BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

I. PENDAHULUAN. seseorang. Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN. Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri nata dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat cepat mengalami proses. pembusukan (perishable food). Pembusukan ikan terjadi setelah ikan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

I. PENDAHULUAN. Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lain (Jawetz dkk., 2013). Infeksi yang dapat disebabkan oleh S. aureus antara lain

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Buah kelapa merupakan salah satu bahan pangan yang banyak. digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan produk kelapa bagi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang saat ini kerap timbul di bidang keamanan pangan adalah penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan berbahaya yang banyak digunakan adalah formalin. Formalin kerap disalahgunakan menjadi bahan pengawet untuk bahan makanan yang mudah rusak seperti daging, ayam, ikan, tahu, dan sebagainya. Pemerintah sendiri melarang digunakannya formalin sebagai bahan tambahan pangan (BTP) seperti tercantum dalam Permenkes Nomor : 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Ikan adalah salah satu bahan makanan yang mudah rusak. Untuk mencegah kerusakan ikan, pedagang sering menyiasatinya dengan menggunakan pengawet. Namun, seringkali pengawet yang dipergunakan adalah pengawet berbahaya seperti formalin. Penggunaan formalin dengan dosis rendah tidak menimbulkan bau khas formalin sehingga konsumen sulit membedakan bahan pangan yang berformalin dengan yang tidak (Anwar & Khomsan, 2009). Penggunaan formalin sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin bersifat akumulatif dalam tubuh. Konsumsi secara terus-menerus dalam dosis rendah akan menimbulkan dampak yang baru terlihat dalam jangka panjang (Anwar & Khomsan, 2009). Paparan jangka panjang terhadap formalin diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker pada hidung, sinus, dan paru-paru. Karsinogenisitas formalin meliputi perlekatan pada DNA, genotoksisitas, dan perubahan sitotoksik (Lilyea,2012). 1

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada tahun 2013 masih banyak temuan ikan berformalin di pasar-pasar di DIY. Berdasarkan hasil pengambilan sampel di beberapa pasar tradisional di DIY, jenis ikan yang paling banyak ditemukan mengandung formalin adalah ikan bandeng (delapan temuan), ikan kembung (enam temuan), dan ikan tengiri (empat temuan). Data tersebut membuktikan bahwa saat ini penggunaan pengawet berbahaya seperti formalin masih banyak dilakukan. Formalin tergolong murah dan praktis sehingga banyak digunakan untuk mengawetkan makanan. Padahal, efek formalin terhadap kesehatan sangat berbahaya. Oleh karena itu, saat ini diperlukan alternatif pengawet yang murah, mudah didapat, dan tidak berbahaya. Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode, dintaranya melalui penanganan pasca panen; pengawetan dengan pengontrolan air, struktur, dan atmosfer seperti pengeringan, dehidrasi, enkapsulasi, dsb; pengawetan menggunakan panas dan energi seperti pembekuan, pemasakan, iradiasi, dsb; pengawetan secara tidak langsung dengan peningkatan kualitas dan keamanan seperti HACCP dan GMP; serta pengawetan menggunakan bahan kimia dan mikrobia seperti penggunaan antioksidan, zat antimikrobia, dan fermentasi (Rahman, 2007). Indonesia memiliki potensi tanaman yang luar biasa. Salah satu kemampuan yang dimiliki tanaman-tanaman tersebut adalah daya antimikrobia. Daya antimikrobia yang ada pada tanaman dapat dimanfaatkan dalam pengawetan makanan. Setidaknya ada 20 jenis tanaman atau ekstraknya yang efektif melawan organisme yang meracuni makanan, termasuk jamur mycotoxigenic (Jay et al., 2005). 2

