TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan
|
|
- Hengki Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat penggunaan dan pengolahan. Ditinjau dari penerapan teknologi yang dipakai, United Tractors (1993) secara garis besar menjadi : 1). Sistem manual yaitu sistem ini diterapkan pada pekerjaan yang volumenya kecil, sejak dari proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, penebangan batang-batang pohon menjadi ukuran tertentu, penyaradan dari tempat merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang punya sifat mampu mempermudah diri atau dapat dipermudakan kembali. Dalam pemanfaatannya untuk mencapai kondisi hasil tebangan ke tempat penumpukan sementara (landing deck), serta pemuatan ke atas truk dilakukan dengan excavator atau tenaga manusia. 2). Sistem semi mekanis yaitu merupakan cara konvensional yang diterapkan pada logging operation di lokasi HPH. Dalam sistem ini proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting dan pemotongan batang menjadi sortimen tertentu dilakukan dengan mengunakan chainsaw. sedangkan pemuatan dan pengangkutan dilakukan secara mekanis. 3). Sistem mekanis penuh yaitu sistem ini sejak dari penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang-batang kayu menjadi sortimen tertentu,
2 penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan dilakukan secara mekanis. sistem ini dilakukan pada pekerjaan yang berskala besar. Menurut brown (1958), pengangkutan dibagi menjadi dua yaitu : Minor transportation berarti membawa kayu dari tempat pengumpulan kayu. dan mayor transportation berarti membawa kayu dari tempat pengumpulan kayu ke tempat penimbunana kayu, tempat pengolahan atau pemasaran. Masalah pengangkutan adalah masalah utama dan mendasar di dalam eksploitasi hutan. Hal ini mengingat hal-hal sebagai berikut : 1.) Kayu adalah bahan yang relatif murah harganya persatuan berat atau volume. 2.) Volume kayu dan bobotnya berat. 3.) Hutan-hutan produksi pada umumnya terletak ditempat yang jauh dan tegakan-tegakannya tersebar luas. 4.) Pada umumnya wilayah hutan bertopografi berat dan areal dipotong oleh lembah dan sungai-sungai. 5.) Pos biaya pengangkutan merupakan pos pembiayaan yang terbesar di dalam kegiatan eksploitasi hutan. Pengangkutan Tahap terakhir dari kegiatan pemanenan hasil hutan adalah kegiatan pengangkutan, yaitu pemindahan kayu atau hasil hutan dari hutan ke pabrik atau tempat angkutan selanjutnya. Berdasarkan tempatnya secara garis besar pengangkutan dibagi menjadi 3 macam, yaitu pengangkutan melalui darat, air, dan udara. Untuk pengangkutan melalui darat dapat dibagi menjadi dua golongan
3 besar, yaitu pengangkutan dengan menggunakan rel dan pengangkutan dengan menggunakan truk (Haryanto, 1987). Selanjutnya Haryanto (1987) mengatakan bahwa dalam pengangkutan melalui darat terlebih dahulu harus mempersiapkan jalan angkutan. Berhubungan dengan hal ini, maka jalan yang telah ada menjadi pertimbangan dalam menentukan metode pengangkutan. Selain itu metode pengangkutan dari alat pengangkutan berkaitan erat dengan penentuan metode untuk tahap-tahap sebelum tahap pengangkutan dalam kegiatan pemanenan hasil hutan. Hal ini dikarenakan tahap pengangkutan memerlukan biaya yang paling besar, sehingga penetapan alat-alat dan metode dari pemungutan dimulai dari tahap pengangkutan yang kemudian tahap-tahap sebelumnya menyesuaikan. Pengangkutan Kayu dengan Truk Truk adalah alat transportasi yang dominan digunakan untuk pengangkutan kayu melalui darat. Biasanya kendaraan ini terdiri dari bagian truk dan trailer, hal ini tergantung pada standar penggunaan jalan dan jumlah kayu yang diangkut (Staaf & Wiksten, 1984). Menurut Peurifoy (1970), penggunaan truk untuk pengangkutan kayu mempunyai beberapa keuntungan, yaitu truk dapat beroperasi dengan lincah, kecepatan relatif tinggi dan apabila alat terganggu maka kerugian yang diakibatkan tidak terlalu besar. Tetapi disamping itu terdapat beberapa kelemahan antara lain: daya angkut per rit yang relatif kecil, perlu banyak alat dan makan waktu muat lama dalam suatu operasi besar, memerlukan modal yang besar, biaya perbaikan dan pemeliharaan serta suku cadang yang besar.
