PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

A ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research ). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah merupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

PENGARUH PEMBERIAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP KEINGINAN SISWA UNTUK STUDI LANJUT SISWA KELAS X TSM SMK KARTANEGARA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI SELF MANAGEMENT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Mimi Suriatie

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN PERTEMANAN SISWA KELAS VIII C DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

Upaya Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karir Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII IPA di SMA N 8 Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP LAYANAN INFORMASI DENGAN TEKNIK MODELING DALAM PEMILIHAN JURUSAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE) INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Career Day Bagi Siswa dan Guru SMA Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA SMPN 3 KEBUMEN

STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PEMBIMBING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diteliti. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Penelitian

MODEL BIMBINGAN KARIR HOLLAND UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN PILIHAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kematangan karier siswa melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik, (2) mengetahui hasil kematangan karier siswa melalui pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan humanistik. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa soal-soal tes dan lembar observasi. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal pada semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik terbukti mampu meningkatkan kematangan karir siswa hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor kematangan karier antara sebelum dan setelah pemberian layanan. Hasil skor pre test sebagian besar pada kategori rendah sebanyak 56%, kategori sangat rendah terdapat 18%, kategori sedang sebanyak 23% dan kategori tinggi sebanyak 3%. 2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kata Kunci: Kematangan Karier; Layanan Konseling Kelompok; Peningkatan; PENDAHULUAN Seiring pesatnya perkembangan pendidikan saat ini, keinginan individu dalam berkarier cenderung menginginkan kehidupan yang sukses dan membahagiakan. Karier merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Fenomena tersebut adalah keresahan keinginan karier individu untuk diterima disekolah lanjutan atas yang favorit. Hal ini mengindikasikan ketidaksiapan individu dalam memasuki dunia sekolah lanjutan. Maka yang paling dasar adalah setiap orang menjadi kompetetif, salah satu cara untuk menjadi kompetitif adalah memiliki potensi dalam merumuskan perencanaan yang matang serta luasnya pengetahuan dan wawasan tentang karier yang akan ditempuh. Karier akan lebih mudah dicapai ketika individu memiliki kematangan karier. Super Winke (2006) mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugastugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Kematangan karier ditandai dengan kemampuan merencanakan karier secara tepat yang disertai dengan tindakan-tindakan nyata untuk mencapainya. Menurut Savickas (2002) individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pendidikan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.

