3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya

dokumen-dokumen yang mirip
Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

{e 1. , e 2. partition dimension of a graph. Aequations Math. 59. no oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Mizan Ahmad, Tri Atmojo Kusmayadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 1.

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf

BAB III PELABELAN KOMBINASI

KAJIAN KELAS GRAF YANG MEMPUNYAI DIMENSI PARTISI n 1 DAN PENENTUAN DIMENSI PARTISI PADA K n {e 1, e 2 }

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n

DIMENSI PARTISI DARI GRAF ULAT

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Dasar

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

BAB II DIMENSI PARTISI

DIMENSI METRIK PENGEMBANGAN GRAF KINCIR POLA K 1 + mk 3

Yuni Listiana FKIP, Universitas Dr. Soetomo Surabaya

PENGERTIAN GRAPH. G 1 adalah graph dengan V(G) = { 1, 2, 3, 4 } E(G) = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) } Graph 2

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH

BAB II LANDASAN TEORI

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

DIMENSI PARTISI PADA GRAF ANTIPRISMA, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF STACKED BOOK

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

DIMENSI PARTISI PADA GRAF C m K n, GRAF C m [P n ],

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

RAINBOW CONNECTION PADA BEBERAPA GRAF

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

DIMENSI PARTISI DARI GRAF LOLLIPOP, GRAF GENERALIZED JAHANGIR, DAN GRAF C n 2 K m

Graf dan Operasi graf

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka

I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu

BAB 2. Konsep Dasar. 2.1 Definisi graf

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf

Dimensi Metrik Graf Pohon Bentuk Tertentu

DIMENSI METRIK PADA GRAF LINTASAN, GRAF KOMPLIT, GRAF SIKEL, GRAF BINTANG DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT

DIMENSI METRIK DARI (K n P m ) K 1

BAB III MATCHING. Sebelum membahas lebih jauh mengenai optimal assignment problem dan

STUDI BILANGAN PEWARNAAN λ-backbone PADA GRAF SPLIT DENGAN BACKBONE SEGITIGA

DIMENSI METRIK DAN DIAMETER DARI GRAF ULAT C m, n

oleh BANGKIT JOKO WIDODO M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan

DIMENSI METRIK PADA GRAF (n, t)-kite, UMBRELLA, G m H n, DAN K 1 + (P m P n )

BAB 2 LANDASAN TEORI

DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos BASIS FOR DETERMINING THE WHEEL GRAPH

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan

DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

Bab 3 HASIL UTAMA. 3.1 Penyusunan Algoritma

BAB II LANDASAN TEORI

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

DIMENSI METRIK PADA HASIL OPERASI KORONA DUA BUAH GRAF

Kode, GSR, dan Operasi Pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini terus

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP:

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR. Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF DENGAN KONEKTIFITAS 1

Dimensi Metrik dan Dimensi Partisi dari Famili Graf Tangga

GRAF AMALGAMASI POHON BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

SEMINAR TUGAS AKHIR RAINBOW CONNECTION PADA GRAF 1-CONNECTED VOENID DASTI ( )

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF k-connected UNTUK k = 1 ATAU 2

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

Nilai Ketakteraturan Jarak dari Famili Graf Roda dan Graf Matahari

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF HUTAN LINIER H t

Transkripsi:

