BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat
|
|
- Yuliana Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan dan persiapan lapangan pekerjaan. Dalam lingkup SMA, minat tersebut pada dasarnya didukung oleh prestasi di sekolah, cita-citanya dan arah tujuan setelah lulus dari SMA, dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan. Siswa SMA idealnya sudah memiliki gambaran pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, serta mempersiapkan lapangan pekerjaan yang sesuai dan sudah dipilih sejak SMA. Migunde, Agak, dan Odiwour (2011) mengemukakan bahwa masa remaja adalah masa dimana individu memiliki aspirasi mengenai pendidikan dan masa depan karirnya. Persiapan karir pada masa remaja ini penting bagi kesuksesan perkembangan karir sepanjang hidupnya. Karir juga berhubungan dengan penyesuaian serta kesejahteraan remaja. Pada masa remaja, mengembangkan identitas pekerjaan adalah salah satu tugas perkembangan yang utama. Kovisto (2010) mengemukakan bahwa karir adalah rangkaian posisi, peran, pengalaman, dan aktivitas dari suatu pekerjaan yang dijalani oleh individu. Karir juga dapat didefinisikan sebagai peran yang dijalankan oleh individu dalam suatu posisi atau jabatan dari suatu pekerjaan. UNESCO (2002) menjelaskan bahwa karir adalah interaksi dari peran yang dijalankan dalam suatu pekerjaan serta peran individu yang terjadi sepanjang hidupnya, termasuk pekerjaan yang dibayar 1
2 2 maupun tidak dibayar dalam kehidupan individu. Individu menciptakan pola karirnya dengan membuat keputusan mengenai pendidikan, pekerjaan, keluarga, dan peran kehidupan lainnya. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa karir adalah peran yang dijalankan oleh individu dalam suatu posisi atau jabatan yang terjadi sepanjang hidupnya, dimana dimulai dari pemilihan pendidikan dan pekerjaan. Super (dalam Sharf, 2006) mengemukakan bahwa siswa SMA tergolong dalam tahap eksplorasi dalam tugas perkembangan karir. Pada tahap ini tugas-tugas perkembangan karir remaja (15-25 tahun) adalah mencari ide mengenai informasi pekerjaan, memilih alternatif-alternatif karir, memutuskan bidang pekerjaan, dan mulai untuk bekerja. Siswa SMA termasuk dalam sub tahap kristalisasi, yaitu tahap dimana siswa mulai memahami diri untuk mengerti hal yang diinginkan serta mencari tahu bidang pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dirinya, untuk dapat memilih alternatif-alternatif pekerjaan, kemudian memilih pekerjaan secara spesifik, dan akhirnya dapat mengimplementasikannya dengan menemukan serta memilih pekerjaan yang tepat. Pada teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super, terdapat suatu konsep yang disebut dengan kematangan karir (career maturity). Super (dalam Sharf, 2006) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah perilaku individu dalam mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karir yang sesuai dengan usia rata-rata dalam tahap perkembangan karirnya. Kematangan karir juga didefinisikan sebagai kesiapan individu untuk dapat memilih dan mengambil keputusan secara tepat. Savickas (2005) mengemukakan
3 3 bahwa kematangan karir dapat disebut dengan penyesuaian karir, yaitu kesiapan individu dan penggunaan sumber-sumber yang ada untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan karir yang sedang dijalani, transisi pekerjaan, dan trauma pekerjaan. Pada siswa, kematangan karir dapat diartikan kesiapan siswa untuk membuat pilihan pekerjaan secara realistik. Konstrak teori karir menurut Savickas (2005) menunjukkan bahwa siswa matang dalam memenuhi tugas pilihan karirnya ketika memberikan perhatian atas masa depan dalam melakukan pengambilan keputusan karir, adanya kontrol diri atas karirnya, memiliki keingintahuan yang tinggi untuk melakukan percobaan yang memungkinkan bagi diri sendiri dan melakukan eksplorasi atas kesempatankesempatan sosial terkait karir, dan percaya diri dalam membuat sebuah rancangan/rencana masa depan pekerjaannya dan merealisasikan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Santrock (2007) mengemukakan bahwa eksplorasi, pengambilan keputusan, dan perencanaan berperan penting dalam pilihan karir remaja. Namun, remaja seringkali melakukan eksplorasi karir dan melakukan pengambilan keputusan yang sampai taraf tertentu disertai dengan ambiguitas, ketidakpastian, dan tekanan. Sebagian besar dari keputusan tersebut dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak terencana. Gati dan Asher (dalam Guay, dkk, 2006) mengemukakan bahwa memilih karir merupakan langkah penting yang dapat memengaruhi jalannya kehidupan siswa. Pilihan karir siswa dapat memenuhi kebutuhan, nilai-nilai, dan kepentingan siswa, serta dapat memengaruhi kualitas hidup siswa tersebut. Akan tetapi, beberapa siswa tidak dapat membuat keputusan tentang karir yang ingin dicapai yang juga
