3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor)

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan:

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

TUGAS AKHIR SB091358

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

III. METODE PENELITIAN. beberapa pasar di Kota Bandar Lampung dan di kebun percobaan Universitas

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS


Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

V. GAMBARAN UMUM KPJI

Transkripsi:

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN UKM merupakan salah satu penyumbang dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Kontribusi yang dapat dilihat adalah dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatnya nilai ekspor. Hal ini berpengaruh baik terhadap produk domestik bruto (PDB) serta pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jamur tiram merupakan salah satu komoditi yang berpotensi untuk dibudidayakan dan diolah. Kabupaten Bogor memiliki beberapa UKM yang bergerak dibidang jamur tiram. Saat ini beberapa UKM tersebut memiliki kendala dalam pengelolaan usaha jamur tiram, yakni keseimbangan antara jumlah penawaran dan permintaan akan jamur tiram segar. Jumlah penawaran jamur tiram segar lebih banyak dibandingkan jumlah permintaan di pasar. Akibat dari ketidakseimbangan jumlah penawaran dan permintaan jamur tiram segar adalah, tidak stabilnya harga jual. Jamur tiram dijual dengan harga murah, sehingga petani jamur mengalami penurunan pendapatan bahkan mengalami kerugian. UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor pada umumnya masih dalam produksi skala kecil dan bersifat sederhana. Jumlah jamur tiram yang terbatas membuat pelaku UKM hanya mampu menjual jamur tiram segar saja. Pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor baru terbatas berupa keripik jamur. Hasil survei dan wawancara ke pelaku usaha pengolahan jamur tiram menyebutkan harga jual keripik jamur tiram dapat mencapai Rp 75.000/kg. Berdasarkan informasi tersebut, jamur tiram segar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan seperti kripik maupun kerupuk jamur tiram. Permasalahan yang dihadapi UKM jamur tiram akan mempengaruhi produktivitas dan efisiensi dari kinerja UKM. Pengukuran efisiensi kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana produktivitas dan efisiensi kinerja UKM. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran dan menganalisis efisiensi kinerja dari UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor. Penentuan variabel input dan output diperlukan sebagai indikator pengukuran dan efisiensi. Analisis akan dilakukan dengan metode Frontier Analysis. Frontier Analysis digunakan untuk memudahkan dalam pengolahan data serta pengukuran efisiensi. Hasil pengukuran diharapkan dapat menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi dari UKM, sehingga dapat dijadikan informasi bagi UKM untuk meningkatkan efisiensi kinerjanya. 3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan selama dua bulan dimulai bulan April 2010 sampai Juni 2010. Penelitian dilakukan di UKM Jamur Tiram Kabupaten Bogor yang terletak di Dramaga, Ciomas, Ciampea, Tanah Sereal dan Tajur Halang. 3.3 TAHAPAN PENELITIAN: 3.3.1 Identifikasi Variabel Input dan Output Variabel input output yang akan digunakan adalah hasil modifikasi variabel dari penelitian terdahulu oleh Bayuaji (2008) dalam penelitiannya, yakni pengukuran efisiensi kinerja pada industri tapioka. Beberapa sub variabel input output diubah karena disesuaikan

