BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

Bab 2. Landasan Teori

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1.

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI. kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. NOORUMI CATUR MANUNGGAL

SKRIPSI. oleh. Marius

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. PUTRATUNGGAL ANEKA. menyediakan suku cadang kendaraan bermotor (spare part) bagi kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB 4 PERANCANGAN USULAN SISTEM PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PT BINTANG TOEDJOE. 4.1 Prosedur Penjualan dan Penerimaan Kas Usulan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI. oleh.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi. diorganisasikan untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah dan

BAB 4 DOKUMENTASI DESIGN. penjualan dan piutang usaha PT. Stora Adiswara. Dengan cara mempermudah

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005 / 2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PADA PT. SIAGA RATINDOTAMA. Fiona Kohan

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI. Oleh.

Gambar Surat Permintaan Spare part

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

BAB II LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hall (2001, p5) Sistem adalah sekelompok dua atau lebih

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI DOCUMENT MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB ( STUDI KASUS : DIVISI INFORMATION SYSTEM AND TECHNOLOGY PT SERASI AUTORAYA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Sistem Informasi Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

ANALISIS DAN PERANCANGAN E-PROCUREMENT PADA PT. INDO JAYA KERTAS SKRIPSI. Oleh Hartono

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. ANEKA BAUT ERIC NIM :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERTEMUAN 11 : SIKLUS TRANSAKSI BISNIS : SIKLUS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

BAB II LANDASAN TEORI. terpadu untuk mengembangkan rencana rencana strategis yang diarahkan pada

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA LPP TVRI SKRIPSI. oleh Cita Radita Artati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Menurut Wilkinson et al. (2000,p7), Sistem Informasi Akuntansi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN DAN PENGUPAHAN PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi. Program Studi Komputerisasi Akuntansi. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. BUANA PENTA PRIMA

BAB 2 LANDAS AN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sekarang ini memberi pengaruh yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PANCA KEMAS KRIDA MANUNGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. erat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Maka tidak mengherankan teknologi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN DAN PERSEDIAAN PADA PD. PASADENA SKRIPSI. Oleh Imam Ashyri

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sistem informasi yang handal dan reliable untuk

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan persediaan bahan baku

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004) sistem informasi adalah the use of computer technology in an organization to provide information to users. (p.3). Menurut Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Fitriasari D. dan Kwary, D.A. (2003) sistem informasi adalah cara teratur untuk mengumpulkan, memproses, mengelola dan melaporkan informasi agar organisasi dapat mencapai tujuan dan sasarannya. (hal. 473). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah pengaturan sumber daya berupa orang, perangkat lunak komputer yang saling berinteraksi untuk menyediakan informsi yang berguna bagi rumah makan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran. 2.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Persediaan 2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004) Sistem Informasi Akuntansi adalah a computer based system designed to transform accounting data into information. (p.1). Menurut Romney dan Steinbart (2003) Sistem Informasi Akuntansi adalah sumber daya manusia dan modal dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk

8 (1) persiapan info keuangan dan (2) informasi yang diperoleh dari mengumpulkan dan memproses berbagai transaksi perusahaan. (hal.473). Menurut McLeod (2001) Sistem Informasi Akuntansi bertugas untuk mengumpulkan data yang menjelaskan kegiatan perusahaaan, mengubah data tersebut menjadi informasi, serta menyediakan informasi bagi pemakai di dalam maupun diluar perusahaan (hal.4). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk menyediakan informasi akuntansi keuangan atau informasi lain yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan berbagai transaksi rumah makan. 2.2.2 Pengertian Pembelian Menurut Bodnar dan Hopwood (2004) istilah pengadaan (procurement) adalah sinonim dari istilah pembelian. Pengadaan adalah salah satu dari proses bisnis perusahaan yang terdiri dari: kegiatan pemilihan sumber, pemesanan dan perolehan barang dan jasa. Tahapan yang umum dalam proses pengadaan adalah: penentuan kebutuhan, pemilihan sumber, permintaan penawaran harga, pemilihan supplier, pembuatan purchase order, penerimaan barang, verifikasi invoice dan pembayaran ke supplier. Barang dan jasa juga dapat diperoleh secara internal jika barang diproduksi oleh entitas lain dalam perusahaan. Menurut Jones dan Rama (2003) proses bisnis adalah urutan aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan untuk memperoleh, memproduksi, menjual barang dan jasa. Proses bisnis sebuah perusahaan dapat dilihat melalui siklus transaksi dari proses bisnis tersebut dan dapat dikelompokan ke dalam tiga siklus transaksi utama yaitu

