BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

PENGARUH DOPING MgO TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK KERAMIK CSZ UNTUK SOFC

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi, sintesis material konduktor ionik dan uji kinerja material

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

METODOLOGI PENELITIAN

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

4 Hasil dan Pembahasan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Metodologi penelitian

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized zirconia (CSZ) dengan penambahan La 2 O 3. Penyinteran dilakukan pada suhu 1450 0 C selama 4 jam. A. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Neraca digital. 2. Gelas ukur. 3. Botol plastik. 4. Pipet tetes. 5. Cawan Nikel. 6. Batang pengaduk. 7. Spatula. 8. Penjepit besi. 9. Obeng. 10. Kertas timbang. 11. Kertas saring. 12. Tungku pembakaran. 13. Penggerus manual. 14. Botol semprot. 15. Tissue. 16. Pengukur ph digital. 17. Magnetic stirrer. 18. Mesin kompaksi. 19. Mikrometer skrup. 20. Kertas Amplas. 21. Screen sablon.

22. LCR meter. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Serbuk ZrCl 4 (Merck) 68,78705792 g. 2. Serbuk CaO 3,63316 g. 3. Serbuk Asam sitrat (Merck) 75,5963 g. 4. Serbuk La 2 O 3 (Merck). 5. Larutan Alkohol (PS-Microlabtech). 6. Larutan NH 4 OH (Merck). 7. Aquades. 8. Larutan HCL (Merck) 5M 20 ml. 9. Pasta Perak (Electronic Materials Division). C. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada: Waktu Pelaksanaan : Mei Juli 2013 Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Fisika Bahan Gd. F Pusat Tenaga Nuklir Bahan dan Radiometri Batan Tenaga Nuklir Nasional (PTNBR- BATAN). Jl. Tamansari No. 71 Bandung 40135. D. Desain Penelitian Berdasarkan metode penelitian tersebut, terdapat dua tahap dalam pembuatan sampel, yaitu pembuatan serbuk CSZ dan pembuatan pelet CSZ dengan penambahan La 2 O 3. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol-gel yaitu suatu metode pada reaksi padatan yang bertujuan untuk menghasilkan partikel berukuran nano. Pembuatan pelet CSZ menggunakan cara kompaksi dengan penyinteran pada suhu 1450 0 C. Berikut alur dari kedua tahapan tersebut.

1. Alur Pembuatan Serbuk Calcia-Stabilized Zirconia (CSZ) ZrCl 4 Asam Sitrat CaO + HCl Larutkan dengan aquades hingga membentuk sol Pengukuran ph sol dan pembentukan gel Kalsinasi Serbuk CSZ Karakterisasi Gambar 3.1 Diagram pembuatan serbuk CSZ Berdasarkan alur diagram tersebut, pembuatan serbuk CSZ dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Penimbangan serbuk ZrCl 4, CaO dan asam sitrat Pada tahap ini, serbuk ZrCl 4, CaO dan asam sitrat dengan perbandingan mol ZrCl 4 dengan CaO adalah 82:18 %. Dari perbandingan tersebut diperoleh massa serbuk ZrCl 4, CaO dan asam sitrat berturut-turut 68.78705792 g, 3.63316 g dan 75.5963 g. b) Pencampuran bahan membentuk sol Pada tahap ini, serbuk asam sitrat dilarutkan terlebih dahulu dalam aquades 200 ml. Selanjutnya serbuk CaO dilarutkan dalam HCl 5M 10 ml hingga larutan berubah menjadi kuning. Setelah itu, masukkan ke dalam

larutan asam sitrat hingga keduanya tercampur. Masukan ZrCl 4 ke dalam larutan asam sitrat secara perlahan-lahan. Aduk hingga membentuk sol. c) Pengukuran ph sol dan pembentukan gel Pada kondisi awal, ph sol bernilai rendah karena pengaruh asam sitrat. Untuk menaikannya, tambahkan NH 4 OH (basa) hingga ph-nya mencapai 5. Setelah itu, sol dipanaskan dengan suhu 100 0 C hingga membentuk gel. d) Kalsinasi Setelah terbentuk gel yang berwarna putih, proses berlanjut menuju kalsinasi pada suhu 800 0 C selama 3 jam. Hasilnya terbentuk CSZ yang berwarna putih. Hasil kalsinasi selanjutnya digerus hingga terbentuk serbuk CSZ. e) Karakterisasi Serbuk CSZ dianalisis menggunakan XRD untuk mementukan struktur, orientasi bidang pada setiap puncak-puncak intensitas dan parameter kisi kristal CSZ.

