Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab VII PENGANGKUTAN HASIL HUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TEKNIK PENYARADAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM


TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Bab IV PENEBANGAN POHON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT

BAB I PENDAHULUAN. dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

! "# # $ # % & % # '(()

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

Pengertian, Konsep & Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

: 1. Prof. Dr. Ir. Iswara Gautama, MP 2. Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, MSi 3. Dr. Ir. A. Mujetahid, MP 4. Nurdin, S.Hut.,M.Hut.

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

STUDI TENTANG LAMA WAKTU PERAKITAN LOG PADA KANAL UTAMA DI PT. SYLVIA ERY TIMBER KABUPATEN NUNUKAN. Oleh IRWANSYAH NIM.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

seluas Ha yang seluruhnya terletak di kelompok B. KONFIGURASI LAPANGAN, TANAH DAN IKLIM Kiani Lestari di kelompok Hutan Jele-Beliwit

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

Bab V PENYARADAN. Universitas Gadjah Mada

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN [LN 1999/167, TLN 3888]

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB III METODE PENELITIAN

B. BIDANG PEMANFAATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

BAB IX JALUR TRANSMISI DAN UTILITAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

MEMPELAJARI TUGAS KEPALA PENGADAAN LOG OLEH: NANANGZULlZARNAEN. E3I.l215. a -. - :...,. ~... ' JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Pengertian Lalu Lintas

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 196 TAHUN 2012 TENTANG

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/3/2006

PENILAIAN MESIN DAN PERALATAN PART - 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

Merupakan kegiatan memuat, membawa dan membongkar peralatan pendukung Drilling dan pemindahan Rig Carrier dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

Transkripsi:

Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU Tahap yang esensial dalam kegiatan pemanenan kayu, jenisnya dan dimana lokasinya akan dibicarakan dalam bab ini. Walaupun dalam kenyataannya bebrapa jenis kegiatan dalam pemanenan kayu itu berbeda yang disebabkan oleh kondisi wilayahnya, namun secara prinsip kegiatan pemanenan itu akan sama. Misalanya pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan, ada yang kegiatannya terkonsentrasi pada suatu tempat pengumpulan, tetapi ada juga yang kegiatannya terjadi dibeberapa tempat disepanjang jalan angkutan, karena misalnya lapangannya datar sehingga disetiap tempat penebangan itu penyaradan bisa langsung kepinggir jalan angkutan. Berlainan bila lapangannya sulit maka penyaradan harus dikonsentrasikan disatu tempay pengumpulan. Pembagian batang juga demikian. biasanya dikerjakan diareal tonggak (dipetak tebangan), akan tetapi dapat juga dikerjakan ditempat pengumpulan, bahkan dapat juga diker j akan ditempat penimbunan besar atau dihalaman pabrik. Pada sistem pemanenan kayu pendek dimana wilayah hutannya relatif datar, maka kegiatan pemuatan diadakan diareal tonggak, tidak ada penyaradan karena truk angkutan dapat langsung menuju keareal tebangan. Organisasi dalam Tahap Kegiatan Pemanenan Organmisasi dalam kegiatan pemanenan kayu, biasanya dibagi-bagi berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakannya. Contoh dibawah menggambarkan jenis kegiatan dalam suatu operasional pemanenan kayu. Persiapan penebangan Pembagian batang ditempat tebangan (areal tonggak) 1. kayu utuh 2. kayu dalam potongan-potongan 3. Produk lain Pemotongan bagian pucuk. dalam kayu panjang Dibagi ditpn 1. Dibagi di pabrik 2. Tidak dibagi-bagi

Penumpukan 1. Di areal tonggak 2. Di TPn Sistem penyaradan A. Tidak dirakit atau ditarik secara satu persatu 1. Berupa potongan (log) 2. Pohon sepanjang-panjangnya 3. Pohon utuh B. Dirakit (dikumpulkan lebih dahulu) 1. Utuh 2. kayu pendek 3. ayu panjang Lokasi Pemuatan A. Di tempat tunggak 1. Manual 2. Dengan Mesin B. Dipinggir jalan atau dipinggir rel 1. Terkumpul disatu tempat 2. Sepanjang jalan Pengangkutan Darat A. Ketempat Sementara 1. Dim uat kembali a. Dengan Truk b. Dengan rel 2. Tujuan terakhir 3. Disungai a. Disungai atau di es b. Ditumpuk c. Dirakit (1) Satu sama lain tidak ada ikatan (2) Dibendel d. Ditaruh dalam tongkang e. Dimasukkan kekapal