BAB III DIMENSI PARTISI n 1 3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya cukup mudah atau sederhana. Kelas graf tersebut diantaranya adalah P n, K n, C n. Dalam tugas akhir ini, penulis tidak akan membahas semua kelas graf tersebut namun hanya beberapa kelas graf saja yang berkaitan dengan dimensi partisi n 1. Pembahasan ini akan mempermudah mengkajian dimensi partisi n 1. Cukup mudah untuk mengetahui bahwa 2 pd(g) n adalah kisaran untuk suatu G graf terhubung dengan n 2 titik. Lebih khusus, ternyata untuk G dengan n 2 titik, terdapat satu kelas graf khusus dengan n titik yang dimensi partisinya bernilai 2. Proposisi 2 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [3] ) : Misalkan G graf terhubung dengan n 2 titik. Maka pd(g) = 2 jika dan hanya jika G = P n. Bukti : Misalkan P n = v 0 v 1 v 2...v n, pilih Π = {S 1, S 2 adalah partisi V(P n ) dengan S 1 = {v 1 dan S 2 = {v 2, v 3,, v n. Perhatikan r(v 1 Π ) = (0, 1) dan r(v i Π ) = (i 1, 0) untuk 2 i n, sehingga Π adalah resolving partition dari P n. Jadi pd(p n ) = 2. 16

Misalkan Π = {S 1, S 2 adalah resolving partition dari V(G) dengan n titik. G terhubung maka terdapat titik u S 1 dan v S 2 yang bertetangga. Karena koordinat r(w Π ) = (0, d(w, S 2 )), untuk w S 1 dan r(w Π ) = (d(w, S 1 ),0), untuk w S 2 berbeda maka untuk setiap titik di S 1 hanya titik u yang bertetangga dengan satu titik di S 2 dan untuk setiap titik di S 2 hanya titik v yang bertetangga dengan satu titik di S 1. Akan ditunjukkan S 1 dan S 2 merupakan lintasan di G. Karena G graf terhubung, jika S 1 {u maka setiap titik di S 1 bertetangga dengan minimal satu titik di S 1. Lebih lanjut, titik u bertetangga maksimal satu titik di S 1 karena jika u bertetangga dengan dua titik u 1, u 2 S 1 maka r(u 1 Π ) = r(u 2 Π ) = (0,2) kontradiksi dengan Π adalah resolving partition dari V(G). Misalkan w adalah titik yang bertetangga dengan u di S 1. Sama seperti langkah sebelumnya, titik w bertetangga maksimal satu titik di S 1 yang berbeda dengan titik u. Lanjutkan langkah diatas maka dapat kita lihat bahwa S 1 adalah lintasan di G. Dengan cara yang sama, S 2 adalah lintasan di G. Jadi G adalah lintasan. Lebih jauh, setelah tadi mengetahui kelas graf dengan dimensi partisinya bernilai 2, terdapat satu kelas graf khusus lain dengan n titik yang dimensi partisinya bernilai n. Sebelum penulis membahas hal tersebut, akan dibahas terlebih dahulu lemma berikut untuk membantu pemahaman. Lemma 3 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [4] ) : Misalkan Π adalah resolving partition dari V(G) dan u, v V(G). Jika d(u, w) = d(v, w), untuk setiap w V(G) {u, v maka u dan v berada pada partisi yang berbeda di Π. 17

Bukti : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S k dengan u dan v berada pada partisi yang sama, misal : S i dari Π, maka d(u, S i ) = d(v, S i ) = 0. Karena d(u, w) = d(v, w), untuk setiap w V(G) {u, v maka d(u, S j ) = d(v, S j ), untuk setiap j dimana 1 j i k. Jadi r(u Π ) = r(v Π ) sehingga Π bukan resolving partition. Lemma diatas cukup mudah untuk dipahami, sekarang pembahasan mengenai dimensi partisi bernilai n. Proposisi 4 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [4] ) : Misalkan G graf terhubung dengan n titik. Maka pd(g) = n jika dan hanya jika G = K n. Bukti : Banyaknya partisi maksimal untuk graf terhubung dengan n titik adalah n buah. Jadi pd(k n ) n. Berdasarkan Lemma 3, pd(k n ) n. Jadi, pd(k n ) = n. Misalkan G graf terhubung dengan n titik yang mempunyai pd(g) = n, dimana V(G) = {v 1, v 2,..., v n. Akan dibuktikan dengan kontraposisi. Misalkan G K n maka diameter G 2. Akan ditunjukkan pd(g) n 1. Asumsikan d(v 1, v n ) = 1 dan d(v n 1, v n ) = 2. Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 1 merupakan partisi dari V(G), dengan S 1 = {v 1, v n dan S i = {v i untuk 2 i n 1. Untuk setiap i dimana 1 i n 1, hanya kolom ke-i dari r(v i Π ) bernilai 0. Jadi koordinat r(v i Π ), untuk 1 i n 1 berbeda. 18

