NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai:

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

BAB V HASIL dan PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

BAB III METODE PENELITIAN

Bayu Prakoso F

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : RITA BUDIANTO NPM:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi)

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kemasan komunikasi pada remaja. Hipotesa awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kemasan komunikasi pada remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 11 SMA Negeri 1 Cilacap, berusia 14-18 tahun, tinggal bersama dengan orang tua kandung dan status orang tua masih hidup. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hurlock (1978) dan hasil adaptasi dan modifikasi skala Personal Report of Communication Apprehension (PRCA) yang disusun oleh Mc Croskey (1983). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kemasan komunikasi pada remaja. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,386 dengan p=0,00 sehingga p<0,01 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kemasan komunikasi pada remaja. Jadi hipotesa penelitiian diterima. Kata Kunci : Pola Asuh Otoriter, Kecemasan Komunikasi

PENGANTAR Keberadaan remaja pada masa sekarang memiliki pengaruh besar terhadap masa depan remaja sendiri maupun bagi masa depan bangsa Indonesia. Para remaja dituntut untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja hendaknya dapat mengembangkan diri secara optimal agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Remaja diharapkan mampu mengaktualisasikan diri, mampu mengeluarkan pendapat, mampu berkomunikasi secara baik dengan orang lain maupun berkomunikasi di depan umum, belajar berfikir kritis, dan tidak mudah putus asa. Pada kenyataannya, ada sebagian remaja yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ada remaja yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Remaja ini merasa sulit untuk mengungkapkan pendapat-pendapatnya atau ide-idenya pada orang lain karena cemas bahwa pendapatnya tersebut tidak akan diterima. Ada perasaan takut pada diri remaja bahwa mereka tidak diterima kehadirannya oleh teman-temannya, sehingga mereka takut dan ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapat yang ada dalam pikiran remaja. Masalah yang dihadapi oleh remaja dalam berkomunikasi tersebut dikenal dengan istilah communication apprehension. Remaja yang mengalami communication apprehension akan merasa cemas ketika harus berkomunikasi dengan orang lain, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Remaja yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi akan merasakan adanya

perubahan psikis dan fisiologis. Perubahan psikis yang dialami remaja merasa cemas ditandai dengan perasaan tegang, khawatir dan takut. Perubahan fisiologis yang terjadi ketika cemas yaitu detak jantung, pernafasan dan tekanan jantung meningkat (Wulandari, 2004). Kecemasan komunikasi merupakan suatu masalah yang penting di tingkat SMA. Hasil penelitian di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sedikitnya 11% siswa SMA mengalami kecemasan berkomunikasi yang tinggi dan 20% siswa yang mengalami kecemasan berkomunikasi yang cukup tinggi (http//:www.ericdigests.org/eric/digests.html.2/12/06). Masalah kecemasan komunikasi juga telah dilakukan penelitian oleh Rilin (2004), menyatakan bahwa 26% dari 86 siswa kelas 2 SMU Muhammadiyah 1 Klaten mengalami kecemasan komunikasi interpersonal yang tinggi. Uraian di atas menunjukkan bahwa kecemasan komunikasi merupakan masalah yang serius dan diperlukan penanganan lebih lanjut sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Fenomena kecemasan komunikasi pada remaja juga terjadi di SMA N 1 Cilacap yang dialami oleh para siswanya. Berdasarkan wawancara dengan guru BK SMA N 1 Cilacap pada tanggal 1 Mei 2007, didapatkan informasi bahwa yang umumnya terjadi pada kelas 11 yaitu sering mengalami permasalahan remaja yang lebih kompleks, misalnya cemas ketika berbicara di depan kelas, minder dalam pergaulan, membolos, merokok, berkelahi, sedangkan kelas 10 lebih kepada masalah penyesuaian diri dalam pelajaran dan pergaulan karena memiliki teman-teman yang baru, serta untuk kelas

