Pembentukan Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill) dengan Perlakuan Jerami pada Masa Inkubasi yang Berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

PENGARUH KOBALT (Co) DAN FERUM (Fe) TERHADAP PERTUMBUHAN BINTIL AKAR TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Kompos Pelepah Daun Salak. (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos (Simamora dan Salundik,

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Analisis Kandungan Karbohidrat Kulit Talas Kimpul

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

BAB III METODE PENELITIAN

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

TUGAS AKHIR (SB )

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan pokok pengganti beras. Sentra produkasi jagung di Indonesia berada di

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

TUGAS KULIAH MATA KULIAH MANAJEMEN KESUBURAN TANAH DAUR NITROGEN

BAHAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Pembentukan Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill) dengan Perlakuan Jerami pada Masa Inkubasi yang Berbeda Ika Dyah Kumalasari, Endah Dwi Astuti, Erma Prihastanti Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika UNDIP ABSTRAK Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan tanaman yang sudah dikenal masyarakat dan memilik potensi besar untuk dikembangkan. Tanaman kedelai termasuk tanaman legum yang pada akarnya terdapat bintil akar yang merupakan simbiosis antara akar dengan bakteri Rhizobium japonicum. Bintil akar berfungsi untuk mengikat unsur nitrogen bebas. Selain itu juga dapat menyuburkan tanah karena dapat menghemat penggunaan Nh3 yang tersedia ditanah dan penyediaan unsur nitrogen ke tanah. Tanaman kedelai agar tumbuh subur dan kaya bahan organik. Bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jeramipadi yang merupakan limbah organik yang mempunyai rasio C/N tinggi. Jerami padi mengandung gula, pati, selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein. Jerami padi jumlahnya melimpah dan biasanya dibakar dan dibenamkan kedalam sawahdan terjadi dekomposisi. Selama proses dekomposisi terjadi aminasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Petani biasanya menanam kedelai setelah ditanami padi sebelum kemudian ditanami padi lagi tapi belum diketahui berapa lama inkubasi jerami padi berpengaruh menguntungkan dalam pembentukan bintil akar tanaman kedelai. Diharapkan dengan masa inkubasi yang berbeda dapat diketahui tingkat dekomposisi jerami padi yang berpengaruh terhadap pembentukan bintil akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jerami padi pada masa inkubasi yang berbeda pada pembentukan bintil akar tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) dan masa inkubasi jeramiyang berpengaruh paling baik terhadap pembentukan bintil akar tanaman kedelai. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan faktor tunggal dengan perlakuan P1=jerami padi masa inkubasi 15hari, P2=jerami padi pada masa inkubasi 30 hari, P3=jerami padi pada masa inkubasi 45 hari, P0=jerami padi masa inkubasi 15hari (sebagai kontrol). Masing-masing perlakuan dengan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah bintil akar, persentase bintil akar, berat basah bintil akar dan berat kering bintil akar. Data yang diperoleh dianalisi dengan ANOVA pada taraf uji 5% dan bila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf uji 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jerami padi tanpa inkubasi (kontrol) dapat meningkatkan pembentukan bintil akar. Semakin lama masa inkubasi maka semakin menurunkan pembentukan bintil akar tanaman kedelai. Keywords: Glycine max (L) Merrill, bintil akar, dekomposisi, jerami padi PENDAHULUAN Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan tanaman yang sudah dikenal masyarakat dan memilik potensi besar untuk dikembangkan. Permintaan kedelai saat ini makin meningkat, tapi pengadaan di dalam negeri belum bisa mencukupi permintaan sehingga harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terjadi karena kurangnya minat petani untuk menanam kedelai dan mereka menganggap kedelai hanya sebagai tanaman sampingan sehingga pengetahuan masyarakat untuk pembudidayaan kedelai masih terbatas. Tanaman kedelai termasuk tanaman legum berakar tunggang, pada akarnya terdapat bintil akar yang merupakan simbiosis antara akar dengan bakteri Rhizobium japonicum (Lamina, 1989). Bintil akar dibentuk oleh Rhizobiumpada saat tanaman kedelai masih muda yaitu setelah terbentuk rambut akar pada akar utama atau pada akar cabang. Bintil akar terbentuk akibat rangsang pada permukaan akar yang menyebabkan bakteri dapat masuk ke dalam akar dan berkembang dengan pesat didalamnya. Bintil akar berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesuburan tanaman kedelai. Selain itu juga dapat menyuburkan tanah karena dapat menghemat penggunaan Nh3 yang tersedia 103