Untuk v n, kolom ke-1 dari r(v n Π ) bernilai 0, maka r(v n Π ) berbeda dengan r(v i Π ), untuk 2 i n 1. Selain itu, kolom ke-(n 1) dari r(v n Π ) bernilai 2 sedangkan kolom ke-(n 1) dari r(v 1 Π ) bernilai 1 sehingga r(v n Π ) r(v 1 Π ). Jadi Π adalah resolving partition dari G dengan pd(g) n 1. Setelah membahas kelas graf P n dan K n, kali ini penulis akan membahas graf bipartit terhubung. Teorema 5 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [5] ) : Misalkan G graf bipartit terhubung dengan partisi V 1 dan V 2 yang kardinalitas masing-masing p dan q. Dengan demikian, 1. Jika p = q maka pd(g) p + 1, dan 2. Jika p q maka pd(g) maks{p, q Bukti : Misalkan G bipartit terhubung dengan partisi V 1 dan V 2 dimana V 1 = p dan V 2 = q. Bagi menjadi 2 kasus : 1. p = q, Gambar 10 Salah satu cara mencari resolving partition 19

Misalkan V(G) = { u 1, u 2,..., u p,v 1, v 2,..., v q. Misalkan Π = {S 1, S 2,, S p, S p + 1 partisi dari V(G),dengan S i = {u i, v i, untuk 1 i p 1, S p = {u p, dan S p + 1 = {v q. Karena dua titik dengan partisi yang berbeda pasti mempunyai koordinat yang berbeda pula, maka cukup memeriksa koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i p 1. Perhatikan bahwa, d(u i, u p ) selalu genap sedangkan d(v i, u p ) selalu ganjil sehingga koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i p 1 berbeda. Jadi, pd(g) p + 1. 2. p q, tanpa mengurangi perumuman, misal : p > q Gambar 11 Salah satu cara mencari resolving partition Akan dibuktikan pd(g) p. Misal Π = {S 1, S 2,, S p, dengan S i = {u i, v i, untuk 1 i q, S i = {u i, untuk q + 1 i p. Serupa dengan sebelumnya cukup memeriksa r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i q. Perhatikan bahwa, d(u i, u p ) selalu genap sedangkan d(v i, u p ) selalu ganjil sehingga koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i q berbeda. Jadi, pd(g) p. 20

Lebih khusus, jika G graf bipartit lengkap maka 1. pd(g) = p + 1, untuk p = q, dan 2. pd(g) = maks{p, q, untuk p q Bukti : 1. p = q, Cukup dibuktikan pd(g) p + 1. Berdasarkan lemma 3, u 1, u 2,..., u p berada pada partisi berbeda. Begitu pula dengan v 1, v 2,..., v q. Sehingga pd(g) p. Misalkan Π 1 merupakan resolving partition dari K p,q dengan Π 1 = {S 1, S 2,, S p. Haruslah setiap partisi beranggotakan satu titik di V 1 dan V 2. tanpa mengurangi perumuman, misalkan S i = {u i, v i, untuk 1 i p. Perhatikan bahwa koordinat r(u i Π 1) = r(v i Π 1), untuk 1 i p pada kolom ke-i bernilai 0 sedangkan lainnya bernilai 1. Kontradiksi dengan Π 1 merupakan resolving partition. Jadi, pd(g) p + 1 sehingga pd(g) = p + 1. 2. p q, tanpa mengurangi perumuman, misal : p > q Cukup dibuktikan pd(g) p. Berdasarkan lemma 3, u 1, u 2,..., u p berada pada partisi berbeda. Maka pd(g) p. Jadi, pd(g) = p. Kelas graf G dengan n titik dikatakan berkarakteristik jika kelas graf G tersebut mempunyai dimensi partisi tertentu dan dimensi partisi tersebut hanya dipenuhi oleh kelas graf G. Setelah membahas kelas graf diatas kita dapat melihat bahwa P n dan K n dikatakan berkarakteristik. Sedangkan K p,q tidak berkarakteristik. 21

