BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB IX SANITASI PABRIK

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

ARTIKEL RISET URL artikel:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB I PENDAHULUAN. preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

KUALITAS UDARA DALAM RUANG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X DITINJAU DARI KUALITAS BIOLOGI, FISIK, DAN KIMIAWI

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Sanitasi Penyedia Makanan

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN DI PERUMAHAN TERTATA PERUMAHAN PAKIS TIRTOSARI 1 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran suatu penyakit merupakan akibat dari hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara, air, makanan baik melalui perantara vektor maupun secara langsung antar manusia. Udara sebagai salah satu wahana transmisi penyakit, tidak pernah ditemukan bebas dari polutan. Berbagai polutan dilepaskan dari proses alamiah dan dapat juga berasal dari aktifitas manusia (Fardiaz, 1992). Hasil aktifitas manusia yang menjadi sumber utama dari pencemaran udara tersebut salah satunya disebabkan oleh sampah. Sampah menjadi masalah umum yang pelik dan sangat mengkhawatirkan (Kusnoputranto & Susana, 2000). Berdasarkan jenisnya polutan udara dibedakan menjadi polutan fisik, kimia dan biologis. Jenis polutan biologis yang banyak terkandung di udara adalah mikrooganisme, kelompok mikroorganisme yang ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadiranya melalui udara adalah bakteri, virus dan jamur. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruang dikenal dengan istilah bioaerosol. Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari dalam ruangan. Bioaerosol dari lingkungan luar dapat berupa jamur yang berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang mati, bangkai binatang dan tumpukan sampah dari bahan-bahan organik, bakteri dan virus. Kontaminasi yang berasal dari dalam ruang banyak terjadi pada kelembaban antara 25-75%. Pada kisaran ini spora jamur akan meningkat dan terjadi peningkatan pertumbuhan jamur (Fitria et al., 2008). Menurut Environmental Protection Agency (EPA) polusi udara dalam ruangan menduduki peringkat ke 5 dalam kaitanya dengan penyebab masalah kesehatan, serta menurut European Environmental Agency (EEA) menyebutkan bahwa polusi udara dalam rungan adalah masalah utama yang menyebabkan gangguan kesehatan pada anak-anak dan isu-isu yang serupa yang akan dihadapi oleh seluruh dunia dalam waktu dekat ini (Zhang & Smith, 2003). Banyak penelitian yang dilakukan menunjukan buruknya kualitas di udara. Menurut 1

2 penelitian yang dilakukan oleh Moerdjoko (2004), yang membandingkan jumlah koloni mikroorganisme di ruang yag berbeda menyatakan bahwa jumlah mikroba (koloni) pada ruang ber AC 3-15 koloni ( 20 koloni) per cawan petri dan pada ruang non AC per cawan petri 24-43 koloni (>20 koloni). Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Fitria et al. (2008), yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara di dalam ruangan perpustakaan menyatakan bahwa di perpustakaan di temukan kapang pathogen yaitu Aspergillus fumingatus, Scopulariopsis candida, dan Fusarium verticilloids. Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh Gorny & Ductkiewicz (2002) dimana mereka meneliti kualitas udara di tiga tempat yang berbeda yaitu di tempat kerja, tempat tinggal, dan rumah di lingkungan kotor, masing-masing menunjukkan bahwa jumlah bakteri gram positive di lingkungan tempat tinggal berkisar antara 88-3442 CFU/m3 dan jumlah jamur rata-rata berkisar antara 2-1997 CFU/m3, sedangkan kualitas udara di tempat kerja dapat ditemukan bahwa rata-rata jumlah bakteri berkisar antara 112-956 CFU/m3 dan jumlah jamur rata-rata berkisar antara 103-1689 CFU/m3 pada musim panas, dan di rumah di lingkungan kotor rata-rata jumlah jamur berkisar antara 103-16968 CFU/m3 dan rata-rata jumlah bakteri berkisar antara 178-4751 CFU/m3. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah tempat penampungan produksi sampah yang berasal dari aktivitas manusia. Keberadaan TPAS dapat menyelesaikan masalah sampah di wilayah perkotaan. Di sisi lain, sampah yang di timbun di tempat pembuangan sampah juga menjadi sumber pencemar bagi lingkungan di sekitarnya. Timbunan sampah padat yang terbuka tidak saja menimbulkan dampak yang biasa dirasakan langsung misalnya bau tetapai juga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas udara di daerah sekitarnya. Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik bagi hewan penyebar penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus, dan bakteri patogen (penyebab penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar, penyakit mudah tersebar dan menajalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera, disentri, tipus, diare, dan malaria (Royadi, 2006).