4 4 disebut sebagai ketidaktegasan karir. Beberapa diantaranya membutuhkan informasi tentang diri mereka sendiri dan dunia kerja, sedangkan untuk siswa lainnya, informasi tersebut tidak akan membantu karena terlalu cemas tentang pilihan karir yang ada. Crites (dalam Manrihu, 1992) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan, dan menyimpulkan bahwa ada sekitar 30% siswa bimbang selama duduk di bangku sekolah lanjutan dan perguruan tinggi dalam pemilihan karir. Keraguan-raguan dan kebimbangan ini menurut Critez (1974) merupakan salah satu indikator dari ketidakmatangan karir siswa. Survei yang dilakukan oleh beberapa peneliti terkait dengan kematangan karir menunjukkan bahwa permasalahan mengenai kematangan karir yang rendah, masih dialami oleh siswa SMA. Survei yang dilakukan oleh Iffah (2012) pada 100 Siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sukoharjo menunjukkan bahwa, terdapat 66 (66%) responden sudah memiliki perencanaan karir dan 34 (34%) responden belum memiliki perencanaan karir. Berdasarkan 66 (66%) reseponden tersebut, sebanyak 55% berencana untuk melanjutkan studi, 2% berencana untuk bekerja, sebanyak 3% berencana untuk kursus, dan sebanyak 6% berencana untuk kuliah sambil bekerja. Sedangkan, dari 34 (34%) responden yang belum memiliki perencanaan karir, terdapat 8 responden (23,53%) mengalami kebingungan dalam menganalisa alternatif-alternatif karir dan terdapat 11 responden (32,35%) belum memikirkan rencana keputusan karir (tidak tahu kemana). Namun, tidak semua responden yang berencana untuk melanjutkan studi telah memiliki pilihan jurusan studi, fakultas, atau perguruan tinggi. Berdasarkan
5 5 survei tersebut menunjukkan bahwa siswa SMA khususnya kelas XII, masih raguragu dan belum siap dalam merencanakan maupun memutuskan pilihan karirnya. Lee, dkk (2012) mengadakan survei pada remaja mengenai permasalahan karir. Penelitian menunjukkan bahwa 50% siswa SMA di Korea merasa cemas dengan karirnya, sedangkan para orangtua berpendapat bahwa persiapan karir adalah bagian terpenting dalam hidup siswa. Pentingnya persiapan karir bagi siswa SMA menunjukkan bahwa masa remaja adalah periode penting dimana siswa harus membuat banyak keputusan dan pilihan untuk masa depannya. Masa remaja seharusnya dapat menentukan karir yang akan dijalaninya, dimana kemampuan dalam menentukan karir dapat disebut dengan kematangan karir. Survei yang dilakukan oleh Hidayat (2014) mengenai kematangan karir siswa SMA berdasarkan hasil wawancara dengan 8 siswa SMA yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda di cabang Bimbingan belajar N wilayah Bantul pada tanggal 6 November 2013 menunjukkan bahwa para siswa mengalami kebingungan dalam proses pemilihan jurusan. Para siswa masih belum dapat menentukan jurusan yang akan dipilih setelah lulus nanti, padahal semester pertama akan segara berakhir. Kebingungan ini disebabkan oleh kurangnya informasi terkait dengan jurusan yang ada di perguruan tinggi. Selain itu, para siswa mengungkapkan bahwa mereka belum yakin terhadap minat dan potensinya akan sesuai dengan jurusan yang dipilih. Bahkan, diantara siswa tersebut mengalami kecemasan dan tekanan secara mental disebabkan oleh tuntutan dari orangtua dan pihak sekolah. Berdasarkan survei tersebut, maka dapat disimpulkan
6 6 bahwa masih banyak siswa SMA yang belum memiliki kematangan karir khususnya dalam hal pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Hasil wawancara pada guru BK serta 4 siswa (ER, FT, LT, dan AD) perwakilan dari siswa kelas XI SMA N X Yogyakarta, pada tanggal 18 dan 21 September 2015 menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan mengenai kematangan karir pada siswa kelas XI SMA N X Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa para siswa belum memiliki gambaran mengenai dunia pekerjaan terkait dengan pilihan jurusan yang akan diambil di perguruan tinggi kelak, sehingga para siswa belum mempelajari informasi-informasi yang dibutuhkan terkait dengan jurusan-jurusan yang diminati siswa untuk melakukan perencanaan masa depannya. Seluruh responden juga mengemukakan bahwa waktu untuk memilih jurusan masih lama, sehingga responden masih fokus pada pembelajaran di kelas maupun persiapa untuk ujian kelulusan. Selain itu, 3 dari 4 siswa mengemukakan bahwa mereka belum mencari informasi terkait alternatif-alternatif jurusan yang ada, baik melalui orangtua, guru, maupun internet dan sumber lainnya. Kurangnya informasi tersebut dikarenakan para siswa merasa bahwa waktu yang ada untuk menuju ke jenjang perkuliahan masih lama, sehingga para siswa belum melakukan eksplorasi terkait alternatif jurusan di perguruan tinggi. Para siswa masih fokus pada pelajaran di kelas dan persiapan untuk kelulusan. Selain itu, seluruh siswa tidak mengetahui minat, bakat, maupun potensi yang ada dalam dirinya. Kurangnya pengetahuan mengenai minat, bakat, maupun potensi yang dimiliki menyebabkan siswa tidak dapat menentukan pilihan jurusan yang sesuai dengan dirinya masing-masing dan
7 7 tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya akan dapat menunjang jurusan yang diminati. Para siswa juga belum mencari informasi terkait dengan tugastugas di dunia kerja, terkait dengan berbagai jurusan yang diminati, sehingga para siswa masih belum mendapat gambaran mengenai dunia kerja yang akan ditekuni nantinya. Kurangnya informasi tersebut juga memengaruhi keyakinan siswa dalam memilih jurusan perkuliahan. Berdasarkan hasil wawancara guru BK SMA N X Yogyakarta, informasiinformasi mengenai karir yang telah diberikan oleh pihak sekolah masih minim, dimana informasi tersebut masih diberikan secara klasikal terkait dengan informasi perkuliahan secara umum dan informasi mengenai ujian masuk perguruan tinggi saja. Minimnya informasi tersebut dikarenakan guru BK merasa kewalahan dengan banyaknya permasalahan-permasalahan siswa di sekolah maupun kegiatan-kegiatan, sehingga guru BK tidak dapat hanya fokus pada permasalahan karir siswa saja. Selain itu, terkait dengan aktivitas-aktivitas yang menunjang pilihan jurusan yang diminati, terdapat 1 siswa yang telah melakukan aktivitas ataupun kursus yang dapat menunjang pilihan jurusan di perguruan tinggi. Sedangkan 3 siswa lainnya mengaku tidak mengikuti kegiatan atau melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang pilihan jurusannya nanti, dimana siswa hanya fokus pada pelajaran saat ini. Berdasarkan hasil wawancara, responden mengemukakan bahwa siswa masih ragu-ragu dalam menentukan jurusan yang akan dimasuki ketika lulus sekolah. satu dari empat siswa telah mengetahui jurusan yang ingin diambil setelah lulusa nanti, serta informasi terkait tes masuk. Namun, masih belum yakin akan
8 8 mengambil jurusan tersebut, karena masih ragu-ragu dengan kemampuan yang dimiliki dan merasa takut bahwa kemampuan yang dimiliki kurang menunjang jurusan tersebut. Tiga siswa lainnya masih bingung dan belum dapat menentukan secara pasti terkait jurusan yang akan dipilih setelah lulus nanti. Kebingungan yang dialami oleh para siswa disebabkan oleh sulitnya memilih jurusan yang beragam, sehingga masih sulit untuk memutuskan pilihan jurusannya. Selain itu, terdapat siswa yang bingung karena tidak mendapatkan persetujuan dari orangtua terkait dengan jurusan yang diminati. Minimnya informasi yang diketahui terkait dengan jurusan yang ingin dipilih oleh siswa, menyebabkan siswa cenderung mengikuti saja kemauan orangtua atau teman, walaupun tidak sesuai dengan keinginannya. Selanjutnya, keragu-raguan siswa menyebabkan kurangnya perencanaan siswa dalam mempersiapkan karir setelah lulus SMA. Selanjutnya, dua dari empat responden mengemukakan telah berkonsultasi pada orangtua tentang jurusan yang diminati, walaupun terdapat satu responden yang tidak mendapat persetujuan dari orangtua. Sedangkan, dua siswa lainnya cenderung hanya ikut-ikutan pilihan teman maupun orangtua mengenai jurusan yang ingin dipilih. Hasil wawancara dengan guru BK juga menunjukkan bahwa untuk kelas XI, sejauh ini belum ada yang menghadap guru BK untuk melakukan konsultasi karir. Siswa kelas XI juga belum meminta saran atau masukan pada guru-guru yang mengajar. Menurut guru BK, konsultasi karir tersebut biasanya akan dilakukan siswa secara mendadak saat siswa duduk di kelas XII dan mendekati kelulusan.