3.2 Graf dengan Dimensi Partisi n 1 Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai dimensi partisi n 1. Penulis akan mengkaji bagaimana mencari semua kelas graf dengan n titik yang mempunyai dimensi partisi n 1. Pertama-tama penulis akan membahas batas bawah dan batas atas dimensi partisi untuk graf dengan n titik yang telah diketahui diameternya. Untuk suatu n bilangan bulat positif dan d dengan n > d 2, kita definisikan g(n, d) sebagai minimum k yang memenuhi pertidaksamaan (d + 1) k n. Teorema 6 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [5] ) : Jika G graf terhubung dengan n 3 titik dan d adalah diameter G maka g(n, d) pd(g) n d + 1. Bukti : Untuk batas atas. Misalkan dua titik u dan v di G dengan d(u, v) = d dan (u, v)-path dengan panjang lintasan d adalah v 1 v 2... v d + 1 dimana u = v 1 dan v = v d + 1. Misalkan V(G) = {v 1, v 2,..., v d, v d + 1,..., v n dan Π = {S 1, S 2,, S n d + 1 partisi dari V(G) dengan S 1 = {v 1, v 2,..., v d dan S i = {v i + d 1 untuk 2 i n d + 1. Kita cukup membandingkan r(v 1 Π ), r(v 2 Π ), sampai r(v d Π ). Perhatikan r(v i Π ) = {0, ( i + d + 1), untuk 1 i d. Jadi pd(g) n d + 1. Untuk batas bawah. Misalkan pd(g) = k dan Π merupakan resolving partition dari G. Setiap koordinat titik di G terhadap Π mempunyai k buah vektor yang tiap-tiap vektor memuat bilangan non negatif berkisar 0 d. Perhatikan bahwa banyaknya semua kemungkinan koordinat titik di G adalah (d + 1) k dan semua koordinat titik 22

sebanyak n buah harus berbeda maka haruslah (d + 1) k n. Dengan pendefinisian g(n, d) diatas maka g(n, d) k = pd(g). Setelah pembahasan terorema 6 dapat kita lihat akibat langsung dari teorema tersebut. Akibat 7 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [6] ) : Jika G graf terhubung dengan n 2 titik dan pd(g) = n 1 maka diameter G = 2. Bukti : Misalkan G graf terhubung dengan n 2 titik dan pd(g) = n 1 maka G bukan graf lengkap sehingga diameter G 2. Tinjau untuk diameter G 3, menurut teorema 6 maka pd(g) n 2, kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi diameter G = 2. Pembahasan lemma, proposisi, dan teorema diatas akan membantu pembuktian teorema tentang dimensi partisi n 1 : Teorema 8 ( Chartrand, Zhang, Salehi 2000 [6] ) : Misalkan G graf terhubung dengan n 3 titik. Maka pd(g) = n 1 jika dan hanya jika G merupakan salah satu dari kelas graf berikut : K 1,n 1, K n e, dan K 1 + (K 1 K n 2 ). Bukti : Berdasarkan proposisi 4 maka masing-masing kelas graf K 1,n 1, K n e, dan K 1 + (K 1 K n 2 ) mempunyai pd(g) n 1. Akan dibuktikan masing-masing kelas graf K 1,n 1, K n e, dan K 1 + (K 1 K n 2 ) mempunyai pd(g) n 1. 23