9 siklus perolehan atau pembelian yang meliputi proses pembelian, penerimaan dan pembayaran atas barang dan jasa; siklus konversi yang meliputi proses untuk mengubah sumber daya yang diperoleh menjadi barang dan jasa; dan siklus pendapatan yang meliputi proses penyediaan barang dan jasa ke pelanggan. Menurut Jones dan Rama (2003) siklus pembelian setiap jenis perusahaan hampir serupa karena meliputi beberapa atau seluruh kegiatan berikut ini: 1. Konsultasi dengan supplier yang diadakan sebelum pembelian berlangsung dengan cara menghubungi beberapa supplier untuk mendapatkan pemahaman mengenai ketersediaan kuantitas dan harga dari barang dan jasa. 2. Pembuatan dokumen permintaan pengadaan barang atau jasa dengan mendapatkan persetujuan dari supervisor. Permintaan ini kemudian digunakan oleh departemen pembelian untuk memesan barang. 3. Mengadakan perjanjian dengan supplier untuk pembelian barang atau jasa dimasa yang akan datang. Perjanjian dengan supplier meliputi pesanan-pesanan pembelian (pesanan yang sebetulnya dikirim ke supplier) dan kontrak dengan supplier. 4. Penerimaan barang atau jasa dari supplier dimana perusahaan harus memastikan bahwa hanya datang yang dipesan berada dalam kondisi baiklah yang akan diterima. 5. Pengakuan kewajiban atas barang dan jasa yang diterima dari supplier yang akan dicatat oleh departemen hutang pada saat tagihan diterima dari supplier. 6. Pemilihan invoice yang akan dibayar. 7. Penulisan, penandatanganan dan pengiriman cek kepada supplier.

10 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian adalah kegiatan pemilihan sumber, pemesanan dan perolehan barang dan jasa. Dimana kegiatan tersebut didasari pada tahapan umum dalam proses pengadaan. 2.2.3 Pengertian Persediaan Menurut Assauri (2004) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunanya dalam proses produksi. (h.169). Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004): Persediaan adalah aktiva: tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi. (SAK No. 14.1). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva perusahaan yang meliputi barang jadi yang tersedia untuk dijual kembali, barang dalam penyelesaian yang sedang di produksi dan bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi.

11 2.2.3.1 Catatan Akuntansi Yang Digunakan Menurut Assauri (2004) pencatatan dalam pengawasan persediaan adalah semua pencatatan atau pembukuan mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran bahan baku dan bahan-bahan lainnya serta hasil produksi dalam suatu perusahaan. Pencatatan-pencatatan tersebut diperlukan untuk menjamin bahan-bahan atau barang-barang dipergunakan secara efisien dan perusahaan dapat mengikuti perkembangan persediaannya dengan baik (h.184). Menurut Assauri (2004) pada dasarnya terdapat lima catatan yang paling penting atau utama dalam sistem pengawasan persediaan: Permintaan Untuk Dibeli (purchase requisition) Dokumen permintaan pembelian bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah tertentu yang ditujukan kepada bagian pembelian. Permintaan tersebut dia adakan dengan tujuan untuk menjamin tersedianya persediaan yang cukup dari bahan-bahan atau barang-barang tersebut atau mengisi kembali persediaan bila persediaan bahan-bahan tertentu yang ada akan mendekati titik yang terandah atau minimum yang telah ditentukan lebih dahulu. Laporan Penerimaan (receiving report) Dokumen yang memberikan informasi mengenai penerimaan atas barang yang telah dipesan. Catatan Persediaan (balance of stores record) Merupakan istilah lain dari: perpetual inventory card, stock record card, stored ledger sheet, balance of stores form, stores balance sheet, dan material ledger sheet.

12 Informasi yang terdapat dalam balance of stores card berbeda-beda tergantung dari perusahaan pabrik yang menggunakannya. Akan tetapi datadata yang biasanya terdapat dalam daftar ini adalah: (h.214) a. Gambaran atau deskripsi lengkap dari bahan-bahan tersebut. b. Jumlah dari bahan-bahan yang tersedia di gudang, yang dipesan dan yang dialokasikan untuk produksi. c. Jumlah bahan-bahan yang alan atau harus dibeli bila waktunya telah tiba untuk mengadakan pemesanan baru. d. Harga bahan-bahan itu per unit. e. Jumlah yang dipakai selama suatu periode atau jangka waktu tertentu. f. Nilai dari persediaan yang ada. Daftar Permintaan Bahan (material requisition form) Formulir yang dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan oleh bagian pembelian dalam mengadakan pemesanan bahan-bahan yang perlu dibeli kembali. Perkiraan Pengawasan (control accounting) Catatan yang digunakan oleh Bagian Akuntansi untuk mengawasi setiap pencatatan mutasi persediaan yang dilakukan oleh bagian gudang. Semua pembelian akan didebit dan semua pemakaian akan dikredit dalam perkiraan ini. Saldo perkiraan pengawasan harus sama dengan saldo yang terdapat pada perpetual inventory cards. Tidak sesuainya saldo antara keduanya, mengharuskan diadakannya penyelidikan selanjutnya.