Kenyataan dilapangan masih banyaknya siswa yang belum memahami sekolah lanjutan atas yang harus dipilih sesuai dengan bakat dan minatnya. Mereka sebagian besar hanya asal - asalan masuk sekolah lanjutan atas setelah lulus. Rendahnya kematangan karier sangat berpengaruh terhadap perwujudan karier individu, baik sekarang maupun di masa depan. Menurut Prihantoro (2007) guru- guru, teman sebaya, dan orang tua mempunyai pengaruh yang berarti bagi para individu dalam perkembangan kariernya. Selain itu, menurut Witherington (dalam Margaretha, 1992) mengemukakan bahwa banyak keinginan anak merupakan gambaran dari keinginan orang tuanya, karena anak mudah untuk menerima keyakinan orang tua tanpa kritik, baik yang berbentuk agama, filsafat hidup, nilai- nilai, sikap, tujuan dan aspirasi. Pernyataan Witherington (dalam Margaretha, 1992) tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua sebagai tokoh identifikasi bagi anak sehingga anak cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua dimana orang tua sering mengharapkan agar anaknya mengikuti keinginan mereka dalam memilih kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan studi dan teman hidup dalam upaya mewujudkan sindrom tersebut. Sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Budiamin (2002) di Kabupaten Bandung yaitu sebanyak 90% siswa menyatakan masih bingung dalam memilih karier di masa depan dan 70 % siswa menyatakan rencana masa depan tergantung pada orang tua. Temuan ini tidak mengherankan jika melihat data yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat telah terjadi peningkatan pengangguran terdidik dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004 mencapai 349.107 orang meningkat menjadi 612.714 orang pada tahun 2011. Senada dengan data statistik yang dipaparkan oleh Fidaus (2012) yang menyatakan bahwa 41,2% dari total pengangguran di Indonesia adalah pelajar. Pengetahuan tentang kematangan karier pada anak remaja terutama peserta didik SMP akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perjalanan pendidikan peserta didik kedepannya. Beberapa penelitian diketahui bahwa pilihan yang dibuat peserta didik SMP, terutama pada saat memilih jenjang pendidikan mempunyai hubungan yang sangat kuat dan memberikan dampak jangka panjang dalam perkembangan karier dikemudian hari. Hal ini sejalan dengan hasil studi pendahuluan pada beberapa peserta didik SMP Negeri 15 Bandung tahun pelajaran 2011/ 2012, diperoleh hasil tentang permasalahan peserta didik yang terkait dengan kematangan kariernya adalah kebingungan dalam merumuskan dan menentukan pilihan karier untuk memilih sekolah ke SMA/ SMK. Peserta didik merasa kurang mampu merencanakan karier tentang pendidikan yang dapat mereka pilih. Peserta didik dapat disiapkan memasuki sekolah ke SMA/ SMK manakala mereka berada dikelas IX. Menurut Winkel (2006) kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Kematangan karier ditandai dengan kemampuan merencanakan karier secara tepat yang disertai dengan tindakantindakan nyata untuk mencapainya. Sedangkan menurut Savickas (2002) individu dikatakan mampu atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai studi berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Karier akan lebih mudah dicapai ketika individu memiliki kematangan karier dan mampu memfungsikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Selama ini, guru BK sudah memberikan layanan bimbingan tentang karier melalui metode ceramah. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal karena waktu layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling yang sangat terbatas. Sedangkan, pembahasan materi tentang karier memerlukan waktu yang memadai. Layanan bimbingan karier yang diberikan melalui ceramah kurang mendapat respon dari siswa karena cenderung monoton dan lebih banyak pasif. Banyak siswa yang masih merasa bingung dengan masa depan karier mereka, tidak memiliki gambaran dan rencana yang jelas tentang apa yang akan mereka lakukan setelah lulus sekolah nanti. Siswa SMP Negeri 5 Adiwerna masih banyak yang bingung akan melanjutkan di mana, sehingga mereka pada akhirnya hanya ikut-ikutan teman, mengikuti saran orang tua, atau bahkan memilih sekolah hanya karena 2

banyak peminatnya. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena pemilihan sekolah lanjutan atas akan mempengaruhi pekerjaaan yang akan mereka pilih. Lebih jauh lagi, akan mempengaruhi masa depan karier mereka. Terkait dengan hal tersebut diatas, harapan peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan konseling kelompok. Peneliti mencoba memberikan layanan konseling kelompok menggunakan strategi yang berbeda, yaitu dengan pendekatan eksistensial humanistik. Peneliti memanfaatkan layanan konseling kelompok untuk memberikan materi-materi tentang karier khususnya tentang sekolah lanjutan atas dan seputar jenis jurusan disekolah lanjutan atas. Dengan demikian, keterbatasan waktu pemberian layanan informasi di sekolah dapat teratasi dengan pemanfaatan layanan konseling kelompok sebagai sarana berdiskusi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Subjek penelitian adalah siswa kelas IXA dengan kematangan karir rendah. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Sumber data dalam Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini adalah hasil wawancara dengan siswa, wali kelas dan guru mata pelajaran serta pengamatan peneliti. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran. Menurut Samsudi n (2009) teknik pengukuran pada umumnya dilaksanakan dalam bentuk tes (tertulis atau kinerja) dan pengukuran menggunakan skala (sikap dan penilaian). Teknik pengukuran banyak digunakan dalam mengukur pengetahuan, pemahaman, ataupun sikap terhadap suatu obyek. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yaitu skala kematangan karier. Alasannya skala lebih banyak dipakai untuk aspek afektif. Aspek-aspek afektif yang dimaksud seperti minat, sikap, dan berbagai variabel kepribadian lain semisal agresivitas, self esteem, locus of control, motivasi belajar, kepemimpinan, dan lain-lain (Azwar, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan kolaborator yaitu Dra. Nur Chamidah, guru bimbingan dan konseling. b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolaborator dan siswa. Waktu yang disepakati adalah jam masuk bimbingan dan konseling. c) Menetapkan fasilitas layanan konseling kelompok, meliputi ruangan dan kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir, lembar evaluasi (laiseg), satuan layanan. Selain itu, peneliti juga menyiapkan LCD dan laptop sebagai media penyajian materi. d) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu skala kematangan karier dan pedoman observasi. e) Mengembangkan prosedur pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi tahap pembukaan, inti, dan pengakhiran. f) Menyiapkan topik bahasan layanan. 3