Misalkan G = K 1,n 1, Pembuktiannya sudah dibahas sebelumnya namun akan dibahas kembali agar lebih memahami pembuktian pada graf K n e dan K 1 + (K 1 K n 2 ). Misalkan V(G) = {v 1, v 2,..., v n dan Π merupakan resolving partition dari V(G). Berdasarkan lemma 3, v 1, v 2,..., v n 1 berada pada partisi berbeda. Maka pd(g) n 1. Misalkan G = K n e, tanpa mengurangi perumuman, misal : e = v n 1 v n Misalkan V(G) = {v 1, v 2,..., v n dan Π 1 merupakan resolving partition dari V(G). Berdasarkan lemma 3, v 1,..., v n 2 berada pada partisi berbeda di Π 1. Begitu pula dengan v n 1 dan v n. Maka pd(g) n 2. 24

Misalkan Π 1 = {S 1, S 2,, S n 2 merupakan n 2 buah partisi dari V(G). Maka terdapat S p, S q Π 1 dengan S q = {v q, v n 1 dan S p = {v p, v n. Perhatikan bahwa r(v q Π 1) = r(v n 1 Π 1) yaitu hanya bernilai 0 pada kolom ke-q dan lainnya bernilai 1. Begitu juga, r(v p Π 1) = r(v n Π 1) yaitu hanya bernilai 0 pada kolom ke-p dan lainnya bernilai 1. Kontradiksi dengan Π 1 merupakan resolving partition dari V(G). Jadi pd(g) n 1. Misalkan G = K 1 + (K 1 K n 2 ), Gambar 15 Beberapa contoh graf K 1 + (K 1 K n 2 ) dengan n = 3,4,5,6 25

Misalkan V(G) = {v 1, v 2,..., v n dan Π 1 merupakan resolving partition dari V(G). Berdasarkan lemma 3, v 1,..., v n 2 berada pada partisi berbeda di Π 1. Maka pd(g) n 2. Misalkan Π 1 = {S 1, S 2,, S n 2 merupakan n 2 buah partisi dari V(G). Bagi menjadi 2 kasus : 1. Terdapat S p, S q Π 1, dengan S q = {v q, v n 1 dan S p = {v p, v n ; Perhatikan bahwa r(v q Π 1) = r(v n 1 Π 1) yaitu hanya bernilai 0 pada kolom ke-q dan lainnya bernilai 1. Kontradiksi dengan Π 1 merupakan resolving partition dari V(G). 2. Terdapat S p Π 1, dengan S p = {v p, v n 1, v n ; Begitu pula dengan kasus ini. Perhatikan bahwa r(v q Π 1) = r(v n 1 Π 1) yaitu hanya bernilai 0 pada kolom ke-q dan lainnya bernilai 1. Kontradiksi dengan Π 1 merupakan resolving partition dari V(G). Dari dua kasus diatas, tidak ada Π 1 dengan n-2 partisi V(G) yang mungkin. Jadi pd(g) n 1. 26

Misalkan G graf terhubung dengan n 3 titik. Akibat langsung teorema 6 maka diameter graf G adalah 2. Pertama, asumsikan G merupakan graf bipartit. Karena diameternya 2, G merupakan graf bipartit lengkap. Jadi G = K r,s untuk suatu r dan s dengan n = r + s 3. Tanpa mengurangi perumuman misalkan r s. Haruslah r = n 1 karena jika r n 2 maka pd(g) n 2. Kontadiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi G = K 1,n 1. Kedua, asumsikan G bukan graf bipartit. Misalkan Y adalah maksimum clique di G. Akan ditunjukkan Y 3. Karena G bukan graf bipartit maka terdapat cycle ganjil di G. Misalkan C 2l + 1 adalah cycle ganjil terkecil di G. Karena G mempunyai diameter 2 maka C 2l + 1 adalah C 3 atau C 5. Misalkan C 5 = v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 1 merupakan cycle ganjil terkecil di G. Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {v 1, v 2, v 3, S 2 = {v 4, S 3 = {v 5 dan S i untuk 4 i n 2 beranggotakan satu titik dari V(G) {v 1, v 2, v 3, v 4, v 5. Cukup memeriksa r(v 1 Π ), r(v 2 Π ), dan r(v 3 Π ). Perhatikan bahwa r(v 1 Π ) = (0, 2, 1, ), r(v 2 Π ) = (0, 2, 2, ), dan r(v 3 Π ) = (0, 1, 2, ). Jadi Π merupakan resolving partition dengan n 2 partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Haruslah C 2l + 1 = C 3 maka G memuat K 3 sebagai subgraf dari G. Jadi Y 3. Misalkan U merupakan subgraf G dengan U = V(G) Y. Graf G bukan graf lengkap maka U 1. Pertama, asumsikan U = 1. Maka G = K s + (K 1 K t ), untuk suatu s, t 27