4 Untuk mengatasi kelemahan tersebut dilakukan dengan cara memperbesar daya angkut alat dengan menambah gandengan pada truk menjadi truk gandengan. Dengan cara ini jumlah alat yang dibutuhkan untuk volume angkutan yang sama dalam suatu operasi menjadi lebih sedikit baik modal, biaya perbaikan dan pemeliharaan, upah pekerja, serta biaya bahan bakar menjadi lebih rendah. Sianturi dan Suparto (1976) menyatakan bahwa semakin jauh jarak angkut, makin besar armada yang dibutuhkan. Pada angkutan jarak pendek, pemuatan merupakan unsur kerja yang relatif besar bila mana jumlah kendaraan besar dari optimum, waktu menunggu akan lebih lama. Hal ini berarti produktivitas menjadi lebih rendah. Selanjutnya dikemukakan bahwa kendaraan yang paling ekonomis dalam suatu perusahaan ditentukan oleh kapasitas angkutan, kapasitas muat bongkar, jarak angkutan dan keadaan jalan yang digunakan. Pengukuran Kerja dan Penyelidikan Waktu Pengukuran kerja dan penyelidikan waktu adalah penerapan teknik yang direncanakan untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Dengan penggunaan pengukuran kerja ini memungkinkan untuk membandingkan efisiensi atas metode-metode alternatif untuk mempersiapkan daftar jam standar dan pedoman-pedoman produksi untuk aktivitas-aktivitas yang berbeda-beda (FAO, 1989). Penyelidikan waktu adalah suatu teknik pengukuran kerja untuk mencari waktu dan kecepatan kerja dari elemen-elemen dalam suatu pekerjaan tertentu
5 dilakukan di bawah kondisi tertentu dan untuk menganalisis agar diperoleh waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pada tingkat prestasi yang ditetapkan (FAO, 1974). Menurut Sanyoto (1958) bahwa pengukuran waktu berhubungan erat dengan produktivitas, karena metode ini adalah inti dari penyelidikan prestasi. Pengukuran waktu dimaksudkan untuk menghitung prestasi kerja dengan satuansatuan yang diukur dalam praktek suatu kegiatan sesuai ukuran yang berhubungan. Waktu Kerja Pengangkutan Waktu kerja pengangkutan adalah waktu yang dibutukan oleh truk untuk mengeluarkan kayu dari TPN sampai kayu diatur di TPK. Dalam penelitian ini waktu yang di ukur adalah waktu yang berhubungan langsung kegiatan pengangkutan, yakni waktu kerja berjalan kosong, memuat di TPN, mengangkut, dan memongkar muatan di TPK. Menurut Wiradinata (1985), bahwa waktu memegang peranan penting sehingga erat hubungannya dengan biaya. Ada 3 golongan waktu yaitu : 1. Waktu total, adalah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh kegiatan 2. Waktu tetap, adalah bagian waktu total yang dianggap tetap dan tidak diperngaruhi oleh jarak, diameter pohon dan sebagainya. 3. Waktu variabel, adalah waktu yang dipengaruhi oleh jarak, diameter pohon dan sebagainya.