Penelitian pengawetan makanan menggunakan bahan lain sudah banyak dilakukan. Contoh penelitian tersebut antara pengawetan menggunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai antibakteri untuk ikan bandeng (Chanos chanos F.) yang dilakukan oleh Syifa et al. (2013). Dalam penelitian ini ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10% efektif menghambat pertumbuhan bakteri dan waktu penyimpanan maksimal 24 jam. Penelitian Khairanita et al. (2013) dengan menggunakan ekstrak biji kapas menunjukkan bahwa penggunaan biji kapas dapat memberikan efek yang setara dengan penggunaan formalin. Penelitian menggunakan ekstrak bawang putih untuk pengawetan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) yang dilakukan oleh Putro et al. (2008) menunjukkan penggunaan bawang putih dapat menghambat bakteri, memperpanjang daya simpan, dan meningkatkan nilai organoleptik ikan. Penelitian menggunakan asam sunti yang dilakukan oleh Rahayu (2012) menunjukkan asam sunti dapat menurunkan jumlah bakteri secara signifikan. Penggunaan ekstrak daun sirih yang dilakukan oleh Yanti (2000) menunjukkan kombinasi penyimpanan dingin dan perendaman ekstrak dapat mengurangi total bakteri keseluruhan dan bakteri Pseudomonas. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan-bahan alami memiliki potensi untuk digunakan dalam pengawetan bahan makanan, terutama ikan segar yang selama ini sering diawetkan menggunakan bahan berbahaya. Pemanfaatan bahan-bahan alami tersebut didasarkan pada daya antimikrobia yang dimiliki. Salah satu tanaman yang telah diketahui memiliki daya antimikrobia namun belum dimanfaatkan dalam pengawetan makanan adalah tanaman kersen (Muntingia calabura L.). Tanaman kersen telah banyak diketahui manfaatnya dalam menghambat berbagai jenis bakteri. Berdasarkan 3

penelitian yang dilakukan oleh Sibi et al. (2012) menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak aqueous berbagai bagian tanaman kersen (daun, buah, dan kulit batang) mampu menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen, diantaranya Micrococcus luteus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus cereus, dan jamur Fusarium sp dan Penicillium sp. Penelitian yang dilakukan oleh Arum et al. (2012) juga membuktikan bahwa ekstrak daun kersen memiliki daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus. Penelitian mengenai daya antimikrobia daun kersen secara in vitro telah banyak dilakukan. Diantaranya seperti penelitian tentang aktivitas antibakteri dari berbagai ekstrak daun kersen secara in vitro yang dilakukan oleh Zakaria et al. (2006), penelitian yang dilakukan Noorhamdani et al. (2010) mengenai antibakteri ekstrak daun kersen terhadap Methicillin-resistant Staphylococcus aureus, dan penelitian Arum et al. (2012) tentang isolasi dan uji daya antimikrobia ekstrak daun kersen. Daya antimikrobia daun kersen memiliki potensi besar untuk digunakan pada makanan mengingat tanaman kersen sangat banyak tumbuh di Indonesia. Namun selama ini belum ada penelitian mengenai daya antimikrobia ekstrak daun kersen untuk digunakan pada makanan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak daun kersen terhadap jumlah bakteri, mutu fisik, dan karakteristik sensoris ikan bandeng segar. 4

B. Perumusan Masalah 1. Apakah perendaman dengan ekstrak daun kersen dapat mempengaruhi jumlah bakteri pada ikan bandeng? 2. Apakah perendaman dengan ekstrak daun kersen dapat mempengaruhi mutu fisik ikan bandeng? 3. Apakah penggunaan ekstrak daun kersen dapat mempengaruhi karakteristik sensoris ikan bandeng C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: untuk mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap jumlah bakteri, mutu fisik, dan karakteristik sensoris ikan bandeng segar (Chanos chanos F.) Tujuan khusus: 1. Mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun kersen terhadap jumlah bakteri ikan bandeng segar 2. Mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun kersen terhadap mutu fisik ikan bandeng segar 3. Mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun kersen terhadap karakteristik sensoris ikan bandeng D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti: penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai potensi daya antimikrobia ekstrak daun kersen untuk digunakan dalam makanan. 5

2. Bagi Institusi: diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan sebagai dasar penelitian lanjutan bagi mahasiswa atau peneliti lain. 3. Bagi Masyarakat: diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah penggunaan daun kersen untuk menjaga kualitas ikan segar. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai penggunaan bahan alami dan pengaruhnya terhadap jumlah bakteri dan kualitas bahan makanan antara lain sebagai berikut : 1. Rahayu (2012) dalam skripsinya meneliti tentang Uji Coba Asam Sunti sebagai Bahan Pengawet Ikan Bandeng (Chanos chanos). Berdasarkan penelitian ini, suspensi asam sunti diketahui dapat menurunkan jumlah bakteri secara signifikan. Semakin tinggi konsentrasi asam sunti yang digunakan maka semakin rendah kandungan bakteri pada ikan bandeng. Terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian ini, antara lain variabel terikat (jumlah bakteri) dan jenis ikan yang digunakan sebagai sampel (ikan bandeng). Perbedaan dengan penelitian ini yaitu jenis bahan yang digunakan sebagai pengawet. Penelitian ini menggunakan asam sunti, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.). 2. Purwani et al. (2008) meneliti tentang Pengembangan Model Pengawet Alami dari Ekstrak Lengkuas (Languas galanga), Kunyit (Curcuma domestica), dan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Pengganti Formalin pada Daging Segar. Hasil penelitian ini yaitu jenis pengawet yang optimal adalah jahe, sedangkan konsentrasi optimal pada daging yaitu 6

35% untuk kunyit dan jahe dan 80% untuk laos. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu sampel yang digunakan adalah isolat mikrobia, sedangkan penelitian yang akan digunakan menggunakan ikan bandeng segar. Selain itu variabel yang diamati yaitu daya hambat ekstrak lengkuas, kunyit, dan jahe terhadap pertumbuhan isolat bakteri, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti pengaruh perendaman ekstrak daun kersen terhadap jumlah bakteri, mutu fisik, dan karakteristik sensoris ikan bandeng segar. 3. Yanti (2000), dalam tesisnya meneliti tentang Ekstraksi Sirih (Piper betle L.) dengan Beberapa Pelarut dan Pemanfaatannya untuk Pengawetan Ikan. Hasil dari penelitian ini yaitu perendaman dengan ekstrak sirih selama penyimpanan dingin (4⁰C) sangat efektif mengurangi jumlah total bakteri keseluruhan dan jumlah bakteri Pseudomonas. Pada perendaman dalam ekstrak sirih selama 30 menit, jumlah Pseudomonas dan total bakteri dapat dihambat pertumbuhannya dan umur simpan ikan dapat diperpanjang selama 3 hari. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain penelitian ini menggunakan ekstrak daun sirih, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan ekstrak daun kersen. Penelitian ini mengamati pengaruh jenis pelarut terhadap daya hambat ekstrak daun sirih dan perbedaan perlakuan perendaman terhadap jumlah total bakteri dan total pseudomonas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti pengaruh perendaman ekstrak daun kersen dengan konsentrasi tertentu terhadap jumlah bakteri, mutu fisik, dan karakteristik sensoris ikan bandeng segar. 7

4. Syifa et al. (2013) meneliti tentang Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn.) sebagai Antibakteri pada Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) Segar. Berdasarkan penelitian ini, penggunaan ekstrak bawang putih diketahui efektif menghambat pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari daging ikan bandeng. Ikan bandeng yang disimpan dalam suhu ruang setelah direndam dengan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih dapat bertahan hingga 24 jam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis ekstrak yang digunakan, serta variabel yang diamati. Penelitian ini menggunakan ekstrak bawang putih, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan ekstrak daun kersen. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak daun kersen. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu jumlah koloni bakteri dan waktu simpan maksimal, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu jumlah total bakteri, mutu fisik, dan karakteristik sensoris ikan bandeng. 5. Khairanita et al. (2013) meneliti tentang Eksplorasi Rafinosa Biji Kapas sebagai Pengganti Formalin dalam Pengawetan Ikan. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan variabel terikat yang diamati yaitu TPC. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis ekstrak yang digunakan, variabel bebas, dan salah satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu perbandingan konsentrasi ekstrak biji kapas dan formalin, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variabel bebasnya yaitu 8

perendaman ekstrak daun kersen dengan rasio tertentu. Penelitian ini mengamati ph dan sifat organoleptik sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan tidak dilakukan pengamatan ph, namun dilakukan uji sensoris secara deskriptif dan penilaian mutu fisik. 9