dengan keadaan UKM yang dijadikan objek penelitian ini. Sub variabel yang diubah adalah jenis mesin serta biaya penyediaan bahan bakar yang digunakan pada variabel teknologi, dan penambahan variabel metode. Variabel metode terdiri dari dua sub variabel, yakni turunan bibit dan takaran bibit. Variabel input output yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Jumlah variabel yang diidentifikasi pada UKM pengolahan terdiri dari tujuh variabel, yakni keuangan (money), tenaga kerja (man), market, bahan baku (material), teknologi (machine), manajemen (management), dan environment. Variabel method tidak dimasukan dimasukkan ke dalam perhitungan karena produk olahan yang dihasilkan tidak sama, sehingga tidak bisa dibandingkan. 1.3.2 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan bantuan penyebaran kuesioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2) dan wawancara. Data sekunder diperoleh dengan melakukan tinjauan pustaka. Responden dalam penelitian ini adalah UKM Budidaya dan Pengolahan Jamur Tiram skala kecil yang didapat dari hasil survey lapang. Data dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang diberikan kepada pengelola UKM. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner, juga dilakukan pengamatan dan wawancara. 1.3.3 Pengolahan Data : Teori Produktivitas Pada tingkat industri, produktivitas dihitung dengan rumus rasio yang berbeda-beda untuk masing-masing unit organisasi. Rasio produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Keuntungan menggunakan teori produktivitas adalah mudah dalam perhitungannya dan dapat diaplikasikan ke dalam berbagai jenis masalah. Hasil perhitungan menunjukkan secara langsung keadaan dari variabel yang ingin dikaji. Penelitian ini menggunakan model produktivitas sebagian (parsial) dan model Haberstar Produvtivity Wheel. Model produktivitas sebagian dijelakan oleh Umar (2009), yakni perbandingan output dengan satu masukan input. Model produktivitas sebagian digunakan untuk menghitung produktivitas variabel tenaga kerja dan modal. Soetisna (2009) mengatakan bahwa Haberstar Produvtivity Wheel Model (Model Roda Produktivitas Haberstar) biasa digunakan manajer perusahaan untuk meningkatkan proutivitas perusahaan. Pada penelitian ini Haberstar Produvtivity Wheel Model digunakan untuk menghitung produktivitas bahan baku, metode, penjualan, dan teknologi. Rumusan produktivitas yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. 8

Tabel 1. Daftar Variabel Input Output UKM budi daya jamur tiram Variabel Definisi Satuan Keterangan Keuangan Asal modal Jumlah Modal Titik Impas Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga kerja Lama Jam Kerja Gaji Tenaga Kerja Pelatihan Tenaga Kerja Teknologi Penggunaan Mesin (alat) Teknologi Jenis Pemanas Biaya Investasi Mesin (alat) Biaya Bahan Bakar Mesin (alat) Bahan Baku Biaya produksi Dari mana modal UKM diperoleh Jumlah modal yang digunakan UKM Lama UKM mengalami impas Jumlah total tenaga kerja setiap UKM Lama jam kerja UKM dalam sehari Gaji tenaga kerja yang dibayarkan UKM setiap bulannya Adanya pelatihan terhadap tenaga kerja Adanya penggunaan mesin dalam proses produksi Alat pemanas yang digunakan untuk sterilisasi Besarnya investasi pengadaan mesin Biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin (alat) Biaya penyedia media bibit Jumlah produksi Jumlah bag log yang digunakan untuk budidaya dalam sebulan Asal Bibit Bibit didapat dari produksi sendiri atau beli Pemasaran dan Produk Umur panen Lamanya jamur untuk siap dipanen Jumlah Produksi Jumlah jamur tiram yang dipanen dalam sehari Harga Penjualan Harga penjualan jamur tiram dan produk olahan Ordinal 1. Sendiri ; 2. Keluarga; 3. Pinjaman Rupiah Tahun Orang Jam per hari Rupiah per hari Ordinal 1. Ya 2. Tidak ada Ordinal 1. Ya 2. Tidak Rupiah Rupiah per bulan Rp per Bag Log Log per bulan Hari Kg jamur segar per hari Rupiah per kg 1. Konvensional 2. Autoclaf 1. Buat sendiri 2. Beli 9