12, para siswanya lebih sering mengalami permasalahan dalam hal persiapan menghadapi studi lanjut dan dunia kerja. Sistem pembelajaran pada SMA N 1 Cilacap menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi memperbanyak praktek dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa sering melakukan diskusi, berpidato di depan kelas dan kerja kelompok; pelajaran BK juga sering melakukan diskusi kelompok. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 yang para siswanya dikondisikan dalam sistem semester, siswa dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meskipun demikian pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya (http://id.wikipedia.org/wiki/kurikulum-berbasis-kompetensi.20/05/07). Berdasarkan wawancara dengan guru BK SMA N 1 Cilacap pada tanggal 1 Mei 2007, didapatkan informasi dari hasil konsultasi siswa dengan guru BK yaitu bahwa dengan kurikulum KBK ada beberapa siswa mengalami kesulitan untuk berani berbicara di depan teman-temannya, tidak percaya diri ketika harus mengikuti drama di kelas, menjadi gagap ketika berpidato di depan kelas, enggan untuk mengikuti diskusi kelompok, sehingga kurikulum berbasis kompetensi menjadikan beberapa

siswa cemas berkomunikasi dalam berbagai situasi komunikasi. Siswa yang mengalami kecemasan komunikasi biasanya disebabkan oleh rasa percaya diri yang kurang, merasa prestasinya kurang daripada yang lain, orang tua yang terlalu banyak mendikte dan selalu menyalahkan anak sehingga anak merasa tindakannya selalu salah, dan masalah ekonomi yang dirasa tidak sama dengan teman yang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu sejak lahir sampai datang masanya meninggalkan rumah untuk membentuk keluarganya sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antara manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, anak terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena itu sebelum anak mengenal norma-norma dan nilainilai dari masyarakat umum, pertama kali menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya (Sarwono, 2002). Berhasil atau tidaknya seorang remaja dalam pergaulan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Brouwer (1981) berhasil tidaknya remaja dalam pergaulan sering ada hubungannya dengan sikap orang tuanya. Tipe-tipe pola asuh orang tua berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Pengaruh ibu yang mencoba mengikat anak-anaknya dan melepaskannya dari teman-temannya, pengaruh ayah yang selalu melihat bahaya-bahaya yang pada kenyataannya tidak ada, orang tua yang selalu memaksakan kehendaknya dan tidak memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan keinginan-keinginannya, semua itu berpengaruh pada pergaulan.

Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara anggota keluarga menjadi rusak dan berakibat juga pada hubungan sosial dengan orang lain (http://www.e_psikologi.com/remaja/060802.htm.20/05/07). Solihin (2004) menyatakan bahwa orang tua yang otoriter suka menjadi momok menakutkan bagi anak. Anak merasa takut untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapat, walaupun pendapatnya dapat diterima oleh akal pikiran. Orang tua yang otoriter merasa bahwa merekalah yang paling benar dan berkuasa pada diri anak-anaknya. Orang tua berpendapat bahwa apa yang dipaksakan pada anak-anak adalah untuk kebaikan dan keberhasilan anak. Menurut Ginnot (Solihin, 2004), sikap otoriter sering dipertahankan oleh orang tua dengan dalih untuk menanamkan disiplin pada anak. Sebagai akibat dari sikap otoriter ini, anak menunjukkan sikap pasif (hanya menunggu saja), dan menyerahkan segalanya kepada orang tua. Di samping itu, sikap otoriter sering menimbulkan pula gejala-gejala kecemasan, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu, juga penolakan terhadap orang lain, lemah hati atau mudah berprasangka. Tingkah laku

yang tidak dikehendaki pada diri anak dapat merupakan gambaran dari keadaan di dalam keluarga. Sikap orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya berdampak buruk pada remaja. Dalam pergaulan remaja tersebut menjadi minder atau hanya menjadi pendengar dari teman-temannya. Remaja ini merasa takut untuk mengungkapkan pendapat-pendapatnya karena takut pendapatnya tidak akan diterima oleh orang lain, sehingga dapat menimbulkan remaja mengalami kecemasan dalam berkomunikasi. Menurut hasil penelitian Santrock dan Warshak (Sarwono, 2002), pola asuh otoriter ayah dapat membuat terganggunya kemampuan anak dalam tingkah laku sosialnya. Atas dasar latar belakang tersebut, ingin diteliti hubungan pola asuh otoriter orang tua terhadap kecemasan komunikasi pada remaja. Yang diteliti di sini adalah persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua yang otoriter, maka timbul pertanyaan: Apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi pada remaja. METODE PENELITIAN Karakteristik subjek pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah siswa SMA Negeri 1 Cilacap kelas 11, kelas imersi dan regular, berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berusia 14-18 tahun, tinggal bersama dengan orang tua kandung, dan status orang tua masih hidup. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data berbentuk angket dengan metode skala yaitu menggunakan skala-skala psikologis untuk mengungkap

