Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITI JAHE

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI PISANG

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

KETERANGAN TW I

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

1 Universitas Indonesia

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI TEBU

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

ISSN OUTLOOK ANGGREK

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization).

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Pe n g e m b a n g a n

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

Transkripsi:

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 93 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Roch Widaningsih, M.Si Naskah : Siti Nur Sholihah, S.Si Design dan Layout : Tarmat Victor Saulus Bonavia H. Diterbitkan oleh: Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Buku Analisis Outlook Komoditas Kacang Tanah Tahun 2016 dapat diselesaikan. Buku ini mengulas analisis diskriptif, analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama dengan beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, juga atas kerja sama tim teknis lingkup, serta kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan akhir kegiatan. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas dukungannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan ini di waktu mendatang. Semoga hasil kegiatan ini dapat sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca semua. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP. 19670323.199203.1.003 Page v

Halaman ini sengaja dikosongkan Page vi

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv EXECUTIVE SUMMARY... xix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN... 1 1.3. RUANG LINGKUP... 2 II. METODOLOGI... 3 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI... 3 2.2. METODE ANALISIS... 4 2.2.1. Analisis Deskriptif... 4 2.2.2. Analisis Penawaran... 4 2.2.3. Analisis Permintaan... 4 2.2.4. Kelayakan Model... 5 III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL... 7 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANGTANAH NASIONAL... 7 3.2. PROVINSI SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI KACANG TANAH... 12 Page vii

3.3. KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH... 15 3.4. HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH... 21 3.5. EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA... 22 IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA... 25 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA... 25 4.2. NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA... 26 4.3. PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA... 29 4.4. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA... 31 4.5. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KACANG TANAH DUNIA... 32 V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI... 39 5.1. PRODUKSI... 39 5.2. KONSUMSI... 42 5.3. NERACA... 43 VI. KESIMPULAN... 47 LAMPIRAN... 49 Page viii

DAFTAR TABEL Halaman : Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan... 3 Tabel 3.1. Perkembangan Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah,... 11 Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia,, 2016-2021... 41 Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2016-2021... 43 Tabel 5.3. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kacang Tanah, Tahun 2016 2021... 44 Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun 2016 2021... 45 Page ix

Halaman ini sengaja dikosongkan Page x

DAFTAR GAMBAR Halaman : Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun Tahun 1980-2016... 8 Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2016... 9 Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2016... 10 Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2012-2016... 13 Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, Tahun 2012-2016... 14 Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2012-2016... 15 Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2015... 16 Gambar 8. Gambar 9. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia berdasarkan SUSENAS, 2006 2015... 17 Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun 1993 2014... 18 Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, 1993-2014... 19 Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, 2000 2014... 20 Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1983 2014... 21 Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2015... 22 Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2015... 23 Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2014... 25 Page xi

Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 1980 2014... 26 Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2010 2014... 27 Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, 2010 2014... 28 Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 2010 2014... 29 Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun 2006-2013 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit )... 30 Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, 2009-2013 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit )... 31 Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, 2010-2014... 32 Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, 1980 2013... 33 Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 34 Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 35 Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 36 Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 37 Page xii

Halaman ini sengaja dikosongkan Page xiii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman : LAMPIRAN I Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016... 51 Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016... 52 Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016... 53 Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, 2012-2016... 54 Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2012-2016... 54 Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2012-2016.... 55 Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2015... 55 Lampiran 8. Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2015... 56 Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2014... 57 Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2014... 58 Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, 1993-2014... 59 Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, 1983 2015... 60 Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1980 2015... 61 Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2015... 62 Perkembangan Luas Panen, dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2014... 63 Page xiv

Lampiran 16. Perkembangan Produktvitas Kacang Tanah Dunia, 1980-2014... 64 Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2010-2014... 65 Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, 2010-2014... 65 Lampiran 19. Perkembangan Produktivtas Kacang Tanah Dunia, 2010-2014... 66 Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 66 Lampiran 21. Lampiran 22. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 67 Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, 2010-2014... 67 Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, 1980 2013... 68 Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 69 Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013.... 69 Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013.... 70 Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013.... 70 LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand... 71 b. Keterangan Variabel Dalam Model... 72 c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan Model Analisis Suplai Demand... 73 Page xv

Halaman ini sengaja dikosongkan Page xvi

EXECUTIVE SUMMARY Produksi kacang tanah tahun 2016 (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 560,48 ribu ton biji kering, turun sebesar 44,97 ribu ton (turun 7,43%) dibandingkan tahun 2015. Turunnya produksi diperkirakan terjadi karena luas panen turun sebesar 30,03 ribu hektar (turun 6,61%), produktivitas juga turun menjadi sebesar 13,21 Ku/Ha (turun sebesar 0,90%). Luas panen turun cukup besar terdapat di Provinsi Jawa Timur 9,56 ribu hektar, Jawa Tengah sebesar 9,09 ribu hektar, Jawa Barat 3,31 ribu hektar, D.I.Yogyakarta 2,52 ribu hektar dan Nusa Tenggara Timur sebesar 796 hektar. Produksi kacang tanah tahun 2016 yang turun cukup besar terdapat di Provinsi Jawa Timur sebesar 15,13 ribu ton, Jawa Barat 11,42 ribu ton, D.I. Yogyakarta 8,87 ribu ton, Jawa Tengah 8,09 ribu ton, Sumatera Utara 3,71 ribu ton, dan Banten 2,98 ribu ton. Prediksi ketersediaan per kapita kacang tanah pada tahun 2015 sebesar 2,56 kg/kap/tahun dan pada tahun 2016 sebesar 2,71 kg/kap/tahun. Pada tahun 2016-2020, proyeksi ketersediaan kacang tanah cenderung menurun dengan rata-rata 2,09% per tahun atau sebesar 2,46 kg/kap/tahun, sehingga total kebutuhan kacang tanah pada tahun 2015 diprediksikan sebesar 653,93 ribu ton dan 2016 sebesar 700,39 ribu ton. Pada tahun 2016, dengan produksi kacang tanah sebesar 560,48 ribu ton, maka jumlah tercecer diperkirakan mencapai 28,02 ribu ton, pengunaan kacang tanah untuk bibit 16,81 ribu ton, penggunaan untuk diolah menjadi bahan makanan sebesar 47,69 ribu ton dan untuk konsumsi langsung 700,39 ribu ton. Pada tahun 2016 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 232,44 ribu ton. Sementara itu pada tahun 2017 dengan proyeksi produksi kacang tanah sebesar 517,36 ribu ton, jumlah yang tercecer akan mencapai 25,87 ribu ton, penggunaan untuk bibit sebesar 15,52 ribu ton, diolah menjadi makanan sebesar 44,03 ribu ton, sementara untuk konsumsi langsung mencapai 655,27 ribu ton. Oleh karena itu pada tahun 2017 diperkirakan Indonesia masih akan mengalami defisit kacang tanah sebesar 223,32 ribu ton. Perkiraan produksi dan konsumsi pada tahun 2017 sampai 2021 semakin turun dengan rata-rata nilai pertumbuhan produksi dan konsumsi masing-masing bernilai negatif yaitu minus 11,82% dan minus 3,67%. Walaupun diperkirakan konsumsi semakin turun namun karena laju penurunan produksi Page xvii

lebih besar daripada laju penurunan konsumsi sehingga produksi tidak mampu mengimbangi konsumsi mengakibatkan defisit terus terjadi sampai tahun 2021. Diperkirakan pada tahun 2017 sampai tahun 2021 nilai defisit semakin naik dengan nilai rata-rata pertumbuhan defisit kacang tanah sebesar 9,33%. Kondisi tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak ada ekspor impor dan tidak ada stok, baik stok awal maupun akhir tahun. Page xviii

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kacang tanah menjadi salah satu sumber gizi bagi masyarakat karena mengandung sumber protein nabati. Kacang tanah dikonsumsi rumah tangga baik berupa kacang tanah dengan kulit maupun tanpa kulit. Industri makanan membutuhkan kacang tanah untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan. Kebutuhan dan permintaan kacang tanah dari sektor industri makanan olahan memacu peningkatan pendapatan petani di berbagai daerah. Makanan olahan dengan bahan baku kacang tanah mengalami permintaan yang semakin meningkat. Produksi kacang tanah dalam negeri selama tiga dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif. Namun produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan yang semakin meningkat, sehingga jumlah impor kacang tanah pun meningkat tajam. Berdasarkan data FAO pada tahun 2009-2013 Indonesia menjadi negara importir nomor dua dunia yang mengimpor kacang tanah dengan rata-rata sebesar 137,17 ribu ton. 1.2 TUJUAN Tujuan penyusunan outlook komoditas kacang tanah adalah melakukan analisis data kacang tanah dengan menggunakan model ekonometrik, menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya kacang tanah di masa yang akan datang. (Pusdatin) mencoba menyusun Outlook Kacang Tanah yang berisi keragaan dan proyeksi penawaran serta permintaan kacang tanah berdasarkan keragaan dan perkembangan kacang tanah selama 30-40 tahun terakhir. Page 1

1.3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup outlook komoditas kacang tanah meliputi variabelvariabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah. Variabel-variabel tersebut meliputi : produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2020, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan kacang tanah. Page 2

II. METODOLOGI 2.1 SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditas kacang tanah tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data sekunder yang bersumber dari instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1 Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia 1980-2016 BPS 2 Produksi Kacang Tanah di Indonesia 1980-2016 BPS Biji Kering 3 Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia 1980-2016 BPS 4 Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia 1993-2013 5 Harga Kacang Tanah di Pasar Dalam Negeri Indonesia 1983-2014 BPS 6 Ekspor Impor Kacang Tanah Indonesia 1980-2014 BPS 7 Luas Panen Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO 8 Produksi Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO 9 Produktivitas Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO SUSENAS-BPS Biji Kering NBM, BKP-Kementan Kacang Tanah Segar Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit 10 Konsumsi Kacang Tanah Dunia 2007-2011 FAO Biji Kering 11 Harga Kacang Tanah di Pasar Dunia 2009-2013 FAO Kacang Tanah Dengan Kulit 12 Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia 1980-2012 FAO Biji Kering Page 3

2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas kacang tanah adalah sebagai berikut : 2.2.1. Analisis Deskriptif Berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen disusun analisis deskriptif sederhana. 2.2.2. Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Blok Suplai Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LLPKC(t-1) + e2 LHRKC(t-1) + e3 LHRJ(t-1) + e4 LHRK(t-1) + µ5 Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 LHRUREA(t-1) + j2 TEK + j3 DSLPTT + µ4 Parameter estimasi yang diharapkan : j1<0; j2, j3 > 0 3. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 4. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC 2.2.3. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas kacang tanah merupakan analisis pemakaian kacang tanah dalam negeri meliputi kebutuhan bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer, dan dikonsumsi langsung. Page 4

Blok Demand Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 LPDB + s2 IHK + s3 LKONSKC(t-1) + µ12 Parameter estimasi yang diharapkan: s3 > 0 ; s1,s2 < 0 2. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 3. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0,03 TCKC = PRODKC*0,05 4. Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC 2.2.4. Kelayakan Model Uji coba pemilihan model perlu dilakukan guna mendapatkan model yang paling tepat dan sesuai. Uji pemilihan model tersebut dilakukan dengan cara menguji beberapa variabel bebas yang diduga akan berpengaruh terhadap dua fungsi tersebut yaitu respon luas panen maupun fungsi produktivitas kacang tanah. Ketepatan sebuah model ANOVA dapat dilihat dari nilai signifikansi dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Page 5

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) Page 6

BAB III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH NASIONAL Perkembangan luas panen kacang tanah di Indonesia pada kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2012 2016) rata-rata turun sebesar 4,63% per tahun. Penurunan luas panen terbesar selama 5 (lima tahun) terakhir terjadi tahun 2011 sebesar 12,90% atau minus 80,07 ribu hektar dan penurunan cukup tinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 9,01% atau minus 44,99 ribu hektar. Rata-rata luas panen kacang tanah selama periode 2012 2016 sebesar 491,32 ribu hektar dan kontribusi luas panen kacang tanah nasional didominasi oleh pulau Jawa sebesar 72,67%. Sebaliknya luas panen di Luar Pulau Jawa hanya berkontribusi 27,33%. Jika dilihat laju pertumbuhannya, luas panen kacang tanah tahun 1980 sampai 2016 di Jawa meningkat rata-rata 0,07% per tahun, sementara Luar Jawa hanya bertambah 0,04% per tahun. Pada periode tahun 2012-2016 terlihat luas panen di luar Pulau Jawa mengalami penurunan lebih tinggi yaitu minus 7,82%, sementara di pulau Jawa mengalami penurunan minus 3,31% (Gambar 1 dan Lampiran 1). Page 7

Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2016 Pertumbuhan luas panen kacang tanah di Indonesia dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 4,63%. Penurunan di luar Pulau Jawa cenderung lebih tinggi yaitu minus 7,82% per tahun dengan rata-rata luas panen 134,29 ribu hektar, sedangkan di Jawa turun sebesar 3,31% dengan rata-rata luas panen 357,03 ribu hektar. Kondisi ini menunjukkan bahwa areal kacang tanah nasional selama ini separuh lebih berada dari Pulau Jawa. Laju rata-rata pertumbuhan yang terjadi 5 tahun terakhir di Indonesia karena dipicu oleh pesaing komoditas lain yang secara ekonomis lebih menguntungkan, seperti padi, jagung, dan kedelai. Faktor yang mempengaruhi daya saing kacang tanah di antaranya adalah harga, ketersediaan benih, kualitas benih, pemasaran, dan resiko hama. Perkembangan produktivitas kacang tanah tingkat nasional pada periode 1980-2016 cenderung mengalami peningkatan. Pertumbuhan produktivitas kacang tanah secara nasional lima tahun terakhir yaitu periode 2012-2016 naik 1,17% per tahun. Produktivitas kacang tanah di Indonesia berdasarkan ARAM II tahun 2016 adalah 13,21 ku/ha atau turun sebesar 0,90% dibandingkan tahun sebelumnya ( Gambar 2 dan Lampiran 2 ). Page 8