ditanah dan penyediaan unsur nitrogen ke tanah. Pembentukan bintil akar dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen di dalam tanah, kelembaban, salinitas, ph dan adanya Rhizobium. Tanaman kedelai agar tumbuh subur dan mempunyai produksi yang tinggi menghendaki tanah yang kaya unsur, gembur dan kaya bahan organik. Untuk meningkatkan kesuburan perlu ditambahkan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik yang digunakan dalam peelitian ini adalah jerami padi yang merupakan limbah organik yang mempunyai rasio C/N tinggi sehingga sulit untuk terdekomposisi dan menyebabkan terjadi imobilisasi unsur nitrogen. Jerami padi mengandung gula, pati, selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein (Sutanto, 2002). Jerami tersebut kemudian diinkubasi dalam waktu yang berbeda. Inkubasi yang dimaksud adalah waktu pengomposan yaitu penyimpanan yang merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba agar mampu mempercepat proses dekomposisi jerami padi. Perubahan perubahan selama proses dekomposis terjadi aminasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Aminasi adalah perubahan protein menjadi asam amino, amonifikasi adalah penguraian asam amino menjadi amonia oleh jasad renik heterotrof yaitu bakteri yang membutuhkan unsur karbon organik sebagai sumber energinya. Nitrifikasi adalah perubahan amonia oleh bakteri autotrof menjadi nitrat (Sutedjo, 1999). Diharapkan dengan masa inkubasi yang berbeda dapat diketahui tingkat dekomposisi jerami padi yang berpengaruh terhadap pembentukan bintil akar. Kompos jerami padi ini dibuat untuk membantu peningkatan kesuburan tanaman kedelai. Kompos jerami padi dipilih dalam penelitian ini karena rasio C/N tinggi yang menyebabkan imobilisasi sehingga menurunkan unsur nitrogen dalam tanah selain itu juga jerami padi mudah didapat, jumlahnya melimpah dan jarang dimanfaatkan oleh petani karena biasanya hanya digunakan untuk pakan ternak, dibakar da nada juga yang dibenamkan ke dalam sawah. Jerami padi tersebut dibenamkan untuk menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kesuburan tanah.petani biasanya menanam kedelai setelah ditanami padi sebelum kemudian ditanami padi lagi tapi belum diketahui berapa lama inkubasi jerami padi berpengaruh menguntungkan dalam pembentukan bintil akar tanaman kedelai. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FSM Universitas Diponegoro Semarang. Bahan yang digunakan adalah jerami padi 5 kg yang dicampur dengan EM4 sebanyak 10 ml yang telah dicampur 1 liter air dan 20 gram gula pasir. Media yang digunakan adalah tanah. Ada 4 perlakuan yaitui P1=jerami padi masa inkubasi 15hari, P2=jerami padi pada masa inkubasi 30 hari, P3=jerami padi pada masa inkubasi 45 hari, P0=jerami padi masa inkubasi 15hari (sebagai kontrol). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah bintil akar, persentase bintil akar, berat basah bintil akar dan berat kering bintil akar.untuk mengetahui pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap pertumbuhan bintil akar, maka dilakukan uji F. Apabila sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk mengetahui beda antar perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sidik ragam dari faktor-faktor yang diteliti terhadap keseluruhan parameter yang diamati disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata jumlah bintil akar, persentase bintil akar efketif, berat basah bintil akar dan berat kering bintil akar tanaman kedelai. Parameter Jumlah bintil akar Persentase bintil efektif akar Perlakuan P0 P1 P2 P3 3,50 ns 3,50 ns 2,75 ns 0,75 ns 70,84 ns 60,00 ns 58,33 ns 50,00 ns Berat basah 0,1075 a 0,0875 a 0,0575 ab 0,0137 b 104