atribut psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Skala ini terdiri dari skala kecemasan komunikasi pada remaja yang merupakan hasil adaptasi dan modifikasi skala Mc Croskey (1983) dan skala persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter yang disusun oleh penulis sendiri berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hurlock. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisa statistik. Untuk melihat hubungan persepsi remaja terhadap pola asuh otoriter orang tua dan kecemasan komunikasi remaja yaitu menggunakan teknik korelasi product moment. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment dari Pearson untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu sebagai syarat analisis korelasi product moment. Uji persyaratan meliputi uji normalitas dan uji linieritas. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah bentuk sebaran data empirik mengikuti sebaran data normal teoritik. Uji normalitas menggunakan teknik statistik one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal. Uji normalitas menghasilkan nilai KS-Z 0,932 sebesar dengan p = 0,351 untuk variabel persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dan nilai KS-Z sebesar

0,929 dengan p = 0,354 untuk variabel kecemasan komunikasi. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah normal. b. Hasil Uji Linieritas Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier jika p<0,05 dan hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier jika p>0,05. Hasil uji linieritas pada skala persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi didapat nilai F sebesar 29,825 dengan p = 0,00 sehingga p<0,05. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier. Oleh karena itu, pada variabel persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi dapat dikenakan analisis korelasi product moment dari Pearson. 2. Uji Hipotesis Hasil analisis korelasi product moment dari Pearson antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,386 dengan p = 0,00 sehingga p<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi pada remaja. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter, maka semakin tinggi kecemasan komunikasi. Sebaliknya, semakin rendah persepsi remaja

terhadap pola asuh orang tua otoriter, maka semakin rendah kecemasan komunikasinya. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi pada remaja diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,386 dengan p=0,00 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi pada remaja. Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya, bahwa kecemasan komunikasi pada remaja dapat disebabkan oleh persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter. Menurut Daly & Hailey (Croskey, 1983), pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan menyebabkan kecemasan komunikasi. Persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter termasuk dalam prior history (pengalaman masa lalu). Pengalaman masa lalu akan mempengaruhi respon remaja dalam bertingkah laku. Remaja yang dididik secara otoriter oleh orang tuanya misalnya tidak pernah terlibat percakapan yang akrab, selalu dihukum apabila melakukan kesalahan, tidak pernah mendapatkan pujian, dan harus selalu mematuhi aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa persetujuan terlebih dahulu dapat

menyebabkan rasa cemas dan pesimis dalam menjalin komunikasi dengan orang lain karena remaja takut pendapatnya tidak akan dihargai oleh orang lain. Menurut hasil penelitian Santrock dan Warshak (Sarwono, 2002), pola asuh otoriter ayah dapat membuat terganggunya kemampuan anak dalam tingkah laku sosialnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Brouwer (1981), bahwa berhasil tidaknya remaja dalam pergaulan sering ada hubungannya dengan sikap orang tuanya. Tipetipe pola asuh orang tua berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Pengaruh ibu yang mencoba mengekang anak-anaknya dan menjauhkan dari temantemannya, pengaruh ayah yang selalu melihat bahaya-bahaya yang pada kenyataannya tidak ada, orang tua yang selalu memaksakan kehendaknya dan tidak memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan keinginan-keinginannya, semua itu berpengaruh pada pergaulan. Remaja mengalami kecemasan untuk berkomunikasi dengan orang lain karena dalam keluarga sendiri tidak pernah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga remaja merasa tidak dihargai dan dapat menyebabkan perasaan rendah diri untuk bergaul dengan teman-temannya karena takut pendapatnya atau keinginannya tidak sesuai dengan orang lain. Ginnot (Solihin, 2004), juga mengatakan bahwa akibat dari sikap otoriter orang tua, anak menunjukkan sikap pasif (hanya menunggu saja), dan menyerahkan segalanya kepada orang tua. Disamping itu, sikap otoriter sering menimbulkan pula gejala-gejala kecemasan, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu, juga penolakan terhadap orang lain, lemah hati atau mudah berprasangka. Tingkah laku