3 TPAS Piyungan dibangun pada tahun 1992 dan mulai dioperasikan tahun 1995 di atas tanah seluas 13 hektar dengan kapasitas 2,7 juta meter kubik sampah. TPAS Piyungan berada dekat dengan perumahan penduduk. Kepadatan perumahan di sekitar lokasi TPAS ada kecenderungan mengalami peningkatan, hal ini sebagai dampak dari makin baiknya akses jalan menuju TPAS. Hasil survei yang dilakukan pada awal bulan Juli 2012, pemukiman terdekat dengan TPAS berjarak 50m di sebelah utara TPAS dan dari radius 100m terdapat 15 rumah. Selain itu, kebanyakan rumah warga di sekitar TPAS Piyungan juga menjadi tempat penampungan sampah, yang mana sampah ini ditumpuk dan berserakan di sekitar rumahnya, sehingga rumah-rumah warga di sekitar TPAS, terlihat kurang bersih. Timbunan sampah juga sangat berefek pada kualitas udara di sekitar dan di dalam rumah-rumah di sekitar TPAS tersebut. Selain gas-gas yang ditimbulkan oleh sampah dan asap kendaraan bermotor pengangkut sampah yang berlalulalang disekitar pemukiman, timbunan sampah di TPAS juga menyebabkan berkembangnya mikroorganisme yang disebut dengan bioaerosol, bioaerosol tersebut terdiri dari bakteri, virus, kapang, spora dan jamur dalam ukuran 1 s/d 100 µm sehingga mudah terbawa angin ke rumah-rumah disekitar TPAS (Soemirat, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Recer et. al. (2001), disimpulkan bahwa tempat pengomposan sampah mempunyai tingkat penyebaran mikroorganisme yang sangat banyak, yang menyebar ke udara sejauh 500 m. Dampak dari adanya pencemaran udara dalam rumah terhadap kesehatan dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan secara langsung dapat terjadi setelah terpapar, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi hidung, dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas pneumonia, flu dan penyakit-penyakit virus lainya. Sedangkan gangguan secara tidak langsung dampaknya dapat terjadi beberapa tahun kemudian setelah terpapar antara lain penyakit paru, jantung, dan kanker yang sulit diobati dan berakibat fatal (USEPA, 2007). Berdasarkan survey dari The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam Mukono (1997), menyatakan bahwa penyebab utama kualitas udara dalam