B. Alat angkut 1. Truk 2. Re! Pengangkutan lewat sungai A. Ketempat pengumpulam sementara B. Ketempat akhir Penyiapan Kayu yang Telah Ditebang Dibeberapa HPH di Indonesia telah melaksanakan pemotongan untuk kayu sebagai bahan industri pulp; maka dengan sendirinya memerlukan peralatan tambahan untuk mengangkut bahan baku pulp itu. Biasanya alat penyarad hanya traktor sarad yang bertenaga besar, akat tetap dalam proses ini ada traktor berban pompa yang biasanya digunakan untuk penyaradan kayu pulp ini yang kayunya harus diluat lebih dahulu. Pada industri yanmg besar dimana peralatannya sudah maju, maka ada yang disebut pemanen yang hanya dengan satu mesin ini dapat melaksanakan seluruh proses pemanenan, yang biasanya dengan sistem kayu utuh (komplit) dimana seluruh bag: an pohon itu setelah ditebang sendiri kemudian diangkut sendiri sampai halaman pabrik sampai pinggir jalan. Pada sebagian besar HPH di Indonesia diluar Jawa, kayu dipotong dalam keadan sepanjang mungkin dan diareal tunggak ini hanya dipotong bagian pucuknya saja. Ba r u nanti setelah disarad sampai ditempat pengumpulan (yang pada umumnya terle t ak dipinggir jalan angkutan) kayu-kayu tersebut dipotong-potong lagi dengan berbagai ukuran, dengan pertimbangan permintaan, kualitas dan lain-lain. Pada perusahaan besar yang biasanya hutan tanaman, kayunya berdeiameter kecil dan lunak (untuk pulp) maka setelah pohon rebah kemudian dipotong- potong dengan gergaji slasher, yakni bukan chainsaw seperti biasanya, akan dengan gergaji piringan dimana beberapa batang dapat dipotong sekaligus. Hal ini di Indonesia belum dijumpai, mungkin nanti apabila industri pulp and paper telah maju berkembang dengan hutan tanamannya. Demikianlah dengan berbagai kegiatanma maka selanjutnya kayu dapat ditarik atau dibawa kepinggir jalan angkutan (dengan istilah penyaradan) atau langsung ke sungai yang selanjutnya diangkut sampai halaman pabrik pengolahan.