2. Alur Pembuatan Pelet Calcia-Stabilized Zirconia (CSZ) dengan penambahan La 2 O 3 CSZ La 2 O 3 0% wt, 1% wt dan 3% wt Pencampuran dengan alkohol dan pengeringan Penggerusan dan pembagian campuran ke dalam 5 bagian Kompaksi membentuk pelet dan penyinteran Pengamplasan pelet dan pengukuran diameter, tebal dan massa Penghitungan volume dan rapat massa Pelapisan permukaan pelet dengan pasta perak Analisis struktur kristal, mikro dan konduktivitas ionik Gambar 3.2 Diagram pembuatan pelet CSZ dengan penambahan La 2 O 3 Berdasarkan alur diagram tersebut, pembuatan pelet CSZ dengan penambahan La 2 O 3 dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Penimbangan serbuk CSZ dan La 2 O 3 Serbuk CSZ dan La 2 O 3 ditimbang dengan perbandingan % berat berturutturut adalah 100:0, 99:1 dan 97:3. Total berat untuk masing-masing komposisi tersebut adalah 1.67 g.

b) Pencampuran serbuk CSZ dan La 2 O 3 Pencampuran kedua serbuk tersebut menggunakan alkohol sebagai pelarutnya sebanyak 20 ml dan keringkan campuran tersebut pada suhu 100 0 C. Teknik tersebut dilakukan karena atom zirconium dan lanthanum memiliki jari-jari atom yang tidak terlalu jauh berbeda. c) Penggerusan dan pembagian berat berdasarkan perbandingan pada poin (a) Penggerusan dilakukan karena campuran yang mengering membentuk gumpalan. Agar terbentuk pelet yang baik, serbuk harus dibuat sehalus mungkin. Bagi dari setiap komposisi ke dalam lima bagian. Setiap bagian tersebut menuju proses kompaksi 4 ton/cm 2 dengan diameter 1.1 cm. Pelet yang terbentuk kemudian menuju penyinteran pada suhu 1450 0 C selama 4 jam. d) Pengamplasan pelet dan pengukuran diameter, tebal dan massa Setelah penyinteran, permukaan pelet akan menjadi tidak rata akibat penyusutan volume. Pelet tersebut kemudian diamplas guna mendapatkan permukaan yang rata. Dengan permukaan yang rata dapat diperoleh diameter, tebal yang baik. Ukur diameter, tebal dan massa masing-masing pelet. e) Penghitungan volume dan rapat massa masing-masing pelet Data berupa diameter dan tebal dapat digunakan untuk menghitung volume. Dengan memperoleh volume dan massa maka dapat diperoleh nilai rapat massa pelet tersebut. f) Pelapisan permukaan pelet dengan pasta perak Pelapisan perak bertujuan sebagai kontak ohmik ketika pengukuran impedansi. Pelapisan dilakukan pada permukaan salah satu pelet dari masingmasing komposisi dengan pasta perak menggunakan teknik screen printing. Setelah selesai, dilanjutkan dengan pembakaran pada suhu 600 0 C selama 5 menit agar pasta perak mengering dan menempel pada permukaan pelet. g) Pengukuran impedansi Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh nilai impedansi. Beserta data luas permukaan dan ketebalan, akan diperoleh nilai resistivitas CSZ. Sehingga dari nilai resistivitas ini akan diperoleh nilai konduktivitas ioniknya.

h) Analisis struktur kristal dan mikro Pelet yang tidak dilapisi perak dijadikan sampel untuk dianalisis menggunakan XRD dan SEM. XRD digunakan untuk menentukan struktur, orientasi bidang pada setiap puncak-puncak intensitas, parameter kisi kristal CSZ.SEM digunakan untuk mengetahui pertumbuhan butir, batas butir dan porositas akibat penambahan aditif. E. Analisis Struktur Kristal Elektrolit Padat CSZ dengan Penambahan La 2 O 3 Analisis struktur kristal menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). CSZ (18% mol) dan La 2 O 3 masing-masing memiliki struktur kristal kubik (Stanford Materials, 2013) dan heksagonal (Winter, 2012). Dengan penambahan La 2 O 3 1% dan 3% dapat diketahui apakah terbentuk struktur kristal atau fase lain dalam CSZ atau hanya terbentuk satu struktur kristal atau fase dalam CSZ. Selain itu, dengan XRD ini dapat diketahui parameter kisi CSZ setelah penambahan La 2 O 3. Fenomena difraksi sinar-x terjadi bila memenuhi aturan (hukum Bragg): 2d sin = (3.2) dimana d adalah jarak antar bidang pendifraksi yang dapat ditentukan dengan persamaan: (3.3) (3.4) (3.5) Untuk menentukan Kisi Bravais dari struktur kubik dapat digunakan aturan seleksi dari nilai h 2 +k 2 +l 2 yaitu : SC : 1,2,3,4,5,6,8,9,10,11,12,13,14,16, BCC : 2,4,6,8,10,12,14,16,

