a, dan seterusnya. Dalam penelitian ini data pengukuran lapangan LAPAN digunakan sebagai referensi untuk membandingkan antara pengukuran citra satelit dan data lapangan. IV.2 Model Environmental Sensitivity Index Model Environmental Sensitivity Index merupakan sebuah model yang dibangun berdasarkan modifikasi indeks kerentanan lingkungan NOAA Ocean Service (Ali, 2003). Parameter yang digunakan adalah klasifikasi garis pantai yang terdiri dari parameter tingkat pengaruh energi gelombang dan pasut, kemiringan pantai, tipe batuan, dan produktivitas biologi. Setiap parameter diberi nilai berdasarkan tingkat sensitivitas terhadap tumpahan minyak. Model ESI kemudian dihasilkan dari tumpang susun keempat parameter tersebut. Metode yang digunakan untuk menentukan zona tingkat kerentanan adalah hasil dari metode Simple Additive Weighting (SAW), dimana masing-masing parameter mempunyai IV - 2

peringkat yang telah dianalisis sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Bobot dan peringkat dianalisis dari proporsi parameter dinamika pesisir. Tabel IV.1 Data Parameter Perairan Sekitar Wilayah Studi Lokasi Koordinat Suhu Salinitas Klorofil-a ( 0 C) ( ) (mg/m 3 ) Timur P. Harapan -5.656 106.594 30.5 33 0.536 Antara P. Kalage & P. Kelapa -5.660 106.567 30.0 32 0.442 Antara P. Karang Bongkok & P. Kotok -5.688 106.551 30.5 32 0.851 Barat P. Gosong Pandan -5.712 106.560 31.0 32 0.882 Barat P. Semak Daun -5.732 106.565 31.0 32 0.269 KJA Gosong Pramuka -5.738 106.608 30.0 31 0.643 Barat P. Pramuka -5.743 106.612 30.5 31 0.203 KJA P. Panggang (Laguna) -5.740 106.599 29.0 30 1.874 Barat Laut P. Ayer -5.768 106.579 30.5 30 1.055 Timur P. Kaliage Besar -5.772 106.568 30.5 30 0.788 Timur P. Tidung -5.804 106.538 30.0 30 0.849 Antara P. Tidung Kecil & P. Tidung -5.802 106.515 30.5 30 1.086 Besar Laguna P. Ayer -5.761 106.586 30.5 30 1.117 Selatan P. Pramuka -5.757 106.603 30.5 30 1.120 Barat Daya P. Semak Daun -5.733 106.569 30.0 30 1.083 Timur P. Payung -5.813 106.592 30.5 30 0.857 Barat P. Pari -5.857 106.569 30.5 29.5 1.197 Antara P. Tikus & P. Burung -5.863 106.591 31.0 30 1.466 Selatan P. Pari -5.881 106.616 31.0 25 7.638 Antara P. Bokor & P. Untung Jawa -5.927 106.671 30.5 15 12.355 Selatan P. Untung Jawa -5.984 106.706 31.0 20 3.007 Selatan P. Bidadari -6.049 106.751 31.0 25 17.960 Sumber : LAPAN, 2005 Kriteria tingkat kerentanan lingkungan dibangun berdasarkan kriteria yang telah digunakan NOAA Ocean Service (2002) untuk membuat peta kerentanan lingkungan (Environmental Sensitivity Index/ESI). Kriteria umum yang digunakan adalah tingkat kesulitan dalam proses pembersihan minyak di pantai baik secara alami maupun manual. IV - 3