Lanjutan Tabel 1. Metode Turunan Bibit Turunan bibit yang digunkan; F2, F3, F4 2. F2 3. F3 4. F4 Takaran bibit Manajemen Perencanaan Produksi Takaran bibit yang diinokulasikan Adanya perencanaan produksi Pengendalian Kualitas Adanya pengendalian kualitas Environment (Lingkungan) Pengolahan Limbah Pengolahan limbah yang dilakukan dalam UKM budidaya Tanggapan Masyarakat Tanggapan masyarakat terhadap limbah UKM budidaya Spatula Ordinal 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal Ordinal 1. Sangat Baik 2. Cukup Baik 3. Baik 4. Kurang Baik 5. Buruk 1. Sangat Mengganggu; 2. Cukup Mengganggu; 3. Mengganggu; 4. Kurang Mengganggu; 5. Tidak Mengganggu Tabel 2. Daftar variabel input output UKM pengolahan jamur tiram Variabel Definisi Satuan Keterangan Keuangan Asal modal Dari mana modal UKM diperoleh Ordinal 1. Sendiri 2. Keluarga; 3. Pinjaman Jumlah Modal Titik Impas Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga kerja Lama Jam Kerja Jumlah modal yang digunakan UKM Lama UKM mengalami impas Jumlah total tenaga kerja setiap UKM Lama jam kerja UKM dalam sehari Rupiah Tahun Orang Jam per hari 10

Lanjutan Tabel 2. Gaji Tenaga Kerja Teknologi Penggunaan Mesin Biaya Investasi Mesin (alat) Bahan Baku Gaji tenaga kerja yang dibayarkan UKM setiap bulannya Adanya penggunaan mesin dalam proses produksi Besarnya investasi pengadaan mesin Rupiah hari per Ordinal 1. Ya 2. Tidak Rupiah Biaya produksi Biaya pengolahan jamur Rp/kg Asal Bahan Baku Utama Sumber jamur tiram segar didapat 1. Budidaya sendiri 2. Beli Pemasaran dan Produk Jumlah Produksi Jumlah produk olahan yang diproduksi dalam satu bulan Harga Penjualan Harga penjualan produk olahan jamur Manajemen Perencanaan Adanya perencanaan Produksi produksi Pengendalian Adanya pengendalian Kualitas kualitas Environment Lingkungan) Pengolahan Limbah Pengolahan limbah yang dilakukan Tanggapan Tanggapan masyarakat Masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan UKM Kg/bulan Rp/kg Ordinal 3. Ada 4. Tidak ada Ordinal 3. Ada 4. Tidak ada Ordinal Ordinal 1. Sangat Baik 2. Cukup Baik 3. Baik 4. Kurang Baik 5. Buruk 1. Sangat Mengganggu; 2. Cukup Mengganggu; 3. Mengganggu; 4. Kurang Mengganggu; 5. Tidak Mengganggu 11

Tabel 3. Rumusan rasio produktivitas Variabel Sub Variabel Budi daya Pengolahan Keuangan Modal Tenaga Kerja Jam Kerja Jumlah Tenaga Kerja Gaji Bahan Baku Bag log Metode Bibit Penjualan Produk Teknologi Mesin (alat) Composite Performance Index (Marimin, 2002) Composite Performance Index (CPI) merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI : Aij = X ij (min) x 100/ Xi j (min) A (i + 1.j) = (X (I + 1.j) )/ X ij (min) x 100 Iij Ii = Keterangan: = A ij x P j A ij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke j X ij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A (i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke j X (i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke j P j = bobot kepentingan kriteria ke j I ij = indeks alternatif ke-i I i = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke i i = 1, 2, 3,, n j = 1, 2, 3,, m Pada penelitian ini, CPI digunakan untuk menormalisasikan nilai dari hasil perhitungan rasio produktivitas yang memiliki desimal dan satuan yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar nilai produktivitas setiap variabel dapat diperbandingkan. Nilai yang telah dinormalisasikan akan diinterpretasikan berupa diagram layang-layang. 12