g) Menetapkan indikator keberhasilan siklus 1 yaitu sebagian besar siswa termasuk pada kategori tinggi. h) Membuat kelompok melalui layanan konseling kelompok, sebagai sarana penyampaian materi dan diskusi dengan siswa. 2. Pelaksanaan Peneliti memberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik sebanyak tiga kali pertemuan pada siklus I. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan pertama, peneliti menyajikan layanan materi tentang kesadaran dan kesiapan memilih sekolah lanjutan atas. Tujuan dari pemberian materi ini agar siswa menyadari dan menyiapkan diri untuk memilih sekolah lanjutan atas setelah lulus SMP. Pada pertemuan ini, peneliti memaparkan tentang sekolah lanjutan atas sebagai pilihan karier masa depan. Peneliti menyampaikan konsekuensi-konsekuensi dari masing-masing pilihan sehingga siswa tidak keliru memilih, karena apapun pilihannya akan sangat menentukan masa depannya. Siswa cukup aktif dalam merespon materi yang disampaikan oleh peneliti. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan di kelas, selanjutnya dibagikan melalui kelompok melalui layanan konseling kelompok sehingga siswa dapat membacanya kembali sewaktu-waktu. Selain itu, layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik digunakan sebagai ruang diskusi bagi para siswa terkait materi tentang karier. b) Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-dua, peneliti menyajikan layanan materi tentang upaya mencari informasi jurusan di sekolah lanjutan atas. Tujuan dari pemberian materi ini agar siswa menyadari resiko akibat memilih jurusan asal-asalan. Peneliti juga membekali siswa tentang cara mencari informasi jurusan di sekolah lanjutan atas sehingga siswa dapat memilih jurusan dengan penuh pertimbangan. Materi yang disajikan pada pertemuan kedua, mendapatkan respon positif dari siswa. Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa mereka sebenarnya masih bingung dalam memilih jurusan di sekolah lanjutan atas, sehingga materi yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka. Siswa aktif bertanya jawab dengan peneliti seputar pilihan jurusan di sekolah lanjutan atas. c) Pertemuan ke-3 Pada pertemuan ke-tiga, peneliti menyajikan layanan materi tentang mengeksplorasi bakat dan minat. Materi ini bertujuan agar siswa mampu mengidentifikasi bakat dan minat diri yang menunjang kariernya di masa depan. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk menuliskan semua kelebihan dan kekurangan diri sendiri serta bakat dan minatnya yang dimiliki. Materi ini juga bermanfaat agar siswa lebih memahami diri sendiri sehingga dapat menentukan pilihan karier yang terbaik bagi mereka. Kegiatan ini cukup menyenangkan karena siswa juga dapat berdiskusi sesama teman dan saling menunjukkan kelebihan dan kekurangan menurut penilaian mereka sendiri. Siswa berpartisipasi aktif dari awal sampai akhir berdiskusi dan tanya jawab dengan peneliti. 3. Observasi Pengamatan dilakukan dengan membandingkan skor kematangan karier siswa antara sebelum dan setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik. Setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik, kematangan karir siswa mengalami peningkatan. Sebanyak 19 siswa atau sebesar 56 % siswa berada pada kategori kematangan karir yang tinggi, sangat tinggi sebanyak 4 siswa atau sebesar 12 %, sedang sebanyak 8 siswa atau 23 %, rendah sebanyak 3 siswa atau sebesar 9 %, dan sangat rendah sebanyak 0 siswa atau sebesar 0 %. 4

