BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang mencapai ± km. Hal ini dapat menggambarkan kandungan potensi ekonomi yang terkandung di lautan sangat besar, mulai dari pertambangan minyak bumi dan gas, perikanan hingga pariwisata dan Iain-Iain. Di sepanjang garis pantai yang berada pada wilayah pesisir inilah denyut kegiatan perekonomian sangat dominan dibandingkan dengan wilayah sebelah dalam. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan lokasi pemukiman penduduk yang tersebar dan tumbuh disepanjang pesisir pantai. Kabupaten Bengkalis dapat dikategorikan sebagai salah satu Kabupaten kepulauan di Propinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan dengan luas ,77 km^ dan mempunyai batasbatas sebagai berikut, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Kabupaten Pelalawan. Posisi Kabupaten Bengkalis secara ekonomis dan pertahanan sangat strategis, karena berada di tepi alur pelayaran intemasional yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka, juga berada pada kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia-

2 2 Malaysia-Singapura (IMS-GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Secara Administrasi Pemerintah Kabupaten Bengkalis terdiri dari 11 (sebelas) wilayah Kecamatan. Kesebelas kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bengkalis (luas 514,00 km^), Kecamatan Bantan (luas 424,40 km^), Kecamatan Bukit Batu (1.870,21 km^), Kecamatan Mandau (luas 3.440,47 km^), Kecamatan Merbau (luas 1.348,91 km^), Kecamatan Rupat (luas 1.524,85 km^), Kecamatan Tebing Tinggi (luas 1.436,83 km^), Kecamatan Rangsang (luas 922,10 km'^), Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat serta 150 Desa/Kelurahan. Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah dengan rata-rata ketinggian antara 2-6,1 m di atas permukaan laut dan sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organic. Selain itu terdapat sungai dan tasik (danau) serta pulau besar dan kecil yang berjumlah 26 buah. Adapun pulau-pulau besar dimaksud adalah pulau Rupat (1.524,85 km^), Tebing Tinggi (1.436,83 km^), Bengkalis (938,40 km^), Rangsang (922,10 km^) serta pulau Padang dan Merbau (1.348,91 km^). Wilayah pesisir khususnya yang berbatasan langsung dengan laut sangat rentan terhadap berbagai perubahan. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pengembangan usaha tambak dan perkebunan, tumbuhan di sepanjang garis pantai seperti mangrove banyak yang telah ditebang. Sejalan dengan semakin menipisnya mangrove, laju abrasi dan erosi di kawasan pesisir pulau-pulau di Bengkalis menunjukkan kecenderungan yang semakin tinggi. Hal ini diindikasikan oleh

3 3 kenyataan yang menunjukkan bahwa garis pantai di beberapa tempat hampir menyentuh badan jalan, merusak areal kebun kelapa penduduk dan lahan pertanian lainnya. Bahkan tiga desa di pulau Bengkalis, yakni Jangkang, Bantan dan Rupat, terancam digenangi air laut. Air laut itu sudah masuk hingga satu kilometer dari bibir pantai. Keadaan ini menggambarkan bahwa abrasi pantai, terutama di beberapa lokasi telah berlangsung intensif serta berdampak pada daya dukung lingkungan yang semakin menurun, hilangnya penghalang {reef front) secara cukup drastis, dan selanjutnya akan semakin terbuka terhadap angin musim, baik pada musim angin barat (periode musim penghujan) maupun musim angin timur (musim kemarau). Peristiwa abrasi pantai tentunya tidak perlu dipersoalkan sejauh belum menimbulkan masalah bagi kepentingan manusia. Namun apabila peristiwa tersebut menimbulkan gangguan dan kerusakan terhadap lingkungan di sekitamya, maka diperlukan usahausaha penanganan berupa perlindungan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pantai merupakan suatu himpunan integral dari variabel-variabel abiotik (fisik-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur fungsional. Variabel-variabel ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari variabel-variabel tersebut, maka perubahan tersebut akan mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangan. Karena itu, kesatuan dan keseimbangan struktur fungsional ini harus diperhatikan dalam setiap perencanaan dan upaya pengelolaan pantai.