13 2.2.3.2 Metode Pencatatan Persediaan Menurut Mulyadi (2001) terdapat dua macam metode pencatatan persediaan: Mutasi Persediaan (perpetual inventory method) Metode pencatatan persediaan dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Persediaan fisik (physical inventory method) Metode pencatatan persediaan yang dilakukan atas penambahan persediaan dari pembelian, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok kemudian diperoleh dengan menjumlahkan persediaan pada awal periode dengan pembelian dan mengurangkan hasil penjumlahan tersebut dengan hasil perhitungan fisik sisa persediaan yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. 2.2.3.3 Jenis Persediaan Menurut Assauri (2004) persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara, dilihat dari fungsinya, dan dilihat dari jenis dan posisi barang dalam urutan pengerjaan produk. 1. Dilihat dari fungsinya : Batch Stock atau Lot Inventory Persediaan yang muncul karena pembelian atau pembuatan barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada

14 waktu tertentu untuk mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan yang lebih murah per unitnya dan penghematan dalam biayabiaya lainnya yang mungkin diperoleh. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar maka persediaan (fluctuation stock) yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan yaitu berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari kemacetan produksi. 2. Dilihat dari jenis dan posisi produk dalam urutan pengerjaan produk : Persediaan bahan baku (Raw Material Stock) Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam, dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

15 Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchase parts / komponen stock) Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplier stock) Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process / progress stock) Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang hanya sampai disitu saja. Mungkin pula batang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi pengertian dari barang setengah jadi atau barang dalam proses adalah merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi

16 masih merupakan proses lebih lanjut lagi di pabrik sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan. Persediaan barang jadi (finished goods stock) Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan ayau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Biaya-biaya yang meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari biaya bahan baku, upah buruh langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut (h.178). Tipe Persediaan Transaksi Sistem dan prosedur yang bersangkutan 1.Persediaan produk jadi Produk selesai diproduksi Penjualan Retur penjualan Penghitungan fisik persediaan Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi Prosedur pecatatan harga pokok produk jadi yang dijual Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli Sistem penghitungan fisik persediaan 2.Persediaan produk dalam proses Produk selesai diproduksi Readjustment Prosedur pencatatan produk jadi Prosedur readjustment persediaan produk dalam proses

17 3. Persediaan bahan baku 4. Persediaan bahan penolong Penghitungan fisik persediaan Pembelian Retur pembelian Pemakaian barang gudang (dicatat sebagai biaya bahan baku) Pengembalian barang gudang Penghitungan fisik persediaan Pembelian Retur pembelian Pemakaian barang gudang (dicatat sebagai biaya overhead pabrik Sistem penghitungan fisik persediaan Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan sebagai pemasok Prosedur permintatan dan pengeluaran barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang Sistem penghitungan fisik persediaan Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan sebagai pemasok Prosedur permintatan dan pengeluaran barang gudang

18 sesungguhnya) Pengembalian barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan 5. Persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang Pembelian Retur pembelian Pemakaian barang gudang (dicatat sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran) Pengembalian barang gudang Penghitungan fisik persediaan Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan sebagai pemasok Prosedur permintatan dan pengeluaran barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang Sistem penghitungan fisik persediaan Tabel 2.1 Tipe Persediaan, Transaksi yang Mempengaruhi, Sistem dan Prosedur yang berlainan.

19 2.2.3.4 Pengawasan Persediaan Menurut Assauri (2004) suatu sistem pengawasan persediaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu 2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya, terutama penjaga gudang 3. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang 4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang 5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan, yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia di dalam gudang 6. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung 7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barang-barang yang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman. 8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. (h.176) Menurut Render dan Heizer et al. (2001, hal385). Reorder Point (ROP) atau titik (saat) pemesanan ulang adalah Tingkat inventori di mana diadakan pengisian kembali. ROP dapat dicari dengan cara : Rumusnya : ROP = d L ROP = permintaan per hari (d) x lead time atau waktu pengiriman (L)

20 2.3 Pengendalian Internal Menurut Jones dan Rama (2004) pengendalian internal adalah The rules, policies, procedures, and information system used to ensure that a company s financial data are accurate and reliable and to protect a company s assets from loss or thef. (p.15). Menurut Romney and Steinbart (2004) pengendalian internal adalah The plan of organization and the method a business used to safe guard assets, provide accurate and reliable information, promote and improve operational efficiency and encourage adherence to prescribed management policies. (p. 195). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah aturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang dirancang untuk memastikan data keuangan perusahaan tepat dan dapat diandalkan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasional dan untuk memenuhi ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 2.3.1 Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Menurut Romney dan Steinbart (2003), beberapa ancaman yang sering ditemui dalam sistem informasi akuntansi pembelian adalah mencegah kekurangan dan atau kelebihan stock, menerima barang yang tidak dipesan, pencurian persediaan dan lainlain. Beberapa prosedur pengendalian yang dapat diterapkan untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan menggunakan catatan persediaan perpetual, pembatasan akses fisik, perhitungan fisik persediaan secara periodik.