Frontier Analysis Cooper., dkk (2000) membuat suatu formula yang dapat digunakan untuk menghitung nilai efisiensi kinerja, yakni: Epq = Maksimumkan untuk s r 1 m i 1 s r 1 m y i 1 v r i x io y v r i x ro rj ij 1 di mana j sebagai kondisi pencapaian optimal; r, v i 0 v i > 0 untuk i = 1,,m ; u r > o untuk r = 1,,s Keterangan: i r j = jumlah output pada UKM Jamur Tiram = jumlah input pada UKM Jamur Tiram = jumlah UKM Jamur Tiram yang dianalisis y ro = nilai output ke-i (i=1,..,m) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) x ro = nilai input ke-j (r=1,..,s) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) u r v r = bobot tertimbang bagi nilai output ke-i (i=1,..,m) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) = bobot tertimbang bagi nilai input ke-j (r=1,..,s) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) Epq =efisiensi relatif UKM Jamur Tiram ke-q (q=1,..,n) bila dievaluasi menggunakan bobotbobot yang diasosiasikan dengan UKM Jamur Tiram ke-p (p=1,..,n) Bobot yang diberikan sesuai dengan tingkat kepentingan dari variabel input outputnya. 3.4 INTERPRETASI DATA Interpretasi data yang akan dibuat ada dua, yakni diagram layang-layang hasil dari perhitungan rasio produktivitas dan hasil dari perhitungan Frontier Analysis. Perhitungan dilakukan dengan bantuan Banxia Frontier Analysis (BFA) software. Hasil dari BFA adalah nilai efisiensi kinerja atau score efficiency dari setiap UKM yang dijadikan sampel. BFA juga akan menghasilkan informasi potential improvement berupa grafik. Berdasarkan hasil BFA tersebut akan diinterpretasikan berupa penjelasan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi kinerja dan dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan efisiensi kinerja UKM. 13

Mulai Identifikasi variabel input output (money, man, machine, market, method, management, material, dan environment) Wawancara Data Rasio Produktivitas Normalisasi (Comperative Performance Index) Pengukuran Efisiensi dengan Banxia Frontier Analyisis Nilai produktifitas dan efisiensi Interpretasi Data selesai Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian 14

IV. KEADAAN UMUM UKM JAMUR TIRAM DI BOGOR 4.1 Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak kurang lebih 60 km dari ibu kota. Kabupaten Bogor mempunyai luas wilayah 298.838.304 Ha dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di dataran bagian selatan, yaitu sekitar 29.28% berada pada ketinggian 15-100 meter dpl, 8.43% berada pada ketinggian 1.000-2.000 meter dpl dan 0.22% berada pada ketinggian 2.000-2500 meter dpl. Kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominai oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basait. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif tembus air, dimana kemampuan meresapkan air hujan tergolong besar (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). Kemiringan Kabupaten Bogor berkisar antara 0 15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%). (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). Ibukota Kabupaten Bogor adalah Cibinong. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi di sebelah utara, Kabupaten Karawang di sebelah timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di sebelah selatan, serta Kabupaten Lebak di sebelah barat. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan,( pada Tabel 2) yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). 4.2 UKM Jamur Tiram di Kabupaten Bogor 4.2.1 Keadaan umum UKM Jamur Tiram di Kabupaten Bogor UKM Jamur Tiram di Bogor, baik budi daya maupun pengolahan secara umum proses produksinya masih tergolong sederhana. Hal ini dikarenakan kemampuan produksi terbatas akibat kurangnya permodalan. Pada UKM budi daya, rata-rata pemiliknya memulai usaha dari coba-coba hinga akhirnya ke tahap lebih serius untuk menjalani usaha budi daya jamur. Modal yang digunakan kecil, dan mereka belum berani meminjam dana ke Bank untuk mengembangkan usaha budi daya jamur. Keuntungan yang diperoleh dijadikan modal lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Masyarakat Bogor belum menjadikan jamur tiram sebagai bahan makanan yang favorit. Hanya kalangan masyarakat tertentu saja yang senang mengkonsumsi jamur tiram, sehingga mengakibatkan labilnya permintaan akan jamur tiram segar. Adanya petani budi daya jamur tiram berskala besar sering kali membuat harga jamur tiram jatuh di pasar tradisional sehingga berdampak buruk terhadap petani jamur tiram berskala menengah dan kecil. Karena hal inilah, sulitnya UKM jamur tiram berskala kecil untuk mengembangkan 15