4 4 Daya dukung dan keseimbangan struktur pantai dikontrol oleh beberapa komponen fisik, proses dinamika pasang surut, gelombang, angin, dan gaya-gaya lain yang terjadi di laut. Di samping komponen fisik, komponen kimia berperan penting di perairan pesisir. Komponen kimia air mempunyai jdengaruh terhadap produktivitas biologis melalui interaksi dengan proses-proses fisiologis organisme. Perairan dan pantai Selat Bengkalis sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Bengkalis memiliki fenomena yang kompleks, karena banyak proses-proses alam yang terjadi dan aktifitas manusia yang berlangsung disana. Disebabkan banyaknya aktifitas manusia yang berlangsung di Selat, sehingga banyak kepentingan yang saling terkait, diantaranya kepentingan pembangunan fisik, kepentingan perekonomian, kepentingan sosial dan kepentingan pelestarian lingkungan. Oleh karena itu Selat Bengkalis menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Diantara fenomena alam yang terjadi di selat adalah arus laut yang disebabkan oleh pasang surut, arus laut yang disebabkan oleh gelombang laut {longshore current), transportasi sedimen dan perubahan batimetri. Fenemona alam yang diungkapkan di atas ini hanya merupakan sebagian fenomena dinamis fisis yang ada di perairan selat. Kondisi arus selat sarigat penting untuk diketahui, terutama sekali guna kepentingan pelayaran (transportasi laut), pengelolaan lingkungan selat, perikanan dan rekayasa kelautan. Hal lain yang juga harus diketahui sehubungan dengan kepentingan di atas adalah fenomena transpor sedimen, baik itu sedimen kohesif maupun sedimen non-kohesif

5 5 Pergerakan sedimen (transportasi sedimen) sangat dipengaruhi oleh dinamika gerak air (arus laut) disamping sifat fisis dari sedimen itu sendiri. Sedimen dalam transpomya dapat dalam bentuk muatan dasar {bed load), muatan melayang {suspended load) dan wash load. Jika berbicara tentang perubahan batimetri maka wash load tidak diperhitungkan. Pergerakan sedimen ini dapat berpengaruh terhadap batimetri perairan, dimana dapat menimbulkan perubahan batimetri. Kemampuan dalam memprediksi perubahan batimetri dasar selat yang disebabkan oleh adanya arus selat merupakan kebutuhan penting. Permasalahan ini dapat menyangkut dengan bangunan pantai, dimana dengan adanya bangunan yang didirikan di pantai dapat merubah fenomena alam dari pantai itu sediri. Perubahan terhadap fenomena alam ini dapat berdampak negatif terhadap bangunan tersebut. Oleh karena itu suatu hal yang sangat penting adalah kemampuan dalam memprediksi akibat yang dapat ditimbulkan oleh bangunan pantai terhadap fenomena alam pantai. Kajian terhadap transpor sedimen di perairan pantai dan evolusi pantai secara langsung sangat sulit dilakukan karena kompleksnya proses-proses yang terlibat di dalamnya serta membutuhkan waktu yang relatif lama. Sementara pemodelan secara fisik seperti eksperimen di laboratorium hidraulik membutuhkan biaya yang tinggi dan kesulitan dalam pengambilan skala yang tepat. Sedangkan dengan semakin berkembangnya kemampuan komputer untuk menghitung, menjadikan model matematik sebagai altematif yang cukup ekonomis dalam penyelesaian masalah ini. Melalui model matematik dapat dilakukan berbagai skenario simulasi model dan beberapa kondisi pantai sehingga diketahui evolusi pantai yang akan terjadi.

6 6 Penyusunan model matematis transpor sedimen dan perubahan batimetri dasar laut menjadi alat yang baik untuk memprediksi evolusi pantai dengan biaya yang lebih murah dibanding dengan membangun suatu model hidraulik atau model fisik. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini yang akan membahas model hidrodinamika dan perubahan batimetri yang ditimbulkan oleh arus pasang surut. Model yang dibangun ini merupakan model numerik dua dimensi horizontal yang dirata-ratakan terhadap kedalaman. Pemodelan perubahan batimetri dalam penelitian ini didasarkan pada formulasi transpor sedimen dan evolusi batimetri dasar laut yang diberikan oleh Van Rijn (1987). 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari fenomena sirkulasi arus yang dibangkitkan oleh pasang surut serta perubahan batimetri melalui pengembangan model matematik. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu model matetamtis yang baik tentang perkiraan fenomena transpor sedimen yang disebabkan pasang surut air laut dan dalam pengembangannya lebih lanjut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengendalian lingkungan kawasan pantai, sehingga pembangunan yang dilakukan merupakan pembangunan yang terencana dan berwawasan lingkungan.