V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Efisiensi KinerjaUKM Budi daya Jamur Tiram Variabel Input-Output Budi daya Jamur Tiram Variabel input-output ditentukan berdasarkan pada sumber daya industri. Ilmu manajemen menyebut sumber daya ini dengan sebutan 7M1E, yakni Man, Money, Machine, Methode, Market, Material dan Environment. Pada penelitian ini, variabel Man, Money, Machine, Methode, Management, Material dan Environment dijadikan sebagai variabel input, sedangkan variabel market dijadikan sebagai variabel output. Tabel. 4. Data variabel Money UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PBP (tahun) A Sendiri ,5 B Sendiri belum C Sendiri D Sendiri E Sendiri Variabel Money menunjukkan jumlah uang yang digunakan UKM untuk mendirikan usaha dan lamanya waktu yang dicapai UKM untuk balik modal (Pay Back Perode). Berdasarkan Tabel 3 diketahui modal terbesar dimiliki UKM D dan modal terkecil dimiliki UKM B. UKM B belum mencapai balik modal, hal ini dikarenakan UKM B menjual jamur tiram segar pada tahun pertama sejak berdirinya UKM. Setelah satu tahun kemudian, UKM B membuka usaha pengolahan jamur tiram berupa keripik jamur yang bahan bakunya berasal dari hasil budi daya sendiri Harga jamur tiram diberi harga yang sama dengan biaya produksinya sehingga tidak ada keuntungan lebih yang dihasilkan dari budi daya jamur tiram. Jumlah modal telah dihitung dengan Net Present Value agar dapat dibandingkan. Pay Back Period (PBP) menginformasikan waktu yang diperlukan oleh industri untuk mengembalikan jumlah investasinya. Tabel 5. Data variabel Man UKM budi daya jamur tiram UKM Jumlah Tenaga Kerja Jam Kerja (jam/hari) Gaji/bulan/orang (Rp) Pelatihan/pendidikan khusus A Tidak B Ya C Tidak D Tidak E Tidak Varibel Man menunjukkan penggunaan sumber daya manusia. Variabel ini meliputi jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari, gaji yang dibayarkan setiap bulan serta keterangan 23

2 mengenai pemberian pelatihan khusus kepada pekerja. Sub varibel pemberian pelatihan khusus hanya ada pada UKM budi daya. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya teknik khusus untuk budi daya yang akan mempengaruhi hasil kerja dari pekerja. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa setiap UKM memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda-beda. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan disesuaikan dengan keadaan UKM. Kedaan UKM dapat berupa kapasitas produksi dan jenis alat ataupun mesin yang digunakan. UKM D memiliki jumlah pekerja terbanyak, yakni 15 orang. Jumlah ini sesuai dengan kapasitas produksinya. UKM D memiliki kapasitas terbesar jika dibandingkan dengan UKM lainnya, yakni menghasilkan bag log setiap bulan dan 50 kg jamur tiram segar setiap hari. UKM A memiliki 10 tenaga kerja dengan kapasitas produksi bag log dan 20 kilogram jamur tiram segar per harinya, kemudian diikuti oleh UKM E, C dan B. UKM C dan E memiliki waktu jam kerja terlama, sedangkan UKM B memiliki waktu terendah. Hal ini dapat dikarenakan pemilik UKM B memberi pelatihan kepada pekerja, sehingga mempengaruhi kecepatan dalam bekerja. Nilai yang akan dicari dari produktivitas variabel ini adalah kemampuan untuk menghasilkan bag log setiap orangnya dengan memepertimbangkan upah, dan jumlah tenaga kerja. Tabel 6. Data variabel Machine UKM budi daya jamur tiram UKM Pengguna an mesin Investasi mesin (Rp) Investasi alat (Rp) A Tidak (@70.000, 6 buah) Jenis Mesin/peralatan Konvensional (drum) B Tidak ( 1 buah) Konvensional (drum) C Tidak (@80.000, 2 buah) Konvensional (drum) Kapasitas alat D Iya Autoclaf 0 E Tidak (@90.000, 3 buah) Konvensional (drum) Variabel Machine menunjukan jumlah investasi alat dan mesin yang digunakan UKM dalam proses produksi. Secara umum, UKM budi daya jamur tiram masih bersifat tradisonal dalam memproduksi bag log. Dari lima responden, hanya satu UKM yang memakai mesin, yakni UKM D. Jenis mesin yang digunakan adalah autoclave, yakni mesin untuk mensterilisasi bag log sebelum diinkubasi. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Alat sterilisasi yang digunakan UKM A, B, C dan E adalah bersifat konvensional, yakni menggunakan drum sebagai sterilisator. Bahan bakar yang digunakan drum untuk mensterilisasi adalah tabung gasberkapasitas 3 kg. Autoclave mampu mensterilisasi sebanyak bag log, sedangkan drum mampu menampung sebanyak 150 bag log. Variabel Material menunjukkan berapa jumlah biaya produksi untuk membuat bag log, jumlah bag log yang dibuat dalam satu bulan, serta asal bibit yang digunakan. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa biaya produksi tertinggi terdapat pada UKM E (Rp 1.300), dan biaya produksi terendah dimiliki oleh UKM D (Rp 700). Apabila biaya diproduksi dibandingkan berdasarkan tiga subvariabel di atas, maka dapat dianalisis bahwa besarnya biaya produksi tidak dipengaruhi kapasitas produksi. Hal ini dapat diketahui dari perbandingkan UKM C dengan UKM E. UKM C memiliki kapasitas 8000 bag log per bulan dengan biaya produksi Rp 900 per bag log, sedangkan UKM E berkapasitas bag log 24

3 perbulan memiliki biaya produksi Rp per bag log. UKM D yang memiliki kapasitas terbesar memiliki biaya produksi terendah. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi. Tabel 7 Data variabel Material UKM budi daya jamur tiram UKM Biaya produksi/bag log (Rp) Jumlah bag log/bulan Bibit A Buat Sendiri B Beli C Buat Sendiri D Buat sendiri E Beli Berdasarkan hasil wawancara, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi adalah asal bibit, jenis bahan pengisi bag log yang digunakan, takaran bibit yang diinokulasikan dan letak lokasi UKM. Asal bibit berpengaruh besar terhadap biaya produksi dikarenakan jika bibit dibuat sendiri dapat menekan biaya produksi. Harga jual bibit sekitar Rp Rp per botol, sedangkan biaya produksi bibit Rp per botol. Biaya produksi dipengaruhi juga oleh bahan pengisi bag log. Bahan pengisi bag log yang dimasudkan adalah media tanam dan kandungan nutrisi yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan jamur tiram pada bag log. Setiap UKM memiliki susunan bahan pengisi yang berbeda dalam membuat nutrisi media tanam jamur tiram. Secara umum media yang digunakan sama, yakni serbuk kayu, namun jenis dan jumlah nutrisi yang dicampurkan berbeda. Semakin bagus nutrisi yang digunakan, maka harga dari pembuatan bag log juga akan mahal. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya biaya produksi pengadaan bag log adalah takaran bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log. Bibit bag log dikembangbiakkan di dalam botol kaca. Satu botol bibit dapat digunakan sebanyak spatula. Spatula merupakan alat penakar yang digunakan untuk mengambil bibit di dalam botol. Semakin banyak jumlah takaran yang diinokulasikan ke dalam bag log maka semakin cepat habis bibit yang ada di dalam botol, dan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bibit. Faktor terakhir yang mempengaruhi biaya produksi adalah lokasi UKM. Lokasi UKM yang strategis akan membantu dalam penekanan biaya produksi. Lokasi yang dimaksudkan adalah dekat dengan pasar, dekat dengan penyedia bahan baku serta fasilitas transportasi yang mendukung. Tabel 8. Data variabel Market UKM budi daya jamur tiram UKM Sub Variabel 1 Sub Variabel 2 Sub Variabel 3 Sub Variabel 4 Sub Variabel 5 Sub Variabel 6 A B C D E Keterangan: Sub variabel 1 Sub variabel 2 : Jumlah produksi jamur tiram segar kg/hari : Harga jual jamur tiram segar (Rp/kg) 25

4 Sub variabel 3 Sub variabel 4 Sub variabel 5 Sub variabel 6 : Harga jual bag log (Rp/bag log) : Jumlah bag log yang dijual setiap bulan : Jumlah bibit yang dproduksi dan dijual setiap bulan : Harga bibit (Rp/botol) Tabel 8 menujukkan data dari variabel Market yang terdiri dari empat sub variabel, yakni jumlah produksi jamur tiram segar setiap harinya, harga jual per kilogram, jumlah bag log yang dijual, jumlah bag log yang dijual, jumlah bibit yang diproduksi dan dijual serta harga bibit. Jumlah panen per bag log adalah kemampuan panen bag log dalam satu siklus masa hidup, yakni selama empat bulan. Kemampuan panen setiap UKM berbeda-beda. Kemampuan panen dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang ada di dalam bag log dan perawatan jamur tiram selama masa pemeliharaan. Sub variabel jumlah produksi dipengaruhi oleh jumlah bag log yang diproduksi. Nilai harga jual jamur tiram UKM A, B, C, dan D tidak jauh berbeda, sedangkan UKM E memiliki harga jual tertinggi. UKM A, B, C, dan D menjual jamur sesuai dengan harga pasar tradisonal. Harga di pasar tradisional ditentukan oleh pengepul jamur tiram dengan mempertimbangkan banyaknya jamur yang masuk ke dalam pasar. UKM C dan D menjual jamur tiram segar di pasar tradisional melalui perantara pengepul. UKM A dan UKM B tidak menjual jamurnya ke pihak lain, melainkan digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat produk olahan jamur tiram. UKM E menjual jamur tiram segar di Supermarket Yogya, ke restoran-restoran dan ke relasi pemilik UKM E sehingga harga jual tinggi. UKM A, D, dan E memiliki sumber penghasilan tidak hanya dari hasil penjualan jamur tiram segar saja, tetapi juga dari hasil penjualan bag log yang siap dibudidayakan. Tabel 9. Data variabel Method UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Sterilisasi Turunan Bibit Takaran Bibit (spatula) Kemampuan panen bag log A Ya F2 4 6 B Ya F1 2 5 C Ya F2 4 5 D Ya F1 3 6 E Ya F2 5 5 Variabel Method terdiri dari tiga sub variabel, yakni proses sterilisasi, jenis turunan bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log, dan banyaknya bibit yang digunakan. Penggunaan jenis turunan bibit mempengaruhi hasil panen dan biaya produksi. Apabila menggunakan turunan bibit F1, maka umur hidup bag log lebih lama, produktivitas bag log tinggi, jamur tiram yang dihasilkan lebih besar dan tebal. Bibit F1 merupakan kultur murni sehingga mampu menghasilkan jamur tiram yang berkualitas. Penggunaan jenis turunan bibit juga mempengaruhi biaya produksi. Pada umumnya harga bibit F1 lebih mahal. Semakin panjang turunan bibit yang digunakan, harga bibit semakin murah. Jumlah takaran bibit yang masukkan ke dalam bag log juga mempengaruhi ketahan miselium untuk berkembang dalam bag log dan jamur tiram yang dihasilkan. Semakin banyak takaran yang digunakan, maka semakin cepat pertumbuhan miselium. Pada Tabel 10. menujukkan data variabel Environment dan Management UKM budi daya. Variabel Environment atau limbah terdiri dari tiga sub variabel, yakni ada atau tidaknya limbah yang dihasilkan oleh UKM budi daya, cara pengolahan limbah, dan tanggapan 26

5 masyarakat mengenai cara pengolahan limbah. Dari lima responden, semuanya menghasilkan limbah, namun UKM E memiliki cara pengolahan limbah yang buruk. UKM E membuang limbah ke sungai di dekat lokasi, sehingga limbah berupa kantung plastik bag log akan menghambat aliran sungai. Variabel Management terdiri dari dua sub variabel, yakni perencanaan produksi dan pengendalian kualitas. Tabel 10. Data variabel Environment dan Management UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Hasil Limbah Enviroment Cara Pengolahan Tanggapan masyarakat Management Perencanaan A Ada Sangat baik Tidak mengganggu `Ya Ya B Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya C Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya D Ada Sangat Baik Tidak mengganggu Ya Ya E Ada Kurang baik Kurang menggangu Ya Ya QC Analisis Indeks Kinerja UKM Budi daya Jamur Tiram Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode Composite Performance Index (CPI) dari lima responden UKM budi daya. Metode CPI akan menghasilkan nilai masing-masing variabel yang berada dalam jangkauan yang sama. Jangkauan nilai yang digunakan pada penelitian ini adalah 0-. Jangkauan nilai dikategorikan menjadi tiga, yakni kecil (0-39.9), sedang ( ) dan besar (75.0-,0). Pembagian kelas dilakukan untuk menganalisis kinerja secara lebih detail. Gambar 6 adalah diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari delapan variabel, UKM A budi daya memiliki jangkauan besar pada variabel Keuangan (), Tenaga Kerja (79), Manajemen () dan Lingkungan (). Bahan Baku (56), Metode (60) dan Market (66) memiliki jangkauan sedang ( ). Produktivitas variabel Teknologi memiliki nilai terkecil yakni (30.36). UKM A menggunakan drum sebagai sterilisator dan gas elpiji 3 kg sebagai bahan bakar. UKM A memiliki enam buah drum yang berkapasitas 150 bag log, namun pengguanaannya tidak digunakan secara maksimum. UKM A mengisi 123 bag log. Bahan bakar gas memberikan kontribusi besarnya biaya penyediaan bahan bakar, sehingga terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan alat dan pemborosan energi bahan bakar. Biaya produksi bag log UKM A tergolong besar, yakni Rp Hal ini mengakibatkan variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang. Pendapatan terbesar UKM A didapat dari penjualan bag log, karena hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama dalam memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk. Harga jual jamur tiram dijual dengan harga rendah untuk menekan biaya produksi usaha krupuk jamur tiram sehingga keuntungan dari usaha budi daya rendah. Hal tersebut mengakibatkan variabel Keuangan dan Market berada pada jangkauan rendah. Variabel Tenaga Kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan upah yang tenaga kerja besar, yakni Rp per orang. Tenaga kerja UKM A mampu menghasilkan bag log per orang dalam satu bulan. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang dikarenakan bag log mampu panen sebanyak enam kali dengan menggunakan 4 takaran bibit yang diinokulasikan. 27

6 TEKNOLOGI LINGKUNGAN 30,36 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 66 MARKET 60 METODE Gambar 6. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram Gambar 7 di bawah ini menunjukkan diagram layang produktivitas variabel inputoutput UKM B. Terdapat lima variabel yang berada dalam jangkauan besar ( ), yakni Keuangan (86), Lingkungan (), Manajemen (), Market (97) dan Metode (). Variabel Bahan Baku (49) dan Tenaga Kerja (55) berada di jangkauan sedang. Satu-satunya variabel yang berada di jangkauan kecil ada variabel Teknologi (25.3). Gambar 7 menunjukkan bahwa variabel Keuangan UKM B belum mencapai maksimal. Hal ini dikarenakan harga jual jamur tiram segar yang belum mampu menutup modal yang digunakan untuk mendirikan usaha budi daya jamur tiram. UKM B telah berdiri selama 1,5 tahun, namun belum mengalami balik modal akibat dari harga jual yang tidak stabil di pasar tradisional. Kerugian dialami UKM B pada tahun pertama. Pelaku usaha UKM B membuat pengolahan jamur tiram sebagai solusi untuk mengatasi kerugian. Jamur tiram segar diolah menjadi keripik (snack). Panen yang dihasilkan setiap harinya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan keripik jamur, sehingga harga jamur tiram segar menjadi stabil, yakni Rp per kilogram. Harga jual jamur tiram segar dijadikan biaya produksi pada usaha keripik jamur. TEKNOLOGI LINGKUNGAN KEUANGAN 86 25, TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 97 MARKET METODE Gambar 7. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B budi daya jamur tiram Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan sedang ( ) karena upah tenaga kerja rendah, yakni Rp per tenaga kerja.variabel Bahan Baku memiliki jangkauan 28

7 sedang, karena biaya produksi untuk penyediaan satu bag log besar, yakni Rp dan kemampuan bag log untuk panen adalah sebanyak lima kali dalam satu siklus masa hidupnya. Variabel Metode berada dalam jangkauan tinggi disebabkan penggunaan jenis bibit F1, yakni turunan pertama dari bibit murni. UKM B memasukkan bibit sebanyak dua takaran bibit pada bag log agar mampu panen sebanyak lima kali. Variabel Teknologi memiliki jangkauan rendah, karenaukm B tidak memanfaatkan penggunaan alat secara maksimum dalam mensterilisasi bag log. UKM B memiliki dua drum untuk mensterilisasi yang berkapasitas 150 bag log. Dalam proses sterilisasi bag log, UKM B hanya memanfaatkan satu drum dengan 96 bag log. Secara UMUM UKM B dapat dikatakan memiliki produktivitas yang tinggi karena memiliki lima dari delapan variabel yang berada di jangkauan besar. TEKNOLOGI LINGKUNGAN MANAJEMEN KEUANGAN 30, MARKET 50 TENAGA KERJA 65 BAHAN BAKU METODE Gambar 8. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM C budi daya jamur tiram UKM C (Gambar 8) merupakan UKM memiliki produktivitas terendah. UKM C memiliki jangkauan besar hanya pada variabel Lingkungan () dan Manajemen (). Variabel lainnya seperti Bahan Baku dan Metode berada dalam jangkauan sedang yang bernilai berturut-turut 65 dan 50. Jangkauan kecil dimiliki oleh variabel Teknologi (20), Keuangan (16), dan Market (24). Sumber pendapatan UKM C berasal dari penjualan jamur tiram segar. Harga jualnya Rp per kilogram dengan jumlah panen sebesar 15 kilogram setiap harinya. Pendapatan ini masih belum cukup untuk menutupi biaya produksi dan oprasional UKM C. Pengaturan penggunaan sumber daya juga masih buruk, sehingga mengakibatkan beberapa variabel berada dalam jangkauan sedang dan rendah. Gambar 9 memberikan informasi mengenai UKM D. UKM D memiliki jangkauan besar hampir diseluruh variabel input-output, kecuali variabel Keuangan. Penggunaan sumber daya yang dimiliki sudah dipergunakan dengan baik. Sumber pendapatan UKM D adalah hasil dari penjualan jamur tiram, bag log, dan bibit. Hasil penjualan tersebut belum memiliki keuntungan yang besar sehingga tingkat produktivitas keuangannya masih berada di jangkauan sedang. Modal dengan jumlah yang besar digunakan untuk membangun UKM D sehingga membuat variabel Keuangan berada pada jangkauan sedang. Bibit yang diinokulasikan pada bag log adalah buatan sendiri sehingga biaya produksi rendah. UKM D juga menggunakan autoclave yang berkapasitas 0 bag log, sehingga lebih menghemat waktu, bahan bakar serta tenaga kerja dalam memproduksi bag log. 29

8 TEKNOLOGI,0 LINGKUNGAN KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 80 METODE MARKET Gambar 9. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM D budi daya jamur tiram UKM E memiliki tiga variabel yang berada di jangkauan besar, empat variabel berada di jangkuan sedang dan dua berada di jangkauan rendah. Produktivitas UKM E dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan diagram layang-layang dapat diketahui varibael Manajemen (), Market (81), dan Tenaga Kerja (81) berada dalam jangkauan besar. Variabel Lingkungan (60), Keuangan (64), Bahan baku (45) dan Metode (40) berada dalam jangkauan sedang, sedangkan variabel Teknologi (20) berada pada jangkauan kecil. Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan besar karena pekerja UKM E memiliki produktivitas yang tinggi, yakni mampu menghasilkan bag log per orang dalam waktu satu bulan. Sumber pendapatan UKM E berasal dari penjualan jamur tiram segar dan bag log. UKM menjual jamur tiram dengan harga tinggi, yakni Rp per kilogram dan harga jual bag log Rp UKM E tidak menjual jamur tiram ke pasar tradisional, melainkan menjual ke supermarket dan restoran. Variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang dikarenakan UKM E memiliki biaya produksi besar, namun bag log hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang karena UKM E menggunakan jumlah takaran bibit yang banyak, namun hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. UKM E memiliki jangkauan sedang pada Variabel Lingkungan. Hal ini dikarenakan UKM tidak mengolah limbahnya dengan baik. Bag log yang telah rusak, dibuang ke sungai tanpa memisahkan plastik dengan isi bag log. Berdasarkan uraian di atas, maka produktivitas UKM E masih rendah. TEKNOLOGI LINGKUNGAN 60 30,2 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU 40 MANAJEMEN METODE MARKET 81 Gambar 10. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM E budi daya jamur tiram 30

9 Setelah melakukan perbandingan kinerja masing-masing UKM budi daya, analisis selanjutanya adalah melakukan perbandingan kinerja secara agregat. Perbandingan kinerja ini dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar tersebut menunjukkan kondisi dari produktivitas UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor. TEKNOLOGI LINGKUNGAN KEUANGAN,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TENAGA KERJA BAHAN BAKU A B C D MANAJEMEN METODE E MARKET Gambar 11. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor Variabel UKM budi daya jamur tiram memiliki nilai produktivitas yang bervariasi. Berikut ini data secara keseluruhan produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor yang diasjikan ke dalam Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 diketahui produktivitas variabel yang terbaik adalah UKM D, karena memiliki tujuh dari delapan variabel yang berada dalam jangkauan besar. Artinya, UKM D telah berusaha untuk memanfaatkan sumber daya dengan tepat. UKM yang memiliki nilai produktifitas terendah adalah UKM C. Tabel 11. Data produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor Parameter UKM A UKM B UKM C UKM D UKM E Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Metode (Methode) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Produktivitas variabel Bahan Baku (Material) didapat dari hasil bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan biaya produksi per bag log. UKM D () memiliki nilai produktivitas variabel Bahan Baku yang sempurna, sedangkan nilai produktivitas yang terkecil dimiliki oleh UKM E (45). Produktivitas variabel Metode (Method) didapat dari hasil 31

10 bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan banyaknya takaran bibit yang dimasukkan ke dalam bag log. UKM B () memiliki nilai tertinggi sedangkan UKM E (40) memiliki nilai produktivitas variabel Metode terendah. Produktivitas variabel Market didapat dari hasil bagi antara total pendapatan UKM dengan biaya produksi. UKM D () memiliki nilai terbesar, kemudian diikuti oleh UKM B (97), E (81), A (66) dan terkecil adalah UKM C. UKM budi daya jamur tiram masih memiliki peluang dalam pengembangan usaha melihat dari variabel Market yang berada dalam rentang nilai yang tinggi dan sedang. Produktivitas variabel Teknologi (Machine) menunjukan keefisienan dalam pengguanan bahan bakar untuk mengoperasikan mesin ataupun alat. Nilai produktivitas variabel Teknologi dihasilkan dari perhitungan bagi antara biaya produksi dibagi dengan jumlah bag log yag dibuat. Dari lima responden, hanya UKM D () yang menggunakan mesin untuk mensterilisasi bag log, sedangkan UKM yang lainnya menggunakan alat konevensional, yakni drum sebagai alat sterilisasi bag log. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa hanya UKM D yang berada di jangkauan besar, sedangkan responden lainnya berada di jangkauan rendah. Hal ini dikarenakan biaya oprasional yang dibutuhkan untuk mensterilisasikan dengan mengunakan drum lebih mahal jika dibandingkan dengan menggunakan autoclave. Bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan drum adalah gas elpiji 3kg. Harga gas elpiji 3kg adalah Rp per tabung. Kapasitas maksimum drum adalah 150 bag log. Bahan bakar untuk mengoperasikan autoclave adalah kayu bakar. Biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan kayu bakar setiap sterilisasi adalah sebesar Rp dengan jumlah produksi 900 bag log. Nilai variabel Manajemen dan Lingkungan didapat dengan melakukan penilaian secara ordinal berdasarkan jawaban kuesioner. Perbandingan Kinerja Berdasarkan Kapasitas Produksi Tabel 12. Kapasitas produksi UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Kapasitas Rasio Jenis A B < 50 C < 50 D E < 50 UKM budi daya jamur tiram di Bogor memiliki kapasitas produksi berbeda-beda. Pada penelitian ini, kapasitas produksi dibagi berdasarkan rasio kapasitas produksi bag log yakni lebih besar sama dengan 50 bag log, dan kurang dari 50 bag log. Pembagian menjadi dua berdasarkan dari hasil perhitungan rasio dengan menggunakan Composite Performance Index (CPI). Perbandingan kinerja dengan memperhitungangkan produktivitas berdasarkan kapasitas UKM dilakukan untuk melihat pengaruh kapasitas produksi UKM terhadap kinerja UKM. Perbandingan kinerja UKM berkapasitas 50 bag log dapat dilihat pada Gambar 12 UKM berkapasitas 50 bag log memiliki jangkauan besar (75-) pada variabel manajemen, lingkungan dan tenaga kerja. Berdasarkan diagram layang-layang juga diketahui bahwa UKM D lebih baik dibandingkan dengan UKM A. Hal ini dapat dilihat dari jauhnya selisih nilai variabel teknologi, bahan baku, metode, dan market. UKM A hanya memiliki jangkauan tinggi pada variabel keuangan (), tenaga kerja (79), manajemen () dan lingkungan (). 32

11 KEUANGAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU A D MANAJEMEN METODE MARKET Gambar 12. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Nilai produktivitas variabel Bahan Baku UKM D besar, dikarenakan biaya produksinya rendah. Biaya produksinya sebesar Rp 700/bag log dan mampu panen sebanyak enam kali selama satu siklus hidup bag log. UKM A memiliki biaya produksi lebih mahal, yakni Rp 1.250/bag log yang mampu menghasilkan jamur tiram juga sebanyak enam kali. UKM D dapat memanfaatkan jumlah takaran bibit yang digunakan untuk menghasilkan kemampuan panen bag log secara maksimum. UKM A dan UKM D memiliki kemampuan panen yang sama yakni enam kali dalam satu siklus hidup bag log, namun UKM D menggunakan jumlah takaran bibit lebih sedikit daripada UKM A. UKM D membutuhkan tiga takaran bibit, sedangkan UKM A sebanyak empat takaran bibit. Nilai variabel Market UKM A lebih rendah karena jumlah panen jamur tiram yang dijual lebih sedikit dibandingkan dengan UKM D. Harga jual jamur tiram segar UKM A juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan kerupuk jamur, sehingga pemilik UKM A menggunakan harga rendah supaya biaya produksi pembuatan kerupuk jamur menjadi rendah. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Parameter UKM A UKM D Keuangan (Money) 64 Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) 56 Metode (Methode) Market 66 Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Produktivitas kinerja UKM berkapasitas < 50 bag log ditunjukkan pada Gambar 13. Jangkauan nilai variabel input output pada UKM berkapasitas < 50 tidak merata. Hanya 33

12 variabel Manajemen saja yang berada di jangkauan besar ( ), sedangkan variabel lainya memiliki nilai yang beragam. Variabel Keuangan UKM berkapasitas < 50 bag log memiliki perbedaan nilai, UKM B (86) memiliki nilai produktivitas lebih besar dibandingkan dengan UKM C (25) dan E (56). Variabel Tenaga Kerja UKM berkapasitas <50 bag log berada dalam jangkauan kecil ( ) pada UKM C (18), jangkauan sedang pada UKM B (55) dan jangkauan besar pada UKM E (81). Variabel Bahan Baku UKM berkapasitas < 50 bag log berada di jangkauan kecil, kecuali pada UKM C (65). KEUANGAN TEKNOLOGI TENAGA KERJA LINGKUNGAN BAHAN BAKU B C E MANAJEMEN METODE MARKET Gambar 13. Diagram layang-layang variabel input- output UKM berkapasitas < 50 budi daya jamur tiram Variabel Metode UKM C (50) dan E (40) berkapasitas <50 bag log memiliki jangkauan sedang, sedangkan UKM B berada pada kisaran jangakauan besar. Produktivitas variabel Market berada di jangkauan besar kecuali pada UKM C (24). Semua UKM budi daya Jamur Tiram berkapasitas < 50 memiliki niali yang berada di jangkauan kecil. Variabel Manajemen dan Lingkungan UKM berkapasitas <50 bag log memiliki nilai jangkauan yang besar, kecuali pada UKM E memiliki Lingkungan yang sedang ( ). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa UKM B adalah UKM yang memiliki produktivitas terbaik dibandingkan UKM C dan E. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 14. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas < 50 bag log Parameter UKM B UKM C UKM E Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Metode (Methode) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) 60 Teknologi (Machine)

13 5.2 Analisis Efisiensi Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram Variabel Input-Output Pengolahan Variabel input-output yang digunakan dalam mengukur kinerja UKM Pengolahan adalah money, man, material, management, market, machine dan environment. Variabel Method tidak dipergunakan karena produk yang dihasilkan responden tidak sama, sehingga proses produksinya pun berbeda. Tabel 15 menunjukkan variabel Money pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM A memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk jamur, UKM B dan UKM F memproduksi berupa keripik jamur. Dari ketiga UKM pengolahan, UKM B yang memiliki modal terendah dan telah mengalami balik modal dalam waktu cepat (Pay Back Period), yakni 1/4 tahun atau sekitar 3 bulan. UKM A dan F belum mengalami balik modal. UKM A belum mengalami balik modal dikarenakan sistem pembayarannya. Pembayaran dilakukan pada saat kerupuk jamur telah laku terjual di toko-toko, sehingga perputaran uang pada UKM A tidak lancar. UKM F belum mengalami balik modal dikarenakan jumlah modal yang tergolong besar yakni pembangunan tempat usaha dan pembelian mesin spinner. Tabel 15. Data variabel Money UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PEB (tahun) A Sendiri Belum B Sendiri /4 F Sendiri dan Keluarga Belum Tabel 16. Data variabel Man UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Jumlah Tenaga Kerja Jam kerja/hari (Jam) Gaji per bulan (Rp) A B F Tabel 16 menunjukan data varibel Man pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM B memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak, yakni enam orang. UKM B dapat memberdayakan enam orang dengan upah yang lebih rendah dibandingkan UKM lainnya. Pada umumnya tenaga kerja dari ketiga UKM adalah tetangga atau warga sekitar lokasi UKM berada. Tabel 17. Data variabel Machine UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Penggunaan Mesin Investasi Mesin (Rp) Keterangan A Tidak 0 B Tidak 0 F Ya spinner - siller Pada proses pengolahan ketiga UKM terdapat proses pengeringan produk dari minyak goreng. Proses pengeringan dilakaukan secara tradisional, yakni menggunakan saringan yang terbuat dari kayu. Proses pengeringan membutuhkan waktu 10 menit/kg jamur olahan. UKM F menggunakan spinner untuk mempercepat proses pengeringan atau pengurangan kadar 35

14 minyak dari keripik jamur. Spinner yang digunakan adalah spinner yang berkapasitas 3kg. Penggunaan spinner dapat menghemat waktu pengeringan dan kadar minyak rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan adalah dua menit per kilogram. Kadar minyak yang rendah akan menghasilkan makanan yang mutunya terjaga, karena makanan lebih renyah, umur simpan makanan menjadi lebih lama, dan higienis. Selain spinner, alat yang digunakan dalam proses pengolahan jamur tiram adalah siller. Siller digunakan dalam proses pengemasan keripik jamur. Tujuan dari penggunaan siller adalah menghasilkan produk dengan kemasan yang rapih dan menghemat waktu dalam proses pengemasan. Proses pengemasan pada UKM A dan B masih bersifat tradisional, yakni menggunakan lilin sebagai perekat kemasan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengemasan dengan cara tradisional adalah 3-5 menit/kg produk olahan dan 1.5 menit/kg dengan penggunaan siller. Tabel 18. Data variabel Material UKM pengolahan jamur tiram UKM Biaya produksi (Rp/ kg jamur basah) Asal bahan baku A Lahan sendiri (Rp. 6000) B Lahan sendiri (Rp. 7500) F Beli (Rp. 8000/kg jamur basah) Tabel di atas menunjukkan varibel Material pada UKM pengolahan jamur tiram. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa asal bahan baku tidak mempengaruhi biaya produksi. Faktor yang memberikan pengaruh besar adalah upah tenaga kerja dan bahan baku sekunder, seperti bumbu-bumbu dan bahan kemasan. UKM A memiliki harga bahan baku utama termurah, namun bahan baku tambahan lebih banyak digunakan dan proses pembuatannya berbeda dengan UKM B dan F. Biaya produksi UKM B lebih rendah jika dibandingkan dengan UKM F, walaupun dari jumlah jenis bahan baku yang digunakan UKM B lebih banyak daripada UKM F. Hal ini dikarenakan UKM F memiliki biaya tambahan pada pengendalian mutu produk. UKM F menggunakan spinner dalam proses pengeringan untuk mengurangi kadar minyak, dan memperbaiki rasa serta menjaga umur simpan keripik jamur. UKM F membutuhkan listrik tambahan untuk mengoperasikan mesin spinner, dikarenakan listrik yang tidak memadai. UKM F menyediakan genset berbahan bakar bensin sebagai penyedia tenaga listrik. Tabel 19. Data variabel Market UKM pengolahan jamur tiram UKM Jumlah produksi (kg/bulan) Jumlah penjualan (kg/bulan) Harga (Rp/kg) Iklan A Tidak B Ya F Tidak Tabel 19 menujukkan data variabel Market yang terdiri dari subvariabel jumlah produksi, jumlah penjualan, harga jual, dan iklan. UKM B memiliki jumlah penjualan terbesar dan melakukan promosi melalui media cetak dan radio. UKM A memiliki harga jual terendah, sedangkan UKM B dan F yang sama-sama memproduksi keripik jamur memiliki harga jual Rp Pada Tabel 20 menunjukkan data variabel Manajemen dan Lingkungan. UKM pengolahan jamur tiram pada umumnya memiliki manajemen dalam 36

15 perencanaan produksi dan pengendalian kualitas. UKM pengolahan juga sudah menerapkan pengolahan limbah secara baik. Tabel 20. Data variabel Manajemen dan Lingkungan UKM pengolahan jamur tiram UKM Manajemen Perencanaan Produksi Lingkungan QC Limbah Cara Pengolahan A Ya Ya Ya Baik Baik B Ya Ya Ya Baik Baik F Ya Ya Ya Baik Baik Tanggapan Masyarakat Analisis Indeks Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM pengolahan secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode CPI dari tiga responden UKM pengolahan. Jangkauan nilai yang digunakan sama dengan analisis kinerja pada UKM budi daya. Gambar 15 menujukkan keadaan dari UKM pengolahan A. Grafik menunjukkan UKM A memiliki produktivitas yang rendah, hal ini dapat dilihat dari jangkauan variabel. Variabel Keuangan (38), Tenaga Kerja (24), dan Market (38) berada pada jangkauan kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena rasio antara pendapatan terhadap biaya modal kecil. Variabel Tenaga Kerja juga berada dalam jangkauan rendah karena UKM A memiliki produktivitas jam kerja, upah dan kapasitas tenaga kerja yang rendah. UKM A memiliki produktivitas harga jual dan keuntungan yang rendah, sehingga mengakibatkan variabel Market berada pada jangkauan rendah. Jangkauan besar terdapat pada variabel Material, Lingkungan dan Manajemen, yakni bernilai. MATERIAL TEKNOLOGI 52 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 14. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A pengolahan jamur tiram UKM B (Gambar 15) merupakan UKM yang keadaan kinerjanya paling baik jika dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel Keuangan, Market, Material, Manajemen, dan Lingkungan berada dalam jangkauan besar. Variabel Tenaga Kerja berada di jangkauan sedang dikarenakan upah yang diberikan masih tergolong rendah. UKM B hanya membutuhkan modal kecil untuk membangun usaha keripik jamur namun memiliki 37

16 pendapatan tinggi tiap bulannya. UKM B memiliki kemampuan untuk balik modal dengan cepat. UKM ini memiliki pasar tetap untuk menjual keripik jamur, sehingga pendapatannya bersifat konstan. Selain itu, faktor yang membuat Market UKM B tinggi adalah pemilik UKM B telah mengiklankan produknya melalui siaran radio dan media cetak. 86 MATERIAL KEUANGAN TENAGA KERJA 20 TEKNOLOGI 42 0 MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 15. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B pengolahan jamur tiram MATERIAL 75 TEKNOLOGI KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 16. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM F pengolahan jamur tiram Gambar 16 menunjukkan kondisi dari UKM F. Variabel Lingkungan dan Manajemen berada pada jangkauan besar. Variabel tenaga kerja (71) dan market (57) berada pada jangkauan sedang, dan variabel keuangan (57) berada pada jangkauan rendah. Variabel keuangan berada dijangkauan rendah karena modal yang digunakan besar, karena UKM F membeli spinner untuk menjaga kualitas produk. Besarnya modal tidak diikuti oleh pendapatan yang besar, hal ini dikarenakan kapasitas produksi UKM F kecil juka dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel tenaga kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan produktivitas tenaga kerja belum optimal. UKM F memeiliki jangkauan besar pada variabel teknologi (), manajemen (), lingkungan () dan material (75). 38

17 GRAFIK LAYANG-LAYANG VARIABEL INPUT -OUTPUT UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MATERIAL KEUANGAN TENAGA KERJA A B TEKNOLOGI MARKET F LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 17. Diagram layang-layang variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor Gambar 17 menunjukkan kondisi dari produktivitas variabel input-output UKM Pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan, UKM pengolahan belum memiliki produktivitas yang baik. Belum meratanya penggunaan sumber daya mengakibatkan produktivitas masih rendah. Penggunaan teknologi khusus (mesin) dirasa belum dibutuhkan dalam UKM pengolahan, karena tidak mempengaruhi peningkatan kapasitas produksi Tabel 21. Produktivitas variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor Parameter UKM A UKM B UKM F Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Frontier Analysis Frontier Analysis digunakan untuk menganalisis efiisiensi dari UKM Jamur Tiram. Variabel input output dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kinerja UKM Jamur Tiram. Besarnya skor efisiensi dan peningkatan efisiensi akan diperoleh pada akhir analisis. Program yang digunakan adalah Banxia Frontier Analysis. Proses analisis diawali dengan penentuan input dan output serta penentuan model perhitungan. Analisis dilakukan dengan penerapan model perhitungan maximizing output. Model perhitungan ini dilakukan dalam rangka menghitung nilai efisiensi dengan memaksimalkan output berdasarkan input yang diberikan. 39

18 Ouput yang dihasilkan berupa nilai skor efisiensi, input/ouput contribution dan grafik potensial improvement untuk UKM yang belum efisien. Frontier Analysis UKM Budi Daya Jamur Tiram Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa dari lima UKM budi daya jamur tiram, hanya satu UKM yang nilai efisiensinya belum mencapai %, yaitu UKM C dengan nilai efisiensi 25.21%. UKM yang memiliki efisiensi % merupakan UKM yang dinilai paling optimal dalam pemanfaatan sumberdayanya. UKM C diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output sesuai dengan potential improvement-nya. Tabel 22. Skor efisiensi UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor UKM Skor Efisiensi (%) A B C D E Grafik kontribusi variabel input output merupakan grafik yang memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan variabel input output yang digunakan terhadap efisiensi kinerja. Grafik berwarna hijau menunjukkan besarnya kontribusi variabel input, sedangkan grafik yang berwarna biru menunjukkan besarnya kontribusi variabel output. Penjumlahan dari nilai kontribusi disetiap variabel akan menghasilkan nilai %. Pada proeses perhitungan efisiensi dengan menggunakan Frontier Analysis, data yang digunakan adalah sub variabel. Tujuan dari penggunaan sub variabel sebagai data inputan adalah untuk mendapatkan hasil analisis penggunaan sumber daya yang lebih spesifik, sehingga memberikan informasi yang lebih detail apakah sumber daya telah digunakan sudah tepat atau belum. Gambar 18. Kontribusi input/ouput UKM budi daya A Gambar 18 menunjukkan grafik kontribusi variabel input-ouput UKM budi daya A. Jumlah penjualan (%) yang didapat UKM A dipengaruhi oleh variabel manajemen (73%) 40

19 dan jumlah tenaga kerja (27%). Gambar 19 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM budi daya B. Nilai efisiensi UKM budi daya B dipengaruhi oleh variabel jumlah takaran (4%), jumlah tenaga kerja (13%), gaji tenaga kerja (34%), dan keuangan (50%) untuk mendapatkan jumlah penjualan (%). Gambar 19. Kontribusi input/output UKM budi daya B Gambar 20 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM C. Nilai efisiensi UKM C dipengaruhi oleh turunan bibit (5%), jumlah bag log (44%), biaya produksi (51%), untuk mendapatkan nilai variabel jumlah penjualan (%). Frontier Analysis menyediakan informasi bagi unit yang belum mencapai % (UKM C) yakni mengenai variabel yang dapat ditingkatkan agar mencapai efisiensi kinerja % berupa grafik Potential Improvement. Berdasarkan Gambar 21 dapat diketahui bahwa untuk meningktakan efisiensi kinerja menjadi %, UKM C perlu meningkatkan Penjualan sebesar 296% dengan cara meningkatkan harga jual jamur tiram. Penurunan variabel manajemen (29%), limbah (33%), jumlah takaran bibit yang digunakan (51%), teknologi (39%), jam kerja (39%), jumlah tenaga kerja (32%), gaji tenaga kerja (65%), keuangan/modal (11%) menunjukkan bahwa penggunaan kedua variabel tidak diperlukan seperti saat ini untuk mencapai target output. Gambar 20. Kontribusi input/output UKM budi daya C 41

20 Gambar 21. Potential improvement UKM budi daya C Gambar 22 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM D. Nilai efisiensi UKM D dipengaruhi oleh turunan bibit (2%), Jumlah bag log (48%), biaya produksi (49%) untuk mendapatkan jumlah penjualan %. Gambar 23 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM E. Nilai efisiensi UKM E dipengaruhi oleh turunan bibit (3%), jumlah bag log (36%), biaya produksi (61%) untuk mendapatkan jumlah penjualan %. Gambar 22. Kontribusi input/output UKM budi daya D Gambar 23. Kontribusi input/output UKM budi daya E 42

21 Gambar 24 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang perlu dilakukan oleh UKM. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa UKM budi daya jamur tiram di Bogor dapat meningkatkan pendapatannya sebesar 49.47% dengan menaikkan harga jual, dan mencari tempat pemasaran yang baru. Sementara efisiensi dapat dilakukan untuk variabel keuangan/modal, gaji tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, jam kerja, takaran bibit, limbah dan manajemen. Gambar 24. Diagram total potential improvements UKM budi daya Efficiency Frontier Budi Daya Jamur Tiram Efficiency frontier merupakan analisis secara grafis yang menggambarkan posisi kedekatan (peer position) satu UKM dengan UKM lainnya. Efficency frontier hanya dapat dilakukan dengan 2 input dan 1 output untuk model perhitungan maximaizing ouput. Analisis efisiensi kinerja untuk UKM jamur tiram terdiri dari sepuluh input dan satu output, hal ini akan mengakibatkan persamaan menjadi multidimensi dan tidak dapat ditampilkan dengan grafik. Oleh karena itu, untuk melakukan frontier plot perlu melakukan eliminasi terhadap 8 variabel input. Eliminasi dilakukan berdasarkan korelasi antara variabel. Variabel yang memiliki korelasi paling tinggi adalah biaya produksi (0,40) dan jumlah bag log (0,31). Pada Gambar 25 ditunjukkan posisi masing-masing UKM dalam garis frontier. Garis frontier adalah garis batas yang menghubungkan UKM yang memiliki efisiensi %. Analsisi efisiensi dengan 2 input menghasilkan skor yang berbeda. UKM yang memiliki efisiensi % adalah UKM B dan D. Semakin jauh UKM dari garis frontier maka efisiensi UKM semakin kecil. Garis biru merupakan garis referensi efisiensi. Tabel 22 menunjukkan potensial peningkatan input output dari UKM yang belum efisien. UKM A, C, dan E dapat meningkatkan efisiensi dengan memaksimalkan jumlah penjualan, yakni meningkatkan harga jual, mencari pasar baru untuk menjual jamur segar dengan harga tinggi. 43

22 Gambar 25. Grafik Frontier Plot UKM Budi daya jamur tiram di Bogor Tabel 22. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi UKM budi daya jamur tiram UKM Jumlah Bag log Biaya Produksi Penjualan Skor Efisiensi (%) A C E Analisis dengan rasio produktivitas dan frontier anlaysis harus dilakukan secara bersamaan. Frontier analysis menghasilkan input output contribution dan potential improvements untuk peningkatan efisiensi. Efisiensi yang dihasilkan oleh frontier analysis merupakan efisien relatif dimana UKM yang efisien dapat memperoleh skor %. Rasio produktivitas digunakan untuk mengetahui apakah UKM yang memiliki efisiensi relatif % masih memerlukan peningkatan kinerja atau tidak. Frontier Analysis UKM Pengolahan Jamur Tiram Tabel 23 menunjukkan skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Bogor. Dari tiga reponden, hanya UKM B yang memiliki nilai efisiensi %. UKM A dan F diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output sesuai dengan potential improvement-nya. Tabel 23. Skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor UKM Skor Efisiensi (%) A B.00 F

23 Gambar 26. Kontribusi input ouput UKM pengolahan jamur tiram A Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa dari tujuh data yang dimasukkan, variabel yang berpengaruh terhadap nilai efisineis kinerja UKM A adalah lingkungan (12%), manajemen (12%), teknologi (25%), bahan baku (28%), tenaga kerja (5%), keuangan/modal (18%) dan market/hasil penjualan (%). Perbaikan yang dapat dilakukan UKM A untuk meningkatkan efisiensi menjadi % dapat dilihat pada Gambar 26. Diagaram potential improvement menujukkan UKM A sebaiknya meningkatkan variabel tenaga kerja sebanyak 107%, keuangan 104%, dan market/hasil penjulan sebesar 104% dengan meningkatkan kapasitas produksi. Gambar 27. Diagram potential improvement UKM pengolahan A Gambar 28 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM pengolahan B. Nilai efisiensi UKM pengolahan B dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (25%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (28%) dan market (%). Nilai efisensi UKM F dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (35%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (18%) dan market (%). 45

24 Gambar 28. Kontribusi input/output UKM pengolahan B Gambar 29. Kontribusi input/ouput UKM pengolahan F Efisiensi UKM pengolahan F belum mencapai %. Nilai efisiensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan varabel lingkungan sebesar 4% dengan melaksanakan pengolahan limbah dan peningkatan dukungan pemerintah. Variabel manajemen sebesar 4% dengan melakukan perencanaan produksi yang lebih baik, bahan baku 19% dengan mencari jamur tiram segar yang harganya lebih murah, serta keuangan (modal) sebesar 83% untuk meningkatkan kapasitas produksi. Gambar 30. Potential Improvement UKM pengolahan jamur tiram F 46

25 Gambar 31 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang harus dilakukan oleh UKM pengolahan jamur tiram. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa UKM pengolahan jamur tiram dapat meningkatkan penggunaan variabel keuangan (modal) sebesar 30.32, tenaga kerja 16.36%, hasil penjualan 30.32% dengan melakukan peningkatan kapasitas produksi serta melakukan efisiensi pada variabel teknologi, manajemen, dan lingkungan. Gambar 31. Diagram Total Potential Improvements UKM pengolahan jamur tiram di Bogor Pada Gambar 32 ditunjukkan posisi masing-masing UKM Pengolahan dalam garis frontier. Dua input yang digunakan adalah keuangan (0.98) dan tenaga kerja (0.47), sedangkan outputnya adalah market (0.98). UKM Pengolahan yang memiliki efisiensi % adalah UKM B dan F. Semakin jauh UKM dari garis frontier, efisiensi UKM semakin kecil. UKM B mampu menjual produk dengan harga mahal dengan biaya produksi rendah. UKM F juga mampu menjual produk dengan harga tinggi dengan jumlah jam kerja lebih sedikit dibandingkan UKM pengolahan lainnya. Sedangkan UKM A, memiliki biaya produksi tinggi dengan harga jual rendah dan upah tenaga kerja yang besar. Gambar 32. Grafik Frontier Plot UKM pengolahan jamur tiram di Bogor 47

26 Tabel 24. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi UKM pengolahan jamur tiram UKM Keuangan Tenaga Kerja Market Skor Efisiensi (%) B F Tabel 24 menunjukkan potensial peningkatan input output dari UKM pengolahan jamur tiram yang belum efisien. Data ini dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan 2 input (keuangan dan tenaga kerja) dan 1 output (market). Peningkatan penggunaan variabel keuangan dan maket yang dibutuhkan UKM A hanya sedikit, dan pemanfaatan variabel tenga kerja juga tidak perlu dikurangi. Hal ini dikarenakan nilai efisiensi dirasa sudah tinggi. UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor secara keseluruhan belum memiliki eifsiensi yang baik Hal ini terlihat dari nilai efisiensi variabel input-output yang telah diidentifikasi sebelumnya. UKM budi daya belum efisiensi jika dianalisis berdasarkan dua aspek yang paling mempengaruhi nilai efisiensi, yakni jumlah bag log dan biaya produksi. Efisiensi UKM budi daya dapat ditingkatkan dengan pengunaan mesin sterilisasi untuk menekan biaya produksi. Nilai efisiensi UKM pengolahan dtentukan oleh modal yang digunakan, pemberdayaan tenaga kerja serta hasil penjualan. UKM pengolahan dapat ditingkatkan efisiensinya dengan menambah kapasitas produksi serta menambah daerah pemasaran. 48

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN UKM merupakan salah satu penyumbang dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Kontribusi yang dapat dilihat adalah dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor)

PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) SKRIPSI YOLANDA MARTHA HARI FIANTI F34060804 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis prospektif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinankemungkinan yang akan muncul di masa mendatang, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mulai dari pengumpulan data hingga pengolahan data. Pengumpulan data dimulai dengan menentukan lokasi penelitian, pasar produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam B. Sarana & Prasarana Olahan Ikan Jumlah

A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam B. Sarana & Prasarana Olahan Ikan Jumlah No Uraian Jumlah A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam 1 Bibit Ikan Patin 100000 2 Bibit Ikan Nila 100000 3 Bibit Ikan Mas 100000 4 Pakan Ikan 2000 5 Drum / Tong Plastik 480 6 Tali Tambang 1 7 Jaring

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tempe. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe meliputi biaya pembelian

Lebih terperinci

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan:

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan: LAMPIRAN Hari/Tanggal:.. MANFAAT EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH SERBUK GERGAJI DI KECAMATAN LEUWISADENG DAN KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR Oleh Dewi Asrini Fazaria (H44080032), Mahasiswa Departemen Ekonomi

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL 7.1 Keputusan Produksi Aktual Keputusan produksi aktual adalah keputusan produksi yang sudah terjadi di P4S Nusa Indah. Produksi aktual di P4S Nusa Indah pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR Kartika Senjarini & Kosala Dwidja Purnomo Abstract Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup padat, penanganan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah. Studi Pustaka.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Model Penyelesaian Masalah Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Aspek

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

TUGAS FIELD STUDY KEWIRAUSAHAAN Kripik Terong Dicabein. Disusun oleh:

TUGAS FIELD STUDY KEWIRAUSAHAAN Kripik Terong Dicabein. Disusun oleh: TUGAS FIELD STUDY KEWIRAUSAHAAN Kripik Terong Dicabein Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Matakuliah Kewirausahaan (FI 201) Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Pengampu Matakuliah:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE Wahjoe Mawardiningsih Program Studi Komunikasi, Fakultkas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5, Surakarta

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu) Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Sterilisasi Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil pengolahan susu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram Shofriya Alfiyani 11.12.5556 S1.SI.03 STMIK AMIKOM YOGYAKART ABSTRAK Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang hidup di kayu mudah dibudidayakan menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto selama 10 tahun terakhir. Pengolahan Salak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Hasil dan Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Ciamis

ABSTRAK. Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Hasil dan Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Ciamis ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI BAGLOG JAMUR TIRAM (Studi Kasus pada Seorang Pengusaha Baglog Jamur Tiram di Desa Margaluyu Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis) Oleh: Syam Sutarman 1, Dini Rochdiani 2, Tito

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman sumber daya alam di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metodologi Penelitian Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di kawasan Kabupaten Bangli, belum terintegrasi dan tersinkroninasi antar subsistem.

Lebih terperinci

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator Persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat ini menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan produk kelapa yang sangat penting, karena kopra merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa. Untuk

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis 1. Umur Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif yaitu keluaran bukan produk yang berupa bahan, energi dan air yang digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

Aji Jaka Purnomo Fakultas Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro semarang. INTISARI

Aji Jaka Purnomo Fakultas Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro semarang.   INTISARI REKAYASA MESIN PEMADAT SERBUK KAYU UNTUK MEMPERCEPAT PRODUKSI PADA PROSES PEMBUATAN MEDIA TANAM JAMUR TIRAM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Aji Jaka Purnomo Fakultas Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Jamur tiram (pleorotus ostreatus) merupakan salah satu komoditi penting yang bernilai ekonomis. Jamur tiram dapat menjadi salah satu komoditi potensial

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI PEMBUATAN KRIPIK SALAK

LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI PEMBUATAN KRIPIK SALAK LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI PEMBUATAN KRIPIK SALAK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dosen Pengampu: Dra. Y. Flori Setiarini, M.Pd. Disusun Oleh: 1. Desi Muji H (14144600178) 2. Arif Rahman

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo Didik Widiyantono 1*, Niswatun Hasanah 2 1 Program studi Agribisnis/Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci