BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Birokrasi yang modern merupakan tuntutan perwujudan tata kelola organisasi pemerintah yang baik atau good government governance sehingga mau tidak mau setiap lembaga publik diharuskan melakukan reformasi birokrasi. Melalui tujuan strategis mewujudkan birokrasi yang modern, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) ingin membentuk suatu organisasi dengan birokrasi dan tata kelola yang efisien yang didukung oleh pegawai yang kompeten dan ketatalaksanaan yang berkualitas. Sejak diterbitkannya paket Undang-Undang tentang keuangan negara pada Tahun 2003-2004 dan dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK RI sebagai pengganti Undang-Undang nomor 5 Tahun 1973, peran dan posisi BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara diperkuat baik dari segi pemeriksaan, organisasi, pegawai, dan anggaran. Tugas utama BPK RI untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Tugas lain seperti pemberian pendapat BPK RI, pertimbangan SPI atau SAP dituangkan sebagai wewenang yang diamanatkan sebagai implikasi logis dari tugas pokok BPK dalam bidang pemeriksaan [1]. Rencana Strategis (Renstra) 2011-2015 BPK RI disusun dengan memberikan titik berat pada pemenuhan harapan dan kebutuhan pemangku kepentingan, penyempurnaan proses bisnis utama, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Salah satu visi BPK RI tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel. Dengan pondasi yang dimiliki, BPK RI kini memiliki posisi sebagai lembaga yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Harapan yang besar datang dari semua pemangku kepentingan agar BPK RI memenuhi mandat yang diberikan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang 1
transparan dan akuntabel [2]. Melalui pelaksanaan misinya, BPK RI berupaya untuk mencapai tujuantujuan strategisnya yaitu; 1. Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; 2. Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan, dan 3. Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK RI. Sebagai bentuk penjabaran tujuan strategis, BPK RI menetapkan sepuluh sasaran strategis yakni; 1. Meningkatkan efektifitas tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan; 2. Meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan; 3. Meningkatkan mutu pemberian pendapat dan pertimbangan; 4. Meningkatkan percepatan penetapan tuntutan perbendaharaan dan pemantauan penyelesaian ganti kerugian Negara; 5. Meningkatkan efektifitas penerapan SPKM; 6. Pemenuhan dan harmonisasi peraturan dibidang pemeriksaan keuangan Negara; 7. Meningkatkan mutu kelembagaan dan ketatalaksanaan; 8. Meningkatkan kompetensi SDM dan dukungan manajemen; 9. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana dan prasarana; 10. Meningkatkan pemanfaatan anggaran. Untuk mengukur pencapaian Renstra 2011-2015, BPK RI menetapkan sebanyak 20 Indikator Kinerja Utama (IKU). Hubungan tujuan strategis, sasaran strategis, dan IKU dapat dilihat secara jelas pada Tabel 1.1 2
Tabel 1.1 Hubungan Tujuan Strategis, Sasaran Strategis dan IKU [2] Tujuan Strategis Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Meningkatkan efektifitas tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan Negara yang tertib, taat pada peraturan perundangundangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK Meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan Meningkatkan mutu pemberian pendapat dan pertimbangan Meningkatkan percepatan penetapan tuntutan perbendaharaan dan pemantauan penyelesaian ganti kerugian Negara Meningkatkan efektifitas penerapan SPKM Pemenuhan dan harmonisasi peraturan dibidang pemeriksaan keuangan Negara Meningkatkan mutu kelembagaan dan ketatalaksanaan Meningkatkan kompetensi SDM dan dukungan manajemen Meningkatkan pemenuhan standar an mutu sarana dan prasarana Meningkatkan pemanfaatan anggaran 1. Persentase rekomendasi hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti 2. Persentase laporan tindak pidana yang ditindaklanjuti instansi penegak hukum 3. Indeks kepuasan pemangku kepentingan atas hasil pemeriksaan BPK 4. Jumlah LHP yang diterbitkan 5. Jumlah LHP kinerja yang diterbitkan 6. Ketepatan waktu proses pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan 7. Persentase pemenuhan quality assurance dalam pemeriksaan 8. Jumlah pendapat BPK yang diterbitkan 9. Persentase penyelesaian penetapan tuntutan perbendaharaan 10. Jumlah laporan pemantauan kerugian Negara yang diterbitkan 11. Persentase rekomendasi peer review yang ditindak lanjuti 12. Persentase pemenuhan penyusunan peraturan BPK 13. Persentase pemenuhan ketersediaan perangkat lunak pemeriksaan/non pemeriksaan 14. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan 15. Persentase pemenuhan standar jam pelatihan pemeriksa 16. Indeks kepuasan kerja pegawai 17. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana kerja 18. Persentase proses bisnis yang telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi 19. Opini atas laporan keuangan BPK 20. Persentase pemanfaatan anggaran Berdasarkan Renstra BPK RI dikembangkan Renstra TI yang telah disusun dan ditetapkan oleh segenap pimpinan lembaga dan pemangku kepentingan. 3