Sistem Penyaradan Semua kayu yang telah dibagi-bagi itu kemudian disarad baik secara satu persatu, beberapa batang ditarik bersamaan atau bahkan dibendel jadi satu. Ditarik dengan cars sebatang demi sebatang apabila ukuran kayunya sangat besar, namun harus dengan mesin penyarad. Sedang bila dibagi menjadi potongan pendek-pendek maka alat penyaradnya bisa demham hewan sarad semacam lembu atau kerbau. Ada juga sistem penyaradan dimana kayu-kayunya tidak ditarik oleh mesin penyarad, akan tetapi dimuat lebih dahulu keatas bak, kemudian diangkut sampai tempat pengumpulan. Dalam hal ini,mesin penyaradnya disebut Forearder dan sistem penyaradannya disebut forwarding. Pada saat ini penyaradan dengan model demikian barn dilaksanakan diperusahaan MHP (Musi Hutan Persada) dan RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper). Bahkan di RAPP penyaradannya juga menggunakan sistem kabel, satu sistem yang jarang digunakan di Indonesia. Dengan demikian sistem penyaradan yang digunakan dapat berbagai macam bergantung kondisi kayunya, topografinya, dan juga kesediaan mesinnya. Lokasi Pemuatan Pada umumnya untuk kayu pulp dan kayu pendek dibagi-bagi ditempat tebangan dan kemudian ada yang langsung dimuat dengan tangan keatas kendaraan (truk), apabila keadaan lapangannya mengijinkan, misalnya relatif datar, tidak banyak halangan tumbuhan baeah dan batu dan lain-lain sehingga tanpa disarad lebih dahulu. Sistem ini disebut bobtail system. Di Indonesia dapat dijumpai hampir disemua wilayah hutan, alat pengangkutannya da[at masuk kebidang tebangan. Pemuatan pada umumnya dilakukan ditempat pengumpulan (TPn) yang biasanya terletak dipingghir jalan angkutan, dimana kayu itu hasil penyaradan dari tunggak ketempat tersebut. Apabila sistem yang dilakukan demikian, maka terjadilah pemuasatan pemuatan keatas kendaraan pengangkut, sehingga diperlukan alat pemuat yang cukup berkapasitas besar dan boleh menetap ditempat. Pemuasatan tempat pemuatan ini diakibatkan karena lapangan pemanenan tidak rata atau bahkan bergunung-gunung, sehingga diperlukan satu tempat pengumpulan karena medannya sangat sulit untuk mengumpulkan disembarang tempat. Berlainan apabila medannya cukup datar. maka pengumpulan kayu oleh alat penyarad dapat diletakkan disepanjang jalan angkutan (dibeberapa tempat) sehingga pemuatannya keatas kendaraan pengangkut jugs dapat dilaksanakan dibeberapa tempat. Disini diperlukan alat pemuat yang dapat berjalan kesana kemari sesuai dengan keberadaan kayu yang

akan dimuat. Atau kadang-kadang ada juga truk yang dilengkapi dengan alat pemuat (self loading truck) sehingga truk tersebut dapat memuat sendin tanpa bantuan alat pemuat. Pengangkutan Lewat Daratan Apabila sistem pengangkutan yang digunakan dengan leeat darat, maka bisa langsung ketempat penimbunan kayu (TPK), langsung sampai kehalaman pabrik pengolah, langsung ketempat penjualan kayu, atau dapat pula jarak pengangkutan karena panjangnya dibagi-bagi menjadi beberapa tahap. Ditempat sementara ini dilakukan pemuatan kembali keatas kendaraan pengangkut, yang bisa sama jenisnya, atau bisa juga berbeda jenisnya. Misalnya dari truk ke truk lagi atau dari truk ke jalan rel (lori ). Atau dapat pula dari truk yang kecil ke truk yang besar atau sebaliknya, bergantung situasi dan kondisi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi prestasi kerja pengangkutan lewaqt daratan misalnya keadaan cuaca, operator yang mangkir, dan beberap faktor yang lain, sehingga untuk perencanaan produktiyitas pengangkutan per periode harus memperhatikan hal-hal tersebut. Pengangkutan leeat daratan dapat dibagi menjadi dua macam ialah pengangkutan lewat daratan dengan menggunakan truk khusus angkutan kayu dan yang lain adalah lori yang ditarik oleh lokomotif yang biasanya disebut pengangkutan lewat jalan rel. Pengangkutan dengan truk kadang-kadang hams ditempuh jarak yang panjang. Bila demikian maka jarak itu biasanya dibagi menjadi sekurang-kurangnya dua terminal sehingga terjadi dua kali pemuatan. Akan tetapi bila pengangkutan darast dilakuakan dengan rel, maka jarak yang panjang itu biasanya tidak menjadi masalah; dan memang salah satu keuntungan pengangkutan dengan rel adalah dapat membawa muatan sekali dalam perjalanan dalam jumlah yang besar dan jarak tempuhnya relatih jauh. Pada awalnya pengangkutan lewat daratan, baik dengan truk maupun dengan rel belum banyak digunakan, karena hutan yang dipanen masih berada dipinggir lautan, pinggir danau atau pinggir sungai. Dengan demikian pengangkutannya lewat sungai karena ternyata beayanya sangat murah dibanding dengan lewat daratan. Sayangnya kayu-kayu yang bisa diangkut lewat sungai hanyalah terbatas kayu-kayu yang ringan (floater) sehingga terapung; sedangkan bila lewat daratan baik kayu yang terapung dan tenggelam (sinker) dapat diangkut. Karena hutan-hutan dipinggir Taut, danau, atau sungai lama kelamaan habis maka mau tidak mau perusahaan hams memanen kayu yang agak jauh dari sungai: dengan demikian maka perusahaan hams membuat jalan angkutannya sendiri, baik