4 ruangan yang buruk adalah gangguan ventilasi (52%), pencemaran dari alat dalam gedung (17%), pencemaran dari luar ruangan (11%), pencemaran mikroba (5%), pencemaran bahan bangunan (3%), dan sumber lain (12%). Data nasional menyebutkan bahwa lebih dari 2 (dua) dasawarsa ini penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya ISPA adalah rendahnya kualitas udara baik di dalam maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. ISPA mendominasi kesakitan pada anak di bawah 5 tahun (balita) dan menyebabkan kematian sekitar empat juta balita pertahunnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001). Menurut data 10 besar penyakit yang diambil dari Puskesmas Piyungan sendiri ditemukan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama dari tahun ketahun yaitu dari tahun 2007-2011, selain itu penyakit yang termasuk dalam 10 besar penyakit diwilayah kerja Puskesmas adalah penyakit faringitis dan penyakit kulit. Mengacu pada penelitian yang terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Arif dkk tahun 2011 di pemukiman kumuh, ditemukan bahwa jumlah total koloni jamur di udara dalam rumah berkisar anta 1-89 cfu/m3 dan jenis kapang yang berkembang adalah jenis Aspergillus, Penicillium, Rhizopus. Serta, sebagian besar manusia lebih banyak menghabiskan watunya di dalam rumah dan kurangnya perhatian masyarakat mengenai dampak kesehatan yang di akibatkan oleh buruknya kualitas udara dalam rumah, sehingga peneliti tertarik untuk mengidentifikasi kualitas udara di perumahan sekitar TPAS Piyungan dari segi biologisnya.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kualitas biologi udara dalam rumah warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPAS) Piyungan di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Batul. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kualitas biologi udara dalam rumah warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPAS) Piyungan di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Batul. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui hubungan antara kualitas fisik rumah dengan kualitas biologi udara dalam rumah di sekitar TPAS Piyungan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. b) Untuk mengetahui hubungan antara jarak rumah ke TPAS dengan kualitas biologi udara dalam rumah di sekitar TPAS Piyungan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. c) Untuk mengetahui hubungan antara kelembapan dengan kualitas biologi udara dalam rumah di sekitar TPAS Piyungan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. d) Untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan kualitas biologi udara dalam rumah di sekitar TPAS Piyungan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. e) Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian dengan kualitas biologi udara dalam rumah di sekitar TPAS Piyungan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara Tempat Pembuangan Akhir (TPAS) sampah dengan kualitas biologi udara dalam rumah dan memberikan informasi mengenai kualitas udara di pemukiman sekitar TPAS Piyungan. 2. Manfaat aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang bersifat informatif dan data tambahan yang diharapkan dapat membantu bagi pihak atau institusi yang terkait untuk dapat mengambil kebijakan dan merumuskan tindakan pencegahan terhadap resiko-resiko yang terjadi dengan keberadaan TPAS Piyungan di Kabupaten Sleman. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian mengenai kualitas udara dalam ruangan secara biologis di sekitar TPAS belum ada. Namun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini telah ada dilakukan diantaranya adalah : 1. Moerdjoko. 2004. Kaitan Sistem Ventilasi dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara. Persamaan : Variabel terikat yang diteliti yaitu kandungan mikroorganisme di udara. Perbedaan : Variabel bebas pada penelitian Moerdjoko adalah sistem ventilasi saja, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kualitas fisik rumah (ventilasi, luas lantai, jenis dinding dan jenis lantai), kepadatan hunian, suhu, kelembaban, dan jarak dari TPAS ke rumah penduduk. Pada penelitian Moerdjoko dilaksanakan di dalam gedung perkantoran, sedangkan dalam penelitian ini dilaksanakan di rumah dekat TPAS.

7 2. Fitria et al. 2008. Kualitas Udara dalam Ruangan Perpustakaan X ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisik, dan Kimia. Persamaan : Variabel terikat yaitu menghitung jumalah jamur di udara Perbedaan : variabel bebas pada penelitain Laila adalah luas ruangan, jumlah mahasiswa yang berkunjung, jumlah petugas, jenis ventilasi, sumber cahaya, konstruksi bangunan, koleksi buku, dan sanitasi ruang. Penelitian ini menggunakan variabel bebas dinding kualitas fisik rumah (ventilasi, luas lantai, jenis dan jenis lantai), kepadatan hunian, suhu, kelembaban, dan jarak dari TPAS ke rumah penduduk. Pada penelitian Fitria dilaksanakan di dalam gedung perpustakaan, sedangkan dalam penelitian ini dilaksanakan di rumah dekat TPAS. 3. Meirinda. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara dalam Rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Maralen. Persamaan : Variabel bebas yaitu jarak rumah dengan TPAS, kualitas fisik rumah, dan sama-sama dilaksanakan di perumahan disekitar TPAS. Perbedaan : Variabel terikat pada penelitain Meirinda adalah kualitas kimiawi udara. Penelitian ini menggunakan variabel bebas kualitas mikrobiologi di udara.