Berdasarkan tujuan, sasaran dan peta strategis, dipetakan target peranan TI BPK dengan menggunakan metodologi terbuka Control Objective for Informatian and Related Technology (COBIT) yang dikembangkan oleh ITGI. Berdasarkan peranan TI BPK RI (BPK Biro IT Goals) ditentukan objektif yang harus dicapai oleh Biro TI agar terpenuhilah tujuan dan sasaran strategis BPK RI. Agar obyektif yang dicanangkan dapat dicapai oleh Biro TI BPK RI, maka sejumlah proses pengelolaan TI harus diperhatikan sungguh-sungguh efektivitas dan kualitasnya [3]. Pada defenisi kebutuhan dan target arsitektur TI BPK terdapat lima buah komponen arsitektur TI BPK RI yang harus didefenisikan dan dikembangkan oleh institusi, salah satunya arsitektur SDM dan organisasi. Untuk dapat menopang BPK TI di masa yang akan datang, dibutuhkan organisasi SDM yang kuat dan kokoh di seluruh wilayah pelayanan BPK RI. Pada saat ini TI di BPK RI diposisikan sebagai fungsi penunjang karena letaknya yang berada di bawah struktur kesekjenan [3]. Pengukuran tingkat kapabilitas (level capability) dipandang perlu untuk dilakukan pada tata kelola TI pada aspek manajemen pengelolaan sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu cara evaluasi sistem dari sudut pandang teknologi dan untuk mengetahui pencapaian pada manajemen pengelolaan SDM. Langkah-langkah perbaikan yang berkelanjutan khususnya dalam pengelolaan manajemen SDM TI diharapkan mampu untuk memberi dukungan dalam pencapaian tujuan dari organisasi. Suatu manajemen yang baik dalam penggelolaan sistem informasi dapat mendukung kinerja pemerintahan. Tata kelola teknologi informasi yang baik dapat dijadikan acuan dan arahan dalam pengambilan kebijakan. Pada penelitian ini akan melakukan penilaian terhadap tingkat kapabilitas dengan menggunakan framework COBIT 5. Penggunaan COBIT 5 dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa COBIT 5 merupakan standar yang diakui dan diterima secara internasional, direkomendasikan untuk penerapan tata kelola TI yang baik serta merupakan edisi terbaru dari kerangka COBIT ISACA 4
yang menyediakan penjabaran bisnis secara end-to-end dari tata kelola TI perusahaan untuk menggambarkan peran utama dari informasi dan teknologi dalam menciptakan nilai perusahaan [4]. Penelitian ini difokuskan pada manajemen SDM TI yang merupakan salah satu komponen arsitektur yang harus dikembangkan oleh institusi untuk mewujudkan tujuan organisasi yang terdapat dalam Renstra TI BPK tahun 2011-2015. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah menilai kapabilitas Tata Kelola TI pada aspek manajemen SDM TI pada BPK RI yang belum diketahui. 1.3 Keaslian penelitian Penelitian sebelumnya dalam mengevaluasi sistem informasi menggunakan kerangka COBIT sudah banyak dilakukan. Penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh : 1. Debreceny melakukan penelitian hasil studi lapangan berskala besar terhadap tingkat kematangan pada 51 organisasi pada delapan Negara maju dan berkembang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) keseluruhan tingkat kematangan proses dalam penelitian adalah relatif sederhana, (2) ada cukup antar-proses variabilitas dalam kedewasaan dengan beberapa proses yang apriori mungkin diharapkan untuk memiliki jatuh tempo yang relatif tinggi relatif belum matang dan (3) terdapat variasi antar-organisasi serupa dalam kematangan proses [5]. 2. Dimas Satria menggunakan model COBIT 4.1. untuk mengetahui tingkat kematangan UGM Goes Open Source (UGOS) dan kepuasan pengguna serta untuk mengetahui proses apa saja yang harus diperhatikan oleh pengelola dilihat dari presepsi pengelola dan pengguna untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat kepuasan pengguna dengan tingkat kematangan pengelola UGOS Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada penggelola dan pengguna UGOS [6]. 5
3. Muhammad Amin melakukan evaluasi pengelolaan data Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) menggunakan kerangka COBIT. Penelitian ini menggunakan data dari jawaban kuesioner yang diadopsi dari Maturity Model yang tertuang dalam COBIT yang dijadikan sebagai jawaban dari pertanyaan yang mempertimbangkan enam atribut kematangan yaitu Awareness & Communication (AC), Policies, Standart & Procedures (PSP), Tools & Automation (TA), Skills & Expertise (SE), Responsibility & Accountability (RA) dan Goal Setting & Measurement (GSM). [7]. 4. Adityawarman melakukan penelitian pengukuran tingkat kematangan penyelarasan strategi teknologi informasi terhadap strategi bisnis dengan mengggunakan kerangka COBIT 4.1. Studi kasus PT BRI, Tbk. [8]. 