bilangan bulat. Graf G terhubung maka s 1 dan G bukan graf lengkap maka t 1. Misalkan V(K s ) = {u 1, u 2,..., u s, V(K t ) = {v 1, v 2,..., v t, dan V(K 1 ) = {w. Bagi menjadi 2 kasus : 1. s t, Misalkan Π = {S 1, S 2,, S s + 1, dengan S i = {u i, v i untuk 1 i t, S i = {u i untuk t + 1 i s, dan S s + 1 = {w. Perhatikan bahwa d(u, w) = 1 untuk u V(K s ) dan d(v, w) = 2 untuk u V(K t ) maka Π merupakan resolving partition dengan (s + 1) partisi V(G). Maka pd(g) s + 1. Menurut Lemma 3 maka pd(g) > s. Lebih lanjut pd(g) s karena jika pd(g) = s maka s = n 1 sehingga G = K n. Kontradiksi dengan G bukan graf lengkap. Maka pd(g) s + 1. Jadi pd(g) = s + 1. Karena pd(g) = n 1 maka s = n 2 dan t = 1. Jadi G = K n 2 + (K 1 K 1 ) = K n e. 2. s < t, Misalkan Π = {S 1, S 2,, S t + 1, dengan S i = {u i, v i untuk 1 i s, S i = {u i untuk s + 1 i t, dan S t + 1 = {w. Perhatikan bahwa d(u, w) = 1 untuk u V(K s ) dan d(v, w) = 2 untuk u V(K t ) maka Π merupakan resolving partition dengan (t + 1) partisi V(G). Maka pd(g) t + 1. Menurut Lemma 3 maka pd(g) t. Lebih lanjut pd(g) t karena jika pd(g) = t maka t = n 1 dan s = 0 yang berakibat G tidak terhubung. Maka pd(g) t + 1. Sehingga pd(g) = t + 1. Karena pd(g) = n 1 maka t = n 2 dan s = 1. Jadi G = K 1 + (K 1 K n 2). 28

Sekarang, asumsikan U 2. Akan ditunjukkan terlebih dahulu bahwa U merupakan independent set dari G. Misalkan U bukan independent set dari G maka terdapat dua titik u, w V(U) yang bertetangga. Karena definisi dari Y maka terdapat v Y dengan uv E(G) dan v Y dengan wv E(G) dimana v dan v boleh merupakan titik yang sama. Bagi menjadi 2 kasus : 1. Terdapat satu titik v Y dengan uv, wv E(G). Bagi menjadi 2 sub kasus : 1.1. Terdapat satu titik x Y {v yang tepat bertetangga dengan satu titik u atau w, tanpa mengurangi perumuman misal u. Karena Y 3 maka terdapat satu titik y Y yang berbeda dengan titik v dan x. Untuk lebih jelas, graf G memuat subgraf seperti gambar berikut : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {u, w, y, S 2 = {x, S 3 = {y, dan S i untuk 4 i n 2 masing-masing memuat satu titik dari V(G) {u, w, y, x, v. Cukup memeriksa r(u Π ), r(w Π ), dan r(y Π ). Perhatikan bahwa r(u Π ) = (0, 1, 2, ), r(w Π ) = (0, 2, 2, ), dan r(y Π ) = (0, 1, 1, ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan n 2 buah partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. 1.2. Setiap titik di Y {v bertetangga dengan dua titik u dan w atau tidak bertetangga dengan dua titik u dan w. Jika u dan w bertetangga dengan 29