9 9 Berdasarkan studi pendahuluan (Manrihu, 1992; Iffah, 2012; Hidayat, 2014; Lee, dkk, 2012) serta hasil temuan peneliti di SMA N X Yogyakarta, maka disimpulkan bahwa banyak siswa SMA yang belum memiliki kematangan karir khususnya dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Permasalahan kematangan karir yang ditemukan meliputi: a) tidak mengetahui informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi; b) belum mempelajari dan mencari informasi terkait jurusan di perguruan tinggi; c) belum memiliki gambaran dunia pekerjaan dengan alasan masih fokus pada pelajaran di kelas; d) belum dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan minat serta kemampuannya; e) belum mengetahui minat, bakat, serta kemampuan yang dimilikinya; f) belum melakukan konsultasi karir baik pada orangtua, teman, maupun guru; g) belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan di perguruan tinggi; dan h) masih bingung, kurang yakin, dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan terkait jurusan di perguruan tinggi. Temuan tersebut belum memenuhi tugas perkembangan karir menurut Super (dalam Sharf, 2006) yang mengemukakan bahwa remaja seharusnya sudah memasuki tahapan perkembangan eksplorasi karir, dimana siswa mulai memahami diri untuk mengerti hal yang diinginkan serta mencari tahu bidang pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dirinya, untuk dapat memilih alternatifalternatif pekerjaan, kemudian memilih pekerjaan secara spesifik, dan akhirnya dapat mengimplementasikannya dengan menemukan serta memilih pekerjaan yang tepat. Selain itu, temuan tersebut mempertegas rendahnya tingkat kematangan karir yang dimiliki oleh siswa SMA N X Yogyakarta. Savickas dan Porfeli (2011)
10 10 mengemukakan bahwa karakteristik dari kematangan karir yang rendah adalah tidak adanya perencanaan serta pesimis terhadap masa depannya, tidak melakukan konsultasi pada orang lain terkait pilihan karir, kurangnya pengetahuan terkait informasi dunia kerja serta kurangnya pengetahuan tentang gambaran diri sendiri, serta kurangnya kepercayaan diri siswa atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan pilihan karir. Kematangan karir yang rendah pada siswa SMA N X dirasa perlu untuk ditangani karena kematangan karir yang rendah dapat menyebabkan kesalahan siswa dalam memilih karir, termasuk kesalahan dalam menentukan pendidikan lanjutan. Idealnya siswa SMA telah memiliki gambaran pekerjaan yang akan ditekuni setelah menyelesaikan pendidikan dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sejak duduk di bangku SMA. Kematangan karir yang rendah pada siswa SMA dapat berpengaruh pada rendahnya kemampuan siswa dalam memilih serta mengambil keputusan karirnya. Birol dan Kiralp (201) mengemukakan bahwa pemilihan karir berpengaruh pada seluruh tahap kehidupan dan dapat membentuk masa depan remaja. Karir yang dipilih oleh remaja akan berpengaruh pada gaya hidup, jalan yang ditempuh dalam kehidupan, lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan ekonomi, serta pemilihan pasangan hidup. Oleh karena itu, pemilihan karir menjadi permasalahan yang penting untuk ditangani sejak dini dan membutuhkan perhatian yang lebih banyak. Remaja dapat memilih karir dengan tepat, ketika telah mencapai level kematangan karir yang tinggi. Terdapat beberapa intervensi yang telah dilakukan sebelumnya untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA (Chomariah, 2010; Utami, 2012;
11 11 Aprilia, 2011), yaitu penelitian yang dilakukan oleh Chomariah (2010) pada 36 siswa SMKN 1 Depok kelas XII dengan mengadakan pelatihan perencanaan karir dalam meningkatkan kematangan karir siswa. Siswa yang menjadi subjek pelatihan adalah siswa yang memiliki kematangan karir yang rendah dan sedang berdasarkan skala inventory kematangan karir. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan rancangan pretest posttest. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kematangan karir yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mengikuti pelatihan perencanaan karir dengan kelompok kontrol yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir. Materi pelatihan perencanaan karir diberikan dengan tujuan untuk membantu peserta pelatihan agar memiliki kemampuan dalam proses pengambilan keputusan karir dan keterampilan dalam mengambil keputusan karir. Selain itu, peserta pelatihan dibimbing menyusun rencana tindakan terhadap pelatihan karirnya. Oleh sebab itu, skor kematangan karir pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang cukup besar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pelatihan perencanaan karir mampu meningkatkan kematangan karir bagi siswa SMK. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) pada 11 siswa kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah I Yogyakarta, dengan menggunakan teknik konseling kelompok menunjukkan bahwa penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan kematangan karir siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus memiliki empat komponen tindakan yaitu, perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Peningkatan kematangan karir melalui konseling kelompok ini dibuktikan dengan skor rata-rata pra tindakan sebesar 99,
12 12 siklus I sebesar 114,09, dan siklus II sebesar 128,64. Proses konseling kelompok dari hasil observasi menunjukkan interaksi antar anggota kelompok yang dinamis. Pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahapan yang tepat, dengan adanya interaksi kelompok yang dinamis dan membangun bagi penyelesaian masalah. Hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa siswa mengalami peningkatan karir yang signifikan setelah proses tindakan. Salah satu bentuk intervensi yang juga pernah diteliti efektivitasnya dalam menangani permasalahan karir siswa adalah konseling kelompok perencanaan karir. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2011) pada 10 siswa kelas IX SMP X Banjarmasin, dengan mengadakan konseling kelompok perencanaan karir menunjukkan bahwa intervensi konseling kelompok perencanaan karir dapat meningkatkan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada siswa. Proses konseling kelompok perencanaan karir menuntut peserta untuk mampu membuat langkah nyata dalam perencanaan karir jangka panjang yaitu pekerjaan dan perencanaan karir jangka pendek yaitu sekolah lanjutan tingkat atas. Konseling kelompok dapat dilakukan untuk mencari pemecahan permasalahan karir yang ada berdasarkan saran dan masukan dari sesama anggota kelompok yang memiliki permasalahan yang sama, maupun dari konselor. Berdasarkan hasil dari beberapa uraian di atas menunjukkan adanya permasalahan kematangan karir pada siswa SMA dan beberapa intervensi yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA, sehingga peneliti bermaksud untuk mengadakan konseling kelompok perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir pada siswa SMA. Konseling kelompok
13 13 berbeda dengan pelatihan maupun psikoterapi. Pada pelatihan, individu diberikan informasi untuk meningkatkan pemahaman atau keterampilan agar menjadi individu yang lebih efektif (Afiatin, Sanjaya, & Pertiwi, 2013). Sedangkan pada konseling kelompok, individu dibantu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam situasi kelompok. Situasi kelompok tersebut menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok, dimana anggota kelompok dapat saling membantu, memberikan umpan balik, dan pengalaman belajar (Latipun, 2006). Peneliti lebih tertarik untuk memberikan intervensi berupa konseling kelompok daripada pelatihan karena pada pelatihan proses pembelajaran yang muncul adalah satu arah, dimana trainer hanya memberikan informasi-informasi terkait pembelajaran atau melatih keterampilan tertentu. Sedangkan, pada konseling kelompok proses pembelajaran yang muncul adalah pembelajaran dua arah baik antara konselor dan peserta maupun peserta yang satu dengan peserta yang lain. Selain itu, permasalahan yang dimiliki oleh peserta pada konseling kelompok akan dibahas dengan lebih mendalam serta konselor dapat memberikan feedback dan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peserta, sehingga tidak hanya fokus pada pemberian informasi saja. Sedangkan pada psikoterapis, kegiatan yang dilakukan berfokus pada penyembuhan gangguan psikologis atau masalah kepribadian. Pada konseling, permasalahan yang ditangani berfokus pada kegiatan preventif (pencegahan) dan pengembangan diri individu yang lebih positif (HIMPSI, 2010). Peneliti lebih tertarik untuk mengadakan konseling karena fokus permasalahan yang ditangani pada siswa SMA N X Yogyakarta, berfokus pada kegiatan pencegahan dan