6 Menurut ILO (1983), dua metode terpenting untuk mengambil waktu dengan stopwatch ialah : 1. Pengambilan waktu secara kumulatif, yaitu pada pengambilan waktu secara kumulatif, jam berputar terus selama penelitian. Pengambilan waktu dimulai pada awal unsur pertama yang akan diambil waktunya dan berlangsung terus hingga seluruh penelitian selesai. Pada akhir tiap unsur jam dibaca dan dicatat. Waktu masing-masing unsur sesudah penelitian diselesaikan seluruhnya. Maksud tata cara ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh waktu pekerjaan diamati, dicatat dalam penelitian. 2. Pengambilan waktu secara mundur, yaitu pengambilan waktu secara mundur maka tiap kali unsur berakhir jarum-jarum stopwacth dikembalikan ke nol supaya dapat dimulai dengan segera, untuk secara langsung memperoleh waktu bagi untuk tiap-tiap unsur. Mesin jam tidak pernah diberhentikan karena jarum langsung mencatat waktu unsur berikutnya. Dalam kegiatan pengangkutan waktu perjalanan yang digunakan oleh truk pulang maupun pergi dipengaruhi oleh tanjakan, keadaan permukaan jalan, kelurusan jalan, jarak pandangan dan faktor-faktor psikologis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh perbandingan efektifitas tenaga mesin terhadap berat kotor kendaraan (Elias,1987), sedangkan menurut Muhdi et al (2004), bahwa waktu rata-rata perjalanan kosong dan bermuatan kosong dipengaruhi oleh jarak dan
7 diameter kayu yang diangkut. Jarak angkutan yang relatif jauh dan diameter kayu yang diangkut besar akan memperlambat perjalanan. Prestasi Kerja Pengangkutan dengan Truk Menurut Siswantoyo (1987) bahwa prestasi kerja truk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan sebagai berikut: 1. Jarak angkutan dari tempat pengumpulan (TPN) sampai ke log yard. Jarak angkutan akan mempengaruhi banyaknya trip angkutan. Semakin pendek jarak angkutan, maka semakin banyak trip yang akan dihasilkan per satuan waktu, sehingga pengangkutan juga semakin banyak. 2. Kualitas jalan. Kualitas jalan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu diperkeras atau tidak, keadaan tanjakan dan turunan, lebar jalan dan sebagainya. Semakin baik kualitas jalan maka kecepatan truk semakin meningkat, sehingga waktu perjalanan makin pendek, jumlah trip meningkat dan jumlah muatan juga akan meningkat. 3. Kecepatan truk. Kecepatan truk dipengaruhi oleh kualitas jalan, tipe truk, jumlah muatan, keahlian operator, dan sebagainya. 4. Banyaknya muatan. Besar muatan dipengaruhi oleh tipe truk. Truk dengan trailer mempunyai kapasitas angkut lebih besar daripada truk tanpa trailer. 5. Tipe truk. Masing-masing tipe truk mempunyai kemampuan mengangkut dengan ukuran yang ditunjukkan dengan HP (Horse Power). 6. Jumlah trip. Jumlah trip dipengaruhi oleh jarak angkutan dan kecepatan truk. 7. Hujan. Hujan menyebabkan truk tidak dapat beroperasi, sehingga prestasi kerja menurun.
8 8. Jumlah jam kerja atau hari kerja. 9. Skill, pengalaman, dan kesungguhan operator. Kelebihan skill, pengaman dan kesungguhan operator akan dapat meningkatkan prestasi kerja. 10. Sistem upah. Upah yang berdasarkan prestasi kerja akan merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat agar mendapatkan upah yang lebih besar, sehingga prestasi kerja akan nail. 11. Sistem kerja. Sistem kerja menyangkut peraturan waktu kerja, hari kerja dan hari libur. Sistem kerja akan mempengaruhi prestasi kerja. Menurut Juta (1954) yang dikutip oleh Radityo (1998), elemen-elemen pekerjaan dalam kegiatan pengangkutan pada pengusahaan hutan adalah: 1. Operator truk melakukan checking muatan meliputi: administrasi, volume, dan jenis. 2. Perjalanan dari TPN ke TPK. 3. Pemeriksaan administrasi di pintu TPK. 4. Perjalanan dari pintu masuk TPK ke lokasi pembongkaran. Wasono (1965), menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja per satuan waktu. Banyaknya hasil kerja yang diperoleh oleh seorang pekerja tergantung kepada alat kerja, percakapan dan kemampuan serta keadaan tempat kerja Menurut Sanyoto (1958), faktor-faktor yang dapat menentukan prestasi kerja yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah misalnya peralatan yang dipergunakan oleh pekerja. Sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim, cuaca, keadaan tempat dan teknik kerja secara ilmiah.