dengan jalan tanah maupun jalan rel. Beruntung apabila hutannya terletak disuatu wilayah yang sudah banyak jalan kampungnya, sehingga pengangkutan kayunya bisa melewati jalan kampung. Tetapi biasanya lokasi hutan yang dipanen itu berada pada wilayah yang remote, sehingga diperlukan pembuatan jalan oleh perusahaan sendiri. Beaya transportasi merupakan jumlah beaya yang terbesar (prosentasenya) diantara komponen beaya pemanenan yang lainnya. Secara kasar beaya transpor mencapai lebih dari 40% dari total beaya pemanenan kayu. Hal ini disebabkan pertama karena kayu yang diangkut itu merupakan bends yang berat dan memakan tempat. Kedua jarak yang ditempuh paling jauh, yaitu minimal dari tempat pengumpulan dipinggir jalan (dihutan) sampai ketempat dimana kayu itu akan diolah (pabrik pengolahan) atau ketempat penimbunan besar (sering merupakan tempat penjualan kayu). Mengingat tingginya beaya transportasi maka ada yang mengatakan bahwa beaya transport merupakan kunci intensif tidaknya pengusahaan hutan. Pengangkutan Lewat Air Sampai sekarang beaya transportasi lewat air adalah yang paling ekonomis dibanding dengan sistem pengangkutan apapun. Dengan demikian Para pengusaha hutan selalu memanfaatkan sungai, danau atau lautan untuk pengangkutan kayunya, baik dari hutan kepabrik pengolahannya, maupun dari hutan ketempat penimbunannya (TPK). Oleh karena itulah kebanyakan lokasi pabrik pengolahan kayu diluar Jaw diletakkan disepanjang sungai (merupakan jalan angkutan). Lain dengan di Jawa yang biasanya lokasi pabrik pengolahan kayu terletak dijalan mobil (lewat daratan) Kayu sebagai hasil tebangan yang diangkut lewat air bisa berbagai macam metodenya. Ada yang menggunakan rakit untuk kayu yang terapung (floater) dan ada yang menggunakan ponton, untuk kayu yang tenggelam (sinker). Kayu-kayu yang diangkut dengan kapal (didalam kapal) biasanya sudah merupakan kayu gergajian, atau produk pabrik pengolahan dalam bentuk lain). Ada juga yang memanfaatkan laju arus sungai yang cepat sehingga pengangkutan kayu bila jaraknya tidak terlalu jauh, justru paling efisien. Karena cepatnya aliran kayu, maka penampungannya harus selalu siap dihalaman pabrik pengolahannya. Pada zaman dahulu di Indonesia dikenal dengan istilah "banjir cup" atau tebang banjir, dimana angkutannya selalu memanfaatkan besarnya air sungai pada saat banjir. Metode ini angat sulit pengendaliannya, karena kayu-kayu yang sudah ditebang hanya dihamburkan begitu saja disungai tanpa ada "tug boat" yang. mengendalikannya. Perjalanannya diserahkan sepenuhnya terhadap kondisi air yang ada. Dengan demikian apabila ada