Secara umum pola perkembangan produktivitas kacang tanah per wilayah (Jawa dan Luar Jawa) cenderung sama, berkisar antara 12 kuintal per hektar. Rata-rata hasil kacang tanah di Pulau Jawa selalu lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Pulau Jawa. Produktivitas kacang tanah di Jawa mencapai puncak tertingginya pada tahun 2015, berdasarkan data Angka Tetap tahun 2015 yaitu sebesar 13,86 kuintal per hektar. Jika dicermati, produktivitas tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil kacang tanah di Indonesia kurun waktu 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 13,09 ku/ha. Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980 2016 Perkembangan produksi kacang tanah di Indonesia pada periode 2012 2016 berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan minus 3,58% per tahun (Gambar 3). Data ARAM II tahun 2016 menunjukan, produksi kacang tanah sebesar 560,48 ribu ton yaitu turun sebesar 7,43% dari tahun 2015. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa produksi kacang tanah baik di Jawa maupun di Page 9

Luar Jawa cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012-2016 produksi kacang tanah mengalami penurunan dengan rata-rata minus 3,58% per tahun ( Lampiran 3). Produksi kacang tanah yang dihasilkan sangat terkait oleh produktivitas. Berdasarkan data ARAM II tahun 2016 yang dikeluarkan BPS, produktivitas kacang tanah turun 0,90% atau sebesar 13,21 ku/ha dari tahun 2015 sebesar 13,33 ku/ha (Lampiran 2) dan pada tahun yang sama luas panen turun sebesar 6,61% mengakibatkan produksi mengalami penurunan sebesar 7,43% atau sebesar 44,97 ribu ton dari tahun sebelumnya.(lampiran 3 ). Gambar 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980 2016. Pertumbuhan produktivitas kacang tanah jauh lebih tinggi dari pada pertumbuhan luas panennya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan produktivitas kacang tanah nasional dalam periode 2012 2016 mencapai 1,17% per tahun, sementara itu luas panen mengalami penurunan minus 4,63% per tahun. Kondisi tersebut mempengaruhi produksi kacang tanah 5 tahun terakhir dengan rata rata pertumbuhan mengalami penurunan 3,58% per tahun. Page 10

Jika dilihat dari peningkatan produksi cenderung dipengaruhi oleh produktivitasnya dimana produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2013 (Gambar 2). Hal ini menandakan teknologi budidaya kacang tanah sudah berjalan dengan baik. Tabel 3.1. Perkembangan Rata-Rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah Wilayah Jawa Luar Jawa Indonesia Jawa L. Jawa Tahun L.Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (Ha) (%) (Ton) (%) (Ku/Ha) (%) 1980-2016 405.187 0,07 448.707 1,30 10,93 1,22 2012-2016 357.028-3,31 476.841-1,73 12,86 1,39 1980-2016 198.089 0,04 216.409 1,10 10,72 1,31 2012-2016 134.292-7,82 166.273-7,82 12,18-0,12 1980-2016 603.276 0,00 664.990 1,13 11,04 1,10 2012-2016 491.320-4,63 643.114-3,58 13,09 1,17 Kontribusi (%), 2011-2015 72,67 74,15 27,33 25,85 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Page 11

3.2. PROVINSI SENTRA KACANG TANAH Kontribusi komoditas kacang tanah dari beberapa provinsi di tanah air pada 5 tahun terakhir dilihat dari sisi luasannya tersebar di 10 provinsi dengan kontribusi sebesar 88,41% terhadap total luas panen kacang tanah di Indonesia. Dari sepuluh provinsi sentra tersebut, empat provinsi terluas berada di wilayah Jawa dengan kontribusi sebesar 70,91% atau mencapai ratarata luas 87,10 ribu hektar. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas panen kacang tanah terbesar, dimana rata-rata luas panen mencapai 144,59 ribu hektar menyumbang 29,43% terhadap rata-rata luas panen nasional. Jawa Tengah pada peringkat ke dua dengan rata-rata luas panen sebesar 88,74 ribu hektar menyumbang sebesar 18,06% terhadap rata-rata luas panen nasional. Pada peringkat ke-3 dan ke-4 adalah D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 13,56% dan 9,86% terhadap luas panen nasional. Enam provinsi sentra lainnya dengan kontribusi masing-masing di bawah 6% terhadap luas panen nasional. (Gambar 4 dan Lampiran 4). Sementara itu jika dilihat dari sisi rata-rata pertumbuhan luas panen di masing-masing daerah selama lima tahun terakhir, hampir semua provinsi mengalami penurunan, hanya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 30,51%, 182,64% dan 52,29% per tahun. Provinsi dengan laju penurunan paling tinggi terjadi di Banten dengan rata-rata sebesar minus 25,45% per tahun, selanjutnya Nusa Tenggara Timur dan Bali dengan penurunan minus 9,24% dan 7,42% per tahun (Lampiran 4). Page 12

Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2011-2016 Dilihat dari produktivitas, selama 5 tahun terakhir, rata-rata produktivitas tertinggi ada di Jawa Barat sebesar 16,30 ku/ha, diurutan ke-2 Gorontalo 16,07 ku/ha dan diurutan ke-3 dan ke-4 adalah Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat, masing-masing sebesar 14,40 ku/ha. Jika dilihat ratarata pertumbuhan produktivitas per hektar tertinggi adalah Jawa Barat dengan rata-rata pertumbuhan 3,54% per tahun, sementara daerah dengan laju pertumbuhan produktivitas terendah adalah Gorontalo dan Sumatera Barat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar minus 2,26% per tahun dan minus 0,69% per tahun (Gambar 5 dan Lampiran 5). Page 13

Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, 2011-2016 Dari sepuluh provinsi sentra, kontribusi produksi kumulatif sebesar 72,55% tersebar di 4 provinsi, dimana Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar atau sebesar 30,39% dari produksi kacang tanah nasional. Selanjutnya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta, berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 18,71%, 12,18% dan 11,28% terhadap produksi kacang tanah nasional. Adapun 6 Provinsi lainnya yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Banten, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara memberikan kontribusi dibawah 6% terhadap produksi kacang tanah nasional. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, hanya 2 provinsi sentra yang mengalami peningkatan produksi kacang tanah yaitu D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Selatan masing-masing dengan kenaikan sebesar 3,88% dan 6,01% per tahun. Delapan provinsi sentra lainnya mengalami penurunan produksi kacang tanah. Penurunan produksi paling tinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu 15,25% per tahun, selanjutnya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan penurunan sebesar 12,79% per tahun, sedangkam provinsi lainnya mengalami penurunan dibawah 7% per tahun. (Gambar 6 dan Lampiran 6). Page 14

Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, 2011 2016 3.3. KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH Beragam produk olahan dengan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh industri rumah tangga maupun oleh industri sedang dan industri besar, menjadikan permintaan kacang tanah semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadikan kacang tanah merupakan salah satu komoditi tanaman pangan bernilai strategis untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi kacang tanah pada tingkat rumah tangga biasanya dalam bentuk makanan ringan seperti direbus, digoreng, dibuat sambal kacang. Kacang tanah biasa juga dikonsumsi berupa olahan pabrikan baik masih berupa kacang berkulit maupun berupa kacang tanpa kulit, maupun hasil olahan berupa selai. Konsumsi kacang tanah berdasarkan data Susenas, selama periode tahun 2006-2015 berfluktuatif dengan kecenderungan turun, rata-rata konsumsi Page 15

kacang tanah kupas sebesar 0,31 kg/kapita/tahun. Konsumsi kacang tanah periode 2011-2015 rata-rata sebesar 0,23 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan konsumsi kacang tanah baik periode 2006-2015 maupun periode 2011-2015 mengalami penurunan sebesar 1,39% per tahun dan 6,63% per tahun. (Gambar 7 dan Lampiran 7) Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2015 Sesuai hasil Susenas maka konsumsi nasional kacang tanah bisa diperoleh dari perkalian konsumsi per kapita pertahun dikalikan dengan jumlah penduduk tengah tahun. Pada periode 2006-2015 konsumsi nasional kacang tanah berfluktuatif dengan kecenderungan menurun, dimana rata-rata konsumsi nasional kacang tanah sebesar 74,03 ribu ton, sedangkan pada periode 2011-2015 rata-rata sebesar 57,38 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi kacang tanah nasional periode 2006-2015 mengalami kenaikan sebesar 0,19% per tahun sedangkan periode 2011-2015 mengalami penurunan sebesar 5,35% per tahun. (Gambar 8 dan Lampiran 8) Page 16

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2015 Data konsumsi kacang tanah bisa diperoleh dari Susenas maupun dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dari Badan Ketahanan Pangan (BKP). Menurut NBM Konsumsi kacang tanah secara langsung dapat dihitung dengan cara perkalian antara ketersediaan kacang tanah per kapita dengan jumlah penduduk. Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, bibit dan untuk industri. Perkembangan ketersediaan kacang tanah per kapita di Indonesia dari tahun 1993-2014 berdasarkan NBM berfluktuasi cukup tajam dengan kecenderungan terus mengalami penurunan (Gambar 9). Pada periode tahun 1993-2014, ketersediaan perkapita tertinggi terjadi pada tahun 1995, yaitu sebesar 3,98 kg/kap/th. Ketersediaan per kapita cenderung terus menurun. Selama periode 2010-2014, ketersediaan per kapita rata-rata kacang tanah sekitar 2,87 kg/kap/th. Angka ketersediaan ini cenderung menurun dengan laju pertumbuhan minus 4,11% setiap tahunnya. (Lampiran 9). Page 17

Gambar 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia, Berdasarkan NBM, Tahun 1993-2014 Berdasarkan data penggunaan dan penyediaan kacang tanah di Indonesia yang bersumber dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) seperti tersaji dalam Lampiran 10. Penyediaan dalam negeri yang dimaksud adalah produksi kacang tanah dalam bentuk lepas kulit, ditambah impor, ditambah perubahan stok dan dikurangi ekspor. Pemakaian dalam negeri meliputi penggunaan bibit (lepas kulit), diolah untuk makanan (berkulit + lepas kulit) dan non makanan (lepas kulit), dimakan langsung (lepas kulit) dan tercecer baik dalam bentuk berkulit maupun lepas kulit. Penggunaan terbesar kacang tanah pada periode tahun 1993 2014 adalah sebagai bahan makanan atau dikonsumsi langsung dalam bentuk lepas kulit yang mencapai rata-rata 83,99% dari penyediaan dalam negeri, sementara penggunaan untuk sektor industri yaitu kacang tanah yang diolah lebih lanjut menjadi produk lain baik makanan maupun non makanan hanya mencapai 7,40%. Penggunaan untuk benih maupun hilang karena tercecer masing-masing sebesar 3,63% atau 31 ribu ton dan 4,98% atau 42 ribu ton (Lampiran 10). Page 18

Pada periode tahun 2001-2013 penggunaan kacang tanah yang dikonsumsi langsung (lepas kulit) lebih rendah dari produksi yang dihasilkan. Kondisi yang berbeda terjadi antara tahun 1993-1997 dan 1999-2000, dimana konsumsi kacang tanah lepas kulit dalam negeri lebih tinggi dibandingkan produksi kacang tanah dalam negeri dan begitu juga pada tahun 2013-2014 konsumsi kacang tanah lepas kulit lebih tinggi dari produksi dalam negeri. (Gambar 10). Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun 1993-2014 Konsumsi nasional kacang tanah pada tahun 2014 turun sebesar 7,15% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 719,08 ribu ton. Rata-rata konsumsi kacang tanah periode 5 (lima) tahun terakhir sebesar 703,70 ribu ton, ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi nasional kacang tanah dua dekade terakhir, yang hanya sebesar 552,81 ribu ton. Rata-rata pertumbuhan konsumsi nasional kacang tanah pada periode tahun 2011-2015 mengalami penurunan sebesar minus 2,38% per tahun. (Lampiran 11). Perkembangan konsumsi nasional kacang tanah periode tahun 2000-2014 cenderung fluktuatif. Konsumsi nasional terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar 644,85 ribu ton, sedangkan konsumsi nasional tertinggi pada tahun Page 19

2009 yaitu sebesar 758,78 ribu ton. Konsumsi pada tahun 2011 turun cukup tajam dibanding tahun 2010, dengan penurunan sebesar minus 10,07%, dimana konsumsi nasional kacang tanah sebesar 679,99 ribu ton. (Gambar 11) Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, 2000 2014 Jika kita bandingkan konsumsi nasional kacang tanah berdasakan Susenas dan NBM, maka yang paling sesuai adalah NBM karena pada NBM konsumsi berdasarkan ketersediaan kacang tanah perkapita pertahun, memperhitungkan pemakaian kacang tanah untuk ekspor, bibit, tercecer, untuk bahan industri makanan dan non makanan. Page 20

3.4. HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH Perkembangan harga kacang tanah dalam bentuk polong baik untuk harga produsen maupun konsumen dalam kurun waktu 30 tahun maupun 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 12). Pada tahun 2011 sampai 2015 rata-rata laju pertumbuhan harga di tingkat produsen dan konsumen tersebut masing-masing sebesar 6,61% per tahun dan 11,87% per tahun, dengan selisih margin dari Rp. 5.015,- sampai Rp. 9.793,-. Pada tahun 2008 harga produsen kacang tanah turun menjadi sebesar Rp 8.084,- per kg, tingkat penurunan harga tersebut sebesar 5,05% dari tahun 2007 merupakan pertumbuhan paling rendah. Pertumbuhan tertinggi kurun waktu tahun 2000-2015 di tingkat produsen terjadi tahun 2007 yang meningkat sebesar 14,15% dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2015 meningkat sebesar 10,46% dibanding tahun sebelumnya. Harga konsumen pada tahun 2015 meningkat 25,83% dibanding tahun sebelumnya, dari harga Rp. 18.495,- menjadi Rp. 23.272,- pada tahun 2015. Tingginya harga kacang tanah disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan yang belum diimbangi oleh produksi dalam negeri (Lampiran 12). Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1983 2014 Page 21