14 14 pengembangan diri agar siswa mampu memilih jurusan dengan yakin dan mampu memahami potensi yang dimiliki. Fokus permasalahan pada penelitian ini juga tergolong ringan, sehingga belum membutuhkan psikoterapi yang berfokus pada tindakan penyembuhan. Uraian diatas senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sharf (2006) bahwa konseling kelompok pada remaja memiliki kelebihan yang tidak ada pada konseling individu, dimana dalam konseling kelompok remaja mendapatkan motivasi dari teman sebaya dalam kelompok, kesempatan untuk mempelajari pengalaman dari teman sebaya, dan kesempatan untuk membantu dan dibantu oleh anggota kelompok yang berada dalam situasi permasalahan yang sama. Selain itu, intervensi berupa konseling kelompok efektif untuk diterapkan pada siswa SMA dikarenakan perkembangan remaja yang cenderung membutuhkan dukungan dari teman sebayanya. Primeau (2005) mengemukakan bahwa proses yang terjadi didalam konseling kelompok sesuai dengan tahap perkembangan remaja dan budaya lingkungan sekolah. Kesesuaian tersebut dikarenakan konseling kelompok dapat memunculkan interaksi antar teman sebaya, membangun hubungan kepercayaan, memberikan model untuk komunikasi efektif, dan adanya dukungan satu sama lain. Sharf (2006) mengemukakan bahwa permasalahan kematangan karir pada remaja termasuk permasalahan mengenai perencanaan karir, eksplorasi karir, dan pencarian informasi terkait dunia kerja, dapat diatasi dengan konseling kelompok. Pada konseling kelompok karir, anggota kelompok dapat mendiskusikan perasaan mereka terkait dengan pemilihan karir dan mendorong satu sama lain untuk dapat
15 15 melakukan eksplorasi pilihan karir secara bebas. Lau, Low, dan Zakaria (2004) mengemukakan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam konseling karir menunjukkan tingkat kematangan karir yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti konseling karir tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Lau, Low, dan Zakaria (2004) pada 76 mahasiswa baru di universitas publik menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan kematangan karir baik bagi laki-laki maupun perempuan adalah perencanaan karir. Kematangan karir yang tinggi adalah dimana siswa memiliki lebih banyak informasi dan mampu merencanakan karir mereka untuk kemudian melakukan pemilihan karir. Zikic dan Klehe (2006) mengemukakan bahwa perencanaan karir dapat membantu individu untuk mengembangkan tujuan karirnya dan untuk dapat fokus pada aktivitas yang dilakukan dalam mencari pekerjaan atau organisasi yang sesuai dengan tujuan. Liptak (2008) mengemukakan bahwa perencanaan karir adalah proses dari mengeksplorasi diri sendiri dan dunia kerja, membuat keputusan, mengembangkan perencanaan yang berdasarkan pada keputusan tersebut, serta menerapkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Aprilia (2011) mengemukakan bahwa konseling kelompok perencanaan karir mampu menjadi sarana diskusi tentang permasalahan yang dialami oleh siswa dalam perencanaan karir masa depannya. Melalui media kelompok, siswa akan lebih mudah menyerap informasi dan menerima umpan balik dari konselor dan sesama anggota kelompok tentang pemahaman dirinya, pekerjaan yang diinginkan
16 16 untuk masa depan, dan jurusan yang sesuai dengan kemampuannya, serta mengatasi permasalahan yang menghambat dalam pencapaian rencana tersebut. Konseling kelompok perencanaan karir diharapkan mampu menjadi sarana diskusi kelompok dalam memecahkan permasalahan mengenai kematangan karir. Berdasarkan latar belakang masah tersebut, peneliti ingin mengadakan konseling kelompok perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir pada siswa SMA N X Yogyakarta. B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA N X Yogyakarta melalui konseling kelompok perencanaan karir. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini akan memberikan tambahan informasi dalam kajian psikologi pendidikan, psikologi perkembangan khususnya remaja, dan bimbingan konseling, yaitu konseling kelompok untuk meningkatkan kematangan karir pada siswa SMA. b. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa SMA, agar dapat meningkatkan kematangan karirnya dalam menentukan arah tujuan yang ingin dicapai setelah lulus SMA, serta mampu merencanakan tujuan yang ingin dicapai tersebut.
17 17 2) Bagi guru agar dapat memahami dan membantu siswa dalam memberikan informasi maupun konseling mengenai karir, khususnya setelah lulus dari SMA. 3) Dapat memberikan sumbangan informasi tentang metode konseling kelompok perencanaan karir bagi siswa untuk membantu meningkatkan kematangan karir. C. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan karir telah banyak dilakukan sebelumnya, beberapa diantaranya antara lain: 1. Penelitian oleh Zulkaida, dkk (2007) mengenai pengaruh locus of control dan efikasi diri terhadap kematangan karir siswa sekolah menengah atas (SMA). Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda. Nilai F diperoleh sebesar 13,599 (p<0.01), yang berarti bahwa variabel efikasi diri tentang pemilihan karir dan locus of control secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karir. Teori dan metode yang digunakan berbeda dengan peneliti, dimana penelitian ini menggunakan teori dari Crites (1978), sedangkan peneliti menggunakan teori kematangan karir dari Super (Sharf, 2006). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional, sedangkan metode yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimen. 2. Penelitian yang dilakukan oleh El Hami, Hinduan, dan Sulastiana (2006) mengenai gambaran kematangan karir pada calon sarjana di lingkungan
18 18 Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa ternyata 52,8% dari responden berada pada kategori belum matang dan 47,2% berada pada taraf matang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir secara umum masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan arah karirnya. Walaupun menggunakan teori kematangan karir yang sama, yaitu teori Super, namun subjek dan metode yang digunakan berbeda dengan peneliti. Subjek yang digunakan adalah mahasiswa, sedangkan subjek penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah siswa SMA. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen. 3. Penelitian oleh Ardana, Dharsana, dan Suranata (2012) mengenai penerapan konseling karir Holland dengan teknik modeling untuk meningkatkan kematangan karir siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling karir Holland dengan teknik modeling dapat meningkatkan kematangan karir siswa, yang ditunjukkan dari keempat siswa yang mendapatkan tindakan konseling karir Holland dengan teknik modeling telah mampu memperoleh presentase skor kematangan karir 80%. Walaupun teori yang digunakan sama, yaitu teori kematangan Super, namun subjek dan metode dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti. Subjek penelitian ini adalah siswa SMK, sedangkan subjek yang akan digunakan oleh peneliti adalah siswa SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda, dimana pada penelitian ini menggunakan metode tindakan bimbingan
19 19 konseling (Action Research in Counseling), sedangkan peneliti menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan konseling kelompok perencanaan karir. 4. Penelitian oleh Hayuningtyas (2013) mengenai efektifitas pelatihan efikasi diri untuk meningkatkan kematangan karir pada siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kematangan karir siswa antara sebelum dan setelah pelatihan efikasi diri. Walaupun teori, serta subjek yang digunakan sama dengan peneliti, namun teknik pengambilan responden penelitian berbeda dengan peneliti. Penelitian ini memilih responden penelitian berdasarkan rekomendasi dari guru bimbingan konseling (BK), sedangkan peneliti ingin melakukan teknik pengambilan responden penelitian secara acak (random). Selain itu, topik penelitian yang digunakan juga berbeda dengan peneliti, dimana penelitian ini menggunakan intervensi pelatihan efikasi diri, sedangkan peneliti menggunakan intervensi konseling kelompok perencanaan karir. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2014) mengenai pengaruh pelatihan PLANS terhadap kematangan karir pada siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kematangan karir siswa SMA, setelah diberikan pelatihan PLANS atau pelatihan perencanaan karir. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan peneliti, yaitu metode eksperimental. Subjek penelitian dalam penelitian ini juga sama dengan peneliti, yaitu siswa SMA. Namun, topik yang digunakan dalam penelitian ini berbeda, dimana peneliti ingin konseling kelompok perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA. Teori yang digunakan dalam
20 20 mengukur kematangan karir siswa SMA dalam penelitian ini juga berbeda, dimana peneliti menggunakan teori kematangan karir dari Super, sedangkan penelitian ini menggunakan teori kematangan karir dari Crites. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Chomariah (2010) mengenai pelatihan perencanaan karir dalam meningkatkan kematangan karir pada siswa SMK. Hasil analisis data menggunakan t-test menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan pelatihan perencanaan karir dengan kelompok yang tidak diberikan pelatihan perencanaan karir (t=14.537, p< 0.001). Topik intervensi yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti, dimana peneliti ingin melakukan konseling kelompok perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA. Selain itu, subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK, sedangkan subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah siswa SMA. Peneliti juga menggunakan teori kematangan karir yang berbeda, dimana peneliti menggunakan teori kematangan karir dari Super, sedangkan penelitian ini menggunakan teori kematangan karir dari Crites. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) mengenai peningkatan kematangan karir melalui konseling kelompok pada siswa kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah I Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan kematangan karir siswa. Proses konseling kelompok dari hasil observasi menunjukkan interaksi antar anggota kelompok yang dinamis. Hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa siswa mengalami peningkatan kematangan karir setelah proses
21 21 tindakan. Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini sama yaitu konseling kelompok, namun peneliti lebih mengkhususkan intervensi menjadi konseling kelompok perencanaan karir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan teori yang digunakan oleh peneliti, yaitu teori kematangan karir dari Super. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti, dimana responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK, sedangkan peneliti menggunakan siswa kelas XI SMA sebagai responden. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2011) mengenai pengaruh konseling kelompok perencanaan karir terhadap peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir pada siswa kelas IX SMP X Banjarmasin. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi berupa konseling kelompok perencanaan karir. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir (mean=38.60). Topik penelitian ini berbeda dengan peneliti, dimana penelitian ini ingin meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, sedangkan peneliti ingin menigkatkan kematangan karir. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan peneliti, dimana subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP, sedangkan subjek penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas XI SMA. Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan peneliti, dimana peneliti akan menggunakan konseling kelompok perencanaan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMA. Peneliti melakukan modifikasi modul dengan
22 22 mengacu pada modul konseling kelompok perencanaan karir yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti memiliki keaslian penelitian yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu alat ukur yang digunakan oleh peneliti, dibuat sendiri dengan mengacu pada teori kematangan karir Super (dalam Sharf, 2006), subjek penelitian yaitu siswa SMA kelas XI, serta sekolah tempat dilakukannya penelitian yaitu di SMA N X Yogyakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir
Lebih terperinciremaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.