21 Untuk lebih jelasnya, beberapa ancaman dan prosedur pengendalian untuk mengatasi ancaman-ancaman dalam kegiatan pembelian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Process Threat Applicable Control Procedures Activity Pemesanan Barang 1. Mencegah kekurangan dan Sistem pengawasan persediaan, catatan atau kelebihan stock persediaan perpetual, teknologi barcode, perhitungan fisik persediaan secara periodik 2. Permintaan item yang tidak Catatan persediaan perpetual yang diperlukan tepat, persetujuan permintaan pembelian 3. Pembelian barang pada saat Membuat penawaran bersaing, inflasi menggunakan supplier yang telah disetujui, persetujuan purchase order, pengendalian budget 4. Pembelian barang dengan Menggunakan supplier yang telah kualitas yang rendah disetujui, persetujuan purchase order, mengawasi kinerja supplier, pengendalian budget 5. Pembelian barang dari Persetujuan purchase order, supplier yang tidak membatasi akses terhadap master file terotorisasi supplier 6. Kickback Kebijakan, karyawan pembelian mengungkapkan adanya minat dalam hal keuangan dengan supplier, audit supplier Penerimaan dan Penyimpanan Barang 7. Menerima barang yang Bagian penerimaan memverifikasi

22 tidak dipesan keberadaan purchase order yang valid 8. Membuat kesalahan dalam Menggunakan teknologi barcode, perhitungan dokumen kinerja karyawan, insentif untuk perhitungan yang benar 9. Pencurian persediaan Pembatasan akses fisik, perhitungan fisik secara periodik dan rekonsiliasi perhitungan fisik dengan catatan, dokumentasikan seluruh catatan mutasi persediaan Persetujuan dan Penyimpangan Barang 10. Kegagalan untuk Pengecekan ulang terhadap ketepatan mengetahui kesalahan tagihan tagihan, pelatihan staff hutang supplier 11. Membayar barang yang Hanya membayar tagihan yang tidak diterima didukung oleh laporan penerimaan, pengendalian budget 12. Kegagalan untuk Pengarsipan yang baik, anggaran arus mengambil diskon pembelian kas yang tersedia 13. Membayar tagihan yang Hanya membayar tagihan yang dama dilampiri voucher, pengendalian akses terhadap master file supplier 14. Pencatatan dan posting Pengendalian entri data dan kesalahan dalam hutang pemrosesan edit 15. Perlakuan yang salah terhadap kas, cek Membatasi akses terhadap cek kosong, memeriksa mesin signing dan terminal EFT, pemisahan tugas antara bagian hutang dan kasir, rekonsiliasi akun bank dengan seseorang yang independen terhadap proses pengeluaran kas, memeriksa ukuran

23 perlindungan termasuk pembayaran positif Pengendalian Umum 16. Kehilangan data Rencana back up dan pemulihan dari bencana, pengendalian akses secara fisik dan logik Tabel 2.2 Ancaman dan prosedur pengendalian untuk mengatasi ancaman-ancaman dalam kegiatan pembelian 2.3.2 Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Menurut Mulyadi (2001) unsur-unsur pengendalian internal terdiri dari : Organisasi a. Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung, dan fungsi pengecek. b. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan, dan biaya, karena karyawan di kedua bagian inilah yang dievaluasi tanggung jawabnya atas persediaan. Sistem Otorisasi Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani oleh ketua panitia penghitungan fisik persediaan. Prosedur Pencatatan a. Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan didasarkan atas kartu penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik.

24 b. Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan. c. Adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi (kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis persediaan yang tercantum dalam daftar penghitungan fisik. Praktik yang sehat a. Kartu penghitungan fisik bernomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik. b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kali secara independen, pertama kali oleh penghitung dan kedua kali oleh pengecek. c. Kuantitas dan data persediaan yang lain yang tercantum dalam bagian ke-3 dan bagian ke-2 kartu penghitungan fisik dicocokkan oleh pemegang kartu penghitungan fisik sebvelum data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik dicatat dalam daftar hasil penghitungan fisik. d. Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kuantitias persediaan harus dijamin ketelitiannya. 2.4 Object-Oriented Analysis and Design. Menurut Mathiassen et al.(2000) dalam analisis dan perancangan berorientasi objek terdapat empat aktivitas utama seperti yang diilustrasikan dalam gambar 2.1, yang meliputi : problem domain analysis, application domain analysis, architectural design, dan component design. (p.14)

25 Problem-domain analysis Applicationdomain analysis Requirement for use Model Component Design Spesification of component Spesification of architecture Architectural Design Gambar 2.1 Object-oriented analysis and design Sumber : Mathiassen (2000) p.15 Keuntungan dari OOAD adalah: Menyediakan info yang jelas mengenai konteks sistem. Ada kaitan yang erat antara object-oriented analysis, object-oriented design, object-oriented user interface dan object-oriented programming. Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified Modeling Languange). UML digunakan hanya sebagai notasi dan bukan sebagai metode dalam melakukan modeling. 2.4.1 System Choice. Pemilihan sistem dilakukan untuk menghasilkan system definition yang memenuhi kriteria FACTOR.

26 2.4.1.1 System Definition. System definition adalah sebuah deskripsi teratur dari sistem yang terkomputerisasi yang dijelaskan dalam bahasa natural (p.24). 2.4.1.2 Choosing the system. Memilih sistem mana yang akan dikembangkan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan. 2.4.1.3 Describe the situation. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh pandangan menyeluruh terhadap situasi dan berbagai cara organisasi menginterpretasikannya (p.26). 2.4.1.4 Create ideas. Tahap ini dimaksudkan untuk membuat dan mengevaluasi ide-ide untuk merancang sistem (p.31). 2.4.1.5 Define systems. Dalam tahap ini, kita memformulasikan dan memilih system definition, mendiskusikannya, dan mengevaluasi berbagai system definition alternatif yang berhubungan dengan situasi yang ada sekarang (p.37). 2.4.1.6 The FACTOR criteria. Menurut Mathiassen et al.(2000) FACTOR terdiri dari 6 elemen:

27 1. Functionality Fungsi sistem yang mendukung application domain. 2. Application domain Bagian dari organisasi, administrasi, monitor, atau kontrol problem domain. 3. Conditions Kondisi setelah sistem akan dikembangkan dan digunakan. 4. Technology Teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem dan teknologi yang akan menjalankan sistem. 5. Objects Object utama dalam problem domain. 6. Responsibility Tanggungjawab keseluruhan sistem dalam hubungannya dengan context. 2.4.1.7 Evaluation and Choice. Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan pemilihan sistem. Pemilihan sistem biasanya dilakukan setelah melalui negosiasi dengan semua pihak yang terlihat. Merupakan tanggungjawab customer/users untuk memilih sistem mana yang akan menjadi objek dalam OOAD (p.41). 2.4.2 Rich Picture. Menurut Mathiassen et al.(2000), rich picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka

28 terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, yang ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan untuk melihat bagaimana perusahaan beroperasi, berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya tejadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal. 2.4.3 Problem Domain Analysis. Analisis problem domain bertujuan untuk mengidentifikasi dan model dari sebuah problem domain. Konsep dari problem domain adalah bagian dari context yang mengatur, memonitor, atau mengontrol sistem. Sedangkan model adalah deskripsi dari class, object, structure, dan behavior dalam problem domain. System Definition Behavior Classes Model Structure Gambar 2.2 Problem-domain analysis Sumber : Mathiassen (2000) p.46

29 2.4.3.1 Class. Menurut Mathiassen et al. (2000) kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam Analisis Problem Domain. Klasifikasi Object dan Event. Object : sebuah entity dengan identity, state dan behavior. Event : kejadian yang meliputi satu atau lebih object. Class : deskripsi dari kumpulan object yang termasuk structure, behavioral pattern, dan attributes. Menemukan Class. Pemilihan class akan ditemukan pada saat awal dan pada dasarnya yang membangun model dari problem domain. Class biasanya merupakan kata benda dan bermakna tunggal. Menemukan Event. Event merupakan kata kerja dan mengindikasikan kejadian tunggal. Evaluasi sistem. Pada bagian ini dilakukan evaluasi criteria dari class dan event yang sudah ditemukan. Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Sedangkan pemilihan event yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap-tiap class dalam problem domain. Kegiatan class akan menghasilkan event table. Seperti yang terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini. Pada bagian horizontal berisi class yang terpilih, bagian

vertical berisi event yang terpilih dan tanda cek digunakan untuk mengindikasikan object-object dari class yang berhubungan dalam event tertentu. 30 Class Events Customer Assistant Apprentice Appointment Plan Reserved Cancelled Treated Employed Resigned Graduated Agreed Tabel 2.3 Contoh Event Table. Sumber : Mathiassen (2000) p.50 2.4.3.2 Structure. Menurut pada Mathiassen et al. (2000) kegiatan structure merupakan kegiatan kedua dalam Analisis Problem Domain. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum antara class-class dan mencari hubungan yang konkrit dan spesifik antara object-object dalam problem domain. Struktur Object-Oriented. Semua struktur object-oriented menggambarkan hubungan level class diantara class dalam sebuah class diagram.

31 Struktur antar Class. Ada 2 tipe dari struktur Class: (1) Generalization: general class (super class) menjelaskan properties dari specialized class (subclass). (2) Cluster : kumpulan dari class yang berhubungan. Struktur antar Object. Ada 2 tipe dari struktur Object: (1) Aggregation : superior object terdiri dari sejumlah bagian dari inferior object. (2) Association : hubungan yang berarti antara sejumlah object. Menemukan Candidates untuk struktur. Kita menentukan candidates berdasarkan 4 (empat) tipe struktur: (1) Identifikasi generalizations, (2) Identifikasi aggregations, (3) Identifikasi associations, (4) Identifikasi cluster. Explore patterns. Object-oriented pattern menyediakan sumber inspirasi yang melengkapi sistematik candidates untuk hubungan yang terstruktur. Ada 4 (empat) pattern yang biasanya menyangkut struktur: (1) The role pattern: model dimana orang tunggal dapat memiliki beberapa roles (tugas) dalam problem domain,