Proses dinamika pesisir dalam kriteria ESI termasuk ke dalam parameter klasifikasi garis pantai. Untuk parameter lain, yaitu sumberdaya biologi dan penggunaan ruang pesisir dan laut, tidak dianalisis dan tidak dilibatkan dalam proses pemberian peringkat kerentanan. Pemberian nilai peringkat dari klasifikasi sub-parameter didasarkan pada kriteria yang ditetapkan dan kajian parameter dinamika pesisir. Tabel IV.2 menjelaskan kriteria dan peringkat dalam sistem pemetaan tingkat kerentanan yang digunakan. Tabel IV.2 Parameter dan Peringkat Tingkat Kerentanan Lingkungan Pantai No Parameter Kategori Kelas Peringkat 1 Tingkat Pengaruh Energi Gelombang dan Arus Pasut 2 Kemiringan Pantai Gelombang laut tinggi (h > 1 m) dan arus pasut kuat sepanjang musim Tinggi 1 Gelombang laut dan arus pasut mempunyai pola musiman Sedang 2 Gelombang laut dan arus pasut terlindung morfologi pantai Rendah 3 - Kemiringan > 30 o Curam 1-5 o < Kemiringan < 30 o Sedang 2 - Kemiringan < 5 o Datar 3 3 Tipe Batuan 4 Produktifitas Biologi dan Sensitivitasnya S Sumber : Ali, 2003 Bedrock Material buatan Sedimen Area hutan bakau (mangrove), rawa, air payau, terumbu karang dan padang lamun Bedrock 1 Material buatan 2 Sedimen 3-3 IV - 4

Operasi spasial pada metode tumpang susun merupakan hasil penjumlahan matrik dari masing-masing grid yang telah diberi nilai peringkat. Kelas tingkat kerentanan lingkungan ditentukan dari pembagian rentang nilai peringkat minimum dan maksimum. Untuk lebih mempermudah dalam interpretasi tingkat kerentanan lingkungan, hasil penjumlahan peringkat ini diklasifikasi kembali (re-classified) menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu agak rentan, rentan dan sangat rentan. Pembagian kelas ini didasarkan kepada nilai maksimum hasil perkalian yang dibagi jumlah kelas yang dipakai. Kelas dan peringkat indeks kerentanan lingkungan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel IV.3 Tabel IV.3 Kelas dan Peringkat Indeks Kerentanan Lingkungan Peringkat Tingkat kerentanan lingkungan 1-4 Agak rentan 5-8 Rentan 9-12 Sangat rentan Sumber: Ali, 2003 Pada penelitian ini, model ESI yang digunakan merupakan model yang telah dibuat sebelumnya sehingga berperan sebagai data sekunder untuk proses analisis. Untuk melengkapi analisis kerentanan lingkungan dari model yang telah ada maka dibuat model penyebaran Temperatur Permukaan Laut (TPL), klorofil-a, dan colored dissolved Organic Matter (CDOM) IV.2.1 Energi Gelombang dan Arus Pasut Morfologi daerah Pulau Pramuka yang dikelilingi oleh terumbu karang membuat gelombang yang menjalar memasuki perairan dangkal akan pecah pada jarak yang berbeda-beda. Di Pulau Pramuka, gelombang pecah pada sebagian besar area terumbu karang. Gelombang pecah pada kedalaman laut sekitar 1 meter dengan kecepatan arus pasut yang maksimal. Peringkat tingkat pengaruh energi gelombang dan pasut termasuk kedalam kategori sedang dengan peringkat = 2 (Gambar IV.2) IV - 5

Gambar IV..2 Peta Zona Gelombang Pecah Wilayah Studi (Sumber: Ali, 2003) IV.2.2 Kemiringan Pantai Kemiringan pantai di Pulau Pramuka didominasi oleh kemiringan dengan tipe landai (Gambar IV.3). Daerah dengan kemiringan pantai yang landai, dasar lautnya terdiri dari terumbu karang. Jarak antara garis pantai pulau sampai kedalaman 5 meter (kedalaman terendah dari kontur batimetri) rata-rata berjarak 184,49 m dari garis pantai. Jarak minimum dari garis pantai ke kedalaman 5 meter adalah 0,72 meter, terletak sebelah utara Pulau Pramuka. Jarak terjauhnya adalah 1,74 km, terletak di barat Pulau Pramuka ke arah barat. IV - 6