Hasil pengamatan pada siklus I, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kematangan karier siswa, yaitu dari dominan rendah menjadi dominan tinggi. Meskipun demikian, masih terdapat siswa yang memiliki skor kematangan karier rendah dan sedang, yaitu sebanyak 3 siswa berada pada kategori rendah dan 8 siswa berada pada kategori sedang. Berikut grafik skor post test yang dilakukan pada siklus I 20 19 18 16 14 12 10 8 8 6 4 4 3 2 0 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 0 East Gambar 1. Grafik Post Test Siklus I 4. Refleksi Hasil pengamatan pada siklus I selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan kolaborator. Hasil dari refleksi tersebut antara lain: a. Berdasarkan skala kematangan karier, terjadi peningkatan skor kematangan karier siswa antara sebelum dan setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik, akan tetapi masih terdapat 4 orang siswa yang memiliki skor kemampuan perencanaan karier yang rendah. b. Selama proses pemberian layanan, sebagian besar siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi dan tanya jawab sehingga mendukung peningkatan kematangan karier siswa. c. Faktor yang menghambat peningkatan kematangan karier adalah kurang aktifnya beberapa siswa dalam diskusi melalui konseling kelompok. d. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan kolaborator, pada siklus ke II peneliti lebih mendorong partisipasi aktif siswa melalui diskusi konseling kelompok. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan kolaborator yaitu Dra. Nur Chamidah, guru bimbingan dan konseling. b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolabotaror, dan siswa. Waktu yang disepakati adalah jam masuk bimbingan dan konseling. c) Menetapkan fasilitas layanan konseling kelompok, meliputi ruangan dan kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir, lembar evaluasi, satuan layanan. Selain itu, peneliti juga menyiapkan LCD dan laptop sebagai media penyajian materi. d) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu skala kemampuan perencanaan karier dan pedoman observasi. 5

e) Mengembangkan prosedur pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi tahap pembukaan, inti, dan pengakhiran. f) Menyiapkan topik bahasan layanan g) Menetapkan indikator keberhasilan siklus 2 yaitu sebagian besar siswa termasuk pada kategori tinggi. h) Mensosialisasikan kembali kelompok konseling kelompok kepada siswa, sebagai sarana penyampaian materi dan diskusi dengan siswa. 2. Pelaksanaan Peneliti memberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik sebanyak tiga kali pertemuan pada siklus II. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan pertama, peneliti menyajikan layanan materi tentang jenis-jenis sekolah lanjutan atas. Tujuan dari pemberian materi ini agar siswa memiliki wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang jenis-jenis sekolah lanjutan atas sehingga siswa dapat mempertimbangkannya sebelum memilih. Peneliti memaparkan jenis sekolah lanjutan atas mulai dari sekolah negeri dan swasta. Siswa cukup aktif dalam merespon materi yang disampaikan oleh peneliti. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan di kelas, selanjutnya dibagikan melalui kelompok konseling kelompok sehingga siswa dapat membacanya kembali sewaktu-waktu, sekaligus dapat berdiskusi dengan sesama siswa. 2) Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-dua, peneliti menyajikan materi tentang mempertimbangkan pilihan jurusan di sekolah lanjutan tingkat atas. Tujuan dari pemberian materi ini agar siswa mampu mempertimbangkan memilih jurusan di sekolah lanjutan atas dalam mencapai kesuksesan karier. Peneliti mengajak siswa untuk mencermati jurusan di sekolah lanjutan atas sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih jurusan yang diambil sesuai dengan harapan yang diinginkan. Materi yang disajikan pada pertemuan ke-dua, mendapatkan respon positif dari siswa. Beberapa siswa mengaku bahwa mereka sebenarnya masih bingung dalam mempertimbangkan untuk memilih jurusan mereka. Siswa aktif bertanya jawab tentang jurusan di sekolah lanjutan tingkat atas dengan peneliti. 3) Pertemuan ke-3 Pada pertemuan ke-tiga, peneliti menyajikan materi tentang sikap optimis terhadap masa depan. Pada pertemuan ini, peneliti memotivasi siswa untuk senantiasa menjaga sikap optimis terhadap kesuksesan mereka di masa depan. Peneliti mengajak siswa untuk selalu berpikir positif dan yakin bahwa mereka mampu untuk sukses di masa depan. Sikap optimis sangat penting karena akan menjadi motor penggerak dalam setiap usaha mencapai kesuksesan karier siswa. Siswa sangat antusias ketika mengikuti layanan. Mereka merasa termotivasi untuk terus melakukan yang terbaik demi kesuksesan karier mereka. 3. Observasi Pengamatan dilakukan dengan membandingkan skor kematangan karier siswa antara sebelum dan setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik. Setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik, kematangan karir siswa mengalami peningkatan. Sebanyak 21 siswa atau sebesar 62 % berada pada kategori tinggi, sangat tinggi sebanyak 8 siswa atau sebesar 23 %, sedang sebanyak 5 siswa atau sebesar 15 %, rendah sebanyak 0 siswa sebesar 0 %, dan sangat rendah sebanyak 0 siswa atau sebesar 0 %. Berikut grafik hasil post test yang dilakukan pada siklus II: 6

70 60 50 40 30 61 20 10 24 15 0 0 0 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Gambar 2. Grafik Post Test Siklus II 4. Refleksi Setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik, kematangan karir siswa mengalami peningkatan. Sebanyak 21 siswa atau sebesar 62 % berada pada kategori tinggi, sangat tinggi sebanyak 8 siswa atau sebesar 23 %, sedang sebanyak 5 siswa atau sebesar 15 %, rendah sebanyak 0 siswa sebesar 0 %, dan sangat rendah sebanyak 0 siswa atau sebesar 0 %. SIMPULAN Layanan konseling kelompok dengan pendekatan eksistensial humanistik terbukti mampu meningkatkan kematangan karir siswa kelas IXA SMP Negeri 5 Adiwerna. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor kematangan karier antara sebelum dan setelah pemberian layanan. Hasil skor pre test sebagian besar pada kategori rendah sebanyak 56%, kategori sangat rendah terdapat 18%, kategori sedang sebanyak 23% dan kategori tinggi sebanyak 3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi kematangan karir siswa sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok dalam keadaan rendah. Sedangkan hasil post tes siklus I menunjukkan 56% siswa berada pada kategori kematangan karir yang tinggi, sangat tinggi sebesar 12%, sedang 23%, rendah 9%, dan sangat rendah sebesar 0%. Hasil post test siklus II menunjukkan sebesar 62% siswa berada pada kategori kematangan karier yang tinggi, sangat tinggi sebesar 23%, sedang sebesar 15%, rendah sebesar 0%, dan sangat rendah sebesar 0%. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiamin. 2002. Manajemen Layanan Bimbingan Karir pada SMU Negeri di Kabupaten Bandung. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Firdaus Sumarno. 2012. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industrial, Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan, dan Konsep Diri Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajran 2011/2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. Margaretha, Dhiu. 1992. Perencanaan Karir Siswa SMA & Keterkaitan dengan Orientasi Nilai, Aspirasi Karir Orang Tua, & Kesempatan yang tersedia di dalam Masyarakat. Tesis. PPS UPI Bandung. Prihantoro, S. 2007. Program bimbingan untuk mengembangkan kemampuan perencanaan karir remaja (studi terhadap siswa kelas X SMAN 2 Majalengka tahun ajaran 2015/2016). Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Samsudin. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposa Penelitian. Bandung: Alfabeta. 7

Savickas, M. L. 2002. Career Construction. A Developmental Theory of Vocational Behavior. Dalam D. Brown, & Associates (Eds.), Career Choice and Development: (4th Ed). San Francisco: Jossey-Bass. Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Winkel, W.S. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: media Baru. 8