32 (2) The relation pattern: menghubungkan dua objects dimana objectnya berhubungan satu sama lain, (3) The hierarchy pattern: banyak problem domain termasuk objects yang diatur ke dalam hierarki dengan dua atau lebih level dan hubungan diantara beberapa object dengan level yang berbeda, (4) The item-descriptor pattern: biasanya digunakan dalam sistem yang mengatur bermacam-macam perbedaan deskripsi, seperti kontrak, spesifikasi produk. Evaluasi sistem. Pada saat kita mengevaluasi hubungan structural, ketika mendapat keuntungan dari kriteria berikut ini: 1. Struktur harus digunakan dengan tepat. 2. Konsep struktur harus benar. 3. Struktur harus simple. Hasil dari kegiatan structure ini adalah class diagram. Class Diagram menghasilkan ringkasan model problem domain yang jelas dengan menggambarkan semua struktur hubungan statik antar class dan object yang ada dalam model dari sistem yang berubah-ubah. 2.4.3.3 Behavior. Menurut pada Mathiassen et al. (2000) kegiatan behavior merupakan kegiatan terakhir dalam Analisis Problem Domain. Kegiatan ini bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem domain sistem sepanjang waktu.

33 Behavioral Pattern dan Attributes. 1. Event trace: urutan event yang meliputi satu object yang spesifik. 2. Behavioral pattern: deskripsi urutan event yang memungkinkan untuk semua object dalam sebuah class. Notasi untuk behavioral pattern. 1. Sequence: event yang terjadi satu per satu. 2. Selection: biasanya satu keluar pada saat event terjadi. 3. Iteration: sebuah event terjadi nol atau lain waktu. Menggambarkan behavioral pattern. Behavioral pattern harus tepat dan simple. Explore patterns. Ada 3 dasar behavior pattern: (1) The stepwise relation pattern. (2) The stepwise role pattern. (3) The composite pattern. Menggambarkan struktur, class, dan attributes. 2.4.4 Application Domain Analysis. Menurut pada Mathiassen et al. (2000) application domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor atau mengendalikan problem domain. Analisis application domain memfokuskan pada bagaimana target system akan digunakan dengan menentukan kebutuhan function dan system interface.

34 Interfaces System Definition Usage Functions Requirements Gambar 2.3 Application-domain analysis Sumber : Mathiassen (2000) p.117 2.4.4.1 Usage. Mencurut pada Mathiassen et al. (2000) kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis application domain yang bertujuan untuk menentukan bagaimana actor-actor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara actor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case. Use case pola interaksi antara sistem dan actor di dalam application domain. Menemukan actor dan use case. Actor abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Explore pattern. Ada dua dasar use case pattern: (1) The procedural patter. (2) The material pattern. Evaluasi sistem.

35 Menurut Bennet et al. (2003) cara untuk mendokumentasikan use case adalah menggunakan template yang terdiri dari beberapa bagian yaitu nama dari use case, pre-condition (hal yang harus benar sebelum use case dapat berlangsung), post-condition (hal yang harus benar setelah use case dapat berlangsung), purpose (hal yang ingin dicapai oleh use case), description (ringkasan dari dokumentasi use case), normal course (kegiatan yang harus dilakukan oleh actor sepanjang transaksi atau fungsi tertentu) dan alternative course (kegiatan yang harus dilakukan pada saat terjadi kesalahan). Sequence Diagram. Menurut Bennet et al. (2003) sequence diagram membantu seorang analis kebutuhan mengidentifikasikan rincian dari kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari sebuah use case. Tidak ada suatu sequence diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah kemungkinan sequence diagram yang masing-masing diagram tersebut dapat lebih atau kurang memenuhi kebutuhan dari use case. 2.4.4.2 Functions. Tujuan dari functions adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar functionfunction yang merinci function yang kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari customer & actor, dan harus konsisten dengan use case. Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam class & event, dan melihat deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Class dapat menyebabkan munculnya function read & update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan

36 terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function. System functions. Function : fasilitas untuk membuat model yang berguna bagi actor. Type function: (1) Update Function ini disebabkan oleh event problem-domain dan menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut. (2) Signal Function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan bagi actor dalam application domain, atau intervensi langsung dalam problem domain. (3) Read Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan system menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model. (4) Compute Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi. Menentukan functions.

37 Spesifikasi functions complex. Spesifikasi detail untuk mengerti function lebih tepat. Evaluasi sistem. 2.4.4.3 Interfaces. User dan System interfaces. 1. Interface Fasilitas yang membuat model system dan functions yang memungkinkan untuk actor. 2. User interface Iinterface untuk user. 3. System interface Iinterface untuk system lainnya. Explore user-interface patterns. Ada 4 dialog patterns: (1) Menu selection : terdiri dari daftar pilihan-pilihan yang mungkin dalam interface users, (2) Form fill-in : merupakan pola klasik untuk entry data, (3) Command language : dimana user memasukkan dan memulai format perintah sendiri, dan (4) Direct manipulation : dimana user memilih object dan melaksanakan function atas object dan melihat hasil dari interaksi tersebut..