5. Sukarsa et al melakukan penilaian dari tingkat kematangan COBIT dengan melihat kondisi yang ada pada auditor terhadap pengolahan data pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan kerangka COBIT dengan domain delivery and support (DS) [9]. 6. Erva Kurniawan (2011) melakukan evaluasi tata kelola teknologi informasi dengan menggunakan framework COBIT 4.1 dengan studi kasus Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini selain untuk mengetahui kondisi tata kelola TI, dilakukan juga identifikasi terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pencapaian tingkat kematangan yang diharapkan serta memberi rekomendasi berupa langkah dan tahapan tata kelola TI untuk mencapai target tingkat kematangan, untuk memberi saran kepada Pemerintah Provinsi DIY dalam melakukan pengelolaan TI [10]. 7. Yopie Indra Pribadi (2011) melakukan penilaian kondisi kini tata kelola data kependudukan pada aspek penggelolaan data dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 4.1 studi kasus pada Kota Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian kondisi kini tata kelola data kependudukan pada aspek pengelolaan data di Kota Pontianak dengan menganalisis identifikasi resiko pada pengelolaan data dan menilai tingkat kematangan pengelolaan data serta memberikan rekomendasi rancangan solusi perbaikan 6
tata kelola data kependudukan khususnya pada aspek pengelolaan data kependudukan [11]. 8. Sancoyo (2013) menyusun program audit e-procurement instansi pemerintah yang berbasis COBIT 5. Proses pengendalian dalam COBIT 5 digunakan sebagai alat untuk menentukan ruang lingkup audit yang penting pada pelaksanaan e-procurement instansi pemerintah [12]. 9. Siregar (2013) melakukan analisis tingkat layanan TI menggunakan COBIT 5 dengan studi kasus pada Pemerintah Sungai Penuh Provinsi Jambi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan tingkat layanan TI pada Pemerintah Sungai Penuh Provinsi Jambi, khususnya pada Bagian PDE dan Santelda menggunakan COBIT 5. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah analisis tingkat layanan TI yang dapat meningkatkan kinerja TI di Pemerintah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi [13]. 10. Hartatik Sulistyoningsih (2011) melakukan audit penerapan system informasi manajemen kepegawaian pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta menggunakan framework COBIT 4.1. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan audit penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian dengan mengukur tingkat kematangan manajemen TI, sehingga berpengaruh di dalam menunjang kegiatan kepegawaian dan memberikan rekomendasi manajemen BKKBN sesuai dengan kriteria yang ada pada COBIT sebagai standar yang dikeluarkan ISACA. [14]. 11. Ari Novan Setiono (2009) melakukan penilaian tingkat kematangan proses tata pamong teknologi informasi menggunakan metode COBIT. Penelitian ini diarahkan pada evaluasi proses kematangan TI yang terkait dengan tujuan TI dan tujuan perusahaan. Evaluasi dilakukan dengan pengukuran kematangan proses dan melakukan benchmarking dengan best practices di dunia usaha. [15]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian. Objek penelitian pada 7
penelitian ini adalah pada kantor BPK RI dengan menggunakan COBIT 5. Hasil akhir penelitian ini adalah analisa hasil tingkat kapabilitas tata kelola TI pada aspek manajemen SDM TI. COBIT 5 merupakan standar edisi terbaru dari kerangka COBIT ISACA yang menyediakan penjabaran bisnis secara end-to-end dari tata kelola TI perusahaan untuk menggambarkan peran utama dari informasi dan teknologi dalam menciptakan nilai perusahaan. yang diakui dan diterima secara internasional, direkomendasikan untuk penerapan tata kelola TI yang baik. Penelitian ini fokus pada manajemen SDM karena merupakan salah satu komponen arsitektur yang harus dikembangkan oleh institusi untuk mewujudkan tujuan organisasi yang terdapat dalam Renstra TI BPK tahun 2011-2015. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kapabilitas tata kelola TI pada aspek Manajemen SDM TI BPK RI dengan menggunakan kerangka COBIT 5. Dengan mengetahui tingkat kapabilitas tersebut dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan SDM TI secara bertahap dan berkelanjutan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui tingkat kapabilitas tata kelola TI pada aspek pengelolaan SDM Biro TI BPK RI dan saran serta langkah-langkah apa saja yang harus diambil untuk meningkatkan kapabilitas tata kelola TI pada aspek pengelolaan Manajemen SDM TI BPK RI. b. Mengetahui pemahaman tata kelola TI pada pemerintahan dengan menggunakan COBIT 5 dan bagaimana melakukan pemilihan pada proses COBIT 5. c. Menjadi referensi penelitian pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang teknologi dan perilaku manusia serta interaksi antara keduanya (computer in human behavior dan Human and Computer Interaction/HCI). 8