9 Menurut Wasono (1965), untuk mengetahui prestasi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = Hsx 60 Bx h Dimana : P = Prestasi kerja per jam yang dicapai Hs = Hasil kerja (m 3 ) B H = Jumlah tenaga kerja (orang) = Waktu kerja (menit) 60 = 60 menit, untuk konversi ke dalam jam Berdasarkan hasil penelitian (Muhdi,1998) diperoleh prestasi kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan Lokotraksi dari TPn/betau ke TPK di hutan rawa PT. Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Propinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 4,210 m 3 /jam dengan jarak angkut rata-rata 16,375 km dan volume angkut rata-rata per trip 42,626 m. Produktivitas ILO (1983) menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dan input perusahaan, industri dam ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas juga merupakan suatu gabungan sumber (input) dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang atau jasa (output) yang dihasilkan dari sumber itu. Sumber-sumber itu meliputi tanah dan bangunan, bahan baku, mesin dam tenaga kerja. Produktivitas harus ditinjau dari sudut waktu, karena output produksi yang memuaskan dari sebuah mesin, alat atu seorang pekerja dalam waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung produktivitas.
10 Biaya Pengangkutan Kayu. Biaya pemilikan dan operasi alat berat per jam sangat bervariasi tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tinggi rendahnya biaya pemilikan suatu alat tidak hanya tergantung dari harga alat tersebut tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dikemukakan oleh United Tractors (1984), yaitu : 1. Kondisi medan kerja 2. Tipe pekerjaan 3. Harga lokal dari minyak lokal dan minyak pelumas 4. Tingkat suku bunga. 5. Pajak, asuransi, dan lain-lain United Tractor (1984), membagi biaya-biaya yang berkaitan dengan suatu peralatan menjadi biaya pemilikan dan biaya operasi. Biaya pemilikan meliputi : depresiasi, bunga, asuransi dan pajak. Sedangkan biaya operasi meliputi: biaya bahan bakar, pelumas, gemuk, filter, ban, perbaikan, upah operator dan hal-hal khusus pengangkutan. b. Biaya pemilikan (biaya tetap) Menurut Trakindo (1996), komponen biaya ini sama sekali bersifat mandiri terhadap pemakaian alat berat. Hal ini berarti bahwa biaya pemilikan akan tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun mesin dan alat tidak dioperasikan. Biaya pemilikan ini muncul begitu pengusaha menginvestasikan modal pada alat berat. Biaya pemilikan dihitung selama umur ekonomis mesin. Unsur biaya yang termasuk dalam komponen ini ialah:
11 1. Biaya penyusutan (Depresiation) Penyusutan atau depresiasi merupakan penurunan atau pemerosotan dari modal suatu mesin atau alat akibat pertambahan umurnya. Depresiasi atau biaya penyusutan alat diperhitungkan menurut lamanya alat tersebut digunakan (masa pakai) dan biasanya dinyatakan dalam jam. M R D = N Dimana: D = Depresiasi atau penyusutan (Rp/tahun) M R N = Modal atau harga mula-mula alat (Rp) = Harga ronsokan akhir masa pakai (Rp) = Masa pakai alat (tahun) 2. Bunga Modal, Pajak dan Asuransi Menurut Trakindo (1996), untuk menghitung bunga modal, pajak dan asuransi dirumuskan sebagai berikut: ( N +1) x Simple Int.% rate Bunga Modal per tahun = 2N t ( N +1) x Mx Insurance% rate Asuransi per tahun = 2N t ( N +1) x MxTax % rate Pajak per tahun = 2N t Dimana: M = Modal atau harga mula-mula alat (Rp) N t = Masa pakai alat (tahun) = Jam kerja per tahun (jam/tahun).
12 c. Biaya Operasi (Biaya Tidak Tetap) Biaya operasi menurut Trakindo (1996), adalah biaya berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi peralatan. Biaya operasi ini bervariasi menurut pemakaian (aplikasi) dan sangat dipengaruhi oleh jam kerja peralatan. Biaya operasi terdiri dari: 1. Biaya bahan bakar Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar pada kondisi kerja yang ada. Jumlah pemakaian (konsumsi) bahan bakar dapat dengan cepat diperhitungkan di lokasi kerja dan dicatat untuk masing-masing alat berat. 2. Biaya pemeliharaan Biaya pelumas, saringan dan gemuk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan alat berat, agar memberi kondisi kerja yang baik. Biaya pelumas, gemuk dan saringan dapat diukur di lokasi kerja yang sebenarnya atau memperkirakan berdasarkan jangka waktu penggantian yang dianjurkan dalam buku pedoman. 3. Biaya ban Biaya ban dapat diperhitungkan dengan baik adalah menggunakan catatan usia pakai dan biaya ban yang diperoleh dari lokasi kerja. Biaya ban per jam adalah perkiraan biaya ban pengganti dibagi perkiraan masa guna ban dalam jam. 4. Biaya reparasi Biaya reparasi berbeda-beda tergantung pada aplikasi, cara mengoperasikan peralatan, prosedur perawatan dan sebagainya. Namun demikian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara luas, beberapa pembuatan alat berat telah
13 menyusun dalam bentuk tabel biaya reparasi pada beberapa tingkat kondisi operasi. 5. Biaya lain-lain. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti bagian tertentu yang cepat aus dari sebuah alat berat.
TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.
TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan
Lebih terperinciMUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara
PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) PENDAHULUAN MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah
TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan Penebangan (Felling) Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Menurut Ditjen
Lebih terperinciBab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN
Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,
TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan hasil hutan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan
PENDAHULUAN Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan adalah pengangkutan kayu ke tempat penimbunan kayu atau ke empat pengolahan selanjutnya. Pengangkutan di dalam kegiatan
Lebih terperinciMUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN
ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN LOKOTRAKSI DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si
Lebih terperinciBab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN
Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus akan mengalami
Lebih terperinciPengertian, Konsep & Tahapan
Pengertian, Konsep & Tahapan PEMANENAN HASIL HUTAN M a r u l a m M T S i m a r m a t a 0 1 1 2 0 4 7 1 0 1 Umum: DASAR & PENGERTIAN Eksploitasi hutan/pemungutan hasil hutan merupakan istilah yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang bisa dipindahkan ke lokasi lain sehingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Conway (1982) dalam Fadhli (2005) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan
Lebih terperinciSTUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM
STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM Muhdi, *) Abstract The objective of this research was to know the productivity skidding by tractor of Komatsu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon
Lebih terperinciPEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.
PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dikaruniai kekayaan sumber daya hutan yang harus dikelola dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan salah satu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)
3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penebangan Penebangan dimaksudkan untuk memungut hasil hutan berupa kayu dari suatu tegakan tanpa mengikutsertakan bagian yang ada dalam tanah. Kegiatan ini meliputi kegiatan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)
IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter 20 cm dan pohon layak tebang.
Lebih terperinciPENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA
PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA (Log Hauling Uses Five Types of Trucks in Two Industrial Plantation Forest in Sumatera) Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT
Lebih terperinciOleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PRODUKSI PENEBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT INHUTANI II PULAU LAUT (Productivity and Cost of Felling Forest Plantation in PT Inhutani II Pulau Laut) Oleh/By : Marolop Sinaga
Lebih terperincibidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN TRUK DAN TUGBOAT DI HUTAN RAWA GAMBUT : KASUS DI SATU PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Oleh/By : SONA SUHARTANA 1 & YUNIAWATI 2 1) Peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK
PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK Pengeluaran kayu sistem kabel layang di hutan rakyat perlu mendapat perhatian mengingat sampai saat ini kegiatan pengeluaran
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VII BIAYA ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng.
DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VII BIAYA ALAT ALAT BERAT OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciTeknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )
Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Bobot Nilai : Dosen TP : 50 % Dosen AB : 50 % Dosen AB : PR & Diskusi : 30 % Quiz : 30 % UAS : 40 % Referensi 1. Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi.