3.5. EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA Perkembangan volume ekspor impor kacang tanah antara tahun 1980-2015 tersaji pada Gambar 13. Pada rentang waktu 1980-2015, volume impor kacang tanah berfluktuasi cukup tajam di beberapa titik dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2013. Bila dilihat perkembangannya tahun 2011-2015 mempunyai kecenderungan rata-rata volume impor lebih tinggi daripada volume ekspor. Perkembangan volume ekspor kacang tanah pada periode 2011-2015 ini mengalami kenaikan ratarata sebesar 18,30% per tahun, selama periode tersebut volume ekspor kacang tanah mencapai rata-rata 3,39 ribu ton sementara volume impornya hingga 235,81 ribu ton. Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2015 Rata rata volume ekspor periode 1980 2015 adalah 3,17 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 29,46% per tahun, sedangkan lima tahun terakhir rata-rata volume ekspor kacang tanah sebesar 3,39 ribu ton Page 22

dengan rata-rata pertumbuhan cenderung meningkat sebesar 18,30% per tahun. Pada periode waktu yang sama atau periode tahun 1980-2015 rata-rata volume impor kacang tanah adalah 116,07 ribu ton atau tumbuh sebesar 34,59% per tahun, periode selanjutnya tahun 2011-2015 dengan rata-rata volume impor sebesar 235,81 ribu ton atau rata-rata pertumbuhannya minus 0,52% per tahun (Lampiran 13). Neraca ekspor-impor kacang tanah baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya baik pada periode 1980-2015 maupun 2011-2015 menunjukkan perkembangan yang bernilai negatif. Kecenderungan ini disebabkan permintaan kacang tanah yang tinggi seperti industri makanan dan belum bisa dipenuhi oleh produksi kacang tanah dalam negeri. Pada rentang tahun 1980-2015 rata-rata neraca volumen ekspor-impor mengalami defisit 112,89 ribu ton atau senilai 78,57 (000 USD) per tahun. Sementara pada periode 2011 2015 rata-rata neraca volume ekspor-impor cenderung mengalami nilai defisit lebih besar dari pada rata-rata 3 dekade yaitu sebesar 232,43 ribu ton atau defisit senilai 257,20 (000 USD) per tahun. (Lampiran 14 dan Gambar 14) Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2015 Page 23

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) Page 24

BAB IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA Berdasarkan Data FAO, Perkembangan luas panen kacang tanah di dunia selama kurun waktu 1980-2014 mempunyai pola yang berfluktuasi dengan trend mengalami pertumbuhan luas panen rata-rata 1% per tahun (Gambar 15). Penurunan luas panen terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar minus 10,43%. Rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah 5 tahun terakhir (2010-2014) menurut data FAO terjadi kenaikan sebesar 1,45% per tahun. (Lampiran 15). Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2014 Perkembangan produktivitas kacang tanah kurun waktu 1980 2014 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat (Gambar 16), dimana rata-rata pertumbuhan sebesar 1,68% per tahun (Lampiran 11). Nilai ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentase penambahan luas panen kacang tanah dunia, sehingga peningkatan produksi kacang tanah dunia cenderung lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas. Produktivitas tertinggi dicapai Page 25

pada tahun 2013 yaitu 17,28 ku/ha sedangkan tahun 2014 sedikit lebih rendah yaitu 16,53 ku/ha. Angka produktivitas nasional kacang tanah tertinggi kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 sebesar 13,52 ku/ha lebih rendah dari angka produktivitas rata-rata kacang tanah dunia yaitu 16,72 ku/ha, sehingga berada pada urutan ke-32 (Lampiran 19). Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 1980-2014 4.2. NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA Empat negara dengan rata-rata luas panen terbesar di dunia, memberikan kontribusi sebesar 56,47% terhadap total luas panen kacang tanah di dunia dapat dilihat pada Gambar 17 dan Lampiran 17. Dua negara di Asia dengan rata-rata memiliki luas panen cukup tinggi yaitu India dan China masing masing sebesar 5,28 juta hektar dan 4,59 juta hektar. Kontribusi dari dua negara tersebut mendominasi hampir 40% dari total luas panen kacang tanah dunia. Nigeria dan Sudan merupakan negara dengan luas panen kacang Page 26

tanah terbesar ketiga dan keempat mencapai 10,53% dan 6,91% dari luas panen kacang tanah di dunia. Sementara itu Indonesia menduduki urutan ke sembilan dengan kontribusi sebesar 2,17% dari rata-rata total luas panen kacang tanah di dunia ( Gambar 17). Rata-rata pertumbuhan per tahun luas panen pada negara produsen kacang tanah dunia, sebagian besar terjadi penurunan luas panen, kecuali di Nigeria, Sudan, Republik Tanzania, dan Amerika Serikat mengalami kenaikan berkisar 0,04% di Nigeria sampai 15,40% di Sudan. (Lampiran 17). Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2010 2014 Komposisi negara produsen kacang tanah terbesar di dunia berbeda dengan komposisi negara yang memiliki luas panen kacang tanah terbesar di dunia. China menggeser kedudukan India pada posisi pertama sebagai negara penghasil kacang tanah dunia dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 16,24 juta ton per tahun. Dengan tingkat produksi tersebut, China memberikan kontribusi sebesar 38,41% terhadap total produksi kacang tanah dunia. Sementara itu India berada di posisi kedua dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 7,19 juta ton per tahun atau menyumbang 17,01% Page 27

produksi kacang tanah dunia. Dari ke dua negara tersebut sudah mensuplay lebih dari separuh produksi kacang tanah dunia yaitu sebesar 55,42%. Pada urutan negara produsen dunia, Indonesia menduduki urutan ke enam dengan rata-rata produksi 1,20 juta ton atau mensuplay 2,84% produksi kacang tanah dunia. Urutan sebelum Indonesia diduduki oleh Sudan dengan rata-rata produksi sebesar 1,33 juta ton atau mensupport 3,14% produksi kacang tanah dunia ( Gambar 18 dan Lampiran 18 ). Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, 2010 2014 Pertumbuhan produksi di beberapa negara produsen menunjukan sebagian besar negara mengalami kenaikan produksi pada kurun lima tahun (2010 2014). Negara dengan rata-rata pertumbuhan produksi meningkat berturut-turut adalah Sudan (30,03% per tahun), urutan selanjutnya Argentina (18,95%), Amerika Serikat (14,81% per tahun), dan yang lain dengan pertumbuhan dibawah 12% per tahun. Sedangkan Indonesia mengalami penurunan produksi kacang tanah sebesar minus 4,87% per tahun. Selengkapnya pada Lampiran 18. Komposisi negara dengan rata-rata produktivitas per hektar tertinggi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19. Hanya satu negara produsen kacang tanah dunia yang dipengaruhi produktivitasnya di dunia, yaitu Amerika Page 28

Serikat. Kurun waktu 2010-2014 negara ini mempunyai hasil rata-rata per hektar 42,24 ku/ha, sementara Indonesia menduduki ranking ke 32 dengan rata-rata hasil per hektar kacang tanah sebesar 21,95 Ku/Ha ( Lampiran 19) Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 2010 2014 4.3. PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA Penyediaan kacang tanah dunia dalam wujud kacang tanah kupas periode tahun 2009-2013 terdapat di 10 negara dengan penyediaan tertinggi dan memberikan kontribusi sebesar 82,74% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. China menduduki peringkat pertama dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 4,43 juta ton kacang tanah selanjutnya Indonesia dan Amerika Serikat masing-masing dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 993,50 ribu ton dan 943,54 ribu ton. Tujuh negara terbesar lainnya dengan rata-rata penyediaan kacang tanah mulai 155,33 ribu ton di Meksiko sampai dengan 386,32 ribu ton di India. Rata-rata pertumbuhan penyediaan kacang tanah pada 10 negara dengan penyediaan tertinggi periode tahun 2097-2013 hampir semua negara terjadi kenaikan. Dengan kenaikan tertinggi yaitu di negara Tanzania sebesar 36,21% per tahun. Sedangkan 2 negara Page 29

terjadi penurunan pertumbuhan penyediaan kacang tanah yaitu Nigeria dan Burkina Faso, masing-masing turun sebesar minus 3,41% per tahun dan minus 0,10% per tahun. (Lampiran 20). China memberikan kontribusi terbesar terhadap penyediaan kacang tanah dunia yaitu sebesar 45,30%, selanjutnya pada urutan berikutnya yaitu Indonesia dan Amerika dengan kontribusi sebesar 10,17% dan 9,66%. Sedangkan tujuh negara tertinggi lainnya dengan kontribusi mulai dari 1,59% sampai 3,95% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. ( Gambar 20 ) Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun 2009-2013 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) Ketersediaan kacang tanah per kapita terbesar di dunia pada periode tahun 2009-2013 didominasi oleh negara-negara di Afrika. Chad, sebuah negara di Afrika Tengah menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan ketersediaan per kapita kacang tanah tertinggi dengan rata-rata sebesar 13,06 kg/kap/th. Selanjutnya Burkina Faso, sebuah negara di Afrika Barat pada peringkat ke dua dengan rata-rata ketersediaan per kapita kacang tanah sebesar 11,25 kg/kap/th. Sedangkan 8 negara tertinggi lainnya dengan angka ketersediaan kacang tanah mulai dari 4,08 kg/kap/th sampai 4,64 kg/kap/th. Page 30

Indonesia jika dibandingkan dengan negara lainnya, menduduki peringkat ke 11 di dunia dengan rata-rata ketersediaan kacang tanah sebesar 4,08 kg/kap/th ( Lampiran 21 dan Gambar 21). Rata-rata ( Kg/Kap/Th ) Indonesia Gambia Malawi Ghana Vanuatu Benin Cameroon Niger Gabon Burkina Faso 4,08 2,61 3,14 3,69 3,94 4,31 4,15 4,61 4,64 11,25 13,06 Chad - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, 2009-2013 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) 4.4. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA Harga produsen kacang tanah pada 10 negara tertinggi di dunia kurun waktu 2010-2014 menunjukkan kenaikan harga, yaitu dengan rata-rata kenaikan sebesar 3,07% per tahun. Negara dengan kenaikan harga produsen tertinggi adalah Palestina, yaitu naik 63,44% dan Ekuador dengan kenaikan 20,90% per tahun. Sedangkan enam negara lainnya dengan kenaikan rata-rata pertumbuhan dari 4,04% per tahun sampai dengan 15,96% per tahun. Sedangkan Jepang dan Ciprus terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan sebesar minus 0,12% dan 4,83% per tahun.(lampiran 22) Page 31

Saint Vincent and the Grenadines merupakan negara dengan rata-rata harga produsen tertinggi untuk periode 2010-2014 dengan rata-rata sebesar 5,27 ribu US$/ton. Sedangkan 9 negara dengan rata-rata harga produsen tertinggi lainnya dengan kisaran harga sebesar 1,64 ribu US$/ton di Bulgaria sampai dengan 5,26ribu US$/ton di Jepang. (Gambar 22). Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, 2010-2014 4.5. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KACANG TANAH DUNIA Pertumbuhan ekspor impor dunia tahun 2009-2013 cenderung fluktuatif, baik pada periode 1980-2013 maupun 2009-2013. Rata-rata pertumbuhan keduanya mengalami kenaikan baik volume ekspor maupun volume impor, dengan kenaikan volume ekspor berturut-turut sebesar 3,42% per tahun dan 7,72% per tahun dan kenaikan volume impor berturut-turut 3,10% per tahun dan 2,08% per tahun. Namun jika dilihat dari neraca perdagangan baik periode 1980-2013 dan 2009-2013 keduanya mengalami defisit, berturut-turut sebesar 78,34 ribu ton dan 84,35 ribu ton. Nilai defisit pada periode 2009-2013 lebih besar dibanding pada periode 1980-2013 yaitu 224,37 juta US$, sedangkan Page 32

pada periode 1980-2013 defisit sebesar 138,28 juta US$. (Gambar 23 dan Lampiran 23). Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, 1980 2013 Menurut data FAO tahun 2009-2013 tiga negara pengekspor kacang tanah terbesar dunia secara kumulatif memberikan kontribusi volume ekspor setengah dari total ekspor kacang tanah di dunia sebesar 61,60%. Tiga negara tersebut adalah India, Argentina dan Amerika Serikat, masing-masing dengan rata-rata volume ekspor kacang tanah sebesar 528,04 ribu ton, 214,58 ribu ton dan 183,92 ribu ton, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 35,11%, 14,27% dan 12,23% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 23 dan Gambar 23). Negara ke empat terbesar pengekspor kacang tanah dunia, yaitu Cina memberikan kontribusi sebesar 8,24%, sementara itu pada urutan ke lima yaitu Netherland, berkontribusi sebesar 8% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia. (Gambar 24). Page 33

Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 Indonesia dengan rata-rata ekspor 262 ton, merupakan pengekspor kacang tanah di dunia pada urutan ke-54 dan memberikan sumbangan volume ekspor sebesar 0,02% terhadap total ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 24). Sebagian besar negara eksportir kacang tanah mengalami kenaikan pertumbuhan volume ekspor yaitu Mesir, Malawi, Amerika Serikat, India, Netherlands, Brazil, dan Nicaragua. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor terbesar terjadi di Mesir dengan rata-rata kenaikan sebesar 70,57% per tahun, selanjutnya Malawi dengan kenaikan sebesar 45,99% per tahun, dan Amerika Serikat dengan kenaikan sebesar 27,23% per tahun sementara pertumbuhan terendah di Nikaragua sebesar 6,23% per tahun. Negara eksportir yang mengalami penurunan volume ekspor yaitu Vietnam, Cina, dan Argentina. Penurunan ekspor antara minus 0,85% sampai dengan minus 29,97% per tahun. (Lampiran 24). Berbeda pada keragaan impor dunia, volume impor dari 7 (tujuh) negara importir kacang tanah dunia memberikan kontribusi sebesar 56,15% dari total Page 34

volume impor dunia selama kurun waktu 2009-2013. Netherlands memberikan kontribusi tertinggi pada volume impor dunia yaitu sebesar 18,98%,selanjutnya Indonesia merupakan negara pengimpor kacang tanah terbesar ke dua dengan kontribusi volume impor 8,64% dari total volume impor dunia sedangkan lima negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi berkisar antara 5,07% sampai 6,74% terhadap volume impor dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 25. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengimpor terbesar ini, hampir semuanya mengalami kenaikan cukup besar pada lima tahun terakhir. Sedangkan negara dengan rata-rata kenaikan tertinggi adalah Indonesia sebesar 9,50% per tahun, dan Netherlands 8,78% per tahun. Negara dengan penurunan volume impor tertinggi yaitu Malaysia, sebesar minus 16,84% per tahun. (Lampiran 25). Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 Volume impor kacang tanah di Indonesia kurun waktu 2009-2013 cenderung fluktuatif. Impor tertinggi pada tahun 2013 sebesar 177,03 ribu ton dan terendah pada tahun 2011 yaitu 120,72 ribu ton. Impor kacang tanah Page 35

Indonesia rata-rata sebesar 137,17 ribu ton. Indonesia dibandingkan dengan negara pengimpor lainnya di Asia yaitu Thailand dan Malaysia dengan rata-rata impornya selama lima tahun terakhir masing-masing negara tersebut hanya mengimpor kurang dari 40% dari impor Indonesia yaitu dibawah 52 ribu ton ( Lampiran 25). Bila dilihat nilai ekspor dari 4 (empat) negara eksportir kacang tanah dunia yang memberikan kontribusi sebesar 70,59% dari total nilai ekspor dunia selama kurun waktu 2009-2013, maka India dan Argentina memberikan kontribusi tertinggi pada nilai ekspor dunia yaitu sebesar 32,74 % dan 13,91% dari total nilai ekspor dunia sedangkan negara terbesar pengekspor lainnya berkisar 0,93% sampai dengan 12,10%. Data secara rinci dapat dilihat pada Gambar 26. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengekspor terbesar ini, semua negara meningkat cukup besar pada periode 2009-2013. Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah Mesir sebesar 218,96% per tahun, Malawi 68,70% per tahun, India 34,95% dan Amerika Serikat 32,75% per tahun. Sedangkan 6 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan pertumbuhan antara 1,38% per tahun sampai dengan 26,19% per tahun. (Lampiran 26). Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 Page 36

Rata-rata nilai ekspor kacang tanah kurun waktu 2009-2013 pada 10 negara pengekspor tertinggi diatas 100 juta $ yaitu India, Argentina, Netherlands, Amerika Serikat, dan China mainland dengan rata-rata nilai ekspor antara 181,24 juta $, sampai 624,77 juta $. Sedangkan 5 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai ekspor dari 17,79 juta $ sampai dengan 91,76 juta $. (Lampiran 26). Nilai impor dari tujuh negara importir kacang tanah terbesar dunia memberikan kontribusi sebesar 59,84% dari total nilai impor dunia selama kurun waktu 2009-2013. Hanya Netherlands yang memberikan kontribusi tertinggi pada nilai impor dunia yaitu sebesar 21,81% dari total nilai impor dunia sedangkan negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi di bawah 8% dari total nilai impor kacang tanah dunia. Dalam hal ini termasuk Indonesia yang menduduki sebagaai Negara dengan nilai impor tertinggi kedua memberikan kontribusi sebesar 7,01% terhadap nilai impor kacang tanah dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 Pertumbuhan rata-rata nilai impor pada periode 2009-2013 di sepuluh negara pengimpor terbesar hampir semua negara dengan rata-rata Page 37

pertumbuhan nilai impor yang cukup besar. Negara importir dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi yaitu Netherlands sebesar 18,10% per tahun dan selanjutnya negara importir tertinggi lainnya dengan pertumbuhan di bawah 16% per tahun. Indonesia yang memiliki rata-rata pertumbuhan nilai impor pada urutan ketiga yaitu 13,83% per tahun. Hal ini sejalan dengan rata-rata pertumbuhan produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama dimana nilai pertumbuhannya negatif, artinya pada kurun waktu 2009-2013 mengalami penurunan produksi kacang tanah. (Lampiran 27). Rata-rata nilai impor kacang tanah kurun waktu 2009-2013 pada tujuh negara berkisar mulai 106,74 juta $ di Kanada sampai dengan 465,99 juta $ di Netherlands. Sedangkan 3 negara importir tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai impor mulai 46,39 juta $ sampai dengan 53,79 juta $. (Lampiran 27). Page 38

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI 5.1 PRODUKSI Untuk menghitung produksi kacang tanah diperoleh melalui pendekatan hasil kali antara luas panen dengan produktivitas. Untuk menduga proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap luas panen dan produktivitas. Data series yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kacang tanah per tahun. Hasil analisis dengan metode persamaan simultan model análisis suplay demand menunjukkan bahwa luas panen kacang tanah dipengaruhi oleh luas panen kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil Jagung tahun sebelumnya, dan harga riil kedelai tahun sebelumnya, sedangkan produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh harga riil urea tahun sebelumnya, Teknologi dan Dummy program SL-PTT. Persamaan pada Blok Produksi Model Analisis Produksi Konsumsi Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LLPKC(t-1) + e2 LHRKC(t-1) + e3 LHRJ(t-1) + e4 LHRK(t-1) + µ5 LPKC = 11.758,60 + 0,91 LLPKC(t-1) + 3,89 LHRKC(t-1) 33,44 LHRJ(t-1) + 11,68 LHRK(t-1) Dimana : LPKC = Luas Panen Kacang Tanah LLPKC(t-1) = Luas Panen Kacang Tanah tahun ke-(t-1) LHRKC(t-1) = Harga Riil Kacang Tanah tahun ke-(t-1) LHRJ(t-1) = Harga Riil Jagung tahun ke-(t-1) LHRK(t-1) = Harga Riil Kedelai tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi(r-square) dari fungsi respon diperoleh sebesar 92,89% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model. Page 39

Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 LHRUREA(t-1) + j2 TEK + j3 DSLPTT + µ4 YKC = 9,92 + 0,001 LHRUREA(t-1) + 0,05 TEK + 0,32 DSLPTT Dimana : YKC = Produktivitas Kacang Tanah LHRUREA(t-1) = Harga Riil Urea tahun ke-(t-1) TEK = Teknologi DSLPTT = Dummy Program SLPTT Koefisien determinasi (R-Square) dari fungsi respon diperoleh sebesar 92,27% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Persamaan pada Blok Konsumsi Model Analisis Produksi Konsumsi Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 LPDB + s2 IHK + s3 LKONSKC(t-1) + µ12 KONSKC = 2,73 + 0 LPDB - 0,0012 IHK + 0,54 LKONSKC(t-1) Dimana : KONSKC = Konsumsi Kacang Tanah LPDB = Ln dari Produk Domestik Bruto IHK = Indeks Harga Konsumen KONSKC(t-1) = Konsumsi Kacang Tanah tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi (R-Square) dari fungsi respon diperoleh sebesar 92,59% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Hasil proyeksi luas panen tahun 2017 diperkirakan turun sebesar 10,20% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 381,02 ribu hektar, pada tahun 2018 diperkirakan terjadi luas panen turun sebesar 10,71%, juga pada tahun 2019 diperkirakan luas panen turun sebesar 12,66%. Tahun 2020 masih diperkirakan turun sebesar 15,24%, dan tahun 2021 diperkirakan turun 18,88%. Page 40

Selama periode 2017-2021 rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah diperkirakan turun 13,54%. Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2016 2021 Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) 2016* 424.319 13,21 560.483 2017 1 ) 381.020 13,46 517.363 2018 1 ) 340.197 13,56 468.083 2019 1 ) 297.137 13,66 415.066 2020 1 ) 251.839 13,74 358.311 2021 1 ) 204.303 13,83 297.820 Rata-rata 294.899 13,65 411.329 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : *) : ARAM II 2016 1) : Angka Proyeksi Sementara itu produktivitas kacang tanah pada tahun 2017 diperkirakan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 13,46 ku/ha atau naik 1,89%. Tahun 2018 kembali meningkat sebesar 0,75%, dan tahun 2019 kembali meningkat sebesar 0,70%, begitu juga pada tahun 2020 kembali terjadi peningkatan produktivitas sebesar 1,20%, kembali meningkat pada tahun 2020 sebesar 0,65%, dan terus meningkat pada tahun 2021 sebesar 0,59%. Peningkatan angka produktivitas kacang tanah ini diharapkan mampu meningkatkan angka produksi kacang tanah tahun 2017. Namun diperkirakan yang terjadi sebaliknya bahwa pada tahun 2017, produksi turun menjadi sebesar 517,36 ribu ton atau turun sebesar 7,69%, di tahun 2018 produksi kembali turun seiring dengan turunnya luas panen yaitu menjadi 468,08 ribu ton atau turun sebesar 9,53%, dan pada tahun 2019 produksi kembali turun seiring dengan menurunnya luas panen yaitu menjadi 415,07 ribu ton atau Page 41

turun sebesar minus 11,33%. Pada tahun 2020 kembali terjadi penurunan produksi menjadi 358,31 ribu ton atau turun sebesar 13,67% per tahun dan tahun 2021 kembali turun menjadi sebesar 297,82 ribu ton (turun 16,88%). Pertumbuhan rata-rata produksi tahun 2017-2021 yaitu minus 11,82% per tahun (Tabel 5.1.). 5.2. KONSUMSI Analisis konsumsi kacang tanah didekati dengan perhitungan total konsumsi, yaitu permintaan kacang tanah dihitung dari ketersediaan per kapita per tahun yang diambil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dikalikan data jumlah penduduk yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS). Ketersediaan perkapita yang dimaksud adalah besarnya penggunaan kacang tanah di tingkat rumah tangga maupun yang digunakan di dalam industri makanan, seperti penggunaan kacang tanah untuk sambal juga olahan kacang tanah hasil industri pabrikan seperti kacang atom, kacang kulit berbagai rasa, kacang kulit panggang pasir dll. Proyeksi ketersediaan per kapita dilakukan dengan metode analisis SAS sementara proyeksi jumlah penduduk diambil dari data prediksi Pusdatin. Hasil proyeksi permintaan tersaji pada Tabel 5.2. Konsumsi kacang tanah antara tahun 2017 sampai tahun 2021 dengan memperhitungkan pertumbuhan jumlah penduduk diperkirakan akan turun dengan rata-rata sebesar 2,77% per tahun atau diperkirakan rata-rata konsumsi sebesar 632,58 ribu ton per tahun. Sementara itu untuk konsumsi per kapita mengalami penurunan dengan laju rata-rata 3,88% per tahun atau rata-rata per kapita sebesar 2,36 kilogram per kapita per tahun (Tabel 5.2). Page 42

Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2016-2021 Ketersediaan Jumah Proyeksi Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Tahun Perkapita Penduduk Konsumsi (%) (%) (%) (Kg/Kapita/Th) (000 Orang) kacang Tanah (Ton) 2016 1 ) 2,71 5,76 258.705 1,27 700.389 7,10 2017 1 ) 2,50 2018 1 ) 2,43 2019 1 ) 2,36 2020 1 ) 2,29 2021 1 ) 2,22-7,58 261.891 1,23 655.269-6,44-2,73 265.015 1,19 644.981-1,57-2,89 267.974 1,12 633.322-1,81-3,03 271.066 1,15 621.227-1,91-3,15 273.984 1,08 608.114-2,11 Rata-rata (%/th) 2,36-3,88 267.986 1,15 632.583-2,77 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1) : Angka Proyeksi 5.3. NERACA Neraca produksi dan konsumsi kacang tanah di Indonesia pada periode tahun 2016-2021 diperkirakan masih akan kekurangan kacang tanah untuk pemenuhan kebutuhan nasional dari produksinya. Laju kenaikan rata-rata nilai defisit ini diperkirakan sebesar 9,33% per tahunnya, sehingga Indonesia masih akan bergantung dari impor kacang tanah dari negara lain. Pada tahun 2017 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 223,32 ribu ton, tahun 2018 diperkirakan masih akan defisit kacang tanah sebesar 254,18 ribu ton, tahun 2019 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 286,78 ribu ton, tahun 2020 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 322,07 ribu ton, serta tahun 2021 akan defisit sebesar 359,46 ribu ton. (Tabel 5.3). Hasil proyeksi konsumsi kacang tanah disajikan pada Tabel 5.4., dimana pada tahun 2017 Produksi kacang tanah diproyeksikan akan turun dari tahun sebelumnya menjadi 517,36 ribu ton sementara hasil proyeksi konsumsi kacang tanah adalah sebesar 740,69 ribu ton. Penggunaan kacang tanah Page 43

meliputi tercecer 25,87 ribu ton, bibit 15,52 ribu ton, diolah untuk makanan 44,03 ribu ton, dan konsumsi langsung sebesar 655,27 ribu ton. Sehingga diperkirakan, kacang tanah masih akan mengalami defisit sebesar 223,32 ribu ton. Tabel 5.3. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kacang Tanah, Tahun 2016 2021 Tahun Produksi Konsumsi Surplus/Defisit (Ton) 2016 1) 560.483 792.925-232.442 2017 1) 517.363 740.686-223.323 2018 1) 468.083 722.261-254.179 2019 1) 415.066 701.850-286.784 2020 1) 358.311 680.384-322.073 2021 1) 297.820 657.284-359.464 Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1) : Angka Proyeksi Pada tahun 2018 berdasarkan data hasil proyeksi, produksi kacang tanah diperkirakan turun menjadi 468,08 ribu ton dan untuk konsumsinya sebesar 722,26 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 644,98 ribu ton, tercecer 23,40 ribu ton, bibit 14,04 ribu ton dan olahan makanan 39,83 ribu ton. Oleh karena itu pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 254,18 ribu ton. Pada tahun 2019 diperkirakan proyeksi produksi untuk kacang tanah turun menjadi 415,07 ribu ton dan untuk konsumsinya sebesar 701,85 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 633,32 ribu ton, tercecer 20,75 ribu ton, bibit 12,45 ribu ton dan olahan makanan 35,32 ribu ton. Dengan demikian pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 286,78 ribu ton. Begitu juga pada tahun 2020 berdasarkan data hasil proyeksi produksi untuk kacang tanah diperkirakan turun menjadi 358,31 ribu ton dan untuk Page 44

konsumsinya sebesar 680,38 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 621,23 ribu ton, tercecer 17,92 ribu ton, bibit 10,75 ribu ton dan diolah untuk makanan 30,49 ribu ton. Dengan demikian pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 322,07 ribu ton. Terakhir pada tahun 2021 masih akan terjadi penurunan produksi menjadi 297,82 ribu ton dan untuk konsumsinya sebesar 657,28 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 608,11 ribu ton, tercecer 14,89 ribu ton, bibit 8,94 ribu ton dan diolah untuk makanan 25,34 ribu ton. Dengan demikian pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 359,46 ribu ton. Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun 2016 2021 Tahun Produksi Tercecer Bibit Diolah untuk makanan Konsumsi Langsung Surplus/ Defisit 2016 1 ) 560.483 28.024 16.814 47.697 700.389-232.442 2017 1 ) 517.363 25.868 15.521 44.028 655.269-223.323 2018 1 ) 468.083 23.404 14.042 39.834 644.981-254.179 2019 1 ) 415.066 20.753 12.452 35.322 633.322-286.784 2020 1 ) 358.311 17.916 10.749 30.492 621.227-322.073 2021 1 ) 297.820 14.891 8.935 25.344 608.114-359.464 (Ton) Kebutuhan Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1) : Angka Proyeksi Berdasarkan hasil proyeksi konsumsi kacang tanah dari tahun 2017 sampai tahun 2021, laju pertumbuhan selama periode tersebut sebesar minus 3,67% per tahun. Nilai ini jika dibandingkan dengan proyeksi produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama diperkirakan turun tahun. rata-rata 11,82% per Pertumbuhan konsumsi kacang tanah per tahun selama periode 5 tahun terjadi penurunan, demikian juga laju produksi terjadi penurunan yang lebih besar, sehingga diperkirakan pada kurun waktu 2017-2021 masih terjadi Page 45

defisit, dengan rata-rata defisit sebesar 9,33% per tahun. Hal ini dapat diartikan pula bahwa defisit akan terus bertambah setiap tahunnya, konsumsi tidak dapat diimbangi oleh produksi. Oleh karena itu produktivitas kacang tanah perlu ditingkatkan sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi kacang tanah dan mampu memenuhi permintaan kacang tanah dalam negeri. Page 46

BAB VI. KESIMPULAN Kacang tanah sebagai komoditas strategis, pada kurun waktu lima tahun terakhir produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bila dilihat kontribusi antara luas panen dan produktivitas terhadap produksi, ternyata produksi lebih dipengaruhi oleh produktivitas dibandingkan dengan luas panen. Rata-rata pertumbuhan angka produksi kacang tanah di Jawa dibandingkan dengan luar Jawa pada lima tahun terakhir, menunjukkan ratarata pertumbuhan produksi kacang tanah di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Begitu juga untuk rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas, di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Laju pertumbuhan harga kacang tanah kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015) baik pada tingkat produsen maupun konsumen keduanya mengalami kenaikan yang cukup besar, dimana pertumbuhan kenaikan harga konsumen hampir dua kali lipat dari kenaikan harga produsen, kenaikan ini diperkirakan karena kebutuhan akan kacang tanah yang tinggi belum diimbangi dengan ketersediaan kacang tanah. Ekspor dan impor kacang tanah kurun waktu tahun 2011-2015 memiliki kecenderungan dimana rata-rata volume impor lebih tinggi daripada volume ekspor. Total volume ekspor pada kurun waktu tersebut hanya 1,43% dari total volume impornya. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor bernilai positif dan lebih tinggi daripada pertumbuhan volume impornya yang bernilai negatif. Hal ini berarti pada kurun waktu lima tahun terakhir volume ekspor kacang tanah sudah meningkat dengan baik, namun disisi lain impor juga masih terus berjalan walaupun sudah berkurang. Page 47

Ketersediaan kacang tanah per kapita pada lima tahun terakhir (2010-2014), terjadi penurunan sebesar 4,11% per tahun, begitu juga setelah diproyeksikan rata-rata pertumbuhan ketersediaan kacang tanah kurun waktu tahun 2017-2021 juga terjadi penurunan sebesar 3,88% per tahun. Proyeksi konsumsi kacang tanah turun sebesar 3,67% per tahun. Proyeksi produksi kacang turun sebesar 11,82% per tahun. Laju produksi diproyeksikan turun sehingga belum bisa mengimbangi laju konsumsi pertahun kacang tanah oleh karena itu diperkirakan pada tahun 2017 sampai dengan 2021 Indonesia masih membutuhkan impor kacang tanah. Diperkirakan desifit kacang tanah sebesar 1,45 juta ton dengan laju defisit sebesar 9,33% pertahun, dimana nilai defisit bertambah pada setiap tahunnya sampai tahun 2021. Page 48

LAMPIRAN Page 49

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) Page 50

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016 Tahun Luas Panen (Ha) Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. 1980 363.687 5,56 142.714 10,87 506.401 7,01 1981 361.347-0,64 146.611 2,73 507.958 0,31 1982 331.282-8,32 130.055-11,29 461.337-9,18 1983 340.138 2,67 140.374 7,93 480.512 4,16 1984 370.396 8,90 167.195 19,11 537.591 11,88 1985 336.828-9,06 173.209 3,60 510.037-5,13 1986 393.865 16,93 207.396 19,74 601.261 17,89 1987 341.547-13,28 209.207 0,87 550.754-8,40 1988 372.345 9,02 235.257 12,45 607.602 10,32 1989 409.064 9,86 211.753-9,99 620.817 2,17 1990 420.231 2,73 214.783 1,43 635.014 2,29 1991 403.012-4,10 225.244 4,87 628.256-1,06 1992 467.228 15,93 252.475 12,09 719.703 14,56 1993 395.439-15,36 228.850-9,36 624.289-13,26 1994 396.033 0,15 246.965 7,92 642.998 3,00 1995 428.092 8,10 311.213 26,02 739.305 14,98 1996 421.617-1,51 267.291-14,11 688.908-6,82 1997 400.327-5,05 227.815-14,77 628.142-8,82 1998 423.132 5,70 227.966 0,07 651.098 3,65 1999 422.866-0,06 202.114-11,34 624.980-4,01 2000 465.828 10,16 217.726 7,72 683.554 9,37 2001 450.704-3,25 204.134-6,24 654.838-4,20 2002 444.959-1,27 201.994-1,05 646.953-1,20 2003 449.328 0,98 234.209 15,95 683.537 5,65 2004 486.354 8,24 237.080 1,23 723.434 5,84 2005 490.440 0,84 230.086-2,95 720.526-0,40 2006 480.900-1,95 225.853-1,84 706.753-1,91 2007 450.756-6,27 209.724-7,14 660.480-6,55 2008 436.213-3,23 197.709-5,73 633.922-4,02 2009 441.752 1,27 180.864-8,52 622.616-1,78 2010 432.667-2,06 187.896 3,89 620.563-0,33 2011 378.420-12,54 162.069-13,75 540.489-12,90 2012 394.214 4,17 165.324 2,01 559.538 3,52 2013 371.770-5,69 147.286-10,91 519.056-7,23 2014 357.355-3,88 141.983-3,60 499.338-3,80 2015 343.202-3,96 111.147-21,72 454.349-9,01 2016* 318.599-7,17 105.720-4,88 424.319-6,61 1980-2016 405.187 0,07 198.089 0,04 603.276-0,001 2012-2016 357.028-3,31 134.292-7,82 491.320-4,63 Kontribusi (%) 72,67 27,33 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 51

Lampiran 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016 Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indo- Pertumb. 1980 8,77 0,64 8,36 5,37 9,28 3,46 1981 9,08 3,63 8,76 4,80 9,34 0,65 1982 9,17 0,97 8,81 0,56 9,47 1,39 1983 9,27 1,07 9,44 7,07 9,58 1,16 1984 9,71 4,75 9,90 4,95 9,95 3,86 1985 10,23 5,33 9,98 0,73 10,35 4,02 1986 10,23-0,02 11,22 12,44 10,68 3,19 1987 9,34-8,68 10,10-9,93 9,68-9,36 1988 9,45 1,24 9,95-1,48 9,70 0,21 1989 10,19 7,81 9,56-3,92 9,98 2,89 1990 10,10-0,90 9,76 2,05 10,24 2,61 1991 10,63 5,25 9,93 1,74 10,38 1,37 1992 10,49-1,28 9,86-0,70 10,27-1,06 1993 10,38-1,07 10,08 2,21 10,23-0,39 1994 9,94-4,28 9,60-4,74 9,83-3,91 1995 10,17 2,33 10,44 8,75 10,28 4,58 1996 10,68 5,01 10,75 2,97 10,71 4,18 1997 11,00 3,00 10,88 1,21 10,96 2,33 1998 10,26-6,76 10,40-4,40 10,63-3,01 1999 10,35 0,96 10,01-3,79 10,55-0,75 2000 10,58 2,20 10,12 1,09 10,77 2,09 2001 10,82 2,25 10,87 7,45 10,84 0,65 2002 11,10 2,59 10,91 0,37 11,10 2,40 2003 11,07-0,27 10,50-3,73 11,49 3,51 2004 11,70 5,69 11,32 7,78 11,58 0,78 2005 11,69-0,09 11,42 0,88 11,61 0,26 2006 11,95 2,23 11,66 2,12 11,86 2,15 2007 11,93-0,20 11,99 2,82 11,95 0,76 2008 12,19 2,20 12,05 0,50 12,15 1,67 2009 12,54 2,87 12,38 2,74 12,49 2,80 2010 12,65 0,88 12,34-0,32 12,56 0,56 2011 12,52-1,03 12,53 1,54 12,52-0,32 2012 12,72 1,60 12,38-1,20 12,62 0,80 2013 11,53-9,39 12,18-1,62 13,52 7,13 2014 13,00 12,80 12,27 0,74 12,79-5,40 2015 13,86 6,62 11,66-4,97 13,33 4,22 2016* 13,21-4,69 12,41 6,43 13,21-0,90 1980-2016 10,93 1,22 10,72 1,31 11,04 1,10 2012-2016 12,86 1,39 12,18-0,12 13,09 1,17 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 52

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2016 Tahun Produksi (Ton) Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. 1980 329.087 6,83 140.721 20,97 469.808 10,71 1981 334.906 1,77 139.685-0,74 474.591 1,02 1982 309.994-7,44 126.828-9,20 436.822-7,96 1983 320.355 3,34 140.066 10,44 460.421 5,40 1984 359.815 12,32 175.000 24,94 534.815 16,16 1985 343.575-4,51 184.277 5,30 527.852-1,30 1986 398.894 16,10 242.984 31,86 641.878 21,60 1987 315.518-20,90 217.588-10,45 533.106-16,95 1988 352.898 11,85 236.367 8,63 589.265 10,53 1989 415.980 17,88 203.605-13,86 619.585 5,15 1990 440.910 5,99 209.650 2,97 650.560 5,00 1991 428.485-2,82 223.634 6,67 652.119 0,24 1992 490.130 14,39 248.920 11,31 739.050 13,33 1993 405.220-17,32 233.488-6,20 638.708-13,58 1994 387.474-4,38 244.497 4,72 631.971-1,05 1995 435.236 12,33 324.912 32,89 760.148 20,28 1996 450.397 3,48 287.418-11,54 737.815-2,94 1997 440.529-2,19 247.816-13,78 688.345-6,70 1998 446.063 1,26 246.294-0,61 687.688-0,10 1999 444.156-0,43 215.430-12,53 659.586-4,09 2000 503.932 13,46 232.585 7,96 736.517 11,66 2001 487.803-3,20 221.967-4,57 709.770-3,63 2002 497.636 2,02 220.435-0,69 718.071 1,17 2003 516.945 3,88 268.581 21,84 785.526 9,39 2004 569.189 10,11 268.306-0,10 837.495 6,62 2005 573.516 0,76 262.779-2,06 836.295-0,14 2006 574.714 0,21 263.382 0,23 838.096 0,22 2007 537.619-6,45 251.470-4,52 789.089-5,85 2008 531.818-1,08 238.236-5,26 770.054-2,41 2009 554.042 4,18 223.846-6,04 777.888 1,02 2010 547.358-1,21 231.843 3,57 779.228 0,17 2011 473.755-13,45 203.144-12,38 676.899-13,13 2012 503.127 6,20 205.936 1,37 709.063 4,75 2013 511.218 1,61 190.462-7,51 701.680-1,04 2014 464.739-9,09 174.157-8,56 638.896-8,95 2015 475.806 2,38 129.643-25,56 605.449-5,24 2016* 429.314-9,77 131.169 1,18 560.483-7,43 1980-2016 448.707 1,30 216.409 1,10 664.990 1,13 2012-2016 476.841-1,73 166.273-7,82 643.114-3,58 Kontribusi (%) 74,15 25,85 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 53