FCC : 3,4,8,11,12,16,19,20,24, Rasio dari dikali bilangan pertama dari aturan seleksi harus mendekati bilangan bulat. Data yang diperoleh berupa sudut 2θ untuk setiap puncak-puncak intensitas. Untuk menentukan ukuran butir (L) maka digunakan persamaan Scherrer. F. Analisis Struktur Mikro Elektrolit Padat CSZ dengan Penambahan La 2 O 3 Analisis struktur mikro menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Morfologi dari CSZ dapat dianalisis untuk mengetahui pertumbuhan dan butir, batas butir dan porositas yang terbentuk setelah penambahan La 2 O 3. Analisis kualitatif dilakukan dengan menentukan ukuran butir dan pori ke dalam ukuran kecil, sedang dan besar untuk masing-masing sampel. Data ini juga dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh penambahan La 2 O 3 terhadap konduktivitas ionik CSZ. G. Penentuan Rapat Massa Elektrolit Padat CSZ dengan Penambahan La 2 O 3 CSZ dan La 2 O 3 masing-masing memiliki rapat massa 5.57 g/cm 3 (Martin et al, 1993) dan 6.5 g/cm 3 (Winter, 2013). Dari nilai tersebut, penambahan La 2 O 3 diharapkan dapat meningkatkan rapat massa CSZ. Penghitungan rapat massa dapat dirumuskan sebagai berikut (Tipler, 1998): (3.1) Keterangan: a) ρ = rapat massa (g/cm 3 ). b) m = massa (g). c) V = volume (cm 3 ).

Pengukuran massa dilakukan menggunakan neraca digital dan penghitungan volume dilakukan berdasarkan pengukuran diameter dan ketebalan secara langsung seperti yang ditunjukan oleh gambar 3.4. H. Konduktivitas Ionik Elektrolit Padat CSZ dengan Penambahan La 2 O 3 Preparasi sampel berupa pelapisan kedua permukaan dengan pasta perak menggunakan teknik screen printing. Tujuannya sebagai kontak ohmik pada pelet. Pelapisan diupayakan setipis mungkin agar hambatan dari perak dapat diabaikan serta harus meliputi seluruh permukaan agar impedansi yang terukur mewakili seluruh bagian sampel seperti yang ditunjukan pada gambar 3.3. Gambar 3.3 (a) Pelet sebelum (b) sesudah pelapisan perak tampak atas dan bawah (c) tampak samping Pengaruh penambahan La 2 O 3 terhadap konduktivitas ionik CSZ akan dihitung dari impedansi yang terukur. Konduktivitas memiliki hubungan dengan impedansi yang dirumuskan sebagai berikut (Resnick dan Halliday, 1984): yang mana ρ dapat dirumuskan sebagai berikut: (3.6) (3.7) Keterangan: a) σ = Konduktivitas (S/cm). b) ρ = Resistivitas (Ω.cm).

c) R = Hambatan (Ω). d) A = Luas permukaan (cm 2 ). e) l = Tebal (cm). Luar permukaan dan ketebalan dapat diperoleh melalui pengukuran diameter dan ketebalan pelet secara langsung yang ditunjukan pada gambar 3.4. Gambar 3.4 (a) Diameter pelet tampak atas (b) tebal pelet tampak samping Dalam mengukur impedansi terdapat beberapa parameter sebagai berikut: a) Suhu pemanasan pelet, yaitu dimulai dari 700 hingga 300 0 C dengan penurunan 50 0 C. b) Frekuensi yang digunakan pada LCR meter, yaitu 20, 30, 50, 70, 100, 300, berikut: 500, 700, 1k, 3k, 5k, 7k, 10k, 30k, 50k, 70k, 100k, 300k, 500k, 700k, 1M, 2M, 3M, 4M dan 5M hertz (Hz). Langkah-langkah untuk menentukan konduktivitas ionik yaitu sebagai a) Data yang diperoleh dari pengukuran ini berupa impedansi real (Z) dan fase ( ). Z imaginer diperoleh dari perkalian Z real dengan tan. b) Resistivitas real ( ) dan imaginer ( ) diperoleh dengan mengalikan impedansi/hambatan dengan faktor luas/tebal (A/l) melalui persamaan 3.7. Sehingga diperoleh grafik resistivitas imaginer terhadap resistivitas real. Nilai yang diperoleh merupakan grafik hasil perpotongan dengan sumbu X menggunakan software Z-View. Titik potong ini merupakan resisitivitas ionik elektrolit padat. c) Resistivitas ionik yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan konduktivitas ionik elektrolit padat melalui persamaan 3.6.

d) Konduktivitas ionik elektrolit padat memiliki hubungan dengan suhu yang dapat plot dalam suatu grafik. Keterkaitan antara kedua besaran ini diperoleh berdasarkan hubungan Arrhenius (Syarif et al, 2013):. σ = e p - a k (3.8) e) Berdasarkan persamaan 3.8 juga dapat diperoleh energi aktivasi elektrolit padat. Dapat diuraikan dari persamaan 3.8: Ln = (3.9) Ln σ. Ln A = (3.10) Ln σ. = + Ln A (3.11) Dengan membuat grafik antara Ln σ. terhadap 1/ sehingga energi aktivasi dapat diperoleh dari gradien ( ) grafik tersebut.