semua titik di Y {v maka semua titik di (Y {v) {u, w saling bertetangga, kontradiksi dengan definisi Y yang merupakan maksimum clique. Oleh sebab itu, terdapat satu titik y Y yang berbeda dengan titik v, dimana y tidak bertetangga dengan u dan w. Karena diameter G adalah 2 maka terdapat satu titik x di G yang bertetangga dengan u dan v. Untuk lebih jelas, graf G memuat subgraf seperti gambar berikut : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {x, y, w, S 2 = {u, S 3 = {v, dan S i untuk 4 i n 2 masing-masing memuat satu titik dari V(G) {u, w, y, x, v. Cukup memeriksa r(x Π ), r(y Π ), dan r(w Π ). Perhatikan bahwa r(x Π ) = (0, 1, 1, ), r(y Π ) = (0, 2, 1, ), dan r(w Π ) = (0, 1, 2, ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan n 2 buah partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi kasus 1 tidak dapat memenuhi pd(g) = n 1. 2. Terdapat dua titik yang berbeda v dan v di Y dengan uv, wv E(G). Terlebih, untuk setiap y 0 titik di Y, y 0 bertetangga minimal dengan salah satu titik u atau w karena jika sebaliknya (terdapat satu titik y 0 Y dengan uy 0, wy 0 E(G)) kita mempunyai kondisi seperti kasus 1. Jadi haruslah, vw, 30

v u E(G). Karena Y 3 maka terdapat satu titik y Y yang berbeda dengan titik v dan v. Sama dengan yang lainnya, minimal salah satu sisi yu atau yw berada di Y, misalkan yu. Untuk lebih jelas, graf G memuat subgraf seperti gambar berikut : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {u, w, y, S 2 = {v, S 3 = {v, dan S i untuk 4 i n 2 masing-masing memuat satu titik dari V(G) {u, w, y, v, v. Perhatikan bahwa r(u Π ) = (0, 2, 1, ), r(w Π ) = (0, 1, 2, ), dan r(y Π ) = (0, 1, 1, ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan n 2 buah partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi, U merupakan independent set. Kali ini, klaim bahwa N(u) = N(w) untuk setiap u,w U. Maksudnya adalah jika uv E(G) maka wv E(G). Bukti : Misalkan uv E(G) untuk suatu titik v di G maka jelas v Y. Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan wv E(G). Karena Y merupakan himpunan titik dengan maksimum clique maka terdapat satu titik y Y dimana uy E(G). Karena graf G terhubung dan U merupakan independent set maka titik w bertetangga dengan suatu titik di Y. Bagi menjadi 2 kasus : 31

1. Titik w bertetangga hanya dengan titik y. Karena w dan y tidak bertetangga dengan u, terlihat bahwa d(w, u) = 3 yang berakibat kontradiksi dengan diameter G adalah 2. 2. Terdapat suatu titik x di Y yang berbeda dengan y dengan wx E(G). Untuk lebih jelas, graf G memuat subgraf seperti gambar berikut : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {u, w, x, S 2 = {v, S 3 = {y, dan S i untuk 4 i n 2 masing-masing memuat satu titik dari V(G) {u, w, y, v, x. Perhatikan bahwa r(u Π ) = (0, 1, 2, ), r(w Π ) = (0, 2, ), dan r(x Π ) = (0, 1, 1, ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan n 2 buah partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi N(u) = N(w) untuk setiap u,w U. Sampai pembahasan ini, kita dapatkan V(G) = Y U, dengan G[Y] merupakan graf lengkap, Y 3, U merupakan independent set, U 2, dan N(u) = N(w) untuk setiap u,w U. Sekarang, akan ditunjukkan untuk setiap u U terdapat maksimum satu titik di Y yang tidak termuat di N(u). Misalkan sebaliknya, yaitu terdapat dua buah titik x, y Y yang tidak termuat di N(u). Misalkan w titik di U yang berbeda dengan u maka 32