Lampiran 4. Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, 2012-2016 No. Provinsi Tahun Rata-rata Rata-rata Share Komulatif Pertumbu 2012 2013 2014 2015 2016 (Ha) (%) Share (%) han (%) 1 Jawa Timur 163.513 150.017 139.893 139.544 129.983 144.590 29,43 29,43 30,51 2 Jawa Tengah 105.679 92.454 91.862 81.395 72.303 88.739 18,06 47,49 182,64 3 DI Yogyakarta 60.725 65.680 67.532 70.888 68.368 66.639 13,56 61,05-4,69 4 Jawa Barat 53.569 54.346 50.007 43.761 40.452 48.427 9,86 70,91-3,29 5 Nusa Tenggara Barat 25.508 30.772 26.458 20.249 22.400 25.077 5,10 76,01-1,86 6 Sulawesi Selatan 23.351 18.812 24.459 19.203 20.228 21.211 4,32 80,33 52,29 7 Nusa Tenggara Timur 19.694 13.880 14.046 12.231 11.435 14.257 2,90 83,23-9,24 8 Kalimantan Selatan 10.162 9.148 9.744 7.413 7.878 8.869 1,81 85,04-4,05 9 Banten 10.727 9.273 8.061 7.614 7.493 8.634 1,76 86,80-25,45 10 Bali 9.572 8.500 7.876 7.068 6.733 7.950 1,62 88,41-7,42 Provinsi Lainnya 77.038 66.174 59.400 44.983 37.046 56.928 11,59 100,00-16,05 Indonesia 559.538 519.056 499.338 454.349 424.319 491.320 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2012-2016 No. Provinsi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (Ku/Ha) Rata-rata Pertumbu han (%) 1 Jawa Barat 15,15 14,29 16,85 14,76 18,45 17,13 16,30 3,54 2 Gorontalo 16,52 15,44 18,39 15,60 16,88 14,03 16,07-2,26 3 Sumatera Barat 15,09 14,07 15,40 13,62 14,59 14,34 14,40-0,69 4 Nusa Tenggara Barat 14,42 15,25 13,61 12,96 15,38 14,78 14,40 1,00 5 Banten 12,92 13,60 13,85 13,08 13,42 13,99 13,59 1,68 6 DI Yogyakarta 12,82 13,07 13,86 13,47 13,73 13,57 13,54 1,19 7 Sulawesi Tengah 16,33 11,73 15,10 14,09 9,91 14,10 12,99 1,30 8 Kepulauan Bangka Belit 12,72 12,70 12,85 13,01 13,19 13,13 12,98 0,64 9 Kepulauan Riau 12,78 12,76 13,03 12,83 12,97 12,87 12,89 0,15 10 Kalimantan Timur 12,00 12,23 13,13 12,78 12,78 12,78 12,74 1,32 Indonesia 12,81 12,74 13,52 12,79 13,33 13,21 13,12 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 54

Lampiran 6. Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2012-2016. No. Provinsi Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Jawa Timur 213.792 207.971 188.491 191.579 176.447 195.656 30,39 30,39-3,67 2 Jawa Tengah 143.687 128.030 120.158 109.204 101.116 120.439 18,71 49,09-6,71 3 Jawa Barat 76.574 91.573 73.808 80.719 69.297 78.394 12,18 61,27-0,92 4 DI Yogyakarta 62.901 70.834 71.582 83.300 74.434 72.610 11,28 72,55 3,88 5 Nusa Tenggara Barat 38.890 41.889 34.284 31.142 33.097 35.860 5,57 78,11-2,67 6 Sulawesi Selatan 27.402 28.408 34.464 19.024 28.513 27.562 4,28 82,40 6,01 7 Nusa Tenggara Timur 21.563 16.056 14.886 10.620 10.358 14.697 2,28 84,68-12,79 8 Banten 11.691 12.810 10.700 11.004 8.020 10.845 1,68 86,36-6,24 9 Kalimantan Selatan 12.377 11.238 11.835 9.121 9.638 10.842 1,68 88,05-4,23 10 Sumatera Utara 12.074 11.351 9.777 8.517 4.810 9.306 1,45 89,49-15,25 Provinsi Lainnya 91.906 81.520 68.911 51.219 44.753 67.662 10,51 100,00-13,01 Indonesia 712.857 701.680 638.896 605.449 560.483 643.873 Keterangan : * ARAM II Hasil Rakor BPS Kementan. Sumber : BPS diolah Pusdatin Lampiran 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2015 Tahun Konsumsi Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Tengah Tahun (000 org) Konsumsi Rumah Tangga (Ton) 2006 0,37 222.051 81.049 2007 0,47 224.905 105.545 2008 0,37 227.779 83.139 2009 0,37 230.633 84.181 2010 0,42 238.519 99.496 2011 0,26 241.991 63.090 2012 0,21 245.425 51.189 2013 0,21 248.818 51.896 2014 0,21 252.165 54.137 2015 0,26 255.462 66.603 Rata-rata 2006-2015 0,31 238.775 74.033 Rata-rata 2011-2015 0,23 248.772 57.383 Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 55

Lampiran 8. Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Tahun 2006-2015 Konsumsi Per Juml.Penduduk Konsumsi Rumah Tahun Kapita Tengah Tahun Tangga Pertumb. (Kg/Kap/Th) (000 org) Total(Ton) (%) 2006 0,37 222.051 81.049 2007 0,47 224.905 105.545 30,22 2008 0,37 227.779 83.139-21,23 2009 0,37 230.633 84.181 1,25 2010 0,42 238.519 99.496 18,19 2011 0,26 241.991 63.090-36,59 2012 0,21 245.425 51.189-18,86 2013 0,21 248.818 51.896 1,38 2014 0,21 252.165 54.137 4,32 2015 0,26 255.462 66.603 23,03 Rata-rata 2006-2015 0,31 238.775 74.033 0,19 Rata-rata 2011-2015 0,23 248.772 57.383-5,35 Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 56

Lampiran 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2014 Tahun Ketersediaan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Tengah Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) 1993 3,54 189.135 669.538 1994 3,49 0 1995 3,98 0 1996 3,88 198.320 769.482 1997 3,66 0 1998 3,21 0 1999 3,34 0 2000 3,65 205.132 748.732 2001 3,28 207.928 682.002 2002 3,06 210.736 644.853 2003 3,20 213.551 683.362 2004 3,29 216.382 711.895 2005 3,30 219.205 723.376 2006 3,38 222.051 750.533 2007 3,30 224.905 742.186 2008 3,33 227.779 758.504 2009 3,29 230.633 758.782 2010 3,17 238.519 756.105 2011 2,81 241.991 679.994 2012 2,83 245.425 695.677 2013 2,89 248.818 719.084 2014* ) 2,65 252.165 667.657 Sumber : Neraca Bahan Makanan, diolah oleh Pusdatin *) Angka Sementara Page 57

Lampiran 10. Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Tahun 1993-2014 Tahun Penyediaan dalam negeri Produksi Bibit (Lepas Kulit) Makanan (Lepas Kulit) Diolah Non Makan Total Olah an (Lepas Tercecer (Lepas Kulit) Dimakan/ Bahan Makanan (Lepas Kulit) Total Penggunaan Ketersediaan Per Kapita (Kg/kap/th) (000 Ton) Jumlah Penduduk Tengah Tahun (000 orang) 1993 747 639 34 4 8 12 37 664 747 3,54 189.135 1994 783 632 37 3,5 41 44,5 39 666 786,5 3,49 0 1995 909 760 38 3 53 56 45 770 909 3,98 0 1996 900 738 31 35 26 61 45 763 900 3,88 198.320 1997 859 688 29 46 9 55 43 732 859 3,66 0 1998 731 688 26 10 7 17 37 651 731 3,21 0 1999 763 660 26 22 7 29 38 677 770 3,34 0 2000 848 737 28 27 35 62 42 751 883 3,65 205.132 2001 808 710 44 39 34 73 40 685 842 3,28 207.928 2002 832 718 39 71 35 106 42 646 833 3,06 210.736 2003 881 786 41 75 37 112 44,03 684 881 3,2 213.551 2004 902 837 30 77 38 115 45 712 902 3,29 216.382 2005 917 836 30 78 38 116 46 725 917 3,3 219.205 2006 901 838 27 77 0 77 45 752 901 3,38 222.051 2007 892 789 27 76 0 76 45 744 892 3,3 224.905 2008 909 770 26 77 0 77 45 761 909 3,33 227.779 2009 910 778 25 77-77 45 761 908 3,29 230.633 2010 914 779 24 78 0 78 46 766 914 3,17 238.519 2011 811 691 23 69 0 69 41 679 811 2,81 241.991 2012 831 713 23 71 0 71 42 696 831 2,83 245.425 2013 880 702 21 75 17 92 44 719 876 2,89 248.818 2014*) 795 639 20 68 0 68 40 668 795 2,65 252.165 Rata-rata 831 733 31 47 16 62 42 707 842 3,34 172.394 Penggunaan Kacang Tanah Terhadap Total (%) Share (%) 3,63 5,56 1,92 7,40 4,98 83,99 Total Share (%) 3,63 7,40 4,98 83,99 100 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara Wujud : Kacang tanah tanpa kulit Page 58

Lampiran 11. Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, Tahun 1993-2014 Tahun Ketersediaan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Tengah Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) Pertumb. (%) 1993 3,54 189.135 669.538 1994 3,49 0 1995 3,98 0 1996 3,88 198.320 769.482 1997 3,66 0 1998 3,21 0 1999 3,34 0 2000 3,65 205.132 748.732 2001 3,28 207.928 682.002-8,91 2002 3,06 210.736 644.853-5,45 2003 3,20 213.551 683.362 5,97 2004 3,29 216.382 711.895 4,18 2005 3,30 219.205 723.376 1,61 2006 3,38 222.051 750.533 3,75 2007 3,30 224.905 742.186-1,11 2008 3,33 227.779 758.504 2,20 2009 3,29 230.633 758.782 0,04 2010 3,17 238.519 756.105-0,35 2011 2,81 241.991 679.994-10,07 2012 2,83 245.425 695.677 2,31 2013 2,89 248.818 719.084 3,36 2014* ) 2,65 252.165 667.657-7,15 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara Page 59

Lampiran 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, 1983-2015 Tahun Harga Harga Pertumb. Pertumb. Margin Pertumb. Produsen Konsumen (%) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/kg) (Rp/kg) 1983 703 850 146 1984 825 17,37 960 12,97 134-8,16 1985 877 6,20 1.081 12,66 205 52,29 1986 985 12,37 1.192 10,25 207 1,16 1987 988 0,31 1.317 10,51 329 59,03 1988 1.187 20,18 1.633 23,96 446 35,32 1989 1.271 7,05 1.610-1,42 339-24,00 1990 1.429 12,43 1.755 9,02 326-3,80 1991 1.532 7,20 1.920 9,41 388 19,11 1992 1.549 1,13 1.850-3,63 301-22,44 1993 1.802 16,29 2.035 9,96 233-22,63 1994 1.876 4,13 2.225 9,35 349 49,74 1995 2.039 8,67 2.389 7,38 350 0,43 1996 2.252 10,47 2.496 4,46 243-30,56 1997 2.463 9,33 2.742 9,87 279 14,93 1998 3.927 59,47 5.535 101,86 1.608 475,43 1999 5.003 27,41 7.261 31,18 2.258 40,41 2000 5.546 10,84 7.038-3,07 1.493-33,90 2001 5.884 6,11 7.474 6,19 1.589 6,49 2002 5.944 1,01 8.109 8,50 2.165 36,24 2003 6.051 1,80 7.507-7,43 1.456-32,76 2004 6.295 4,03 7.619 1,50 1.325-9,03 2005 6.770 7,56 8.551 12,23 1.781 34,45 2006 7.458 10,16 9.597 12,23 2.139 20,12 2007 8.513 14,15 10.771 12,23 2.258 5,55 2008 8.084-5,05 11.614 7,83 3.531 56,38 2009 9.057 12,05 12.456 7,24 3.399-3,75 2010 9.806 8,26 13.465 8,10 3.659 7,67 2011 10.721 9,34 15.737 16,87 5.015 37,06 2012 11.210 4,56 16.577 5,34 5.367 7,02 2013 11.799 5,25 17.844 7,64 6.045 12,62 2014 12.203 3,42 18.495 3,65 6.292 4,08 2015 13.479 10,46 23.272 25,83 9.793 55,64 Rata-rata Pertumb. (%) Harga Produsen Harga Konsumen Margin 1983-2015 10,12 1983-2015 11,96 1983-2015 26,25 2011-2015 6,61 2011-2015 11,87 2011-2015 23,29 Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 60

Lampiran 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, 1980-2015 Tahun Volume Pertumb. Volume Ekspor (ton) (%) Impor (ton) Pertumb. (%) Neraca (ton) 1980 4.590 311,66 7.325 46,47-2.735 1981 1.451-68,39 8.762 19,62-7.311 1982 1.365-5,93 62.890 617,76-61.525 1983 1.649 20,81 42.307-32,73-40.658 1984 1.598-3,09 21.307-49,64-19.709 1985 1.674 4,76 16.799-21,16-15.125 1986 1.674 0,00 34.184 103,49-32.510 1987 1.602-4,30 46.356 35,61-44.754 1988 3.452 115,48 28.399-38,74-24.947 1989 1.053-69,50 14.482-49,01-13.429 1990 327-68,95 49.769 243,66-49.442 1991 152-53,52 94.608 90,09-94.456 1992 696 357,89 54.892-41,98-54.196 1993 1.251 79,74 108.097 96,93-106.846 1994 2.565 105,04 150.902 39,60-148.337 1995 2.760 7,60 148.853-1,36-146.093 1996 3.345 21,20 161.951 8,80-158.606 1997 2.795-16,44 170.777 5,45-167.982 1998 4.840 73,17 41.312-75,81-36.472 1999 3.303-31,76 103.086 149,53-99.783 2000 2.837-14,11 111.284 7,95-108.447 2001 1.968-30,63 98.483-11,50-96.515 2002 3.467 76,17 119.496 21,34-116.029 2003 8.633 149,00 120.264 0,64-111.631 2004 8.118-5,96 90.016-25,15-81.898 2005 5.102-37,15 121.644 35,14-116.542 2006 2.520-50,60 169.111 39,02-166.591 2007 5.268 109,05 173.359 2,51-168.091 2008 8.196 55,58 205.332 18,44-197.135 2009 4.922-39,95 194.002-5,52-189.079 2010 4.052-17,68 229.393 18,24-225.341 2011 4.210 3,90 251.004 9,42-246.794 2012 2.246-46,64 197.963-21,13-195.716 2013 2.364 5,26 282.423 42,66-280.059 2014 2.510 6,15 253.236-10,33-250.726 2015 5.593 122,83 194.430-23,22-188.837 Rata-rata 1980-2015 3.171 29,46 116.069 34,59-112.899 2011-2015 3.385 18,30 235.811-0,52-232.426 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 61