usahanya. Pelaku usaha jamur tiram sebaikanya mempunyai pasar tersendiri agar dapat menjual jamur tiram segar dengan harga tinggi. Dikarenakan faktor-faktor yang telah disebutkan, maka ada beberapa petani yang menyadari bahwa menjual jamur tiram dalam bentuk segar tidak akan menghasilkan keuntungan yang besar. Supaya nilai tambah dari jamur tiram meningkatkan, beberapa petani berinisiatif mengolah jamur tiram segar menjadi makanan ringan yang bergizi, seperti keripik jamur dan kerupuk jamur tiram. Harga jual produk olahan bisa mencapai 10 kali dari harga jual jamur tiram segar. 4.2.1.1 UKM Budi Daya Jamur Tiram Jamur tiram putih sebagai produk yang dibudidayakan oleah petani dihasilkan dari log-log yang merupakan media pertumbuhan jamur. Bahan-bahan pembuat media tersebut antara lain serbuk kayu, dedak, kapur, gips dan pupuk. Volume produksi jamur tiram di beberapa UKM masih tergolong kecil. Skala kapasitas produksi yang dihasilkan masingmasing UKM budi daya jamur tiram bermacam-macam, dipengaruhi oleh besar modal awal yang diinvestasikan dalam usaha ini. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pelaku usaha budi daya jamur tiram menggunakan modal pribadi untuk memulai usaha. Modal awal ini digunakan untuk membangun rumah kumbung sebagai tempat produksi serta pemeliharaan jamur, membeli peralatan dan bahan baku produksi. Proses budi daya jamur mencakup pembibitan, pembuatan bag log, pemeliharaan dan pemanenan. Pembibitan merupakan proses pembuatan kultur murni yang akan dibiakan menjadi bibit jamur tiram. Pembuatan bag log terdiri dari pencampuran bahan baku bag log dengan nutrisi, pengomposan, pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, dan inkubasi. Pemeliharaan merupakan masa tumbuh dari jamur tiram. Pemanenan merupakan tahap terakhir dari budi daya, yakni pengambilan jamur tiram dewasa. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan bag log: 1. Persiapan Serbuk Kayu Kandungan serbuk kayu yang diperlukan sebagai media tumbuh jamur tiram adalah karbohidrat, serat dan lignin, namun ada serbuk kayu juga memiliki zat yang tidak dibutuhkan dalam proses pertumbuhan miselium. Zat ini adalah getah dan zat ekstraktif (zat pengawt alami yang terdapat pada kayu). Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. 2. Pengayakan Pengayakan dilakukan untuk menghindari benda-benda asing yang tidak dibutuhkan dalam proses pembuatan log dan memisahkan potongan kayu dengan serbuk kayu dari proses penggergajian. Apabila potongan kayu ikut serta dalam bag log, akan mengakibatkan menghambat pertumbuhan miselium dan sobeknya bag log. 3. Pengomposan Serbuk kayu yang akan dikomposkan, terlebih dahulu dicampurka dengan dedak dan bekatul. Pengomposan dilakukan dengan menutup serbuk kayu yang telah dengan plastik atau terpal untuk mengurangi kadar ksigen dalam campuran tersebut. Tujuan dari pengomposan adalah menguraikan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam media tanam agar lebih sederhana. Proses ini membutuhkan waktu selama 1-2 hari. Kompos yang baik adalah apabila kompos teresebut mudah dikepal menjadi gumpalan dan mudah juga untuk dihancurkan kembali. 16