sungai yang digunakan untuk kepentingan ini, praktis kegiatan transportasi yang lain terhenti. Oleh karena itulah maka sistem ini sekarang dilarang di lndonesia. Pengangkutan kayu lewat sungai yang hanya dihamburkan begitu saja itu, tanpa diikat satu dengan yang lain, pasti akan banyak kehilangan kayu, karena banyak kayu yang berhenti dijalan (keluar dari jalur sungai). Apalagi apabila ukuran panjangnya tidak diseragamkan, akan lebih sulit lagi untuk menjaga kelancarannya. Oleh karena itu sebaiknya walaupun rakit itu tidak ada yang mengendalikan harus juga diatur panjangnya dan kemudian diikat satu sama lain, agar perjalanannya tidak terganggu dan semua kayu selamat sampai ketujuan. Rakit pada saat sekarang, walaupun yang diangkut itu ratusan m3 untuk sekali perjalanan, namun tetap aman sampai tuj uan, karena pertama kayu-kayu itu dipotong sama panjang (lebih kurang 4 m-an), kedua kayu-kayunya diikatkan satu sama lain dengan kuat (besi Baja sling), sehingga ealaupun diterjang gelombang tetap saja bersatu seluruhnya, ketiga rakit itu dikendalikan oleh perahu (tug boat) yang biasanya dibagian muka dan bagian belakang, sehingga jalannya rakit bisa teratur. Terhadap kayu-kayu yang tenggelam (sinker), maka biasanya kayunya dimuat lebih dahulu diatas "ponton" yaitu semacam tanker yang tidak bermesin. Ponton ini ditarik oleh sebuah kapal penarik yang disebut "Tug boat". Karena kayunya bisa diceburkan kesungai langsung tenggelam, maka kayu-kayu itu dipersiapka ditebing sungai. Diatas ponton sudah ada mesin derek (kran) yang mengambil kayu didarat (pinggir sungai) dan kemudian memuat dan menatanya dipontonnya. Demikian juga nanti pada saat membongkar muatan, derek atau kran itu mengambil kayu dari ponton dan kemudian ditaruh didaratan (logyard, halaman pabrik). Sesungguhnya pengangkutan lewat air yang pertama sudah bisa dimulai semenjak kayu itu disarad sampai pinggir air. Namun ada juga yang tidak langsung dari hasil penyaradan, karena letaknya sungai jauh, sehingga harus diangkut didalam hutan terlebih dahulu. Organisasi Pemanenan berkaitan dengan Industrinya Skala kegiatan pemanenan ternyata sangat besar perbedaannya, Untuk itu maka sebaiknya harus dilakukan peninjauan dari kasus per kasus. Kadang-kadan dijumpai dua buah kegiatan yang sama besarnya, akan tetapi berhubung adanya perbedaan topografi dan kondisi kayu yang berbeda, maka bentuk organisasi beserta crew-nya bisa saja berbeda. Kondisi tenaga kerja yang ada juga dapat mempengaruhi pemilihan metode dan peralatan yang digunakan.

Contoh ini diambil dinegara barat. 1. Produksi pulpwood dengan sistem kayu panjang untuk pabrik chip. Prosduksi hariannya 480 cords; produksi tahunnannya 120.000 cords. Seluruh tenaga kerjanya dihutan berjumlah enam orangl ada enam truk, ada alat komunikasi, dan sebanyak 32 semitrailer. Topografinya datar, dan tumbuhan baeah agak lebat. Penebang dengan chainsaw berjumlah satu orang, tetapi pembersihan ranting dan pemotongan bagian pucuk oleh orang lain Penyaradan dilakukan oleh seorang operator traktor kecil dan seorang operator traktor medium (traktor berban baja). Jarak sarad maksimum 800 fit, rata-ratanya 400 fit. Satu kali penyaradan dapat membawa dari satu batang hingga lima batang dengan yolume dari setengah hingga tigaperempat cords.. Pengangkutan dilakasankan oleh enam truk. Truk-truk ini dilengkapi dengan peralatan komunikasi yang dihubungkan dengan kantor pusat dan bengkel. Alat komunikasi ini melaporkan kegiatan truk pada saat memuat di TPN dan pada saat membongkar muatan dihalaman pabrik pengolahan kepada kantor pusat.. Dengan demikian jumlah personil dalam satu kegiatan pemanenan terd i ri atas : satu foreman (mandor), satu operator penyarad, satu orang operator pemuat, dua orang helper traktor, satu penebang dan satu pembersih ranting dan pemotong bagian pucuk, satu pelepas sling, dan ada pembantu umum dan totalnya berjumlah 9 personil. Personil pengangkutan untuk seluruh kegiatan dihutan adalah enam orang driyers (sopir) dan dua orang tenaga bengkel. Pada kantor manager, ada seorang penjaga radio kontrol dan satu orang manager yang mengatur seluruh kegiatan 2. Kegiatan pemanenan Pinus untuk bahan Baku industri kayu gergajian. Produksi hariannya mencapai 125.000 fit dipotonton g sepanjang 50 fitnlebih dengan diameter sebesar 15 inci dan lebih.volume tebangannya per acre rata-rata 1.500 fit. Tenaganya berjumlah 10 orang seluruhnya. Penebangan, pembersihan ranting dan pemotongan pucuk dengan diameter minimum dipucuk. sebesar 7 inci dilaksanakan oleh dua orang tenaga kerja den= alat chainsaw. Penyaradan dikerjakan oleh dua traktor besar berban pompa (skidder tractor), dengan masing dibantu oleh seorang choker, dengan jarak sarad seja u h rata-rata setengah mil.. Setiap tempat pengumpulan (landing) melayani hutan seluas 40 acre. Pemuatan dikerjaklan oleh traktor pemuat berban pompa dengan satu orang operator. Loader ini juga mengatur penaikan dan penurunan trailer sewantu kosong