38 Menentukan dan menggambarkan user-interfaces elements. User interface harus menampilkan model dan functions untuk users. Explore system interface patterns. Penting untuk menspesifikasi semua element interface. (1) Simple user interfaces, (2) Advanced user interfaces. Menggambarkan fasilitas system interfaces dan evaluasi interface. 2.4.5 Architectural Design. Menurut Mathiassen et al. (2000) tujuan dari architectural design adalah untuk menstrukturkan sebuah system yang terkomputerisasi. Aktivitas yang dilakukan dalam architectural design diilustrasikan pada gambar dibawah ini : Component Architecture Analysis Document Criteria Process Architecture Architectural spesification Gambar 2.4 Architectural Design Sumber : Mathiassen (2000) p.176 2.4.5.1 Criteria. Menurut Mathiassen et al. (2000) tujuan dari sebuah criteria adalah untuk mempersiapkan prioritas sebuah perancangan. Konsep utama pada aktivitas criteria, yaitu:

39 1. Criteria: menentukan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. 2. Condition: hal-hal yang bersifat teknis, organisasional, kelebihan dan keterbatasan manusia yang terlibat dalam tugas. Desain yang baik harus memenuhi criteria usable, flexible, dan comprehensible. Hasil dari aktivitas ini berupa kumpulan dari priority criteria. Criteria Measure of Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan organisasi, hubungan kerja dan konteks secara teknis. Secure Tindakan pencegahan akses yang tidak diotorisasi ke data dan fasilitas-fasilitas. Efficient Eksploitasi secara ekonomis dari fasilitas-fasilitas technical platform. Correct Pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan. Reliable Pemenuhan atas ketepatan yang diperlukan dalam pengeksekusian fungsi. Maintainable Biaya penempatan dan perbaikan sistem yang rusak. Testable Biaya dari memastikan bahwa sistem yang disebarkan menampilkan fungsi yang diharapkan. Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang sebuah sistem. Reusable Kemampuan untuk menggunakan bagian sebuah sistem ke sistem lain yang terhubung. Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform yang lain. Interoperable Biaya menggabungkan sistem ke sistem lainnya. Tabel 2.4 Criteria untuk kualitas software Sumber: Mathiassen (2000) p.178

40 2.4.5.2 Component architecture. Menurut Mathiassen et al. (2000) component architecture merupakan sebuah struktur sistem dari komponen-komponen yang berhubungan. (p.190). Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti, menyederhanakan desain, dan mencerminkan kestabilan sistem. Hal ini dikarenakan komponen merupakan subsistem dari suatu sistem. Pola arsitektur yang umum digunakan, yaitu: 1. Layer architecture pattern. Pola ini adalah model klasik pada software. Layer architecture ini terdiri dari beberapa komponen yang ditunjuk sebagai layer. Layer menunjukkan component sedangkan panah menunjukkan dependencies yang berarti perubahan pada satu komponen akan mempengaruhi komponen yang lain. Arsitektur ini sangat berguna untuk memecah system kedalam komponen-komponen. <<component>> Layer i+1 i+1 Upwards interface <<ComPonent>> Layer i Downwards interface <<ComponenT>> Layer i-1 Gambar 2.5 Layered architecture pattern Sumber: Mathiassen (2000) p.193 2. Generic architecture pattern. Pola ini digunakan untuk mengurai sistem dasar yang terdiri dari komponen interface, function, dan model. Model component berada di layer yang paling

41 bawah, kemudian dilanjutkan oleh function layer, dan yang paling atas adalah interface. 3. Client-server architecture pattern. Pola ini dibangun untuk mengatasi sistem yang terdistribusi di beberapa proses yang tersebar secara geografis. Arsitektur ini terdiri dari sebuah server dan beberapa client. Server memiliki kumpulan operation yang dapat digunakan oleh client. Client menggunakan server secara independent. Bentuk distribusi dari bagian sistem harus diputuskan antara client dan server. Identifikasi komponen, didalam perancangan atau subsistem, pada umumnya dimulai dengan layer architecture dan client-server architecture dimana keduanya merupakan dua layer yang berbeda, tetapi saling melengkapi. Perbedaannya adalah layer architecture memberikan hierarchy discipline, sedangkan client-server architecture merupakan ekspresi dari pemikiran jaringan. Dari component architecture ini akan menghasilkan class diagram with specification. <<component>> Client 1 <<ComPonent>> Client 2... <<component>> Client n <<component>> Server Gambar 2.6 Client-Server architecture pattern Sumber: Mathiassen (2000) p.197 Ada 2 macam metode berbeda dalam membagi komponen client & server yaitu:

42 a. Client & Server dianggap sebagai subsistem tunggal yang masing-masing memiliki komponen, yaitu: User Interface (UI), Function (F), dan Model(M). b. Atau masing-masing dapat dianggap sebagai layer berbeda dalam sistem yang sama. Client Server Architecture U U + F + M Distributed presentation U F + M Local presentation U + F F + M Distributed functionality U + F M Centralized data U + F + M M Distributed data Tabel 2.5 Distribusi perbedaan client-server architecture Sumber : Mathiassen (2000) p.200 2.4.5.3 Process Architecture. Menurut Mathiassen et al. (2000) process architecture merupakan suatu struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung (p.209). Hasilnya berupa sebuah deployment diagram. Pada aktivitas ini, terdapat 3 (tiga) jenis pola distribusi, yaitu : 1. Centralized Pattern. Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat User Interface (UI) saja. Keuntungan dari pola ini adalah dapat diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat saja, strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan kemacetan jaringannya moderat.

43 2. Distributed Pattern. Pada pola ini, semua terdistribusi ke user atau client & server hanya menyebarkan model yang telah diupdate diantara client. Keuntungan utamanya adalah waktu akses yang rendah, sehingga tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja lebih maksimum, dan backup data banyak. Kerugiannya adalah banyaknya data yang redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan yang tinggi karena semua update harus disebar kepada semua client, kebutuhan teknis yang canggih, arsitekturnya lebih sulit dimengerti dan diimplementasikan. 3. Decentralized Pattern. Pola ini berada diantara kedua pola diatas. Pada pola ini client memiliki data tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan data yang merupakan milik bagian application domain client tersebut. Keuntungannya adalah konsistensi data, karena tidak ada duplikasi data antara client dengan client lain ataupun dengan server, lalulintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan ketika data umum di server diupdate. Kekurangannya adalah bahwa semua processor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam jumlah yang besar, sehingga akan meningkatkan biaya hardware. Sumber daya yang umumnya digunakan bersama, yaitu : Processor : digunakan bersama bila terdapat dua atau lebih proses yang dieksekusi secara bersamaan pada satu processor.

44 Program Component : digunakan bersama bila terdapat dua atau lebih proses yang secara bersamaan memanggil operasi pada komponen. External Device : digunakan bersama oleh dua atau lebih proses bersamaan. Misalnya penggunaan printer yang terhubung melalui internet. 2.4.6 Component Design. Menurut Mathiassen et al. (2000) tujuan dari component design adalah untuk menentukan syarat implementasi dalam sebuah architectural framework. Aktivitas yang dilakukan dalam component design diilustrasikan pada gambar dibawah ini : Design of components Architectural spesification Design of component connections Component spesification Gambar 2.7 Component Design Sumber : Mathiassen (2000) p.232 2.4.6.1 Model Component. Menurut Mathiassen et al. (2000) model component merupakan bagian dari sebuah sistem yang mengimplementasikan model problem domain (p.236). Hasil dari model component adalah restrukturisasi class diagram yang dibuat pada tahap

45 analisis, terdiri dari penambahan class, attribute, dan structure baru yang menunjukkan events. Restrukturisasi class dapat terjadi pada : Generalization : jika terdapat dua class dengan attribute yang sama maka dapat dibentuk class baru (revised class). Association : jika terdapat hubungan many-to-many. Embedded Iterations : merupakan embedded di dalam statechart diagram. Misalnya jika sebuah class terdapat sebuah statechart diagram yang mempunyai 3 (tiga) iterative events, maka kita dapat membentuk 3 (tiga) class dari dalam perancangan model. 2.4.6.2 Function Component. Menurut Mathiassen et al. (2000) function component merupakan bagian dari sebuah sistem yang mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan fungsional (p.252). Tujuan dari function component adalah untuk menunjukkan pengimplementasian dari functions. Hasilnya berupa class diagram dengan operations dan specification dari operation yang kompleks. 2.4.6.3 Connecting Component. Connecting component berfungsi sebagai penghubung antara komponen untuk mendapatkan fleksibilitas dan rancangan yang dapat dipahami. Tujuannya adalah untuk menghubungkan komponen-komponen dari sistem. Terdapat 2 (dua) jenis pengukuran: 1. Coupling: ukuran kedekatan 2 (dua) class atau component yang terhubung.

46 Ada 4 (empat) jenis coupling yaitu: o Outside : sebuah class atau component menunjuk langsung kepada properti umum dari class atau component yang lain. o Inside : sebuah operasi menunjuk langsung kepada yang lain, properti pribadi di dalam class yang sama. o Coupling from below: sebuah class yang diistimewakan menunjuk langsung kepada properti pribadi di dalam super class. o Sideways : sebuah class menunjuk langsung kepada properti pribadi di dalam class lainnya. 2. Cohesion: ukuran seberapa baiknya sebuah class atau component saling terkait. Hasil aktivitas ini berupa class diagram dari komponen-komponen yang terlibat.