4. Pencampuran Tujuan dari pencampuran bahan media tanam adalah menyediakan sumber hara atau nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram hingga siap panen. Formulasi media tanam dicampur secara manual dengan tenaga kerja. Pencampuran harus dilakukan dengan merata agar nutrisi yang diinginkan homogen dan tidak menggumpal. Jika media tanam menggumpal dapat menghambat pertumbuhan bibit jamur yang ditanam. 5. Pembungkusan Setelah bahan-bahan telah dicampur dan diaduk hingga merata, bahan media tanam dimasukkan ke dalam kantong plastik polipropilen (PP) berkapasitas 1 kilogram., lalu dipadatkan agar bibit dapat ditanam secara merata. Pemadatan dilakukan sampai media mencapai ketinggian sekitar 20 cm. Media kurang padat akan menyebabkan panen tidak optimal, karena media tanam menjadi cepat busuk sebelum berakhirnya panen, sehingga produktifitas menurun. Setelah media dipadatkan, ujung atas plastik dipasang cincin yang terbuat dari bambu kemudian disumbat dengan kapas dan ditutup lagi dengan kertas koran bekas. 6. Sterilisasi bag log Sterilisasi dilakukan untuk membunuh mikroba, khususnya jamur-jamur liar ataupun mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur utama yang ditanam. Caranya dengan memberikan steam (penguapan atau pengukusan) selama 6-8 jam. Sterilisasi dapat dilakukan dengan alat konvensional dan alat sterilisasi modern. Sterilisasi dengan alat konvensional biasanya menggunakan drum dan berbahan bakar gas. Sedangkan alat sterilisasi modern yang digunakan pada salah satu responden dalam penelitian ini adalah autoclaf. 7. Pendinginan Sebelum diinokulasikan dengan bibit jamur, bag log didinginkan terlebih dahulu hingga suhu mencapai 35-40 C. Suhu bag log yang lebih dari 40 C akan mengakibatkan bibit jamur diinoklasikan tidak akan tumbuh. 8. Inokulasi Inokulasi adalah proses memasukan bibit jamur ke dalam bag log. Proses ini harus dilakukan dengan cara aseptis. Inokulasi dilakukan setelah bag log dingin dan dilakukan di ruangan yang telah disterilkan. Selain ruangan, alat-alat yang digunakan untuk inokulasi juga disterilkan dengan menggunakan alkohol dan bunsen. Setiap UKM memiliki jumlah takaran bibit yang berbeda-beda dalam proses inokulasi. 9. Inkubasi Inkubasi atau proses menumbuhkan miselium jamur dilakukan dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi bersuhu 22-28 C dengan kelembaban 90-100%. Suhu ruangan harus tetap terjaga agar pertumbuhan miselium optimum. Bag log diletakkan dengan posisi berdiri. Masa inkubasi bag log adalah 40 hari, atau hingga bag log dipenuhi oleh miselium. 10. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Pemeliharaan dimaksudkan agar keadaan bag log tetap terjaga, sehingga pertumbuhan jamur optimum. Pemeliharaan dilakukan di kumbung. Kegiatan pemeliharaan mencakup menjaga suhu dan kelembapan kumbung, menyeleksi bag log yang telah rusak, dan menjaga kebersihan kumbung. Agar suhu dan kelembapan 17

kumbung tetap stabil, biasanya dilakukan pengkabutan secara berkala, tergantung keadaan cuaca. 11. Pemanenan Proses pemananen dilakukan setelah badan buah jamur dan tudungnya mencapai ukuran optimal (diameter 5-10cm). Pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegran jamur tiram putih dan mempermudah pemasarannya. Pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tangan atau menggunakan pisau tajam. Jamur diambil hingga akar agar tidak ada bagian yang tertinggal yang dapat menyebabkan pembusukan bag log. 18

Serbuk kayu Penjemuran sampai bau berkurang dan warna serbuk menjadi pucat Pengayakan Kapur dan dedak Pengomposan (10 hari) - TSP - Gipsum - Urea - CaCO 3 - Tepung jagung Pencampuran bahan Kantong plastik 24x29 cm Pembungkusan - Cincin bambu - Sumbat Pemadatan berbentuk tabung silinder Sterilisasi (pengukusan) 90-95 C Pendinginan Inokulasi Inkubasi ± 30 hari Suhu optimum 28 C Kelembapan optimum 80% Pertumbuhan dan pemeliharaan pemanenan Jamur tiram segar Gambar 2. Diagram proses budi daya jamur tiram 19

4.2.1.2 UKM Pengolahan Jamur Tiram 1. Kerupuk Jamur UKM A UKM A terletak di Kabupaten Ciomas. UKM A mengolah jamur tiram segar menjadi kerupuk jamur tiram. Jamur tiram yang digunakan sebagai bahan baku utama berasal dari budi daya sendiri. Modal yang dibutuhkan dalam membangun usaha kerupuk jamur tiram sebesar Rp 11.852.966,-. Proses pembuatan kerupuk jamur tiram lebih panjang dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Berikut adalah diagram alir proses pembuatan keripik jamur tiram UKM A: Jamur tiram segar Pencucian Perebusan - Tepung tapioka - Telur - Gula - Garam Penggiligan Pemberian Bumbu Pembungkusan Pengukusan Pendinginan Pengirisan Penjemuran Penggorengan Kerupuk jamur tiram Gambar 3. Diagram proses pembuatan kerupuk jamur tiram UKM A 2. Keripik Jamur UKM B Lokasi UKM B berada di Kabupaten Tajur. UKM B tidak hanya bergerak dibidang budi daya saja, namun juga pengolahan jamur tiram berupa keripik jamur 20

tiram (snack). Jamur tiram yang dihasilkan dari budi daya sendiri dijadikan bahan baku utama dalam bisnis keripik jamur. Modal yang dibutuhkan dalam membangun usaha pengolahan jamur tiram tergolong kecil, yakni lima juta rupiah. Meskipun modal yang digunakan untuk mendirikian usaha pengolahan jamur tiram, UKM B mampu balik modal dalam waktu satu bulan. Berikut ini adalah diagram alir proses pembuatan keripik jamur tiram UKM B. Jamur tiram segar yang telah dibuang tangkainya Pengecilan ukuran Pencucian Penirisan Perebusan (±3 menit) Pendinginan - Tepung beras - Tepung terigu - tapioka Pencampuran ke dalam bumbu dan tepung - Garam - Penyedap - Telur Penggorengan Keripik jamur tiram Gambar 4. Diagram proses pembuatan keripik jamur UKM B 3. Keripik Jamur UKM F UKM F mengolah jamur tiram menjadi keripik jamur tiram. Bedanya dengan UKM B, bahan baku utama yakni jamur tiram dibeli dari pembudi daya jamur tiram. Selain itu yang menjadi pembeda adalah ukuran jamur yang lebih besar, rasa, proses pemasakan, serta ukuran keripik jamur. Proses pemasakan lebih sederhana dan bumbu yang digunakan tidak beragam jika dibandingkan dengan UKM B. UKM F mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan warga yang berada di sekitar lokasi UKM. Produksi tidak dilakukan setiap hari, melainkan seminggu sekali atau tergantung pemesanan. Peralatan yang digunakan untuk 21

memproduksi keripik jamur sudah tergolong bagus. UKM F telah menggunakan spinner untuk menjaga kualitas keripik agar tidak mudah bau akibat dari kandungan minyak yang berlebih. Selain itu, untuk mendukung beroperasinya mesin spinner, UKM F menggunakan genset berbahan bakar bensin. Jamur tiram segar yang tela dibuang tangkainya Pencucian Penirisan Pendinginan - Tepung terigu - Penyedap Pencampuran ke dalam bumbu dan tepung Penggorengan Keripik jamur tiram Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan keripik jamur UKM F 22