jelas bahwa wx, wy E(G). Karena graf G terhubung maka terdapat titik z Y dengan z N(u) = N(w). Untuk lebih jelas, graf G memuat subgraf seperti berikut : Misalkan Π = {S 1, S 2,, S n 2, dengan S 1 = {y, z, w, S 2 = {u, S 3 = {x, dan S i untuk 4 i n 2 masing-masing memuat satu titik dari V(G) {u, w, y, x, z. Perhatikan r(y Π ) = (0, 2, 1, ), r(z Π ) = (0, 1, 1, ), dan r(w Π ) = (0, 2, 2, ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan n 2 buah partisi. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Jadi, N(u) = Y atau N(u) = Y {v untuk suatu v Y. Ternyata kedua bentuk ini dapat dimasukkan kedalam satu kelas G. Jika N(u) = Y maka G = K s + K t untuk s = Y 3 dan t = U 2. Jika N(u) = Y {v maka G = K s + (K 1 K t ) = K s + K t + 1. Dengan kata lain G = K s + K t dengan t 3 dan berakibat s n 3. Misalkan V(K s ) = {u 1, u 2,..., u s dan V(K t ) = {v 1, v 2,..., v t. Bagi menjadi 3 kasus : 1. s = t, Misalkan Π = {S 1, S 2,, S s + 1, dengan S i = {u i, v i untuk 1 i s 1, S s = {u s, dan S s + 1 = {v s. Cukup memeriksa koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i s 1. Perhatikan bahwa d(u, v s ) = 1 untuk u V(K s ) dan d(v, v s ) = 2 untuk v V(K t ) sehingga r(u i Π ) r(v i Π ). Jadi Π 33

merupakan resolving partition dari G dengan s + 1 buah partisi. Jadi pd(g) s + 1 n 3 + 1 = n 2. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. 2. s > t, Misalkan Π = {S 1, S 2,, S s + 1, dengan S i = {u i, v i untuk 1 i t 1, S i = {u i untuk t + 1 i s, dan S s + 1 = {v t. Cukup memeriksa koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i t 1. Perhatikan bahwa d(u, v t ) = 1 untuk u V(K s ) dan d(v, v t ) = 2 untuk v V(K t ) sehingga r(u i Π ) r(v i Π ). Jadi Π resolving partition dari G dengan s + 1 buah partisi. Jadi pd(g) s + 1 n 3 + 1 = n 2. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. 3. s < t, Misalkan Π = {S 1, S 2,, S t, dengan S i = {u i, v i untuk 1 i s, S i = {v i untuk s + 1 i t. Cukup memeriksa koordinat r(u i Π ) dengan r(v i Π ), untuk 1 i t 1. Perhatikan bahwa d(u, v t ) = 1 untuk u V(K s ) dan d(v, v t ) = 2 untuk v V(K t ) sehingga r(u i Π ) r(v i Π ). Jadi Π merupakan resolving partition dari G dengan t buah partisi. Jadi pd(g) t n 2. Kontradiksi dengan pd(g) = n 1. Setelah pembahasan teorema 8 dapat disimpulkan bahwa tidak ada kelas graf selain K 1,n 1, K n e, dan K 1 + (K 1 K n 1 ) yang mempunyai pd(g) = n 1. Jadi selain graf P n dan K n, kelas graf yang mempunyai pd(g) = n 1 juga dikatakan berkarakteristik. 34