I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga
BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi siswa SMP dalam memutuskan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa yang
Lebih terperinciyang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian
Lebih terperinciHubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali
Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komprehensif sebelum mengambil keputusan menentukan pilihan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial masyarakat yang semakin majemuk, menyebabkan seseorang dihadapkan pada berbagai pilihan hidup yang akan menentukan arah dan bobot kualitas kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun
BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Mereka bingung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan karier merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karier peserta didik, agar peserta didik mampu merencanakan kariernya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015
BAB I PENDAHULUAN Bab satu membahas hal-hal yang berkenaan dengan inti dan keseluruhan arah penelitian. Pada bab ini dipaparkan empat hal yaitu pertama latar belakang penelitian, kedua rumusan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah hal penting yang dilakukan individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Mungkin
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA SMPN 3 KEBUMEN
Peningkatan Kemampuan Perencanaan... (Mei Pritangguh) 178 PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA SMPN 3 KEBUMEN CAREER PLANNING ABILITY IMPROVEMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan
Lebih terperinci2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan
Lebih terperinciPEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK
ISSN 2407-5299 PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK Riki Maulana 1, Novi Wahyu Hidayati 2, Martin 3 1,2,3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciGAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN
Gambaran Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XI di SMA Islam Darussalam Bekasi Selatan 13 GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN Arina Khoirun Nisa 1 Dra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa wajib dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan. atas (SMA) dan menengah kejuruan (SMK), dalam upaya mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia tergantung dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia sebagai aset bangsa wajib dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai harapan, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek yang diambil adalah peserta didik kelas XI PM 2 SMK Negeri 1 Salatiga tahun pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini subjek
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMILIHAN KARIER SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN TRAIT-FACTOR
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMILIHAN KARIER SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN TRAIT-FACTOR PADA SISWA KELAS X MIA 2 MADRASAH ALLIYAH NEGERI (MAN) 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir
Lebih terperinciMENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN SMP Negeri 9 Tegal Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sejalan dengan meningkatnya usia mereka terdapat beberapa penyesuaian
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.
DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) No. Responden :... Petunjuk pengisian : a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya. b. Pilihlah jawaban yang sesuai atau yang paling mendekati dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA
Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Pemahaman Kepribadian Siswa Kelas X... 25 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA
77 Jurnal Psikologi Jurnal Pendidikan Psikologi Pendidikan & Konselin Vol. & Konseling 1 No. 1 Juni 2015 Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 77-83 ISSN: 2443-2202 EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980: 2). Manusia selalu dinamis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan tentang program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. 1. Kematangan karir siswa kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai bidang sehingga membutuhkan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karier merupakan pilihan dalam kehidupan setiap individu. Setiap individu dihadapkan dengan berbagai pilihan yang akan dijalani, dipertahankan, maupun ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa SMA secara psikologis sedang memasuki perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Hurlock (2009: 207)
Lebih terperinciBIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT Tuti Rindiani 1 dan Tamsil Muis 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinci2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa. Sekolah juga sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan
Lebih terperinciHartinah, S. (2009). Konsep dasar bimbingan kelompok. Bandung: Refika Aditama.
154 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. & Asrori, M. (2004). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara Amin, Z. N., Wibowo, M. E., & Nusantoro, E. (2014). Perbandingan orientasi karir siswa
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini disebabkan tidak sebandingnya lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya orang yang
Lebih terperinci