bintil akar Berat kering bintil 0,0272 x 0,0188 x 0,0111 xy 0,0015 y Keterangan: Ns menunjukkan tidak berbeda nyata atas dasar uji ANOVA pada taraf uji 5%. Angka diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menujukkan tidak berbeda nyata atas dasar uji Duncan pad taraf uji 5%. Jumlah Bintil Akar dan Persentase Bintil Akar Efektif Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan jerami padi masa inkubasi berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biontil akar dan persentase bintil akar efektif tanaman kedelai. Pemberian jerami pada masa inkubasi 0 hari, 15 hari, 30 hari dan 45 hari belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap pembentukan bintil akar tanaman kedelai. Tidak adanya pengaruh dari perlakuan masa inkubasi tersebut kemungkinan disebabkan karena jerami padi merupakan bahan organik yang sulit terdekomposisi karena mengandung bahan seperti lignin dan selulosa, sehingga jerami padi memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi sempurna. Kemungkinan sampai masa inkubasi 45 hari perubahan-perubahan yang terjadi belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bintil akar. Hal ini mungkin karena selisih masa inkubasinya tidak terlalu jauh antar perlakuan sehingga kemungkinan kadar nitrogen yang tersedia dalam tanah besarnya hamper sama, jumlah nitrogen ini di dalam tanah menentukan pembentukan bintil akar. Jerami padi selama inkubasi mengalami dekomposisi bahan organic oleh mikrobia. Pemberian EM4 membantu dalam proses dekomposisi jerami padi karena mengandung berbagai macam organisme penguari (Sutanto, 2002), tetapi penggunaan EM4 dalam penelitian ini belum dapat mempercepat dekomposisi jerami padi. Hasil juga menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah bintil akar. Semakin lama masa inkubasi maka dekomposisi jerami padi akan meningkat sehingga kadar nitrogen juga bertambah. Kemungkinan kadar nitrogen yng semakin meningkat pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3 menyebabkan jumlah bintil akar yang semakin berkurang. Dekomposisi bahan organic ini terjadi karena kegiatan bermacam mikroorganisme. Karbohidrat dan protein akan terdekomposisi menjadi fosfat (PO 3 ), sulfat (SO 4 ), nitrat (NO 3 ), amoniak (NH 3 ), karbondioksida (CO 2 ), air (H 2 O) dan beberaspa unsur lain seperti kalsium (Ca) (Sutanto, 2002). Dekomposisi bahan organic yang banyak mengandung protein akan banyak membebaskan nitrogen sebagi ammonium yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Alexander, 1977). Perlakuan pemberian jerami padi pada perlakuan P0, P1, P2, dan p3 tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap persentase bintil akar efektif. Hal ini dimungkinkan karena nitrat hasil dekomposisi dari jerami padi kadarnya hamper sama karena nitrat hasil dekomposisi dari jerami padi kadarnya hamper sama karena jerami padi sulit terdekomposisi sehingga persentase bintil akr efektif dalam perhitungan statistik tidak berbeda nyata. Perlakuan P0, P1, P2, dan P3 ada kecenderungan mengalami penurunan terhadap persentase bintil akar efektif.hal ini kemungkinan karena jerami padi meskipun sulit terdekomposisi namun terjadi peningkatan nitrat dengan semakin lamanya masa inkubasi. Peningkatan nitrat disebabkan karena jerami padi sudah terdekomposisi dan nitrogen yang telah diimobilisasi akan dimineralisasi sehingga ion ammonium dan nitrat akan dibebaskan kembali ke dalam tanah (Buckman dan Brady, 1982). Nitart yang jumlahnya meningkat didalam tanah meningkatkan penyerapan oleh akar akan nitrogen sehingga akan menghambat transkripsi gen nitrogenase. Transkripsi ini menyebabkan terhambatnya biosintesis enzim nitrogenase sehingga aktivitas nitrogenase menurun dan terjadi penurunan penambatan nitrogen bebas dan menurunkan persentase bintil akar efektif. Persentase bintil akar efektif pada tiap perlakuan ada hubungannya dengan aktivitas penambatan N pada tanaman kedelai dan hal ini ada kaitannya dengan kandungan leghemoglobin yang ditunjukkan dengan warna kemerah-merahan pada bintil akar yang efektif (Gardner et a.l, 1991).Jumlah leghemoglobin di dalam bintil memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi oleh bintil akar. Leghemoglobin mengatur pemasokan oksigen ke 105