93 66400mU 675 600m T TIDAK ADA DATA P.Karya 9366 400m U P.Panggang P.Pramuka 93 64 300m U 9364 300m U PETA KEMIRINGAN PANTAI I 0 200 m KETERANGAN KEMIRINGAN PANTAI (dalam derajat) 0-5 (Landai) 5-30 (Intermediate) 30-77 (Terjal) Gambar IV.3 Peta Kemiringan Pantai Wilayah Studi (Sumber: Ali, 2003) IV.2.3 Tipe Sedimen Tipe sedimen di wilayah studi terdiri dari dua kelas yaitu tipe sedimen pasir dan material buatan (dermaga dan seawall). Sedimen didominasi oleh pasir dengan besar butir antara 0,06-0,1 mm. Pulau Pramuka adalah pulau dengan tipe pantai yang didominasi oleh sedimen, berbentuk butiran pasir, dan didominasi oleh dermaga serta sedikit seawall. Sebaran spasial dari tipe batuan di Pulau Pramuka diperlihatkan pada Gambar IV.4 IV - 7

9366400mU P.Karya 9366 400m U P.Panggang P.Pramuka 93 64 300m U 9364 300m U PETA TIPE SUBSTRAT KETERANGAN Pulau-pulau kecil I0 200 m Dermaga/Seawall Pasir Gambar IV.4 Peta Tingkat Kerentanan Tipe Batuan (Sumber: Ali, 2003) IV.2.4 Produktivitas Biologi Hasil analisis citra memperlihatkan sebaran terumbu karang menyebar sepanjang pulau ke arah laut sampai kedalaman 5 meter. Hutan bakau hanya terdapat di Pulau Pramuka. Hutan bakau dan terumbu karang di ketiga pulau tersebut memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sebagai respon terhadap gangguan yang diterima. Tingkat kerentanan di area ini diberi peringkat tinggi yaitu 3 (tiga). Peta tingkat kerentanan lingkungan sebaran hutan bakau dan terumbu karang ini dapat dilihat pada Gambar IV.5. IV - 8

9366400mU 9366400mU P.Karya P.Panggang P.Pramuka 9364 300m U 9364 300m U PETA PRODUKTIFITAS BIOLOGI KETERANGAN Pulau-pulau kecil I0 200 m Gosong pasir Hutan bakau Terumbu karang Gambar IV.5 Peta Tingkat Kerentanan Produktifitas Biologi Wilayah Studi IV.2.5 Model Kerentanan Lingkungan Pulau Pramuka adalah pulau yang didominasi oleh zona dengan tingkat kerentanan yang tinggi dengan kategori zona sangat rentan. Zona ini berada di area terumbu karang di sebelah timur pulau dan pantai berpasir. Pada musim barat, energi gelombang akan menimbulkan arus menyusur pantai yang akan mendorong minyak ke arah garis pantai, sedangkan pada musim timur energi gelombang akan lebih rendah sehingga minyak akan lebih lama tertahan karena kecepatan arus pasut dan arus menyusur pantai yang lebih kecil tidak dapat mendorong minyak untuk menjauhi garis pantai. Kemiringan pantai pada zona sangat rentan adalah pantai yang landai (kurang dari 5 0 ). Respon pantai terhadap minyak yang terdorong arus di timur Pulau Pramuka relatif rentan karena tipe substrat di daerah ini adalah dermaga dan seawall sehingga minyak relatif lebih mudah dibersihkan. Di lokasi lain di Pulau Pramuka dengan tipe pantainya yang didominasi pasir, tingkat kerentanannya termasuk zona sangat rentan. IV - 9

Secara umum zona agak rentan terjadi di luar area terumbu karang dan pada kedalaman lebih dari 5 meter di ketiga pulau wilayah studi. Zona agak rentan terjadi tumpahan minyak bergerak melintasi zona ini pada kedalaman lebih dari 5 meter. Minyak ini terdorong oleh arus akibat gelombang menuju daerah sekitar garis pantai. 93 66400mU 9366 400m U P.Karya P.Panggang P.Pramuka 93 64 300m U 9364 300m U PETA TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN I0 200 m KETERANGAN Agak Rentan Rentan Sangat Rentan Gambar IV.6 Zona Tingkat Kerentanan Lingkungan Wilayah Studi IV - 10