Lampiran 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, 1980-2015 Tahun Nilai Ekspor Pertumb. Nilai Impor Pertumb. (000 US$) (%) (000 $) (%) Neraca (000 $) 1980 2.044 320,58 4.700 46,24-2.656 1981 787-61,50 6.413 36,45-5.626 1982 539-31,51 43.651 580,66-43.112 1983 770 42,86 26.267-39,82-25.497 1984 616-20,00 13.915-47,02-13.299 1985 711 15,42 9.836-29,31-9.125 1986 711 0,00 18.100 84,02-17.389 1987 517-27,29 21.736 20,09-21.219 1988 1.420 174,66 13.621-37,33-12.201 1989 761-46,41 8.057-40,85-7.296 1990 181-76,22 22.482 179,04-22.301 1991 99-45,30 31.335 39,38-31.236 1992 450 354,55 31.861 1,68-31.411 1993 904 100,89 58.900 84,87-57.996 1994 2.714 200,22 89.818 52,49-87.104 1995 2.927 7,85 99.876 11,20-96.949 1996 3.867 32,11 116.980 17,13-113.113 1997 3.254-15,85 112.082-4,19-108.828 1998 2.846-12,54 22.347-80,06-19.501 1999 2.581-9,31 36.754 64,47-34.173 2000 2.202-14,68 35.602-3,13-33.400 2001 1.728-21,53 28.658-19,50-26.930 2002 2.564 48,38 40.010 39,61-37.446 2003 4.462 74,01 40.539 1,32-36.077 2004 5.352 19,96 28.875-28,77-23.523 2005 3.298-38,38 39.613 37,19-36.315 2006 2.579-21,80 54.161 36,73-51.582 2007 4.526 75,49 62.191 14,83-57.665 2008 8.994 98,72 99.640 60,22-90.647 2009 5.313-40,93 176.740 77,38-171.427 2010 5.105-3,91 222.650 25,98-217.544 2011 5.445 6,66 256.870 15,37-251.425 2012 3.655-32,87 232.560-9,46-228.904 2013 3.537-3,24 332.256 42,87-328.720 2014 4.351 23,02 284.268-14,44-279.917 2015 7.262 66,90 204.312-28,13-197.050 Rata-rata 1980-2015 2.752 31,64 81.324 32,98-78.572 2011-2015 4.850 12,09 262.053 1,24-257.203 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 62

Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2014 Tahun Luas Panen (Ha) Pertumb. (%) Produksi (Ton) Pertumb. (%) 1980 18.364.243-0,86 16.891.257-6,69 1981 19.363.810 5,44 20.584.511 21,86 1982 18.430.174-4,82 18.066.535-12,23 1983 18.485.340 0,30 19.118.318 5,82 1984 18.171.013-1,70 19.926.792 4,23 1985 18.476.671 1,68 20.946.671 5,12 1986 19.071.983 3,22 21.503.814 2,66 1987 18.802.094-1,42 21.638.337 0,63 1988 20.537.182 9,23 25.603.990 18,33 1989 20.318.604-1,06 23.110.376-9,74 1990 19.751.585-2,79 23.087.546-0,10 1991 20.625.136 4,42 23.737.872 2,82 1992 20.610.155-0,07 24.463.429 3,06 1993 21.042.270 2,10 26.070.870 6,57 1994 21.975.354 4,43 28.651.353 9,90 1995 22.051.032 0,34 28.617.503-0,12 1996 22.390.991 1,54 31.152.701 8,86 1997 22.451.851 0,27 29.405.046-5,61 1998 23.225.825 3,45 33.828.820 15,04 1999 22.831.658-1,70 31.897.179-5,71 2000 23.251.888 1,84 34.741.482 8,92 2001 23.083.162-0,73 35.894.544 3,32 2002 23.025.147-0,25 33.148.968-7,65 2003 23.076.075 0,22 36.334.067 9,61 2004 23.712.204 2,76 36.483.431 0,41 2005 24.050.726 1,43 38.553.985 5,68 2006 21.541.428-10,43 33.376.717-13,43 2007 22.670.016 5,24 37.154.451 11,32 2008 24.217.644 6,83 38.504.777 3,63 2009 23.975.932-1,00 37.166.758-3,47 2010 25.480.647 6,28 42.736.261 14,99 2011 24.741.935-2,90 40.766.963-4,61 2012 24.594.557-0,60 40.674.431-0,23 2013 25.891.169 5,27 44.732.856 9,98 2014 25.680.294-0,81 42.444.356-5,12 Rata-rata (%) 1980-2014 21.884.851 1,00 30.314.770 2,80 2010-2014 25.277.720 1,45 42.270.973 3,00 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 63

Lampiran 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 1980 2014 Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Pertumb. (%) 1980 9,20-5,88 1981 10,63 15,57 1982 9,80-7,78 1983 10,34 5,50 1984 10,97 6,03 1985 11,34 3,38 1986 11,28-0,55 1987 11,51 2,07 1988 12,47 8,33 1989 11,37-8,77 1990 11,69 2,77 1991 11,51-1,54 1992 11,87 3,14 1993 12,39 4,38 1994 13,04 5,23 1995 12,98-0,46 1996 13,91 7,20 1997 13,10-5,87 1998 14,57 11,21 1999 13,97-4,08 2000 14,94 6,94 2001 15,55 4,08 2002 14,40-7,41 2003 15,75 9,36 2004 15,39-2,28 2005 16,03 4,19 2006 15,49-3,34 2007 16,39 5,78 2008 15,90-2,99 2009 15,50-2,50 2010 16,77 8,19 2011 16,48-1,76 2012 16,54 0,37 2013 17,28 4,47 2014 16,53-4,34 Rata-rata (%) 1980-2014 13,62 1,68 2010-2014 16,72 1,39 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 64

Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2010-2014 Tahun No. Negara Rata-rata (ha) Share (%) 2010 2011 2012 2013 2014 Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 India 5.860.000 5.310.000 4.770.000 5.250.000 5.200.000 5.278.000 20,88 20,88-2,61 2 China, mainland 4.527.000 4.581.000 4.700.000 4.632.990 4.500.000 4.588.198 18,15 39,03-0,13 3 Nigeria 2.789.180 2.353.680 2.659.800 2.732.700 2.770.100 2.661.092 10,53 49,56 0,04 4 Sudan 1.151.640 1.698.480 1.619.520 2.161.740 2.104.000 1.747.076 6,91 56,47 15,40 5 Senegal 1.195.573 865.770 708.950 916.750 878.659 913.140 3,61 60,08-22,85 6 Niger 795.768 690.853 741.309 777.200 778.929 756.812 2,99 63,08-0,20 7 United Republic of Tanzania 482.310 675.226 839.631 740.000 740.000 695.433 2,75 65,83 13,12 8 Myanmar 866.499 887.034 477.200 479.200 484.000 638.787 2,53 68,35-10,60 9 Indonesia 620.563 539.230 559.532 519.056 499.079 547.492 2,17 70,52-5,11 10 United States of America 507.890 437.310 649.120 422.090 536.210 510.524 2,02 72,54 6,65 Lainnya Total 6.684.224 6.703.352 6.869.495 7.259.443 7.189.317 6.879.129 27,46 100,00 25.480.647 24.741.935 24.594.557 25.891.169 25.680.294 25.277.720 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, 2010-2014 No Negara Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 China, mainland 15.644.000 16.046.000 16.800.000 16.972.156 15.714.300 16.235.291 38,41 38,41 0,22 2 India 8.265.000 6.964.000 4.695.000 9.472.000 6.557.000 7.190.600 17,01 55,42 5,66 3 Nigeria 3.799.240 2.962.627 3.313.500 2.474.530 3.413.100 3.192.599 7,55 62,97 0,61 4 United States of America 1.885.510 1.659.510 3.063.510 1.892.920 2.363.260 2.172.942 5,14 68,11 14,81 5 Sudan 762.500 1.185.000 1.032.000 1.767.000 1.880.000 1.325.300 3,14 78,59 30,03 6 Indonesia 1.367.000 1.150.000 1.251.000 1.142.000 1.100.000 1.202.000 2,84 75,46-4,87 7 Myanmar 1.362.452 1.399.625 843.500 853.000 865.900 1.064.895 2,52 72,61-8,59 8 Argentina 611.040 701.535 685.722 1.025.857 1.165.924 838.016 1,98 70,09 18,95 9 Senegal 1.286.856 527.528 692.572 677.456 669.329 770.748 1,82 80,42-7,78 10 United Republic of Tanzania 465.290 651.397 810.000 600.000 657.000 636.737 1,51 81,92 11,98 Lainnya Dunia 7.287.373 7.519.741 7.487.627 7.855.937 8.058.543 7.641.844 18,08 100,00 42.736.261 40.766.963 40.674.431 44.732.856 42.444.356 42.270.973 100 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 65

Lampiran 19. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Dunia, 2010-2014 No Negara Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata (Ku/Ha) 1 Cyprus 173,57 165,33 292,50 271,00 254,44 231,37 2 Israel 56,44 64,91 53,87 163,74 73,90 82,57 3 Barbados 17,78 17,00 18,00 13,33 180,00 49,22 4 Nicaragua 55,36 39,26 42,13 41,72 55,34 46,76 5 United States of America 37,12 37,95 47,20 44,85 44,07 42,24 6 Lebanon 39,01 40,49 40,91 43,48 45,42 41,86 7 Saudi Arabia 40,00 41,50 40,00 41,00 39,42 40,39 8 Malaysia 30,58 32,92 51,68 42,05 42,13 39,87 9 Spain 39,66 39,68 39,06 37,14 33,33 37,77 10 China, mainland 34,56 35,03 35,75 36,63 34,92 35,38 32 Indonesia 22,03 21,33 22,36 22,00 22,04 21,95 Dunia 16,77 16,48 16,54 17,28 16,53 16,72 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah di Dunia, 2009-2013 No Negara Penyediaan Kacang Tanah Rata-rata Rata-rata Share Komulatif Pertumb. 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) Share (%) (%) 1 China, mainland 3.659.103 4.346.472 3.974.460 4.797.354 5.355.386 4.426.555 45,30 45,30 10,64 2 Indonesia 1.008.692 1.036.852 909.395 931.560 1.080.995 993.499 10,17 55,47 2,24 3 United States of America 945.792 900.998 983.840 943.543 9,66 65,12 2,23 4 India 445.611 450.764 310.639 279.731 444.854 386.320 3,95 69,07 4,79 5 Nigeria 414.172 451.672 361.672 361.672 351.672 388.172 3,97 73,05-3,41 6 Viet Nam 225.462 229.395 234.519 252.601 250.280 238.452 2,44 75,49 2,69 7 Burkina Faso 180.285 188.630 174.184 176.622 178.811 179.706 1,84 77,33-0,10 8 Chad 153.264 165.022 171.876 137.095 160.215 157.494 1,61 78,94 2,11 9 United Republic of Tanzania 112.076 120.621 298.907 280.739 268.085 216.086 2,21 81,15 36,21 10 Mexico 143.749 143.559 159.818 175.792 153.740 155.332 1,59 82,74 2,16 Lainnya 2.718.245 3.013.012 3.125.478 765.986 698.254 2.064.195 21,12 Rata-rata Dunia 10.006.452 11.046.996 10.704.788 8.159.153 8.942.292 9.771.936 100,00-1,72 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Page 66

Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Dunia, 2009-2013 No Negara Ketersediaan Per Kapita Per Tahun Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 (kg/kapita/t 1 Chad 13,48 14,08 14,23 11,01 12,49 13,06 2 Burkina Faso 11,94 12,14 10,89 10,73 10,56 11,25 3 Gabon 7,26 7,09 8,87 - - 4,64 4 Niger 6,71 8,00 8,32 - - 4,61 5 Cameroon 6,78 6,85 7,10 - - 4,15 6 Benin 6,71 8,33 6,50 - - 4,31 7 Vanuatu 6,43 6,49 6,80 - - 3,94 8 Ghana 6,54 6,44 5,49 - - 3,69 9 Malawi 5,01 5,71 4,97 - - 3,14 10 Gambia 4,48 4,36 4,23 - - 2,61 11 Indonesia 4,25 4,31 3,73 3,77 4,33 4,08 Rata - rata Dunia 1,36 1,42 1,44 1,72 1,78 1,54 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Lampiran 22. Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, 2010 2014 No Negara Rata-rata Harga Produsen Rata-rata Pertumb. 2010 2011 2012 2013 2014 (US$/ton) (%) 1 Saint Vincent and the Grenadines 4.573 5.185 5.144 6.183 5.271 10,93 2 Japan 5.612 5.750 4.736 4.758 5.436 5.258-0,12 3 Republic of Korea 5.020 5.020 0,00 4 Cyprus 3.122 2.785 2.437 2.532 2.534 2.682-4,83 5 Suriname 2.182 2.202 2.324 2.615 3.788 2.622 15,96 6 Occupied Palestinian Territory 1.893 3.094 2.494 63,44 7 Jamaica 1.904 2.237 2.071 2.223 2.195 2.126 4,04 8 Ecuador 1.217 2.221 1.761 1.438 2.015 1.730 20,90 9 Cambodia 1.480 1.906 1.753 1.713 10,38 10 Bulgaria 1.633 1.557 1.163 2.263 1.597 1.642 8,80 22 Indonesia 1.006 1.223 1.195 1.135 1.029 1.118 1,22 Dunia 1.182 1.242 1.273 1.326 1.333 1.271 3,07 Sumber : FAO Page 67

Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, 1980-2013 Volume Pertumb. Tahun Eksport (%) (ton) Volume Pertumb. Import (ton) (%) Nilai Neraca Pertumb. Nilai Import Pertumb. Eksport (ton) (%) (000 $) (%) (000 $) Neraca (000 $) 1980 647.457 666.667-19.210 451.926 547.564-95.638 1981 749.822 15,81 683.688 2,55 66.134 722.884 59,96 793.392 44,89-70.508 1982 669.128-10,76 737.900 7,93-68.772 466.404-35,48 575.186-27,50-108.782 1983 718.617 7,40 707.375-4,14 11.242 470.619 0,90 505.638-12,09-35.019 1984 692.908-3,58 686.889-2,90 6.019 507.678 7,87 560.687 10,89-53.009 1985 810.262 16,94 738.072 7,45 72.190 475.827-6,27 494.196-11,86-18.369 1986 872.918 7,73 833.951 12,99 38.967 524.566 10,24 554.826 12,27-30.260 1987 801.419-8,19 855.780 2,62-54.361 480.553-8,39 591.589 6,63-111.036 1988 861.913 7,55 890.470 4,05-28.557 493.307 2,65 582.396-1,55-89.089 1989 819.713-4,90 816.913-8,26 2.800 504.607 2,29 590.163 1,33-85.556 1990 1.020.665 24,51 947.961 16,04 72.704 679.881 34,73 751.659 27,36-71.778 1991 970.012-4,96 1.053.617 11,15-83.605 749.398 10,22 945.819 25,83-196.421 1992 957.023-1,34 950.431-9,79 6.592 575.690-23,18 716.397-24,26-140.707 1993 1.041.670 8,84 1.004.431 5,68 37.239 681.016 18,30 762.264 6,40-81.248 1994 1.164.724 11,81 1.245.994 24,05-81.270 851.409 25,02 991.853 30,12-140.444 1995 1.282.804 10,14 1.234.085-0,96 48.719 926.594 8,83 977.610-1,44-51.016 1996 1.198.345-6,58 1.260.677 2,15-62.332 894.671-3,45 1.033.952 5,76-139.281 1997 1.116.071-6,87 1.243.516-1,36-127.445 827.556-7,50 1.003.106-2,98-175.550 1998 1.014.081-9,14 1.109.758-10,76-95.677 725.169-12,37 889.326-11,34-164.157 1999 1.041.601 2,71 1.128.950 1,73-87.349 692.356-4,52 783.176-11,94-90.820 2000 1.199.316 15,14 1.222.654 8,30-23.338 787.404 13,73 851.129 8,68-63.725 2001 1.083.994-9,62 1.243.023 1,67-159.029 666.037-15,41 800.585-5,94-134.548 2002 1.134.517 4,66 1.296.141 4,27-161.624 656.334-1,46 787.284-1,66-130.950 2003 1.063.473-6,26 1.222.522-5,68-159.049 750.973 14,42 824.696 4,75-73.723 2004 1.009.793-5,05 1.258.561 2,95-248.768 787.933 4,92 973.121 18,00-185.188 2005 1.130.123 11,92 1.368.405 8,73-238.282 811.795 3,03 1.017.510 4,56-205.715 2006 1.070.947-5,24 1.357.856-0,77-286.909 800.810-1,35 999.416-1,78-198.606 2007 1.193.951 11,49 1.482.913 9,21-288.962 1.119.011 39,73 1.291.059 29,18-172.048 2008 1.196.346 0,20 1.526.165 2,92-329.819 1.320.946 18,05 1.787.396 38,44-466.450 2009 1.279.128 6,92 1.440.488-5,61-161.360 1.219.344-7,69 1.533.836-14,19-314.492 2010 1.255.622-1,84 1.551.848 7,73-296.226 1.372.877 12,59 1.702.481 10,99-329.604 2011 1.687.264 34,38 1.657.880 6,83 29.384 2.302.260 67,70 2.253.753 32,38 48.507 2012 1.627.011-3,57 1.611.702-2,79 15.309 2.450.856 6,45 2.705.754 20,06-254.898 2013 1.671.318 2,72 1.680.197 4,25-8.879 2.195.422-10,42 2.466.799-8,83-271.377 Rata-rata (%) 1980-2013 1.060.410 3,42 1.138.749 3,10-78.339 880.709 6,79 1.018.989 6,10-138.280 2009-2013 1.504.069 7,72 1.588.423 2,08-84.354 1.908.152 13,73 2.132.525 8,08-224.373 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 68

Lampiran 24. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 No. Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 India 329.160 372.691 749.039 647.956 541.337 528.037 35,11 35,11 21,06 2 Argentina 200.636 217.796 243.082 222.427 188.954 214.579 14,27 49,37-0,85 3 United States of America 171.917 154.519 136.132 138.979 318.046 183.919 12,23 61,60 27,23 4 China, mainland 174.655 126.574 115.674 103.294 99.151 123.870 8,24 69,84-12,71 5 Netherlands 83.823 105.979 142.157 132.337 137.533 120.366 8,00 89,70 14,40 6 Nicaragua 74.665 66.332 73.506 76.043 92.646 76.638 5,10 81,70 6,23 7 Brazil 52.977 50.810 50.625 61.631 80.691 59.347 3,95 73,78 12,05 8 Malawi 19.879 21.772 33.460 89.847 46.933 42.378 2,82 76,60 45,99 9 Viet Nam 38.800 21.000 6.500 4.000 5.341 15.128 1,01 90,70-29,97 10 Egypt 21.606 3.804 17.687 9.089 13.482 13.134 0,87 91,58 70,57 54 Indonesia 236 258 582 66 168 262 0,02 Negara Lainnya Dunia 111.010 114.345 119.402 141.408 147.204 126.674 8,42 100,00 1.279.128 1.255.622 1.687.264 1.627.011 1.671.318 1.504.069 100,00 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit (Kupas) Lampiran 25. Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 No. Negara Tahun Rata-rata Rata-rata Komulatif Share (%) Pertumb. 2009 2010 2011 2012 2013 (ton) Share (%) (%) 1 Netherlands 255.126 295.770 297.235 305.488 354.057 301.535 18,98 18,98 8,78 2 Indonesia 132.069 134.666 120.719 121.365 177.031 137.170 8,64 27,62 9,50 3 Mexico 98.384 97.583 118.810 118.589 101.784 107.030 6,74 34,36 1,65 4 Russian Federation 81.902 92.238 104.478 85.509 89.441 90.714 5,71 40,07 3,08 5 Germany 78.719 83.902 90.180 90.813 104.516 89.626 5,64 45,71 7,46 6 United Kingdom 86.019 86.432 91.537 79.505 83.444 85.387 5,38 51,09-0,45 7 Canada 79.992 86.799 81.709 69.699 84.197 80.479 5,07 56,15 2,19 8 Thailand 38.316 50.660 48.879 55.916 62.855 51.325 3,23 59,38 0,00 9 Algeria 46.175 25.790 41.051 31.049 41.123 37.038 2,33 61,72 5,78 10 Malaysia 40.142 43.479 45.993 22.496 15.661 33.554 2,11 63,83-16,84 Lainnya Dunia 503.644 554.529 617.289 631.273 566.088 574.565 36,17 100,00 1.440.488 1.551.848 1.657.880 1.611.702 1.680.197 1.588.423 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit (Kupas) Page 69

Lampiran 26. Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013. No. Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Komulatif Share (%) ( 000 $ ) Share (%) (000 $) Rata-rata Pertumb. 1 India 287.229 392.065 932.485 888.733 623.337 624.770 32,74 32,74 34,95 2 Argentina 163.326 203.382 347.282 372.299 240.932 265.444 13,91 46,65 16,80 3 Netherlands 140.457 167.423 271.483 297.322 277.297 230.796 12,10 58,75 21,03 4 United States of America 175.366 179.926 174.072 184.361 416.161 225.977 11,84 70,59 32,75 5 China, mainland 165.094 172.384 193.706 205.095 169.906 181.237 9,50 80,09 1,38 6 Nicaragua 65.859 61.733 96.036 132.291 102.899 91.764 4,81 84,90 16,21 7 Brazil 48.546 47.862 71.903 111.357 112.539 78.441 4,11 89,01 26,19 8 Malawi 17.987 8.896 29.204 56.179 58.806 34.214 1,79 90,80 68,70 9 South Africa 11.889 25.619 21.803 20.302 13.046 18.532 0,97 91,77 14,49 10 Egypt 31.422 2.071 21.831 13.200 20.417 17.788 0,93 92,71 218,96 (%) 56 Indonesia 177 299 566 66 145 251 0,01 Lainnya Dunia 562.724 706.963 1.422.222 1.430.749 1.024.351 1.029.402 53,95 100,00 1.219.344 1.372.877 2.302.260 2.450.856 2.195.422 1.908.152 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit (Kupas) Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013. (000 $) No. Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata ( 000 $ ) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 Netherlands 324.827 330.320 446.269 636.837 591.724 465.995 21,85 21,85 18,10 2 Indonesia 130.821 138.863 130.677 140.910 206.047 149.464 7,01 42,57 13,83 3 Mexico 105.137 110.615 167.014 217.130 138.987 147.777 6,93 35,56 12,55 4 Germany 119.710 98.539 145.475 175.579 183.825 144.626 6,78 28,63 13,58 5 Russian Federation 116.633 117.699 157.971 158.228 135.928 137.292 6,44 49,01 5,30 6 United Kingdom 86.714 104.179 148.546 151.067 130.761 124.253 5,83 54,84 12,75 7 Canada 86.262 94.055 116.441 131.369 105.548 106.735 5,01 59,84 6,50 8 Japan 40.650 47.631 60.689 64.279 55.718 53.793 2,52 62,36 9,30 9 Poland 39.779 44.262 54.970 65.326 60.526 52.973 2,48 64,85 11,74 10 Spain 32.595 37.100 49.386 57.100 55.794 46.395 2,18 67,02 15,07 Lainnya Dunia 450.708 579.218 776.315 907.929 801.941 703.222 32,98 100,00 11,87 1.533.836 1.702.481 2.253.753 2.705.754 2.466.799 2.132.525 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit (Kupas) Page 70

LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand Nama Blok Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e 0 + e 1 LLPKC(t-1) + e 2 LHRKC(t-1) + e 3 LHRJ(t-1) + e 4 LHRK(t-1) + µ 5 Parameter estimasi yang diharapkan : e 1, e 2 > 0; e 3, e 4 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j 0 + j 1 LHRUREA(t-1) + j 2 TEK + j 3 DSLPTT + µ 4 Parameter estimasi yang diharapkan : j 1, j 2, j 3 > 0 3. Impor Kacang Tanah IKC = n o + n 1 PRODKC + n 2 KONSKC + n 3 HIKC + n 4 HRKC + µ 14 Parameter estimasi yang diharapkan : n 2, n 4 > 0 n 1, n 3 < 0 4. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 5. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC Blok Demand 6. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s 0 + s 1 LPDB + s 2 IHK + s 3 LKONSKC (t-1) + µ 12 Parameter estimasi yang diharapkan: s 3 > 0 ; s 1,s 2 < 0 7. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 8. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0.03 TCKC = PRODKC*0.05 9. Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC Page 71

b. Keterangan Variabel Dalam Model Page 72

c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan c.1. Penghitungan Untuk Luas Panen Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPKC LPKC Luas panen kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 1.115E11 2.788E10 26.14 0.0001 Error 8 8.5313E9 1.0664E9 Corrected Total 12 1.201E11 Root MSE 32655.9964 R-Square 0.92894 Dependent Mean 591077.000 Adj R-Sq 0.89341 Coeff Var 5.52483 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 11758.60 229280.9 0.05 0.9604 Intercept LLPKC 1 0.914787 0.192336 4.76 0.0014 Luas panen kacang tanah tahun sebelumnya LHRKC 1 3.886142 11.15188 0.35 0.7365 Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya LHRJ 1-33.4445 24.88170-1.34 0.2158 Harga riil jagung tahun sebelumnya LHRK 1 11.68002 33.42095 0.35 0.7357 Harga riil kedelai tahun sebelumnya Durbin-Watson 2.606449 Number of Observations 13 First-Order Autocorrelation -0.32902 Page 73

c.2. Penghitungan Untuk Produktivitas Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label YKC YKC Produktivitas kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 4.614460 1.538153 38.32 <.0001 Error 9 0.361232 0.040137 Corrected Total 12 4.975692 Root MSE 0.20034 R-Square 0.92740 Dependent Mean 12.50923 Adj R-Sq 0.90320 Coeff Var 1.60155 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 9.915026 0.354521 27.97 <.0001 Intercept LHRUREA 1 0.001247 0.000631 1.97 0.0797 Harga riil urea tahun sebelumnya TEK 1 0.050150 0.053137 0.94 0.3699 Teknologi DSLPTT 1 0.315612 0.216146 1.46 0.1782 Dummy program SLPTT Durbin-Watson 2.7041 Number of Observations 13 First-Order Autocorrelation -0.37138 Page 74

c.3. Penghitungan Untuk Konsumsi Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label KONSKC KONSKC Konsumsi kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 1.156515 0.385505 39.97 <.0001 Error 9 0.086808 0.009645 Corrected Total 12 1.243323 Root MSE 0.09821 R-Square 0.93018 Dependent Mean 3.01538 Adj R-Sq 0.90691 Coeff Var 3.25699 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 2.192054 0.940565 2.33 0.0447 Intercept LPDB 1-3.51E-6 1.416E-6-2.48 0.0350 IHK 1-0.00134 0.002126-0.63 0.5455 Indeks Harga Konsumen LKONSKC 1 0.659422 0.171855 3.84 0.0040 Konsumsi kacang tanah tahun sebelumnya Durbin-Watson 2.117073 Number of Observations 13 First-Order Autocorrelation -0.09688 Page 75