yang tidak dikehendaki pada diri anak dapat merupakan gambaran dari keadaan di dalam keluarga. KESIMPULAN Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi pada remaja.. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter, maka semakin tinggi kecemasan komunikasi. Sebaliknya, semakin rendah persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter, maka semakin rendah kecemasan komunikasinya. SARAN 1. Bagi Remaja Kepada remaja, khususnya subjek penelitian disarankan untuk melakukan langkah untuk mengurangi kecemasan komunikasinya. Misalnya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membuat remaja berlatih untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pendapatnya pada orang lain. 2. Bagi Orang tua Orang tua diharapkan lebih memperhatikan cara berkomunikasi dengan anak sehingga diharapkan dapat menciptakan komunikasi yang harmonis di dalam keluarga.

3. Bagi Pihak Sekolah a. Pihak sekolah diharapkan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan kegiatan ektrakurikuler dan organisasi yang ada, seperti olahraga, kesenian, kegiatan keagamaan, pramuka dll, karena kegiatan tersebut dapat menampung aspirasi dan kreativitas siswa yang berguna untuk mengurangi kecemasan komunikasi. b. Peran dari guru BK maupun guru-guru yang lain harus dioptimalkan untuk memberikan bimbingan kepada siswa-siswanya, tentang pentingnya mengatasi kecemasan komunikasi. Misalnya dengan tetap mensosialisasikan peran guru BK dalam membantu memecahkan masalah siswa baik masalah pribadi, keluarga dll, pertemuan orang tua dan guru juga perlu dioptimalkan untuk mengatasi masalah siswa. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitian yang berkaitan dengan persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua otoriter dengan kecemasan komunikasi masih banyak yang perlu diungkap khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel tersebut. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek selain remaja siswa SMA, seperti mahasiswa supaya menghasilkan berbagai macam variasi penelitian. b. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih teliti dalam menulis aitem pengambilan data agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk membedakan skala persepsi remaja terhadap pola asuh ayah yang otoriter dengan skala persepsi remaja terhadap pola asuh ibu yang otoriter, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat d. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih teliti saat pengambilan subjek dalam sekolah yang memiliki kelas reguler dan imersi karena dimungkinkan memiliki kecemasan komunikasi dalam hal yang berbeda. e. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan atau menghasilkan langkah untuk mengatasi kecemasan komunikasi yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA Brouwer, M.A.W. 1981. Pergaulan. Jakarta: PT Gramedia Croskey, James.C, & Daly, J.A. 1983. Avoiding Communication, Shyness, Reticence & Communication Apprehension. Englewood Cliffs, NJ : Pientice-Hall Hurlock, E.B. 1978. Adolescence Development. New York : Mc Graw-Hill Book Co.Inc Rakhmat, J.2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Solihin, L. 2004. Tindakan Kekerasan pada Anak dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan Penabur. 03. 129-139 Tim Penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Wulandari, L.H. 2004. Efektivitas Modifikasi Perilaku Kognitif Untuk Mengurangi Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan : Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran USU. http://www.library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-lita.pdf. 24/11/06 http://id.wikipedia.org/wiki/kurikulum-berbasis-kompetensi.20/05/07 http://www.e_psikologi.com/remaja/060802.htm.20/05/07 www.erichdigests.org/eric/digest.html.2/12/06 IDENTITAS PENULIS Nama Mahasiswa Alamat Rumah : Iffah Savitri : Jalan Nuri Timur No.2 Cilacap No. Telepon : 08562605354