bakteroid.nitart yang ada di dalam tanah bila diabsorbsi ke dalam bintil akar maka akan direduksi menjadi nitrit yang selanjutnya membentuk senyawa NO di dalam leghemoglobin sehingga mencegah pengikatan leghemoglobin dengan O2 dan menghambat proses penambatan N2 yang kemudian menurunkan persentase bintil akar efektif. Berat Basah dan Berat Kering Bintil Akar Hasil analisis varian perlakuan pemberian jerami padi pada masa inkubasi berbeda menujukkan pengaruh nyata pada pengamatan berat basah dan berat kering bintil akar.uji Duncan taraf uji 5% menunjukkan bahwa perlakuan P0 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2.Perlakuan P0 dan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3, perlakuan P2 tidak berbeda nyata dngan P3. Beart basah dan berat kering pada perlakuan P0, P1 dan P2 ada kecenderungan menurun dengan semakin lamanya masa inkubasi jerami padi walau secara statistic antara P0, P1 dan P2 ada kecenderungan menurun dengan semakin lamanya masa inkubasi jerami padi walau secara statistic antara P0, P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena kandungan nitrat tiap perlakuan yang mengalami peningkatan dengan semakin lamanya masa inkubasi. Pada perlakuan P0 dan P1 berbeda nyata dengan P3 disebabkan oleh nitrat pada P3 mulai meningkat secara nyata. Pada P2 tidak berbeds nyata dengan P3 karena kemungkinan kandungan nitrat P2 dan P3 besarnya hamper sama. Nitart yang tinggi pada P3 di dalam tanah diserap tanaman dan kemudian direduksi oleh enzim nitrat reduktase. Reduksi nitart memerlukan donor elektron yaitu NAD(P)H yang merupakan hasil dari reaksi terang fotosintesis (Broughton, 1983). Kandungan nitrat yang tinggi akan memerlukan donor elektron yang banyak. Hal ini akan menimbulkan kompetisi untuk mendapatkan NAD(P)H antara nitrat dan CO2 dalam fotosintesis, sehingga fotosintat yang berupa senyawa organic (gula) dari tanaman ke bintil akar juga akan menurun dan hal ini menurunkan berat basah dan berat kering bintil akar. Penurunan berat basah dan berat kering bintil akar juga diakibatkan karena penurunan fotosintesis yang mungkin diakibatkan penurunan CO2 hasil dekomposisi bahan organik.dimungkinkan dekomposisi pada perlakuan P3 sudah mengalami penurunan sehingga CO2 berkurang. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis menurun dan fotosintatnya berkurang. Penurunan berat basah dan berat kering pada P3 karena jerami padi sudah terdekomposisi pada masa inkubasi paling lama sehingga terjadi pengurangan C organic dan suplai energy serta terjadi peningkatan nitrogen ke dalam tanah. Tingginya N di dalam tanah menyebabkan tanaman tidak lagi menambat N bebas dari udara. Tanaman menyerap N yang tersedia di dalam tanah yang dihasilkan dari proses dekomposisi jerami padi. Nitrat yang tinggi menyebabkan translokasi bahan organic dan hasil fotosisntesis untuk bakteri penambat N menurun.pengurangan bahan organic dan hasil fotosintsesis untuk bakteri penambat N menurun.pengurangan bahan organic dan hasil fotosintesis yang masuk ke dalam bintil akar menyebabkan berat basah dan berat kering bintil akar menurun. Berat kering berhubungan dengan berat basah karena berat kering adalah kandungan biomassa yang didapat dari berat basah setelah dikurangi kadar airnya. KESIMPULAN Pemberian jerami padi pada masa inkubasi berbeda tidak berpengaruh pada jumlah total bintil akar dan persentase bintil akar efektif pada tanaman kedelai. Jerami padi yang tidak diinkubasi diperlukan untuk pembentukan bintil akar tanaman kedelai. DAFTAR PUSTAKA [1] Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley Son Inc. New York. [2] Brourghton, W. J. 1983. Nitrogen Fixation: Legum. Volume 3. Clarendon Oxford Press. London. [3] Buckman, H. O. dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. (diterjemahkan oleh Soegiman). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. [4] Gardner, F. P., Pearce, R. B dan Mitchell, R. L. 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. [5] Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. Simplex. Jakarta. [6] Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta. 106

[7] Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 107