dan isi. Pengangkutan kayu panjang memerlukan dua truk trailer dan satu biasa untuk kayu pendek. Jarak angkutnya sejauh 20 mil. 3. Kegiatan pemanenan untuk bahan baku industri kayu gergajian dan pulp. Diameter antara 10 hingga 26 inci. Volume tegakan rata-rata sebesar 10 M fit. Produksi hariannya rata-rata 50 M fit. Penebangan, pembersihan ranting dan pemotongan bagian pucuk dengan alat chaisaw Penyaradan oleh satu traktor berban baja (crawler) yang berukuran sedang dan satu crawler besar. Atau kadang-kadan oleh empat buah traktor berban pompa, bergantung kepada kondisi tanah dan topografinya.. Jarak sarad maksimum adalah 1.000 fit. Pembagian batang dilaksanakan dilanding dengan dua orang gergaji tangan. Pemuatannya keatas truk and trailer dengan keran (crane) yang stasionary. Pengangkutan dengan tujuh atau delapan treuk gandengan, bergantung kepada jarak angkutnya dan kondisi jalan dengan jarak rata-rata sejauh 39 mil.setiap hari rata-rata sebanyak 18 trip. Setiap kali memuat sebanyak 6 cord, jadi jumlah seluruhnya 100 cord atau 50 M fit. Tenaga yang diperlukan sebanyak 20 orang, terdiri atas : tiga orang penebang, tiga helper traktor, dua orang pembagi batang di landing, dua orang scalier dilanding, dua orang perapi bontos, satu orang operator keran pemuat, satu orang mekanik (bengkel) satu orang tenaga umum, dan satu orang foreman (mandor). 4. Pemanenan kayu keras untuk industri gergajian. Produksinya 25 M fit. Setiap harinya.kegiatannya terbatas pada saat musim kering, jadi hanya selama enam bulan saja setiap tahunnya.ukuran pohonnya dengan diameter setinggi dafda antara 14 inci hingga 34 inci. Penebangan dan pembagian batang oleh tiga orang tenaga. Dua ()rang dengan chainsaw dan yang satu mengerjakan pembagian batangnya sambil menghitung yolumenya. Penyaradan dikerjakan oleh tiga orang tenaga kerja. Dua orang operator dan satu orang pengikat sling pada batang yang disarad (helper).. Jarak sarad dari hutan kepinggir jalan angkutan rata-rata dari 300 fit hingga 900 fit. Pemuatan memerlukan dua orang tenaga. Satu sebagai operator keran dan satunya bertugas mengatur kayu yang dimuat keatas kendaraan. Pengangkutan dengan truk sampai kepinggir sungai dan selanjutnya dimuat keatas ponton dan ditarik oleh tugboat. Truknya berkekuatan 250 Hp dan dipasang

gandengan. Tenaga yang diperlukan adalah dua orang pengemudi dan satu tenaga pembongkar dari keran. Jarak pangangkutan sejauh 4 hingga 8 mil dimana setiap harinya mampu mengangkut sebanyak 6 hingga 8 trip dengan yolume rata-rata 1.800 fit.