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai
Lebih terperinciSTANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON
STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON Oleh Sukanda dan Wesman Endom 1 Abstrak Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Gergaji rantai adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 2.1 PWH BAB II TINJAUAN PUSTAKA PWH adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja, dan komunikasi
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU
PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU NURFIKE HASANAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT
Lebih terperinciANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST
ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST Alifudin Salim NRP : 0021003 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan
Lebih terperinciPERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT
PENELITIAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT. TRISETIA INTIGA Disusun oleh: Budi Setiawan
Lebih terperinciANALISIS BlA Y A PENGANGKUT AN KA YU SISTEM REI. DENGAN MENGGUNAKAN LORI DIAREAL HPH PT. DEXTER KENCANA TIMBER - PROPINSI RIAU
I ANALISIS BlA Y A PENGANGKUT AN KA YU SISTEM REI. DENGAN MENGGUNAKAN LORI DIAREAL HPH PT. DEXTER KENCANA TIMBER - PROPINSI RIAU Oleh; ROFINALLY TOGATOROP E. 28. 1792 JURUSAN TEKHNOLOGI HASIL HUT AN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi untuk mencukupi kebutuhan kayu perkakas dan bahan baku industri kayu. Guna menjaga hasil
Lebih terperinciBab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU
Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU Tahap yang esensial dalam kegiatan pemanenan kayu, jenisnya dan dimana lokasinya akan dibicarakan dalam bab ini. Walaupun dalam kenyataannya bebrapa jenis kegiatan dalam
Lebih terperinciKomponen Biaya Standar. Bahan Baku Langsung. Tenaga Kerja Langsung. Overhead. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Tenaga Kerja Borongan
Bentuk Form Komponen Biaya Standar Bahan Baku Langsung Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Borongan Overhead Bahan Baku Tidak Langsung Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya
Lebih terperinciusaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan
34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada
Lebih terperinciTEKNIK PENYARADAN KAYU
TEKNIK PENYARADAN KAYU Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS INVESTASI ALAT BERAT
STUDI ANALISIS INVESTASI ALAT BERAT Viranggo Linardyi NRP. 9721016 NIRM. 41077011970253 Pembimbing : Yohanes Lim Dwi Adianto,Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian
Lebih terperincia. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t
Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara) (Analysis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah Kerja Untuk mengevaluasi tingkat pelayanan terhadap kepuasaan pelanggan bus DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut : Mulai
Lebih terperinciMODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA
MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok
Lebih terperinciBAB III METODOLODI PERHITUNGAN
21 BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi yang dimaksud dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data dan pengolahan data, guna menunjang penyelesaian laporan Tugas akhir dengan
Lebih terperinciKODEFIKASI RPI 20. Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan
KODEFIKASI RPI 20 Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh:
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 5.1.1 Kerapatan Jalan (WD) Utama dan Jalan Cabang Berdasarkan pengukuran dari peta jaringan jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM
PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November
BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan di bidang kehutanan termasuk pekerjaan yang berat dan berbahaya. Sessions (2007) juga menjelaskan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan merupakan salah satu
Lebih terperinciANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA BARAT LILI NURINDAH SARI SIREGAR
ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA BARAT LILI NURINDAH SARI SIREGAR DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Lebih terperinciPERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA)
Yogyakarta, 22 Juli 2009 PERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciANALISIS EKONOMIS SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGGANTIAN EXCAVATOR
ANALISIS EKONOMIS SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGGANTIAN EXCAVATOR Deviana 1, Tommy Christian Yuwono 2, dan Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : dalam pengadaan alat berat untuk sebuah proyek konstruksi,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMANENAN KAYU
PERENCANAAN PEMANENAN KAYU A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PERENCANAAN PEMANENAN KAYU Defenisi : Perencanaan pemanenan kayu diartikan sebagai perancangan keterlibatan hutan beserta isinya, manusia/organisasi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan Bus DAMRI Trayek Blok M Bandara Soekarno-Hatta dapat
Lebih terperinciBAB I HARGA POKOK PRODUKSI
BAB I HARGA POKOK PRODUKSI A. Definisi Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciBIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT
BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT Di dalam suatu proyek konstruksi alat-alat berat yang digunakan dapat berasal dari bermacammacam sumber, antara alain alat berat yang dibeli oleh kontraktor,
Lebih terperinciRINGKASAN Dadan Hidayat (E31.0588). Analisis Elemen Kerja Penebangan di HPH PT. Austral Byna Propinsi Dati I Kalimantan Tengah, dibawah bimbingan Ir. H. Rachmatsjah Abidin, MM. dan Ir. Radja Hutadjulu.
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA
Ujian Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Oleh : BONUS PRASETYO 4105.100.058 Pembimbing : FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Jawa dan Sumatra merupakan
Lebih terperinciSINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN
PEMNENAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN Oleh: Dulsalam SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN Koordinator: Dulsalam TARGET OUTPUT RPI 2010-1014 SINTESIS OUTPUT 1 Teknologi penentuan luas petak tebang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.
BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Hasil Survey Primer Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan secara langsung kepada operator yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. Metode wawancara
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN ( Productivity and Cost of Harvesting Equipment in Forest Plantation: Case study on PT
Lebih terperinciSelesai. Merangkai alat
32 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian Selesai Merancang bentuk alat Menggambar dan menetukan dimensi alat Memilih dan mengukur bahan yang akan digunakan Memotong, membubut dan mengikir bahan
Lebih terperinciSTUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK
JUDUL PENELITIAN STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Oleh : IRAWAN SUDARSONO Nrp. 3106 207 713 1 Latar Belakang Timbulan
Lebih terperinciPSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN
PSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN PENDAHULUAN Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan 01 Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan waktu yang panjang, dimulai dari penanaman,
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH
ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan dengan manusia di muka bumi. Hutan menjadi pemenuhan kebutuhan manusia dan memiliki fungsi sebagai penyangga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
15 3.1 Waktu dan Tempat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Inhutani I UMH Sambarata, Berau, Kalimantan Timur pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. 3.2 Alat dan Bahan Bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi kayu dan prasarana pemanenan kayu dari hutan tergolong memadai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan bahan baku hasil hutan berupa kayu terus meningkat seiring dengan lajunya perkembangan industri hasil hutan dan jumlah penduduk di Indonesia. Kebutuhan kayu
Lebih terperinciKETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 369/Kpts-IV/1985 TANGGAL : 7 Desember 1985 KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.1 No.12, November 2013 ( ) ISSN:
ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH (Studi Kasus Perencanaan Bandar Udara Lokasi Desa Pusungi Kec. Ampana Tete Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah) Stefi Priescha Tauro Jermias Tjakra,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Untuk melakukan evaluasi kinerja dan tarif bus DAMRI trayek Bandara Soekarno Hatta Kampung Rambutan dan Bandara Soekarno Hatta Gambir dibuat langkah kerja
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciPEMBUKAAN WILAYAH HUTAN
PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN A. PENGERTIAN DAN KONSEP Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan yang merencanakan dan membuat sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mengeluarkan kayu. Prasarana
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kapasitas Kendaraan Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciB. BIDANG PEMANFAATAN
5 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 145/Kpts-IV/88 Tanggal : 29 Februari 1988 KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. PURUK CAHU JAYA KETENTUAN I. KETENTUAN II. TUJUAN PENGUSAHAAN
Lebih terperinciC I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Areal Yang Terbuka 5.1.1. Luas areal yang terbuka akibat kegiatan penebangan Dari hasil pengukuran dengan menggunakan contoh pengamatan sebanyak 45 batang pohon pada
Lebih terperinciSTUDI TENTANG LAMA WAKTU PERAKITAN LOG PADA KANAL UTAMA DI PT. SYLVIA ERY TIMBER KABUPATEN NUNUKAN. Oleh IRWANSYAH NIM.
STUDI TENTANG LAMA WAKTU PERAKITAN LOG PADA KANAL UTAMA DI PT. SYLVIA ERY TIMBER KABUPATEN NUNUKAN Oleh IRWANSYAH NIM. 070 500 013 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha
Lebih terperinciPERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pemanenan kayu konvensional merupakan teknik pemanenan
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI PARDI AZINUDDIN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT
Lebih terperinciRp 6.532,42/m3. Sedangkan untuk skyline tahun 1999 sebesar
Wahyu Setio Widodo (E02495025). Analisis Biaya Penggunaan Sistem Kabel Layang untuk Penyaradan Kayu Pinus di Areal Produksi Terbatas, (Studi Kasus di Hutan Pinus, RPH Mandalagiri, BKPH Cikajang, KPH Garut,
Lebih terperinciPRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat :
PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat : 60 Q q E W s dimana : Q produksi alat dalam satu jam (m 3 /jam atau cu.yd/h) q kapasitas alat per siklus (m 3 /siklus atau cu.yd/siklus) W s waktu siklus
Lebih terperinciOleh/By: Sukadaryati ABSTRACT. The extraction of pine logs of thinning activity in plantation forest area is
UJI COBA ALAT KABEL LAYANG P3HH24 UNTUK MENGELUARKAN KAYU PINUS HASIL PENJARANGAN DI AREAL BERBUKIT (Trial of P3HH24 Skyline for Extracting Pine Logs of Thinning Activity in Hilly Area) Oleh/By: Sukadaryati
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang
Lebih terperinciSTUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinci